Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil
Tahapan belajar tim diakomodasikan dengan menggunakan lembar kerja siswa LKS . Siswa mendiskusikan setiap soal-soal atau permasalahan yang
diajukan guru dalam LKS tersebut secara kelompok. Kemudian, masing-masing anggota kelompok melakukan presentasi tentang konsep yang sudah mereka
diskusikan secara bergantian. Pada saat kondisi tersebut siswa secara tidak langsung melakukan sebuah proses pembelajaran mengenai hasil yang telah
mereka temukan pada saat diskusi dengan kelompoknya masing-masing dan dapat menjelaskan konsep yang mereka temukan dengan menggunakan kalimat mereka
sendiri. Sehingga siswa merasakan sebuah pembelajaran yang mereka sendiri menemukan konsep tentang materi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu,
pemahaman dan pengetahuan siswa tentang materi menjadi semakin meningkat. Tahap ketiga setelah pengajaran dan belajar tim dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah turnamen. Sebelum sampai pada tahap ini siswa sudah tertarik dengan materi pelajaran dan mulai mengerti proses
pembelajaran menggunakan TGT, hal tersebut memudahkan guru untuk dapat mengarahkan siswa membangun pengetahuan mereka secara mandiri. Pada tahap
inilah peran guru sebagai fasilisator yang membimbing sekaligus mendorong dan mengarahkan siswa untuk dapat menggali pengetahuan mereka secara mandiri
melalui turnamen, siswa selama mengikuti turnamen dapat melaluinya dengan baik dan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan yang ada di dalam kartu
soal. Pada tahap keempat yaitu rekognisi, dalam tahap ini guru dan siswa
bekerjasama memeriksa poin-poin turnamen yang terdapat pada lembar skor permainan. Lalu, memindahkan poin-poin turnamen dari setiap siswa tersebut ke
lembar rangkuman timnya masing-masing, dan guru menentukan tim yang meraih poin terbesar. Guru dan siswa pada tahap akhir pembelajaran teams games
tournament ini dapat melewatinya dengan baik, guru berhasil mendorong siswa untuk berpartisipasi di dalam turnamen dan secara sadar maupun tidak
pemahaman mereka terhadap konsep sistem gerak semakin meningkat. Peningkatan pengetahuan serta pemahaman siswa tentang materi terlihat setelah
diadakannya postes dengan hasil rata-rata 72,82 dari skor tertinggi 96. Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan rata-rata kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif lebih tinggi.
99
Data dari perhitungan N-Gain pun menunjukkan hal yang positif yaitu untuk kelas kontrol
diperoleh rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,21 yang termasuk kategori rendah. Pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,58 yang termasuk
kategori sedang. Kategori rata-rata nilai N-Gain untuk kedua kelas berbeda, hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Sesuai dengan kajian teori yang telah dipaparkan pada BAB
II bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang telah diperoleh. Secara umum
penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Wirabuana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menjawab
semua permasalahan yang telah dirumuskan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT teams games tournament berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.