Kesimpulan D an Saran

Adapun saran untuk Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut: 1. M odel pembelajaran dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada pembelajaran H ukum Bacaan Nun M ati sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa mencapai nilai yang lebih. 2. Dalam upaya meningkatkan pemahaman tentang model pembelajaran dan berbagai model pembelajaran perlu pembahasan dan pengembangan lebih luas melalui kegiatan M GM P sekolah maupun Gugus. D aftar Pustaka AM , Sardiman. 2011. Interaksi dan M otivasi Belajar-M engajar. Jakarta: Raja Grafmdo Persada. Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi, dick. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BumiAksara. Dimyanti. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. H uda, M iftahul. 2011. Cooperative learnin. Yogyakarta :PustakaBelajar. Istarani. 2011.58 M odel Pembelajaran Inovatif. M edan: ISCOM M edan. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sapriya. 2009. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT RemajaRosdakarya. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor - Faktor yang M empengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Surabaya : Pustaka Pelajar. Trianto. 2009. M endesain M odel Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta. Kencana Prenada M edia Group. Trianto. 2010. M odel PembelajaranTerpadu. Jakarta: BumiAksara. M ED AN Endar Suharsih, S.Pd 23 ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role playing dalam M engurangi Perilaku Bullying Siswa SM P Negeri 39 M edan?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian layanan bimbingan kelompok teknik role pl aying dapat mengurangi perilaku Bullying di SM P Negeri 39 M edan Tahun Ajaran 20152016. Subjek dalam penelitian ini 40 siswa kelas IX-ESM P Negeri 39 M edan Tahun Ajaran 20152016. Jenis penelitian ini adalah PTK. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Hasil penelitian menunjukan pada saat pre tes sebelum dilakukan tindakan diperoleh dan 40 orang siswa, 0 siswa 0 yang memenuhi ketuntasan belajar dan 40 siswa 100 tidak memenuhi ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 34, selanjutnya pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas meningkatkan sebanyak 65,25, dengan tingkat belajar siswa dari 40 orang siswa sebanyak 5 siswa 12,50 yang memenuhi ketuntasan belajar dan 35 siswa 87,50 tidak memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus II diper oleh nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 86,50 dengan tingkat belajar siswa dari 40 orang siswa sebanyak 40 siswa 100 yang memenuhi ketuntasan belajar Jadi dapat dikatakan pada siklus II ketuntasan belajar meningkat sebesar 100. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok teknik role playing dapat mengurangi perilaku Bullying siswa kelas IX-E di SM P Negeri 39 M edan Tahun Ajaran 20152016. Kata kunci : Perilaku Bullying, Bimbingan Kelompok, Tehnik Role Playing. A. Pendahuluan Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor Iingkungan yang memadai. Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah dikalangan remaja, misalnya Bullying yang sekarang kembali mencuat di media. Kekerasan di sekolah ibarat fenomena gunung es yang nampak ke permukaan hanya bagian kecilnya saja. Akan terus berulang, jika tidak ditangani secara tepat dan berkesinambungan dari akar persoalannya. Untuk mengatasi hal tersebut maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan judul: Upaya M engurangi Perilaku Bullying Kelas I X-E M elalui Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing di SM P Negeri 39 M edan . Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka identifikasi masalah dalam Penelititan Tindakan Kelas PTK ini adalah: 1 Adanya ketidakseimbangan antara pihak yang terlibat antara pelaku dengan korban. 2 Kurangnya kepedulian guru dan orang tua terhadap perilaku Bullying. 3 Dilakukan secara terus-menerus berulang-ulang. 4Sikap dan hubungan sosial yang kurang bagus mengejek, menindas dan memalak antar siswa. 5 Rendahnya sikap simpati dan empati antar siswa. 23 Guru SMPN 39 Medan masalah dalam Penelititan Tindakan Kelas PTK ini adalah Upaya Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role playing dalam M engurangi Perilaku Bullying Siswa SM P Negeri 39 M edan. Sesuai dengan batasan masalah di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah pemberian layanan bimbingan kelompok teknik role playing dapat mengurangi perilaku Bullying di sekolah SM P Negeri 39 M edan? . Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan, maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah bimbingan kelompok teknik role playing dapat mengurangi perilaku Bullying di sekolah SM P Negeri 39 M edan. Secara teoritis penelitian ini dapat menguji pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok melalui teknik role playing dalam perilaku Bullying, serta dapat menambah teori mengenai Bullying dan teknik role playing dapat digunakan untuk mengurangi perilaku Bullying. Bagi konselor, dapat menggunakan teknik role playing dalam mengurangi perilaku Bullying siswa Bagi siswa terkhusus petaku Bullying, dapat mengembangkan rasa saling menghargai, empati, saling menghormati, memiliki sikap pengendalian diri yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan baik.

