51
Nilai re-investasi yang dilakukan terhadap pabrik diperkirakan dan dihitung sesuai nilai penyusutannya pabrik dimasukkan sebagai nilai re-investasi dan
setelah perluasan biaya investasi HGU dilakukan kembali Karena masa pemakaian HGU telah berakhir pada masa sebelum perluasan, adapun biaya re-
investasi terhadap pabrik serta biaya HGU yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 8
Tabel 8
. Nilai re-investasi Pabrik dan Biaya HGU Rp 000,. Keterangan
Biaya re-investasi pabrik Pabrik 60 tonjam
70.400.000 Mesin
2.480.000 Kendaraan dan alat berat
19.300.000 HGU
50.000.000 Bangunan
28.580.000
Total 170.760.000
Nilai penyusutan pabrik kelapa sawit dihitung dengan metode garis lurus setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh bahawa nilai penyusutan setiap
tahun untuk pabrik kelapa sawit adalah Rp 6.411.200.000 setiap tahunnya. 2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikelurkan dalam melakukan kegiatan usaha sehingga usaha dapat berjalan, biaya operasional nilainya akan
berbeda setiap tahunnya ini diakibatkan banyak faktor salah satunya adalah karena umur tanaman yang belum berproduksi, masa operasi pabrik yang belum
melakukan proses produksi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kegiatan usaha.
A. Biaya Operasional Skenario 1
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi input produksi dan kegiatan proses produksi agar pengoperasian pabrik berjalan
dengan lancar. Biaya operasinal yang ditetapkan meliputi biaya gaji karyawan, biaya pemeliharaan mencakup pemeliharaan tanaman kebun, meliputi
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan tanaman yang menghasilkan, kemudian pemeliharaan pabrik, biaya panen dan transport, dan biaya pengolahan
serta biaya operasi pabrik. Biaya operasional setiap tahunnya nilainya akan
52
berbeda, secara rinci biaya operasional untuk scenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 9, Biaya operasional untuk tahun 0 dan 1 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 . Biaya Operasional Pabrik Kelapa Sawit Rp.000
Keterangan Tahun 0
Tahun 1 Pembelian TBS
Gaji 2.842.250
2.927.518 Biaya pemeliharaan pabrik
- - Biaya pemeliharaan TBM
- 27.750.000
Biaya pemeliharaan TM - -
Biaya panen dan transpor - -
Biaya operasi pks - -
Biaya pengolahan - -
Biaya adm - -
Total biaya operasional 2.842.250
30.677.518
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada tahun ke 0 sampai dengan tahun ke dua biaya-biaya seperti biaya pemeliharaan pabrik biaya pemeliharaan
tanaman menghasilkan, biaya pengolahan dan biaya lain dianggap tidak bernilai karena pada tahun ini dianggap bahwa perusahaan belum melakukan kegiatan
produksi sehingga nilai-nilai tersebut dianggap tidak ada, tetapi biaya gaji tetap dikeluarkan ini dikarenakan perusahaan sudah beroperasi. Biaya-biaya tersebut
mulai diperhitungkan setelah perusahaan sudah melakukan kegiatan produksi.
B. Biaya Operasional Skenario 2
Di dalam biaya operasional pada skenario 2 sangat berbeda dengan biaya operasional pada skenario 1 disebabkan bahwa terjadi kenaikan biaya operasional,
dalam hal ini kenaikan biaya operasional terjadi akibat adanya penambahan luas areal produksi dan tanaman, biaya operasional dan penerimaan yang diperoleh
untuk skenario 2 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10, biaya operasional untuk dua tahun dapat dilhat pada Tabel 10.
53
Tabel 10.
Biaya Operasional skenario 2 Rp 000,. Keterangan
Tahun 1 Tahun 2
Gaji 3.783.035
3.896.526 Biaya pemeliharaan pabrik
17.550.000 9.187.500
Biaya pemeliharaan tbm 50.875.000
78.625.000 Biaya pemeliharaan TM
16.575.000 8.925.000
Biaya panen dan transpor 585.000
315.000 Biaya operasi PKS
17.550.000 9.187.500
Biaya pengolahan 17.550.000
9.187.500 Biaya ADM
8.143.200 4.097.625
Total biaya operasional 132.611.235
123.421.651 3.
Inflow Penerimaan
Arus penerimaan atau pendapatan terdiri dari pendapatan hasil penjualan dan nilai sisa. Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil penjualan produk yang
terdiri dari CPO dan kernel. Sedangkan nilai sisa diperoleh dari nilai barang modal asset yang tersisa pada saat umur proyek berakhir.
Pendapatan penjualan merupakan hasil penjualan produk yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan produksi CPO dan kernel. CPO dan kernel yang
dihasilkan oleh pabrik tergantung dari kapasitas olah terpasang pabrik, tingkat rendemen CPO, rendemen kernel dan pasokan bahan baku TBS ke pabrik.
Kemampuan pasokan bahan baku TBS ke pabrik per tahun ini kemudian dijadikan dasar penentuan tolok ukur pengoperasian pabrik per hari.
Kapasitas olah pabrik kelapa sawit yang dimiliki oleh PT Tapian Nadenggan adalah 60 tonjam, tingkat rendemen yang CPO adalah 23 persen,
rendemen kernel sekitar 4 persen sehingga tolak ukur inilah yang menjadi dasar perhitungan untuk menentukan penerimaan pada skenario 1. secara rinci
penerimaan untuk skenario 1 dan skenario 2 dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12.
A. Penerimaan Skenario I