1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang sangat diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam
rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan pada berbagai subsistem yang sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit sejak akhir tahun 1970-an menjadi bukti
pesatnya perkembangan agribisnis kelapa sawit di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mencadangkan 9,13 juta hektar untuk
pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Saat ini luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia sudah mencapai 6,7 juta hektar. Sejak tahun
2007, Indonesia telah menjadi negara penghasil Crude Palm Oil CPO tertinggi di dunia. Diperkirakan Indonesia akan menghasilkan 21,5 juta ton CPO pada
tahun 2009, dengan perincian sekitar 16 juta ton di ekspor dan sisanya 5,5 juta diserap pasar dalam negeri dipergunakan untuk industri dalam negeri, seperti:
minyak goreng, industri oleokimia, sabun dan margarine shortening. Di masa mendatang konsumsi CPO di dalam negeri akan terus meningkat dan mencapai
lebih dari 6 juta ton pada tahun 2010. Prediksi komposisi industri pengguna CPO pada saat ini adalah industri minyak goreng 51 persen, industri margarine dan
shortening 37 persen, oleochemical 8 persen, industri sabun mandi 3 persen dan industri sabun cuci 1 persen.
Usaha petanian perkebunan yang menjadi unggulan daerah Kabupaten Padang Lawas Utara adalah tanaman perkebunan sawit dan karet. Sejak lima
tahun terakhir daerah ini menjadi salah satu daerah sentra produksi perkebunan sawit dan karet di wilayah provinsi Sumatera Utara berdasarkan data terakhir
Badan Pusat Statistik, Tapanuli Selatan, 2007, jumlah luas dan produksi perkebunan sawit di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara adalah seluas
133.608 ha dengan produksi 2.404.944 ton, terdiri dari perkebunan rakyat seluas 32.059 ha, perkebunan sawit perusahaan besar seluas 101.121 ha dan perkebunan
koperasi seluas 428 ha. Data luas produksi perkebunan kelapa sawit di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1
. Luas Produksi Perkebunan Sawit Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2007
No .
Kecamatan Sawit
rakyat Perusahaan
besar Koperasi
Jumlah areal ha
Produksi ton
1 Simangambat
9.387 82.400
91.787 1.652.166
2 Batang onang
860 1500
69 2.429
43.722 3
Hulu sihapas 4
Padang bolak julu 450
450 8.100
5 Padang bolak
7.630 4.310
11.940 214.920
6 Portibi
1.815 2.855
4.670 84.060
7 Halongonan
9.565 9.306
359 19.230
346.140 8
Dolok 983
300 1.283
23.094 9
Dolok sigompulon
1.369 450
1.819 32.742
Jumlah 32.059
101.121 428
133.608 2.404.944
Sumber : Badan Pusat Statistik, Tapanuli Selatan data diolah
Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui rata-rata produktivitas perkebunan kelapa sawit per satuan lahan di daerah ini masih tergolong rendah
dibandingkan dengan tingkat produktivitas usaha perkebunan yang dikelola dengan perusahaan besar, karena dari 133.608 ha luas tanaman perkebunan sawit
di daerah ini dapat menghasilkan total produksi sebanyak 2.404.944 ton per tahun. Dengan demikian rata-rata produktivitas per satuan lahan baru dapat
menghasilkan 18 tonhatahun. Permasalahan yang terjadi adalah sebagian besar hasil-hasil produksi perkebunan kelapa sawit ini dijual dan ataupun diolah di luar
daerah seperti di daerah Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Asahan dan lain- lain.
PT Tapian Nadenggan merupakan salah satu perusahaan pengolahan kelapa sawit yang berdiri sejak tahun 1979 yang merupakan anak perusahaan PT
SMART Tbk. Perusahaan ini memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan CPO dan Kernel palm oil PKO berkapasitas 60 tonjam juga
memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 9500 hektar yang memiliki produktivitas 2 tonha sehingga mampu mencukupi kebutuhan tandan buah segar
untuk bahan baku pengolahan CPO rata-rata sebesar 201.989 ton per tahun, perusahaan selalu menerapkan sistem budget setiap tahunnya untuk membeli
bahan baku tandan buah segar dari luar rata-rata mencapai 45.322 per tahun, dalam hal budget ini merupakan salah satu langkah dalam mencukupi atau
melengkapi kapasitas olah pabrik kelapa sawit sehingga produksi CPO tercukupi
3
dalam memenuhi permintaan oleh pabrik penyulingan CPO yaitu PT Sinarmas dari hasil pengolahan tandan buah segar TBS dari kebun sendiri dan tandan buah
segar yang dibeli dari luar saat ini perusahaan mampu menghaslkan CPO rata-rata sebesar 56.882 tontahun dan PKO 12.366 tontahun diperkirakan PT Sinarmas
setiap triwulan meminta order rata-rata sampai dengan 24.000 tontriwulan CPO dan permintaan ini diperkirakan masih akan semakin meningkat dan peningkatan
ini didasarkan dari angka pertumbuhan peningkatan konsumsi CPO yang mencapai 11,5 persentahun.
1.2 Perumusan Masalah