Pengolahan Kelapa Sawit Kerangka Pemikiran Operasional

8 Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

2.8 Pengolahan Kelapa Sawit

Sistem pengolahan kelapa sawit dikenal dua jenis proses sesuai dengan produk yang akan dhasilkan. Pertama adalah proses pengolahan untuk menghasilkan crude palm oil CPO, dan kedua adalah proses pengolahan untuk menghasilkan palm kernel oil PKO. Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari TBS yang diikuti dengan proses pemurnian.

2.9 Penelitian Terdahulu Harahap 2003 meneliti tentang prospek pembangunan pabrik Mini CPO

untuk meningkatkan Ekonomi Lokal di kota Dumai Provinsi Riau. Hasil dari analisis kelayakan investasi pada tingkat suku bunga 20 persen menunjukkan bahwa penelitian pabrik pengolahan kelapa sawit PKS mini CPO kapasitas 5 ton 9 TBS per jam layak untuk dilaksanakan. Sementara melalui analisis sensitivitas menunjukkan bahwa batas toleransi perubahan harga TBS untuk PKS mini CPO ini adalah Rp 575 per kg. Dampak yang dirasakan dari pembangunan PKS mini CPO kapasitas 5 ton TBS per jam secara analisis kualitatif dapat dirasakan, seperti terbentuknya lapangan kerja bagi masyarakat setempat, terciptanya pembangunan sarana dan prasarana fisik, dan timbulnya industri-industri kecil dari hasil produk kelapa sawit beserta turunannya. Akan tetapi, secara kuantitatif seperti berapa besar tingkat pendapatan masyarakat setempat sebagai dampak pembangunan PKS mini CPO tidak dapat dibuktikan. Pola yang paling tepat untuk membangun PKS mini CPO di kota Dumai Provinsi Riau adalah melalui pola koperasi usaha perkebunan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat selaku anggota koperasi. Hartopo 2005 meneliti tentang analisis kelayakan finansial pabrik kelapa sawit mini, studi kasus pabrik kelapa sawit Aek Pancur, Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara. Berdasarkan hasil uji kelayakan, kegiatan investasi pembangunan industri PKS mini kapasitas olah 5 ton TBS per jam dinyatakan layak dari semua kriteria investasi. Hasil kriteria investasi yang digunakan berturut-turut sebagai berikut NPV menghasilakan nilai Rp 1.711.942.000, IRR sebesar 28,22 persen, net BC Ratio sebesar 1,827 dan, payback period sembilan tahun. Analisis sensitivitas PKS mini pada skenario pertama yang menggunakan harga beli TBS Rp 508,17 per kg TBS dengan rendemen minyak 19 persen dan rendemen inti 3,5 persen, menurut kriteria kelayakan dinyatakan layak. Dalam skenario tersebut, PKS mini dapat beroperasi dengan baik pada NPV menghasilkan nilai Rp. 483.478.000, IRR sebesar 17,19 persen, net BC ratio sebesar 1,81 dan, PP selama 10 tahun. Sedangkan skenario dua dan tiga menurut kriteria investasi usaha pembangunan PKS mini dinyatakan tidak layak sama sekali. Skenario dua mengunakan harga beli TBS sebesar Rp. 713 per kg dengan rendemen 21 persen dan rendemen inti 4 persen, skenario tiga menggunakan harga beli TBS sebesar Rp 643,25 per kg dengan rendemen minyak 19 persen dan rendemen inti 3,5 persen. Hal ini dapat dismpulkan bahwa harga beli TBS dan kualitas rendemen sangat berpengaruh terhadap kelayakan PKS mini. 10 Hasil analisis eksternalitas atau dampak adanya PKS mini menimbulkan eksternalitas positif maupun negatif bagi lingkunan sekitar. Eksternalitas positif yang ditimbulkan yaitu, 1 sarana dan prasaranan pendukung yang lebih baik seperti listrik telepon, dan jalan raya; 2 biaya transportasi TBS yang dimiliki oleh kebun rakyat dan swasta lebih rendah dan endapatan masyarakat menjadi meningkat. Eksternalitas negatif antara lain 1 kerusakan yang ditimbulkan PKS mini seperti air sungai yang jelek, kebisingan mesin PKS yang bekerja 20 jam per hari dan kendaraan angkut minyak CPO maupun TBS, dan polusi udara; 2 keamanan dari lingkungan di kebun rakyat dan swasta seperti pencurian TBS; 3 penyelewengan yang dilakukan oleh pihak pabrik masalah timbangan TBS yng masuk ke pabrik. Ilyas 2006 melakukan penelitian mengenai program pengembangan agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit dalam menunjang perekonomian kota Dumai Propinsi Riau, menunjukkan bahwa agro industri penglahan minyak kelap sawit memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian kota dumai, karena mepunyai dampak multipler terhadap tenaga kerja sebesar 1,51 persen dengan pertumbuhan kesempatan kerja 4,68 persen. Selain itu, pengembangan agro industri pengolahan minyak kelapa sawit meningkatkan daerah sebesar 27,02 persen. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan dari luar wilayah kota Dumai terhadap produk agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit cukup besar. Nugroho 2008 melakukan penelitian tentang kelayakan usaha pembibitan pre-nursery kelapa sawit Elasis guneensis jacq pada PT Socfin Indonesia Socfindo Medan, Sumatera Utara,hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan secara finansial dan non-finasial berdasarkan kriteria-kriteria yang digunakan. Penelitian tersebut dilakukan dengan mengunakan dua skenario yaitu kelayakan finansial tanpa meperhitungkan inflasi dan kelayakan finansial dengan memperhitungkan inflasi. Noviyanti 2008 tentang analisis kelayakan investasi pengusahaan tapioka studi kasus pengrajin tapioka Uhan di Desa Cipambuan, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa berdasarkan analisis finansial dan non-finansial usaha tersebut layak untuk dilakukan sesuai dengan kriteria investasi yang digunakan. Analisis dilakukan dengan menggunakan dua 11 skenario yaitu pengolahan tapioka dengan bahan baku ubi kayu belum dikupas dan pengusahaan tapioka dengan bahan baku ubi kayu sudah dikupas. Analisis sensitivitas yang dilakukan menggunakan pendekatan penurunan harga output dan kenaikan biaya operasional sebesar 7 persen. Pada penelitian terdahulu Harahap dan Hartopo sama-sama menganalisis pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 5 ton per jam TBS per jam kapasitas mini dengan alat analisis yang sama. Sedangkan pada penelitian kali ini yang dianalisis adalah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton TBS per jam kapasitas sedang serta berbeda dalam pendekatan penggunaan indikator sensitivitas yang digunakan dalam penelitian. Sementara pada penelitian Ilyas persamaannya berhubungan dengan komoditi penelitian yang dipilih sedangkan perbedaannya berkaitan dengan maksud dan tujuan dari penelitian, kemudian pada penelitian Nugroho dan Noviayanti persamaannya terkait dengan alat analisis yang digunakan, dan perbedaannya terletak pada objek penelitian. 12 III KERANGKA PEMIKRIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan analisis kelayakan proyek, aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian, pengertian dari kriteria investasi yang digunakan, dan analisis sensitivitas.

