31 e. Dampak Instruksional dan Pengiring
Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui penerapan model pembelajaran fisika aktif tipe information search berbasis kearifan lokal DIY
adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis dan nilai karakter siswa. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan model pembelajaran aktif tipe
information search. Pembelajaran dimulai dengan guru yang telah menyiapkan sumber materi berupa LKS dan handout yang juga telah diintegrasikan dengan
kearifan lokal DIY. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok- kelompok kecil yang diberikan tugas berupa permasalahan yang terkait dengan
Hukum Newton yang telah diintegrasikan dengan kearifan lokal DIY. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menjawab permasalahan tersebut
4. Kearifan Lokal
Rahyono 2009 mengungkapkan bahwa kearifan merupakan sesuatu yang dihasilkan dari sebuah kecerdasan manusia yang dapat digunakan oleh sesamanya
sebagai sarana pencerdasan. Kearifan dihasilkan dari proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang bijaksana, tidak merugikan semua pihak, serta
bermanfaat bagi siapa pun yang tersapa oleh kearifan itu Geertz 1973 menjelaskan bahwa budaya yang baik bukan dilihat dari lengkapnya budaya
tersebut, akan tetapi sebagai satu set mekanisme atau aturan yang mampu mengontrol pola dan tingkah laku manusia.
Pengertian dan karakteristik kearifan lokal di atas, dapat dipertegas bahwa kearifan lokal merupakan sebuah budaya kontekstual. Kearifan selalu bersumber
dari kehidupan sosial masyarakat. Apabila kehidupan sosial masyarakat berubah,
32 maka kearifan lokal akan berubah. Pornpimon, et al. 2014 dalam penelitiannya
menyebutkan faktor yang mempengaruhi kesuksesan implementasi kearifan lokal di sekolah adalah bergantung pada kebijaksanaan atau aturan dari guru. Asmani
2012 mengungkapkan konsep pengembangan keunggulan lokal diinspirasi dari berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam SDA, sumber daya manusia
SDM, geografis, budaya, dan historis. Potensi sumber daya alam yaitu potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan hidup di bidang pertanian, bidang perkebunan, bidang perternakan dan bidang perikanan. Potensi sumber daya manusia yang
didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dapat dimanfaatkan dan di kembangkan menjadi mahluk sosial yang adaptif dan transformatif, serta
mampu mendayagunakan potensi alam sekitarnya secara seimbangan dan berkesinambungan.
Tidak semua objek geografis menjadi dan penomena geografis berkaitan dengan konsep keunggulan kearifan lokal, karena keunggulan lokal dicirikan nilai
guna penhomena geografis bagi penghidupan dan kehidupan yang memiliki, dampak ekonomis, dan pada giliranya berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Potensi budaya memiliki arti bahwa budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat
perlu memadukan antara idealisme dengan realisme, yang pada hakikatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing
daerah tertentu yang berbeda dengan daerah lain merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal. Potensi historis;
33 keunggulan lokal dalam konsep historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk
peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi adat istiadat yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Siahaan 1986: 34 mengatakan bahwa sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di dalamnya.
Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan individunya. Jujun 1995: 262 mengungkapkan bahwa nilai-nilai
budaya adalah jiwa dari kebudayaan itu dan menjadi dasar dari wujud kebudayaan. Di samping nilai-nilai budaya, kebudayaan juga diwujudkan dalam
bentuk tata hidup, yakni kegiatan manusia yang merupakan cerminan nyata dari nilai budaya yang dikandungnya. Oleh karena itu pendidikan berbasis budaya
perlu dikembangkan secara lebih lanjut. Pendidikan berbasis budaya juga telah diatur oleh pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Daerah No 5 tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya. Pendidikan berbasis budaya
adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk memenuhi standar nasional pendidikan yang diperkaya dengan keunggulan komparatif dan kompetitif
berdasar nilai-nilai luhur budaya agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi diri sehingga menjadi manusia yang unggul, cerdas,
visioner, peka terhadap lingkungan dan keberagaman budaya, serta tanggap terhadap perkembangan dunia.
Goodlad 1984 menyatakan bahwa hakikat pendidikan merupakan refleksi dari kebudayaan umat manusia sepanjang zaman. Disamping pendidikan harus
mempersiapkan anak muda menjalani kehidupan kerja dan manusia dewasa yang bertanggung jawab, pendidikan harus mensosialisasikan norma, nilai, dan
kepercayaan masyarakatnya, meneruskan budaya dominan dan menanamkan komitmen pada budaya itu. Saputra 2013 menjelaskan bahwa dengan
34 pengintegrasian budaya lokal pada pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk mengisi elemen budaya dan membuat budaya lebih kuat dan mampu bertahan dari era globalisasi.