B. Kajian Teori

1. Pengertian role playing

Role playing merupakan metode bimbingan konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga siswa dapat mengenali tokohnya. Dalam bidang pendidikan termasuk bimbingan dan konseling, role playing merupakan model pembelajaran di mana individu siswa memerankan situasi yang imajinatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri, meningkatkan keterampilan-keterampilan termasuk keterampilan problem solving, menganalisis perilaku, atau menunjukkan pada orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang hams berperilaku Arjanto, 2011 dalam http:paul-arjanto.blogspot.com201106permainanperan-role-playing-model.html. Dalam teknik role playing berakar pada dua dimensi yaitu dimensi pribadi dan sosial. Dimensi pribadi membantu anak menemukan makna dan lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya dan belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapi dengan bantuan kelompok sosial. Dari dimensi kelompok atau sosial, yaitu teknik role playing memberikan peluang kepada anak untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi sosial terutama mengenai hubungan antar pribadi. M uhibbin Syah 2010:193 mengungkapkan bermain peran merupakan upaya pemecahan masalah, khususnya yang bertalian dengan kehidupan sosial melalui peragaan tindakan. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan: 1 identifikasi pengenalan masalah, 2 uraian masalah, 3 pemerananperagaan tindakan, 4 diskusi dan evaluasi . Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, pengertian role playing ialah mendramatisasikan emosional siswa. Dengan dramatisasi, siswa berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu. M elalui role playing, siswa diharapkan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh pikiran dan minatnya dan juga perilakunya yang negatif menjadi positif, emosinya yang meledak-ledak menjadi halus dan tidak emosian, siswa yang tidak dapat berempati menjadi dapat bersikap empati, yang kurang bertanggung jawab menjadi bisa lebih bertanggung jawab, siswa yang kendali dirinya lemah dapat menjadi terkendali, siswa yang interpersonal skill nya rendah bisa menjadi bagus.

2. Tahap-Tahap Role Playing

Wound shaftet shaftel dalam M ubibbirt Syah, 2010:193-195, ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan model bermain peran, yaitu: a. M emotivasi kelompok, dalam merangsang minat siswa terhadap kegiatan bermain peran, guru perlu menawarkan masalah yang baik. M asalahmasalah yang baik harus memiliki kriteria sebagai berikut: - M asalah-masalah itu aktual - M asalah itu berkaitan dengan kehidupan siswa - M asalah itu merangsang rasa ingin tahu siswa - M asalah bersifat problematika dan memungkinkan terpakainya berbagai alternatif pemecahan b. M emilih pemeran pemegang perananaktor. Pada tahap kedua ini, bersama-sama para siswa, guru mendiskusikan gambaran karakter-karakter yang akan diperankan. Seusai karakter-karakter ini disepakati, selanjutnya guru menawarkan peran-peran tersebut kepada siswa yang layak. Dalam hal ini guru dapat jtiga menggunakan jasa satu dua orang siswa yang dianggap cakap untuk memilih siapa-siapa saja yang pantas menjadi aktor X , aktor Y , dan seterusnya. c. M empersiapkan pengamat. Dalam melangsungkan model bermain peran diperlukan adanya pengamat yang diambil dan kalangan siswa sendiri. Pengamat ini sebaiknya terlibat dalam cerita yang dimainkan. Agar seorang pengamat merasa terlibat, perlu diberi penjelasan mengenai tugas-tugasnya. Tugas-tugas ini meliputi: - M enilai sejauh mana kecocokan peran yang dimainkan dengan masalah yang sesungguhnya - M enilai sejauh mana efektifitas perilaku yang ditunjukkan pemeran - M enilai sejauh mana penghayatan pemeranan terhadap tokoh peran yang dimainkan d. M empersiapkan tahapan peranan. Daalm bermain peran tidak diperlukan adanya dialog- dialog khusus seperti dalam sinetron, sebab apa yang dibutuhkan para siswa aktor itu adalah dorongan untuk berbicara dan bertindak secara kreatif dan spontan. Walaupun begitu, garis besar adegan yang akan dimainkan perlu disusun secara tertulis. Selanjutnya, sebagai