3.1.1 Studi Kelayakan Proyek

Menurut Gittinger 1986, proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam suatu unit. Rangkaiaan dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap- tahap idntifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberpa kali selama pelaksanaan proyek. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek biasanya merupakan proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil Husnan et al 2004. Menurut Nitisumito, 2000 dalam Permatasuri, 2004, evaluasi proyek identik dengan studi kelayakan feasiblity study, karena diantara keduanya terdapat faktor kesamaan pokok yaitu bertujuan untuk menilai kelayakan suatu gagasan usaha atau proyek. Evaluasi tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah suatu gagasan usaha atau proyek dapat diteruskan diterima atau dihentikan ditolak. Namun demikian, selain memiliki faktor kesamaan diantara keduanya, terdapat faktor- faktor ketidaksamaan dilihat dari beberapa segi antara lain: 1. Studi kelayakan dilaksanakan pada waktu gagasan usaha belum dilaksanakan, sedangkan evaluasi proyek dapat dilaksanakan sebelum, pada waktu atau setelah selesainya suatu proyek. 2. Umumnya Ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek lebih luas dari ruang lingkup pembahasan studi kelayakan. Studi kelayakan lebih menitikberatkan pada kelayakan suatu gagasan usaha dilihat dari segi kacamata pengusaha 13 sebagai individu, sedangkan evaluasi proyek melihat kelayakan suatu proyek tidak hanya dilihat dari kacamata individu-individu yang terkena akibat langsung dari proyek, tetapi juga dilihat dari kacamata masyarakat lebih luas yang mungkin mendapat akibat tidak langsung proyek. 3. Sejalan dengan ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek yang lebih luas, maka metode evaluasi yang digunakan umumnya lebih rumit dari metode evaluasi dalam studi kelayakan. Evaluasi dalam studi kelayakan menekankan aspek finansial, sedangkan pada evaluasi proyek menekankan aspek ekonomi, meskipun aspek finansial tetap diperhatikan.

3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan

Di dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger 1986, aspek-aspek kelayakan terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Sedangkan menurut Husnan, et al 2000, aspek-aspek studi kelayakan adalah terdiri dari aspek-aspek pasar, aspek teknis, keuangan, hukum, dan ekonomi negara.