Government of Ireland 1999: 7 “The environment in its broadest sense, is the springboard for learning, and pupils’ classroom experience will be deepened and
extended by direct experience of their own surroundings”. Fajarini 2014 menegaskan bahwa kearifan lokal akan efektif berfungsi untuk menggali dan
melestarikan berbagai unsur kearifan lokal, tradisi dan pranata lokal, termasuk norma dan adat istiadat yang bermanfaat dan dapat berfungsi secara efektif dalam
pendidikan karakter, sambil melakukan kajian dan pengayaan dengan kearifan- kearifan baru. Selain itu hasil penelitian Kuswandono, et al. 2011
menunjukkan bahwa local wisdom yang terdapat pada pesantren dapat menghasilkan siswa yang terampil, berpengaruh secara sosial, dan memiliki
moral yang baik. Hasil dari identifikasi KI dan KD fisika serta kearifan lokalDIY Tabel 1.
Tabel 1. KI dan KD serta Kearifan LokalDIY yang Berpotensi Diintegrasikan dalam Pembelajaran
Kearifan Lokal Kelas
KI dan KD K13
Sekaten X
KI 2 dan 3, KD 2.1 dan 3.4 XI
KI 2 dan 3, KD 2.1, 3.3, dan 3.6 Gerabah
X KI 2 dan 3, KD 2.1 dan 3.5
XI KI 2 dan 3, KD 2.1 dan 3.6
Tamansari XII
KI 2 dan 3, KD 2.1 dan 3.1 Gamelan
XII KI 2 dan 3, KD 2.1 dan 3.1
35
Kearifan Lokal Kelas
KI dan KD K13
Andong X
KI 2 dan 3, KD 2.1dan 3.4 XI
KI 2 dan 3, KD 2.1 dan 3.3 Gerobak
X KI 2 dan 3, KD 2.1dan 3.4
XI KI 2 dan 3, KD 2.1 dan 3.3
Seretan X
KI 2 dan 3, KD 2.1dan 3.4 XI
KI 2 dan 3, KD 2.1 dan 3.3 Kearifan lokal DIY yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sekaten.
Sekaten merupakan salah satu budaya yang masih terus dilakukan sampai saat ini. Perayaan sekaten diadakan setiap tanggal 5 Maulud bulan ketiga dalam kalender
Jawa. Berbagai pendapat menyebutkan bahwa sekaten berasal dari kata “syahadatain”, sekati, dan suka dan ati. Syahadatain maksudnya adalah dua
kalimat yang diucapkan seseorang ketika akan memeluk agama Islam, hal ini berdasarkan pada penyelenggaraan sekaten pada zaman dahulu yang bertujuan
untuk menyebarkan agama Islam. Sekati merupakan nama dari gemelan keraton yang ditabuh pada waktu sekaten, yaitu Kanjeng Kyai Sekati. Suka dan ati berarti
suka hati atau senang hati, hal ini berdasarkan suasana hati orang-orang yang menyambut perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Lisbijanto 2013
mengungkapkan bahwa tata cara urutan sekaten dimulai dari slametan, miyos gongso, tumplak wajik, miyos dalem, dan grebeg maulud.
Sekaten diawali dengan slametan yang bertujuan agar diberi keselamatan dalam penyelenggaraan perayaan sekaten. Pada acara ini dibuat kelengkapan
gunungan deangan segala uborampainya. Ketika slametan dimulai, maka pasar
36 malam yang diadakan di alun-alun utara juga dimulai dan dibuka. Pasar malam
tersebut sebagai sarana hiburan bagi masyarakat dalam menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW. Miyos gongso merupakan pengeluaran sepasang gamelan
Kanjeng Kyai Sekati dari Kraton pada tanggal 6 Maulud. Gamelan tersebut dipindahkan dari Kraton menuju Masjid Agung.
Upacara tumplak wajik diselenggarakan di halaman istana Magangan Kidul. Upacara ini merupakan tanda dimulainya pembuatan Gunungan Putri. Upacara ini
dilakukan dua hari sebelum acara Gerebek Maulud. Makanan yang dibuat dalam upacara ini adalah wajik terbuat dari beras ketan dan gula kelapa yang
melambangkan manis persahabatan dan mempererat persaudaraan. Makanan wajik berdiameter 40 cm akan dirangkai menjadi Gunungan Estri yang seluruhnya
terbuat dari ketan. Miyos Gongso dilaksanakan pada tanggal 11 Maulud malam Sri Sultan hadir
ke Masjid Agung untuk mengikuti upacara Maulud Nabi Muhammad SAW. Penyebaran udhik-udhik oleh Sri Sultan. Pembacaan riwayat Nabi Muhammad
SAW. Setelah selesai acara Maulud Nabi Muhammad SAW gamelan diboyong kembali ke Kraton sebagai tanda berakhirnya rangkaian perayaan sekaten. Puncak
dari acara sekaten adalah grebek maulud, yaitu keluarnya sepasang Gunungan Kakung dan Gunungan Putri dari dalam Keraton menuju Masjid Agung. Setelah
didoakan para ulama, gunungan tersebut di bagikan kepada masyarakat. Namun sebelum gunungan tersebut dibagikan, gunungan tersebut sudah dirayah atau
direbut masyarakat.
37 Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kearifan
lokal atau local wisdom adalah budaya yang diciptakan oleh manusia berdasarkan proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang bijaksana yang menjadi
pedoman bagi masyarakat. Adapun kearifan lokal DIY yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah upacara sekaten.
5. Perangkat Pembelajaran