Hal ini juga didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Micheal M van Wyk dimana terjadi peningkatan signifikan terhadap hasil
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran TGT.
96
Penelitian lain yang dilakukan oleh Noviana Dini Rahmawati membuktikan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok system persamaan linear.
97
Penelitian model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran biologi pada konsep sistem gerak menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini
terbukti dari hasil uji t. Penghitungan Uji-t pada taraf signifikan 0,05 5 menujukkan bahwa t
hitung
t
tabel
, maka hipotesis nihil Ho ditolak yaitu 8,33 2,03 yang dalam arti membuktikan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada konsep sistem gerak. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa terdapat pengaruh signifikan dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar.
98
Dari hasil penghitungan uji normalitas didapat L
hitung
kelas eksperimen sebesar – 0,1033 dan L
hitung
kelas kontrol sebesar – 0,0999 dengan L
tabel
sebesar 0,1594. Dengan demikian, L
hitung
L
tabel
, maka hipotesis nol Ho diterima, yaitu kedua data hasil penelitian berdistribusi normal.
Hasil penghitungan uji homogenitas didapat F
hitung
F
tabel,
yaitu F
hitung
= 1,64992 sedangkan F
tabel
= 1,798. Hal ini berarti pada taraf signifikansi α = 0,05
96
Micheal M van Wyk
,
The Effects Of Teams-Games-Tournaments On Achievement, Retention, And Attitudes Of Economics Education Students, Dublin, Ireland 2010 EABR
ETLC Conference Proceedings.
97
Noviana Dini Rahmawati, Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament TGT Dan Numbered Heads Together NHT Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Smp Negeri Se-
Kabupaten Grobogan, Prosiding Seminar Nasional Matematika Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 24 Juli 2011
98
Nuril Milati, “ Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Teams Games Turnament Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Ar-Rahmah Jabung Malang”, Skripsi Universitas islam negeri Maulana Malik ibrahim Malang, 2009.
5 Ho diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Untuk melihat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT dilakukan pretest dan posttest. Pretest yang dilakukan terhadap kedua kelompok bertujuan
untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai pelajaran biologi pada konsep Sistem Gerak. Setelah setiap kelas mulai diberlakukan model yang
berbeda, posttest baru dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar siswa. Perbandingan skor pretest dari kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dengan menerapkan analisis statistik tercermin bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok Tabel 2-8, dan kedua kelompok itu hampir
sama sehubungan dengan prestasi dalam pemahaman tentang konsep sistem gerak. Selain itu, perbandingan antara rata-rata skor pretest siswa kelompok
eksperimen dan kontrol pada pemahaman konsep sistem gerak, tingkat pemahaman evaluatif pemahaman pada konsep sistem gerak tidak signifikan pada
0,05 tingkat Tabel 3-5. Ini berarti bahwa tingkat pencapaian dalam konsep sistem gerak pemahaman kedua kelompok sebelum memulai percobaan itu
hampir sama. Perbedaan skor rata-rata hasil belajar setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan yang tidak menggunakan pendekatan TGT cukup signifikan yaitu 72,82 untuk skor rata-rata hasil belajar yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan 51,06 untuk skor rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT.
Tingginya nilai rata-rata disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT juga memberikan kesempatan kepada guru untuk menggunakan kompetisi dalam suasana yang konstruktif. Para siswa
menyadari bahwa kompetisi merupakan sesuatu yang selalu mereka hadapi setiap saat, tetapi TGT memberikan mereka peraturan dan strategi untuk bersaing
sebagai individu setelah menerima bantuan dari teman mereka. Mereka membangun ketergantungan atau kepercayaan dalam tim asal mereka yang
memberikan kesempatan untuk merasa percaya diri ketika mereka bersaing dalam turnamen.
Selama proses pembelajaran berlangsung guru melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Guru berperan sebagai fasilisator, sehingga proses pembelajaran membuat siswa antusias dan mengikuti pembelajaran dengan baik.
Pada tahap pengajaran atau menyampaikan pelajaran guru membuat siswa penasaran dengan fenomena yang terkait dengan materi sistem gerak. Guru
memberikan siswa sebuah pertanyaan yang dapat menggali keingintahuan siswa terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Selain itu guru pun di dalam proses
menyampaikan materi dapat mengaitkan fakta-fakta yang terjadi di sekitar dengan materi yang dipelajari. sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik siswa
untuk belajar dengan lebih baik, sementara dalam proses menyampaikan pelajaran siswa dapat mengembangkan pengetahuan dengan baik, pada tahap ini siswa
mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan guru dengan baik, akan tetapi dalam tahap ini masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru.
Tahapan belajar tim diakomodasikan dengan menggunakan lembar kerja siswa LKS . Siswa mendiskusikan setiap soal-soal atau permasalahan yang
diajukan guru dalam LKS tersebut secara kelompok. Kemudian, masing-masing anggota kelompok melakukan presentasi tentang konsep yang sudah mereka
diskusikan secara bergantian. Pada saat kondisi tersebut siswa secara tidak langsung melakukan sebuah proses pembelajaran mengenai hasil yang telah
mereka temukan pada saat diskusi dengan kelompoknya masing-masing dan dapat menjelaskan konsep yang mereka temukan dengan menggunakan kalimat mereka
sendiri. Sehingga siswa merasakan sebuah pembelajaran yang mereka sendiri menemukan konsep tentang materi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu,
pemahaman dan pengetahuan siswa tentang materi menjadi semakin meningkat. Tahap ketiga setelah pengajaran dan belajar tim dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah turnamen. Sebelum sampai pada tahap ini siswa sudah tertarik dengan materi pelajaran dan mulai mengerti proses
pembelajaran menggunakan TGT, hal tersebut memudahkan guru untuk dapat mengarahkan siswa membangun pengetahuan mereka secara mandiri. Pada tahap
inilah peran guru sebagai fasilisator yang membimbing sekaligus mendorong dan mengarahkan siswa untuk dapat menggali pengetahuan mereka secara mandiri
melalui turnamen, siswa selama mengikuti turnamen dapat melaluinya dengan baik dan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan yang ada di dalam kartu
soal. Pada tahap keempat yaitu rekognisi, dalam tahap ini guru dan siswa
bekerjasama memeriksa poin-poin turnamen yang terdapat pada lembar skor permainan. Lalu, memindahkan poin-poin turnamen dari setiap siswa tersebut ke
lembar rangkuman timnya masing-masing, dan guru menentukan tim yang meraih poin terbesar. Guru dan siswa pada tahap akhir pembelajaran teams games
tournament ini dapat melewatinya dengan baik, guru berhasil mendorong siswa untuk berpartisipasi di dalam turnamen dan secara sadar maupun tidak
pemahaman mereka terhadap konsep sistem gerak semakin meningkat. Peningkatan pengetahuan serta pemahaman siswa tentang materi terlihat setelah
diadakannya postes dengan hasil rata-rata 72,82 dari skor tertinggi 96. Hal ini