3.1.2.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis pasar untuk hasil usaha sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Analisis aspek pasar dilakukan dengan mengamati kecendrungan permintaan suatu usaha untuk melihat potensi pasar yang masih terbuka. Analisis pemasaran dari suatu usaha adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh suatu usaha dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan suatu usaha Gittinger 1986. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan atau inginkan melalui proses penciptan, penawaran dan pertukaran produk. Nilai kegunaan kegiatan pemasaran adalah selalu mengusahakan tersedianya komoditas dalam bentuk yang diinginkan, menyuguhkan tepat pada lokasi dan saat yang dibutuhkan. 14

3.1.2.2 Analisis Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek penyediaan dan output produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa Gitinger 1986. Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis seperti lokasi proyek, kapasitas produksi, bahan baku, peralatan dan mesin, proses produksi, serta teknologi yang digunakan.

3.1.2.3 Analisis Aspek Manajemen

Menurut Gittinger 1986, analisis aspek institusional-organisasi- managerial ini berkaitan dengan hal-hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial, budaya, lembaga yang akan dilayani proyek di masyarakat setempat, susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, dan kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek. Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan Husnan et al, 2000 Menurut Kadariah et al 1999, menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian khusus, ada banyak kemungkinan yang terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.

3.1.2.4 Analisis Sosial dan Lingkungan

Analisis sosial berkaitan dengan kebiasaan dan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap responsive terhadap keadaan sosial Gittinger 1986. Sejauh mana proyek dapat memberi manfaat secara implisit dan eksplisit terhadap pendistribusian pendapatan serta penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu, analisis juga perlu mempertimbangkan pengaruh negatif dari pelaksanaan proyek terhadap dampak sosial seperti kehilangan pekerjaan terhadap adanya penggunaan teknologi atau penerapan alat-alat mekanis yang menurangi keterlibatan tenaga manusia. 15 Kualitas hidup masyarakat haruslah merupakan bagian dari rancangan proyek. Analisis proyek juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang dapat mengakibatkan kerugian dengan adanya proyek yang direncanakan maupun yang dilaksanakan. Pembangunan proyek mungkin saja akan merusak sumber- sumber air bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek. Lokasi pelaksanaan proyek harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk menghidari rusaknya kelestarian lingkungan.

3.1.2.5 Analisis Aspek Finansial

Studi kelayakan adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi. Maksud layak atau tidaknya disini adalah perkiraan bahwa proyek dapat atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang layak apabila telah dioperasionalkan Umar 1997. Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber- sumber untuk mendapatkan manfaat benefit atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan haraan mendapatkan hasil return dimasa yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai, dan dapat dilasanakan sebagai satu unit Kadariah et al 1976. Proyek investasi merupakan gabungan suatu aktivitas yang memerlukan penggunaan sumber dana dan modal yang cukup besar dan mempunyai jangka waktu umur ekonomis yang panjang. Oleh karena itu, studi kelayakan proyek bertujuan agar modal yang sudah ditanamkan dapat dimanfaatkan dan menghindari penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek membutuhkan biaya, tetapi biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar. Menurut Gittinger 1986, rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek. Siklus proyek terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis, penilaiaan, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi dapat menilai apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak. 16 Metode arus tunai terpotong atau discount cash flow, merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh di masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang Gittinger 1986. Ada beberapa kriteria yang dibutuhkan dalam penilaian kelayakan suatu proyek, yaitu :

1. NPV net present value

NPV atau net present value manfaat bersih atau nilai bersih sekarang yang menunjukkan keuntungan yang diperoleh selama umur investasi dan merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu, atau nilai sekarang yang diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total dari suatu proyek atau usaha pada jangka waktu tertentu Gray et al 1978. Suatu proyek dikatakan layak untuk diuahakan dan dapat menghasilkan keuntungan jika NPV 0. Jika nilai NPV 0 berarti suatu proyek atau usaha dapat menimbulkan kerugian, dan dinilai tidak layak untuk dilaksanakan. nilai NPV sama dengan 0 berarti suatu proyek tidak menghasilkan keuntungan serta tidak menimbulkan kerugian bagi suatu proyek atau usaha, apabila suatu perusahaan memperoleh nilai NPV sama dengan 0 maka proyek tersebut dapat dilaksanakan yang berarti dapat mngurangi efisiensi dan efektifitas perusahaan karena tidak menjalankan proyek ini perushaan tidak akan memperoleh kerugian.

2. IRR internal rate of return

IRR atau internal rate of return adalah tingkat pengembalian internal dari investasi selama umur proyek yang bertujuan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Dengan kata lain, IRR adalah tingkat rata-rata keuangan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen Gittinger 1986. IRR adalah hasil discount rate suku bunga yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Suatu proyek dinyatakan layak apabila nilai IRR-nya lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan, sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat discount rate maka proyek yang dijalankan tidak layak untuk diusahakan. 17

3. Net Benefit

Cost Ratio Net BC Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat yang menguntungkan bisnis bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila net BC lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak apabila net BC lebih kecil dari satu.

4. Payback Period

Payback period merupakan salah satu metode analisis yang mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Payback period merupakan alat pelengkap penilaian investasi.

3.1.2.6 Analisis Sensitivitas

Salah satu keuntungan analisis proyek secara finansial ataupun ekonomi yang dilakukan secara teliti adalah bahwa dari hasil analisis tersebut dapat diketahui atau diperkirakan kapasitas hasil proyek bila terjadi hal-hal di luar jangkauan asumsi yang telah dibuat pada waktu perencanaan. Analisis sensitivitas adalah meneliti kembali suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-penngaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah Gittinger 1986. Sementara menurut Kadariah 1978, yang dimaksud dengan analisis kepekaan atau sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Gittinger 1986 menambahkan proyeksi selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Pada bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang sensitif yaitu: 1 harga, 2 keterlambatan pelaksanaan, 3 kenaikan biaya, dan 4 hasil analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan nilai pengganti switching value dan dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar NPV sama dengan nol. 18

3.1.2.7 Arus Kas Cash Flow

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam cash flow semua data pendapatan yang diterima cash in dan biaya yang dikeluarkan cash out baik jenis maupun jumlahnya diestimasi sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang Kasmir 2003. Cash flow mempunyai tiga komponen utama yaitu initial cash flow yang berhubungan dengan pengeluaran investasi, operasional cash flow berkaitan dengan operasional usaha dan Terminal cash flow berkaitan dengan nilai sisa aktiva yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis lagi Umar 2007.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kapasitas olah pabrik PT Tapian Nadenggan adalah 60 tonjam dengan maksimum jam operasional 20 jam per hari sehingga kapasitas maksimal pngolahan tandan buah segar adalah sebesar 1200 tonhari, sedangkan sampai akhir tahun 2010 PT Tapian Nadenggan masih beroperasi dengan rata-rata 14 jam per hari artinya perusahaan baru mampu mengolah sekitar 840 ton tandan buah segar per hari sehingga masih ada kekurangan jam operasional sekitar 6 jam, dengan kekurangan jam operasional tersebut maka pabrik diperkirakan kehilangan bahan baku yang tidak diolah sebesar 360 ton tandan buah segar setiap harinya. Perusahaan perlu melakukan pengembangan lokasi produksi yang akan menghasilkan TBS dengan cara menambah luas areal kebun sekitar 5500 ha sehingga harapannya perusahaan akan mampu memenuhi kebutuhan tandan buah segarnya sendiri sehingga perusahaan bisa memaksimalkan penggunaan jam operasional pabrik.Penambahan luas areal produksi perkebunan 5500 ha lagi didasarkan pada produktivitas rata-rata kelapa sawit yang mencapai 24 tonhatahun sehingga dengan penambahan luas areal produksi kebun 5500 ha maka perusahaan memiliki total luas kebun mencapai 15.000 ha, dengan luas areal tersebut maka kebutuhan TBS maksimal akan tercapai sesuai dengan produktivitas tanaman. Apabila perusahaan tetap berproduksi pada luasan areal produksi 9.500 ha maka perusahaan akan selalu mengalami kekurangan bahan baku TBS. 19 Dengan penambahan luasan areal tersebut maka harapannya akan menambah bahan baku sehingga perusahaan dapat berproduksi pada keadaan maksimal dan nantinya kebijakan budgeting tidak perlu dilakukan, artinya perusahaan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus melakukan pembelian bahan baku TBS dari luar. Dari pemikiran tersebut maka perlu dilakukan kajian mengenai kelayakan pengembangan usaha CPO yang akan dilakukan dilihat dari aspek Non finansial yang berkaitan dengan aspek pasar, manajemen, teknis, sosial lingkungan maupun aspek finansial. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1. 20 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Pabrik Kelapa sawit PT Tapian Nadenggan memiliki kapasitas olah 360.000 tontahun perusahaan hanya mampu mengolah 201.989 tontahun. Kurangnya bahan baku menyebabkan PT Tapian Nadenggan kekurangan bahan baku sekitar 158.011 tontahun bahan baku tiap tahun yang tidak diolah PT Tapian Nadenggan perlu melakukan pengembangan lokasi perkebunan 5500 ha untuk meningkatkan produksi TBS untuk menambah bahan baku. Aspek Non Finansial o Aspek Pasar o Aspek Manajemen o Aspek Teknis o Aspek Sosial Lingkungan Aspek Finansial o NPV o IRR o Net BC o PP Tidak Layak Layak Rekomendasi 21 IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian