44
3. Penyaluran aspirasi
Penyalur adalah media atau talang menyalurkan sesuatu kepada arah yang akan ditujukan sesuatu, talang tersebut adlaah media yang menjadi penghubung
atau jembatan penghubung antara pemberi pesan dan tujuan dan sasaran pesan. Penyalur aspirasi adalah kegiatan menyampaikan, menghubungkan dan
menghantarkan aspirasi dari si pemberi aspirasi kepada penerima aslpirasi. Aspiasi yang sampai tersebut harus sesuai dengan pesan awal, kemudian
disalurkan ke tujuannya juga sesuai, tidak berlebih dan tidak kurang.
4. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat
Sosialisasi adalah mengajar, memberi tahu apa yang benar dan apa yang salah, apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak, sosialisasi juga
mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai oleh pihak yang mengerti pesan kepada sipenerima pesan sehingga ada kegiatan mengajar, memberi tahu dan
menginformasikan. Pemberdayaan adalah memakai, memaksimalkan media dan sarana yang telah ada untuk pencapaian tujuan tertentu, pemberdayaan juga berarti
memaksimalkan yang sudah ada sehingga keberadaannya lebih berdaya guna dari sebelumnya.
Berdasarkan keterangan pengertian dari masing-masing tugas pokok diats maka Kajian evaluasi ini dipaparkan satu-persatu secara kategorial, dengan dasar
mengevaluasi kinerja dan membandingkannya keadaan yang diharapkan, yakni berdasarkan keadaan yang rukun, keadaan rukun ialah bahwa telah terjadi keadaan
hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian,
45
saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Evaluasi kinerja organisasi FKUB dalam menjaga kerukunan umat
beragama dilakukan adalah untuk melihat kesesuaian “antara harapan dengan kenyataan”.
II.8. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.
Singarimbun, 1995 :37
Oleh karena itu untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari
penelitian ini yaitu:
1. Organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok
yang berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Evaluasi adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi di
perlukan untuk melihat kesenjangan antara “harapan dan kenyataan”
46
3. kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat
beragama yang
dilandasi toleransi,
saling pengertian,
saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran
agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
pancasila dan UUD 1945.
4. Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat FKUB
adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan
umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. FKUB terdiri dari FKUB provinsi dan FKUB kabupatenkota.
II.9. Operasionalisasi konsep
Dengan menggunakan kriteria berdasarkan tugas pokok dan fungsi FKUB berdasarkan PBM agama dan dalam negri nomor 9 dan 8 tahun 2006, maka hal-
hal yang diukur untuk mengetahui kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.
1. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat,
apakah kegiatan dan tujuan dialog, baik sesama pengurus FKUB dan juga FKUB dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang
dilakukan FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai, hal ini dilihat dari :
kualitas dan kuantitas serta efektivitas pelaksanaan dialog
47
terbangun tali persaudaraan, antara sesama pengurus FKUB, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, sehingga
kerukunan tetap terjaga. Manfaat dari pelaksanaan dialog, baik dengan pengurus,
tokoh agama dan tokoh asyarakat.
2. Menampung aspirasi, dilihat dari :
Kegiatan rutin dalam penampungan aspirasi, baik secara aktif maupun pasif.
Kemudahan Proses dan tata cara menampung aspirasi. Responsivitas, atau tanggapan FKUB atas inisiatif
masyarakat.
3. Menyalurkan aspirasi
Mengkaji peranan dan keaktifan FKUB dalam menyalurkan atau tindak lanjut aspirasi dari asyarakat.
Kemudahan dan tata cara penyaluran aspirasi.
4. Sosialisasi dan Pemberdayaan masyarakat.
Melihat secara kualitas dan kuantitas pelaksanaan sosialisasi oleh FKUB.
Mengkaji kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan melihat kualitas dan kuantitas kegiatan
yang dilakukan. Mengkaji
keamanfaatan kegiatan
dalam lingkup
pemberdayaan masyarakat.
48
Untuk memfokuskan arah penelitian ini maka Secara singkat dipaparkan alur data dan arah penelitian ini akan disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
Alur Skema I Evaluasi Kinerja Organisasi Forum Keukunan Umat Beragama dalam
Menjaga Kerukunan Umat Beragama
TUGAS POKOK
· Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh
masyarakat. · Menampung aspirasi organisasi
keagamaan, organisasi masyarakat berbasis agama.
· Menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bentuk rekomendasi
sebagai bahan kebijakan gubernur · Melakukan sosialisasi peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan
yang berkenaan dengan kerukunan umat beragama dan
pemberdayaan masyarakat.
INDIKATOR KERUKUNAN
· Keadaan hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi
· saling pengertian · Menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya.
· Saling menghormati. · Ada Kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
dalam NKRI berdasarkan pancasila dan UUD Tahun
1945.
HASIL EVALUASI
Umpan Balik
Menjaga
49
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Bentuk Penelitian
Metode yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.
penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian- kejadian, secara sistematis
dan akurat, mengenai sifat- sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan
dengan menguji hipotesis. Oleh karenanya dalam penelitian ini sendiri penulis mencari gejala, fakta-fakta kejadian dan yang berhubungan dengan Implementasi
dari Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negreri Nomor 9 8 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan tugas pokok Forum Kerukunan Umat
Beragama Di tingkat Provinsi
Didalam penelitian ini sendiri penulis telah berusaha menghubungkan secara sistematis akan gejala-gejala yang berhubungan dengan penerapan tugas
pokok FKUB tingkat provinsi kemudian dilakukan evaluasi sehingga lahir suatu analisis dan output kinerja organisasi dan akan melahirkan suatu pandangan baru
akan kebijakan tersebut.
III.2 Lokasi Penelitian
Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini sekaligus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini
50
berlokasi di kantor Forum Kerukunan Umat Beragama Sumatera Utara di jalan amal Graha Kaswari, No 1. EE, Kota Medan, Provinsi sumatera Utara, kode pos
20218 Demi memenuhi kebutuhan informasi sebagai penyeimbang, juga
dibeberapa tempat lain dimana menjadi bagian dalam proses pelaksanaan kebijakan Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negreri Nomor
9 8 Tahun 2006 Tentang tugas pokok Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sumatera Utara di Kota Medan
III.3. Informan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. dijelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalan focus penelitian ditentukan secara sengaja.
Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagi informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. informan peneliti meliputi beberapa macam
yaitu 1. Informan Kunci Key Informan yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh penelitian. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah ketua umum
Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Provinsi Sumatera Utara
51
2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social yang diteliti .Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah
pelaksana kebijakan. Yakni anggota pejabat FKUB provinsi Sumatera Utara 3. Informan Tambahan yaitu adalam mereka yang memberikan informasi
walaupun tidak terlibat dalam interaksi social yang diteliti. Dalam hal ini akademisi, Organisasi kemasyarakatan, organisasi agama, tokoh agama, dan
pihak yang berkepentingan
III.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui : a Wawancara mendalam depth Interview, yaitu dengan cara wawancara
mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara langsung dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.
b Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejal-gejala yang
ditemukan di lapangan untuk melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan untuk yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
52
Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-
data sekunder yang diperlukan antara lain : a. Study Kepustakaan : literatur yang relevan dengan judul penelitian
seperti buku-buku,artikel , makalah, peraturan-peraturan, sturuktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk, pelaksana, petunjuk teknis,
dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. b. Dokumentasi : merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengunakan catatan atau foto-foto dan rekaman yang ada dilokasi penelitian, sera sumber-sumber lain yang relevan denan objek
penelitian
III.5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian
dikumpulkan untuk diolah secar sistematis. teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data,
menelaah, dan menyusunya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya
dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
Menurut Burhan Bungin 2003; 61 terdapat beberpa aktifitas dalam analisis data yaitu terdapat beberpa aktifitas dalam analisis data yaitu
1. Data reductionreduksi data
53
Reduksi dapat diartiak sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi
data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga
selain meringankan keraj peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada. Jika hal tersebut telah dilakukan data akan secara
mudah dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam artian reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan hal-hal yang
penting dalam penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk mencari data selanjutnya
dan mencarinya bila diperlukan 2. Data displaypenyajian
Display data bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.
Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses analisis data model interaktif.
Dengan demikian kedua proses ini berlangsung selama selama proses penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian
disusun. Display data dilakukan untuk mempermudah peneliti memahami data yang diperoleh selama penelitian dibuat dalam bentuk uraian atau teks yang
bersifat naratif, bagan atau bentuk tabel.
54
3. Conclusianverifikation Conclusianverifikation adalah usaha penarikan arti data yang telah
ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini
adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-poladan tema yang sama, pengelompokan dan pencarian kasus negative kasus khas, berbeda, mungkin pula
menyimpang. Dari ketiga tahapan analisis ini dapat digambarkan dengan bentuk skema
sebagai berikut : Alur Skema 2 . ANALISIS INTERAKTIF
Sumber : Miles dan Huberman 1984, dalam bukunya Sugiono, 2008 : 147.
III.6. Pengujian Keaslian Data
Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yag valid dan reliable. Untuk itu dalam kegiatan penelitian kualitatif dilkukan upaya validasi
data. Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat Reduksi data
Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Penyajian data Pengumpulan data
55
reliabilitas dan validitas data yang diperoleh. untuk pembuktian dan validitas data ditentukan oleh kredibilitas dan interpretasinya dengan mengupayakan temuan
dan penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan disetujui oleh subjek penelitian perspektif emik.
Agar terpenuhinya validitas data dalam penelitian kualitatif, dapat dilakukan dengan cara antara lain
1. Memperpanjang observasi 2. Pengamatan yang terus menerus
3. Triangulasi 4. Membicarakan hasil temuan dengan orang lain
5. Menganalisis kasus negatif 6. Menggunakan bahan referensi
Adapun reliabilitas dapat dilakukan dengan pengamatan sisematis, berulang dan dalam situasi yang berbeda.
Guba menyarankan tiga teknik agar data dapat memenuhi criteria validitas dan reliablitas yaitu: memperpanjang waktu tinggal, observai lebih tekun,
melakukan triangulasi. Lebih lanjut menurut Denzin triangulasi yang dimaksud meliputi menggunakan sumber, metode, peneliti lebih dari satu atau ganda sampai
ditemukan data jenuh.
56
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.1. Gambaran Umum Provinsi Suatera Utara IV.1.1 Sejarah Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara berdiri pada tanggal 15 April 1948 dengan wilayah mencakup tiga keresidenan, yaitu Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli.
Pada saat itu ibukota dari Sumatera Utara adalah Kutaraja yang sekarang menjadi banda Aceh, dan dikepalai oleh seorang gubernur. Gubernur Sumatera Utara yang
pertama adalah Mr. S.M. Amin. Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Dengan keputusan Pemerintah Darurat RI tanggal 17
mei 1949 Nomor 22PemPDRI yang mengatakan bahwa jabatan gubernur Sumatera Utara ditiadakan, selanjutnya dengan ketetapan pemerintah Darurat RI
tanggal 17 Desember 1949 di bentuk provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli atau Sumatera Timur yang kemudian dengan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk provinsi Sumatera Utara. Tanggal 7 Desember 1956 di dalam
undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonomi provinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan provinsi Sumatera Utara
yang artinya wilayah Sumatera Utara dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai daerah otonomi provinsi Aceh.
57
Pada Sidang I Komite Nasional Daerah K.N.D Provinsi Sumatera, mengingat kesulitan-kesulitan perhubungan ditinjau dari segi pertahanan,
diputuskan untuk membagi Provinsi Sumatera menjadi tiga sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari Keresidenan Aceh,
Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli, sub Provinsi Sumatera Tengah, dan sub Provinsi Sumatera Selatan. Dalam perkembangan
selanjutnya melalui Undang-undang No. 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948, Pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu: 1. Provinsi Sumatera Utara yang meliputi Keresidenan Aceh,
Sumatera Timur, dan Tapanuli. 2. Provinsi Sumatera Tengah yang meliputi Keresidenan
Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. 3. Provinsi Sumatera Selatan yang meliputi Keresidenan
Bengkulu, Palembang, Lampung, dan Bangka Belitung. Dengan mendasarkan kepada Undang-undang No. 10 Tahun 1948,
atas usul Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan suratnya tanggal 16 Pebruari 1973 No. 458525, DPRD Tingkat I Sumatera Utara
dengan keputusannya tanggal 13 Agustus 1973 No. 19K1973 telah menetapkan bahwa hari jadi Provinsi Sumatera Daerah Tingkat I Sumatera
Utara adalah tanggal 15 April 1948 yaitu tanggal ditetapkannya U.U No. 10 Tahun 1948 tersebut. Berdasarkan UU no. 10 tahun 1948 tanggal 15 april 1948
pemerintah pusat meresmikan Provinsi Sumatera Utara.
58
IV.1.2. Kondisi Geografis
Provinsi Sumat era Utara terletak pada 1’-4’ lintang utara dan 98’-100’
derajat bujur timur, berada pada jalur pelayaran internasional selat malaka. Luas provinsi Sumatera Utara adalah 71.680 Km atau 3,7 dari luas wilayah
Indonesia. Tata lintas batas geografis provinsi Sumatera Utara adalah Sebelah Utara Berbatasan dengan : Provinsi Nangro Aceh Darusallam NAD, Sebelah
Selatan Berbatasan dengan : Provinsi Riau, sebelah Timur mengarah ke selat Malaka dan sebelah Barat mengarah ke laut lepas samudera Hindia.
Luas daratan provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 Km2, sebagian besar daratan Sumatera Utara berada di daratan pulau Sumatera dan sebagian kecil
berada di pulau Nias, pulau – pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di
bagian Barat maupun di bagian Timur pantau pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupatenkota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah
kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 Km
2
, atau sekitar 9,23 dari total luas Sumatera utara, diikuti kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 Km2
atau 8,74, kemudian kabupaten Simalunggun dengan luas 4.386,60 Km
2
atau sekitar 6,12. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas
10,77 Km
2
atau sekitar 0,02 dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, seluruh sebaran daerah
Sumatera Utara dibagi dalam 3 tiga kelompok wilayahkawasan yaitu Pantai Barat yakni daerah yang menghadap laut lepas dan memiliki garis pantai yang
luas, Dataran Tinggi yakni daerah bukut barisan terletak disekitaran danau toba, dan Pantai Timur terletak dekat garis khatulistiwa.
59
Tabel 5. Pemetaan letak wilayah Provinsi Sumatera Utara
Kelompokwilayah Daerah kategorial
Pantai Barat, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias
Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang
Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tenggah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga, dan
Kota Gunung Sitoli.
Dataran Tinggi, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Simalunggun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak
Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pemantang Siantar.
Pantai Timur Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara,
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.
Pada umumnya laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Sumatera Utara terdapat pada daerah-daerah pantai timur dan terendah terdapat pada daerah-
daerah dataran tinggi. Rendahnya laju pertumbuhan pada daerah dataran tinggi ini disebabkan oleh berpindahnya sebahagian penduduk ke daerah yang lebih
potensial perkembangannya baik secara fisik maupun perekonomiannya seperti pantai timur dan pantai barat.
Provinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi,
sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,40C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan
yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhunya minimalnya bisa mencapai 23,70C. Sebagaimana provinsi lainnya
di Indonesia, provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim
60
penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai
dengan bulan Maret. Diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba. Ibukota provinsi Sumatera Utara adalah kota Medan yang merupakan kota
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Luas kota Medan 265,10Km atau 3,6 persen dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara dengan
jumlah penduduk sekitar 2,5 juta jiwa, Medan merupakan kota yang memiliki tingkat perekonomian termaju di Sumatera.
IV.1.3. Lambang Provinsi Sumatera Utara
Gambar 1. Lambang Provinsi Sumatera Utara
Makna lambang provinsi Sumatera Utara di atas adalah : 1. Kepalan tangan yang diacungkan ke atas dengan menggenggam rantai
beserta perisainya melambangkan kebulatan tekad perjuangan rakyat provinsi Sumatera Utara melawan imperialisme atau kolonialisme,
feodalisme dan komunisme.
61
2. Batang bersudut lima, perisai dan rantai melambangkan kesatuan masyarakat di dalam membela dan mempertahankan pancasila.
3. Pabrik, pelabuhan, pohon karet, pohon sawit, daun tembakau, ikan, daun padi, dan tulisan “Sumatera Utara” melambangkan daerah yang
indah permai masyhur dengan kekayaan alamnya yang berlimpah- limpah.
4. Tujuh belas kuntum kapas, delapan sudut sarang laba-laba, dan empat puluh lima butir padi menggambarkan tanggal bulan dan tahun
kemerdekaan. Dimana ketiga-tiganya ini berikut tongkat dibawah kepalan
tangan melambangkan
watak kebudayaan
yang mencerminkan kebesaran bangsa, patriotism, pencinta, keadaan, dan
pembela keadilan. 5. Bukit
barisan yang
berpuncak lima
melambangkan tata
kemasyarakatan yang berkepribadian luhur, bersemangat persatuan kegotongroyongan yang dinamis.
IV.1.4. Suku Bangsa
Sumatera Utara disebut sebagai “Indonesia Mini”, betapa diakuinya bahwa
provinsi ini merupakan provinsi multietnis, mulai dari Batak, Nias dan
Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara,
pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang
Minangkabau . Wilayah tengah sekitar Danau
Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen
Suku Nias
berada di
kepulauan sebelah
barat. Sejak
dibukanya perkebunan
Tembakau di
Sumatera Timur,
pemerintah kolonial
Hindia
62
Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan.
Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa
dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, sebagai berikut :
Tabel 6.
Data Penyebaran Suku-suku di Sumatera Utara
No Suku
Banyak ditemukan di daerah 1.
Suku Melayu Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli
Serdang, Serdang Bedagai, Medan dan Langkat 2.
Suku Batak Karo Kabupaten Karo, kabanjahe, dan sidikkalang
3. Suku Batak Toba
Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten
Toba Samosir.
4. Suku
Batak Mandailing
Kabupaten Mandailing
Natal, Kabupaten
Tapanuli Selatan,
Kabupaten Batubara,
Kabupaten Padang Lawas. 5.
Suku Batak Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan
6. Suku
Batak Simalungun
Kabupaten Simalungun dan kota siantar
7. Suku Batak Pakpak
Kabupaten Dairi, kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Pakpak Barat
8. Suku Minangkabau
Kota Medan, Kabupaten Asahan, Pesisir Barat Natal, Sorkam, Sibolga, dan Barus
9. Suku Aceh
Kota Medan
10. Suku Jawa
Pesisir Timur ; Asahan, Batubara, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Langkat, dan tanjung
balai.
11. Suku Tionghoa
Perkotaan, Pesisir Timur Barat. 12.
Suku Nias Pulau Nias
Keanekaragaman Sumatera Utara menjadi kekuatan sehingga mampu mengelola perbedaan etnis yang berbeda-beda yang cendrung bisa melahikan
konflik. Etnis yang ada di Sumatera Utara antara lain melayu, batak mandailing, batak toba, jawa, nias, minang, aceh pakpak-dairi, karo, Wna dll.
63
Etnis melayu mendiami sepanjang timur, mulai Dari Langkat, Labuhan Batu, dari daerah pantai sampai ke bukit barisan. Untuk membedakan diri dengan
melayu lain mereka menamakan diri dengan melayu deli atau melayu langkat. Etnis batak toba bermukim di pedalaman, mata pencaharian mereka
umumnya bertani. Salah satu ciri etnis ini adalah suaranya yang meledak-ledak. Tetapi hal ini semata adalah karena keterbukaannya yang jujur berbicara denan
perasaan dan sikapnya. Etnis batak pesisir berada di daerah sibolga dan tapanili tenga, mereka
banyak bergerak di bidang perikanan laut. Akibat pengaruh budaya, etnis ini menekankan etos dan semangat kerja, masyarakat esisir erupaya untuk
menghadapi globalisasi Etnis batak angkola dan mandailing bermukim di sebelah selatan sumut.
Suku angkola mendiami kabupaten tapanuli selatan dan suku mandailing mendiami kab. Mandailing natal. Orang mandailing benyak bergerak dalam
bidang usaha dagang. Mereka bertahan di pasar, baik di kota-kota sumatera, pulau jawa, malaysia maupu singapura.
Etnis batak simalungun mempunyai 4 marga asli yaitu sinaga, saragih damanik, purba. Dilihat asal-usul batak simalungun berasal dari luar indonesia,
tanah simalungun adalah daerah pegunungan, kehiduan ekonomi lebih dominan bercocok tanam.hasil pertaniannya seperti kentang, kol, nenas, tomat, dll.
64
Etnis batak pak-pak pada umumnya mendiami dairi, pak-pak barat, humbang hasundutan dan tapanuli tengah kabupaten dairi tempat paling banyak
dihuni oleh suku ini. Etnis batak karo adalah salah satu penduduk asli sumatera utara yang
mendiami dataran tinggi karo, langkat hulu, dan sebahagian daerah dairisektor pertanian adalah yang paling dominan didaerah ini.
Etnis nias berada dipulau nias. Mereka menanamkan diri mereka sebagai ona niha
artinya anak manusia dari pulau nias sebagai “tano Niha”. Berbagai etnis diatas menunjukan keberhasilan pembauran etnis di daerah sumut. Semua
etnis asli maupun pendatanghidup dengan sangat harmonis tanpa meninggalkan karakteristik adat istiadatnya.
IV.1.5. Bahasa
Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas di Sumatera Utara adalah
Bahasa Indonesia . Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa
Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu
yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek,
Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek o begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat
masih menggunakan bahasa Melayu dialek e yang sering juga disebut Bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa
sebagai pengantar sehari-hari.
65
Di Medan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian
selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan
Bahasa Batak
yang terbagi atas empat logat Silindung-Samosir-Humbang-Toba. Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di
pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Natal menggunakan
Bahasa Minangkabau .
IV.1.6. Agama
Keberadaan agama-agama di Provinsi Sumatera Utara nyaris sempurna, semua agama serta kepercayaan lokal ada di provinsi ini, oleh karena itulah
sumatera utaramendapat julukan “miniatur indonesia” ada juga yang menyebutnya sebagai indikator kerukunan di Sumatera Utara
. “ingin melihat kerukunan, lihat Sumatera Utara” “Sumatera Utara Hebat” dan lainnya pandangan positif
mengenai keragaman agama dan keyakinan yang tersebar di Sumatera Utara Adapun
Agama utama dari banyaknya kepercayaaan yang ada di Sumatera Utara adalah:
1. Islam
: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Mandailing, Angkola, sebagian Karo, Simalungun dan
Pakpak 2.
Kristen Protestan dan Katolik: terutama dipeluk oleh suku Batak
Toba, Karo, Simalungun, dan Nias 3.
Hindu : terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan
4. Buddha
: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
66
5. Konghucu
: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan 6.
Parmalim : dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta
Tinggi 7.
Animisme : masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu
Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya. Sedikitnya ada 37 aliran kepercayaan yang berada di Suatera Utara
IV.2. Peta Sebaran Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan sensus penduduk 2010, Penduduk Sumatera Utara
diperkirakan mencapai 12.982.204 jiwa. Dengan prediksi kenaikan 1,2 per-
tahun, maka dierkirakan penduduk Sumtera Utara tahun 2014 adalah sekitar 13.903.596.
Sumatera Utara dikenal sebagai miniatur Indonesia, hal ini dikarenakan Masyarakat daerah ini cukup heterogen baik dari aspek suku, agama, budaya dan
etnis maupun golongan. Demikin juga halnya kompleksitas keagamaan, Dalam kehidupan keagamaan, didaerah ini menganut beraneka ragam agama dan
kepercayaan lokal. Tak jarang juga ajaran agama telah mempengaruhi kehidupan dan interaksi
masyarakat Sumatera Utara dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Untuk lebih memberikan gambaran data sebaran penduduk Sumatera Utara maka akan
dipaparkan dalam tabel berikut ini
67
Tabel 7.
Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Provinsi Sumatera Utara
Nama Kabupaten Kota
Agama Islam
Kristen Katolik
Hindu Budha
Khong Hu Chu
Lainnya Tidak
Terjawab Tidak
Ditan- yakan
Jumlah
01 Nias
1.536 113.293
16.510 4
27 6
1 131.377
02 Mandailing Natal
386.771 12.452
454 10
16 5.242
404945 03
Tapanuli Selatan 207.372
51.735 2.544
3 15
44 2.102
263.815 04
Tapanuli Tengah 132.932
141.013 36.146
18 208
3 346
8 558
311.129 05
Tapanuli Utara 13.301
251.991 12.815
2 139
5 25
7 972
415.110 06
Toba Samosir 10.738
147.894 11.424
37 74
5 1.814
1.143 668.272
07 Labuhan Batu
344.224 57.921
4.811 53
6.637 9
31 1.424
817.720 08
Asahan 594.366
61.161 4.513
109 6.848
11 162
1.102 270.053
09 Simalungun
468.328 302.302
42.132 128
1.965 13
470 84
2.298 350.960
10 Dairi
42.302 196.592
30.476 20
272 6
36 349
1.290.431 11
Karo 91.796
204.283 51.678
130 1.518
4 101
1.450 967.535
12 Deli Serdang
1.400.527 301.106
44.388 2.989
36.380 96
339 195
4.411 289.708
13 Langkat
876.405 75.001
3.997 409
7.676 20
271 3.756
171.650 14
Nias Selatan 7.394
223.843 58.123
6 31
2 93
89 127
40.505 15
Humbang Hasundutan
5.165 142.662
23.410 2
90 2
319 119.653
16 Pakpak Bharat
16.161 23.065
1.223 56
594.383 17
Samosir 1.884
69.947 47.575
8 5
1 172
61 375.885
18 Serdang Bedagai
497.855 79.502
8.299 207
7.264 43
57 672
484 223.531
19 Batu Bara
330.076 37.757
5.715 25
1.100 40
268 4
900 225.259
20 Padang Lawas
Utara 200.459
20.838 832
3 12
8 1.379
277.673 21
Padang Lawas 213.948
10.777 379
5 2
148 330.701
22 Labuhan Batu
Selatan 238.682
36.870 1.318
16 622
15 150
127.244 23
Labuhan Batu Utara
271.919 52.492
4.012 30
1.801 9
10 428
81.807 24
Nias Utara 6.894
99.529 20.676
2 1
140 1
1 84.481
25 Nias Barat
1.621 64.417
15.740 2
12 1
11 1
2 154.445
26 Kota Sibolga
48.358 29.729
3.741 2
2.512 14
9 116
234.698 27
Kota Tanjung Balai
131.339 12.348
1.168 27
8.781 27
3 752
154.248 28
Kota Pematang Siantar
103.029 109.236
11.065 265
10.226 27
163 80
607 234.698
29 Kota Tebing
Tinggi 113.344
18.689 1.327
217 10.313
70 5
4 1.279
145.248 30
Kota Medan 1.422.237
425.253 37.552
9.296 184.807
370 339
491 17.265
2.097.610 31
Kota Binjai 209.426
19.396 2.004
630 13.391
182 16
1.109 246.154
32 Kota
Padangsidimpuan 172.290
17.123 878
670 5
61 504
191.531 33
Kota Gunungsitoli 17.151
99.483 9.112
245 2
36 55
118 126.202
Provinsi Sumatera Utara
8.579.830 3.509.700
516.037 14.644
303.548 984
5.088 1.760
50.613 12.982.204
Sumber : sensus penduduk 2010, BPS RI
68
Jika ditinjau dari segi besaran persentase, maka persentase jumlah penduduk Sumatera Utara berdasarkan agama pada tahun 2010 adalah sebagai berikut.
Diagram 1. Diagram persentase Penduduk Sumut berdasarkan Agama tahun 2010
Sumber : diolah Sabam Manurung,
IV.2.1 Demografis Etnis dan Agama.
Demografi etnis di Sumatera Utara umumnya diikuti oleh agamanya. Hal ini memiliki keunikan tersenduru dari provinsi ini, sekaligus juga menjadi daya
Tahan masyarakatnya untuk mengembangkan eksistensi agamanya ditengah perbedaan etnis dalam berlalu lintas kemasyarakatan, Meskipun ada dominansi
dan konotasi agama dengan etnis tetapi tidak semuanya agama A wajib dianut oleh etnis A.
Dalam kehidupan beragama provinsi sumatera utara menganut bermacam agama dan sangat heterogen. Karena keheterogenitas agama yang tersebar di
provinsi sumatera Utara aka tersebar juga rumah ibadah agama masing-masing. Berikut ini akan dipaparkan gambaran jumlah rumah ibadah di Provinsi Sumatera
Islam 67
Kristen 27
Khatolik 4
Hindu Budha
2 Konghuchu
jumlah
69
Utara. Seidaknya data ini dapat memberikan gambaran persebtase jumlah rumah ibadah yang ada.
Tabel 8 Jumlah Rumah Ibadah KabupatenKota se-Sumatera Utara
Kabupaten Kota
Mesjid Langgar
Gereja Church
Kuil Viha
ra Klen
teng Jumlah
No .
Kabupaten Regency
Mosque Musolah
Small Mosque
Protestan Protestan
Katolik Catholic
Temple Viha
ra Cetiy
a Total
01. N i a s
97 75
1 708 298
3 2 181
02. Mandailing
Natal 470
1 020 71
4 1 565
03. Tapanuli
Selatan 1 189
1 534 24
37 2 784
04. Tapanuli
Tengah 216
178 548
159 1 101
05. Tapanuli
Utara 85
75 805
76 1 041
06. Toba
Samosir 40
35 290
68 433
07. Labuhan
Batu 1 071
848 475
135 1
19 2 549
08. A s a h a n
820 1 182
416 85
1 20
1 2 525
09. Simalungun
806 254
1 112 182
5 2 359
10. D a i r i
160 112
868 143
2 3
1 288 11.
K a r o 161
165 569
142 6
3 1 046
12. Deli Serdang
1 178 1 432
1 597 156
13 88
8 4 472
13. L a n g k a t
901 1 166
266 70
4 20
1 2 428
14. Nias Selatan
x X
890 233
1 123 15.
Humbang Hasundutan
189 185
443 103
920 16.
Pakpak Bharat
62 55
90 21
228 17.
Samosir 8
8 322
135 473
18. Serdang
Bedagai 225
75 470
47 3
820 19.
Batu Bara x
X X
x x
x x
x 20.
Padang Lawas Utara
x X
X x
x x
x x
21. Padang
Lawas x
X X
x x
x x
x 22.
Labuhan Batu Selatan
x X
X x
x x
x x
23. Labuhan
Batu Utara x
X X
x x
x x
x
70
24. Nias Utara
x X
X x
x x
x x
25. Nias Barat
x X
X x
x x
x x
26. S i b o l g a
30 45
47 7
3 3
135 27.
Tanjungbalai 179
148 22
1 1
9 360
28. Pematangsia
ntar 97
112 136
20 2
5 1
373 29.
Tebing Tinggi
97 112
22 1
1 13
5 251
30. M e d a n
805 842
691 39
23 157
58 2 615
31. B i n j a i
215 325
36 1
3 21
1 602
32. Padangsidim
puan 189
185 71
1 2
1 449
33. Gunung
Sitoli x
X X
x x
X x
x
Jumlah Total
9 290 10 168
11 989 2 164
65 367
78 34 121
Sumber: Kanwil. Depag. Sumatera Utara tahun 2009. Keterangan x :masih bergabung dengan kabupaten induk.
Sebaran penduduk menurut agama diasumatera utara akan disajikan dalam bentuk ragam peta dibawah ini.
Gambar 2. Peta Provinsi
Sumatera Utara
Peta kehidupan
umat beragama
di provinsi
sumatera utara Umat Islam terbanyak ada
di daerah. 1. Tapanuli selatan
2. Mandailing natal 3. Langkat
71
4. Asahan 5. Deli serdang
6. Labuhan batu 7. Medan
8. Serdang bedagai 9. Dairi
10. Tanjung balai 11. Binjai
12. Tebing tinggi 13. Padang sidempuan
14. Batubara 15. Padang lawas
16. Padang lawas utara 17. Labura
18. Labusel Umat kristen terbanyak ada di daerah
1. Tapanuli utara 2. Nias
3. Nisel 4. Nias utara
5. Nias barat 6. Karo
7. Tapteng 8. Tobasa
9. Samosir 10. Gunung sitoli
11. Humbahas Islam dan kristen hampir berimbang
1. Sibolga 2. Pematang siantar
3. Pakpak bharat 4. Simalungun.
IV.2.1.1. Sebaran Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Agama dan Etnis
Didaerah pantai barat dihuni oleh suku yang menamakan diri dengan pesisir yaitu dengan tradisi lokal yang merupakan gabungan tradisi Minangkabau,
Melayu Dan Batak. Secara demografis penduduk yang berada di pantai barat ini relatif homogen dalam hal agama yaitu Islam. Meskipun diatara mereka beragama
Islam uniknya ada yang menggunakan marga batak. Akan tetapi mereka lebih suka menyebut dirinya pesisir daripada batak. Karena melekat dalam diri orang-
orang di di Sumatera Utara bahwa batak memiliki konotasi keagamaan yang mengarah kepada kristen.
Agama Islam umumnya dianut penduduk yang berasal dari etnis Melayu,Batak, Mandailing, Angkola, Barus dan Jawa, Simalungun, Minangkabau
Dan Aceh. Sedangkan pemeluk agama non Islam pada umumnya berasal dari Karo, Batak Toba, Nias Dan Dairi. Adanya berbagai suku di Sumatera Utara
menyebabkan adanya corak dan identitas diri dan mempunyai corak yang unik. Daerah pegunungan adalah daerah Provinsi Sumatera Utara yang
memanjang dari karo, taput, tapteng, dan tapsel yang disebut dengan bukit barisan. Daerah ini dihuni oleh suku batak yang menurut riwayatnya berasal dar i
sumatera utara kemudian bermigrasi ke tengah dan selatan. Pada waktu di utara, agama yang dianut adalah animisme atau kepercayaan lokal pelbegu. Penghuni
asli batak ini sampai saat ini masih ada dan sebahagian dari mereka menyebut dirinya parmalim. Meskipun dari sudut pantangan dan tradisi yang mereka anut,
mereka tetap mudah beradaptasi dengan agama-agama besar yang datang kemudian, seperti islam dan kristen.
73
Etnis karo, misalnya adalah etins Sumatera Utara yang pada umumnya menganut kristen protestan dengan gereja utama adalah GBKP. Selain itu
termasuk juga ada penganut Hindu, Katolik Dan Islam. Sebahagian lagi masyarakatnya msih menganut kepercayaan tradisional yang disebut pemena.
Masyarakat karo memiliki toleransi yang cukup ketara dalam menjaga perpedaan antar agama. Oleh karena itu keragaman agama yang ada bagi mereka tidak terlalu
menjadi masalah. Adanya kesan agama mayoritas dan minoritas, yang tesebar diseluruh
Sumatera Utara membuat agama-agama itu membangun kelompok baru dengan membentuk ikatan, persekutuan, dan sebagainya yang tersebar diberbagai daerah.
Masyarakat simalungun sedikit agag kesulitan untuk menunjukkan identitasnya didaerah ini. Hal ini disebabkan karena semakin dominannya
pengaruh dua etnis besar yaitu batak dan jawa. Hal ini terjadi karena daerah ini berbatasan dengan tanah batak toba lalu banyak orang batak yang bermigrasi ke
daerah ini. lalu di simalungun tersebar perkebunan PTPN dimana sebahagian besar penghuni PTPN ini adalah orang jawa yang bermigrasi dari jawa lalu
menikah dengan orang-orang simalungun. Dari segi agama umumnya masyarakat Simalungun menganut agama kristen dan grejanya GKPS. Paling tidak dari
sudut pandang simalungun khususnya pematang siantar memiliki kedudukan penting karena disana terdapat sekolah tinggi teologia HKBP dan juga sebagai
pusat pemerintahan, paling tidak ada tiga gereja besar selain GKPS, yaitu HKI, GKP dan HKBP. Namun meskipun begitu majemuknya masyarakat di
simalungun namun masih bisa menjaga harmoni dan kerukunan agama.
74
Bagi masyarakat batak, sekalipun wilayah utamanya adalah tanah batak, yaitu tapanuli utara dan tobasa akan tetapi etnis dari wilayah ini memiliki
keunikan tersendiri. Hal ini ditandai dengan mobilitas sosial mereka yang sangat tinggi antara lain dengan bermigrasi ke barbagai daerah di Indonesia bukan hanya
pada masa kemerdekaan saja, tetapi jauh sebelumnya mereka telah bermigrasi. Tidak heran bahwa masyarakat batak saat ini telah tersebar di seluruh daerah di
Indonesia, hal ini menjadikan orang batak tidak takut merantau kemana saja, karena memeka yakin nantinya akan menemukan disana sesama orang batak.
Masyarakat batak dikelompokkan sebagai penganut agama kristen yang dominan di nusantara yang menghimpun diri dalam HKBP. Sungguhpun agama
kristen sangat mendominasi daerah ini masih ada juga kepercayaan lokal seperti parmalim yang berpusat di laguboti balige.
Daerah pantai timur adalah membentang dari langkat, Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu. Dari sudut entitas, penduduk daerah timur ini cukup
beragam. Memang pada masa penjajahan penduduk daerah ini dominan disisi warga melayu. Suku batak dari Tapanuli Utara mulai bermigrasi ke Asahan,
namun dengan melalui berbagai proses asimilasi banyak diatara mereka yang pindah agama menyembunyikan marga yang ia bawa dari tanah batak. Namun
belakangan ini, marga-marga dari Tapanuli Utara itu telah muncul kembali,akan tetapi bahasa yang mera gunakan telah berubah cengkok, logat dan sepenuhnya
menggunakan langgam Asahan. Bahkan tradisi lokalnya pun telah larut kedalam suasana melayu Asahan.
75
Masyarakat yang menghuni pantai timur sekarang sudah sangat beragam, disamping melayu, ada juga aceh, banjar, batak, mandailing dan tionghoa. Dari
sudut pertimbangan yang dianut, relatif masih banyak yang menganut islam, sungguhpun sudah mulai berkembang agama kristen, budha maupun konghuchu.
Sekalipun heterogen, banyak potensi konflik, akan tetapi konflik agama masih minim di daerah ini.
Di Sumatera Utara juga sering terjadi konversi atau perpindahan agama,
konversi terjadi biasanya ketika masa perkawinan, pada umumnya yang paling sering adalah Islam ke Kristen atau Kristen ke Islam, orang-orang batak
yang menganut agama Islam mengelompokkan diri sebagai Persatuan batak Islam, atau orang batak yang dulunya kristen tetapi setelah Islam sering meninggalkan
marga dan adatnya yang semula. Disisi lain, meskipun orang batak yang sudah jadi Islam, dari segi sosial mereka masih tetap menjalin kebersamaan yaitu dengan
cara dalihan natolu secara harifah berarti tiga tungku yaitu sistem bangunan kekerabatan sebagai hula-hula, dongan tubu dan boru.
Tabel 9. Peta sebaran penganut agama menurut etnissuku di provinsi Sumut
No Agama
Etnissuku yang dominan.
1 Islam
Melayu, mandailing, angkola, jawa, minang, aceh,simalungun, dll
2 Kristen
Batak toba,
karo, pakpak
dairi, nias,
simalungun, tionghoa, dll 3
Katolik Nias, karo, batak toba, dan jawa.
4 Hindu
India, tamil, dll 5
Budha Tionghoa, india dll
6 Konghuchu Tionghoa, dll
76
Keragaman masyarakat dalam agama seringkali sekaligus merupakan keragaman etnis, merupakan salah satu kekayaan budaya sekaligus potensi konflik
ditemukan pada kehidupan masyarakat Sumatera Utara. Oleh karena itu, dalam kehidupan keseharian masyarakat di Sumatera Utara ditemukan adanya
keharmonisan disatu sisi, tetapi disisi lain ada juga terjadi pertentangan. Namun demikian, sejauh ini masyarakat Sumatera Utara dan sekitarnya memiliki
mekanisme untuk meredam konflik. Salah satu mekanisme dimaksud adalah konsep dalihan natolu tiga tungku0. Demikian juga dalam sistem kekerabatan
berdasarkan marga, perkumpulan dan kegiatan pesta adat lainnya menjadikan peredaman konflik menjadi efektif.
IV.2.2. Sebaran Tokoh Agama di Sumatera Utara
Untuk mengembangkan dan memelihara eksistensi masing-masing agama yang ada di Provinsi Sumatera Utara maka setiap agama memiliki tokoh agama
yang disebut ulama, da’i,mubaligh, rohaniawanpastor, pendeta, bikshu dan sebagainya. Hanya saja sejauh ini belum dapat dihitung secara pasti, namun
diperkirakan jumlahnya ribuan, kendatipun demikian masih dapat digambarkan jumlah para tokoh agama tersebut, berikut ada deskripsi data tokoh agama
Sumatera Utara paling tidak sebagai dasar berfikir.
Tabel 10. Rekapitulasi Data Pemuka Agama Provinsi Sumatera Utara
No KabupatenKota Agama Tokok Agama
Islam Ulama
Mubaligh Kristen
Pendeta Khatolik
Pastor Hindu
Pandita Budha
Bhiksu Konghuchu
Rohaniawan
1. Nias
127 572
47 -
- -
2. Madina
877 18
- -
- -
77
3. Tapanuli Selatan 117
290 -
- -
- 4.
Tapanuli Tengah
142 65
12 -
- -
5. Tapanuli Utara
97 210
2 -
- -
6. Tobasamosir
57 148
3 -
- -
7. Labuhan Batu
1.212 546
4 1
4 1
8. Asahan
675 55
2 1
3 1
9. Simalungun
397 221
17 -
- -
10. Dairi 227
213 8
2 4
- 11. Karo
172 210
12 6
- -
12. Deli Serdang 1.210
193 8
17 16
1 13. Langkat
575 131
- 5
1 -
14. Nias Selatan -
- -
- -
- 15. Humbahas
32 120
5 -
- -
16. Pakpak Bharat 62
85 -
- -
- 17. Samosir
29 96
3 -
- -
18. Sedang Bedagai 474
24 2
2 -
1 19. Batubara
253 18
1 -
- -
20. Sibolga 47
99 12
- 10
- 21. Tanjung Balai
168 92
2 -
6 -
22. Pematang Siantar
103 455
53 2
7 -
23. Tebing Tinggi 104
107 4
1 8
- 24. Medan
1.287 310
41 26
65 12
25. Binjai 132
20 4
3 3
- 26. Padang
Sidempuan 122
14 2
- 4
-
Jumlah 9.403
3.959 250
56 131
16
Sumber : Kanwil. Dep. Agama Sumut 2006 Tokoh agama tersebut saat ini mungkin telah jauh lebih banyak dari data
diatas, namun berdasarkan gambaran persentasi mungkin saat ini tidak jauh berbeda. Kemudian tokoh agama adalah kunci penting untuk menopang
kerukunan di Sumatera Utara, dimana mereka amat dekat dengan umatnya yang mereka bina, oleh karena itu tokoh agama sering menjadi panutan dan teladan
bagi para pengikut agama di daerah ini. Oleh karena itu apabila tokoh agama mengajarkan hal yang baik, bagaimana kerukunan dijalankan dan mengajarkan
harmonisasi antar umat beragama yang berbeda, maka akan tercipta kerukunan di masyarakat tingkat bawah.
78
IV.3. Pemetaan Faktor Pendukung Dan Penghambat Kerukunan Di Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang multi etnik dan multi agama, oleh karena multi entik dan multi agama besar kemungkinan potensi
terjadi konflik antar umat beragama atau konflik yan mebawa-bawa agama. untuk itu penting dilakukannya pemetaan faktor pendukung dan penghambat kerukunan
di Sumatera Utara ini. Agar dapat dilakukan cara penanganan yang tepat, cepat dan efektif. Berikut ini faktor pendukung dan penghambat kondisi kerukunan
antar umat beragama di Sumut, yang diperoleh dari buku yang dikeluarkan FKUB Sumatera Utara adalah :
IV.3.1. Pendukung Kerukunan
Faktor pendukung kerukunan adalah kiat efektif dalam membangun pondasikerukunan di suatu daerah. Beberapa faktor pendukung kerukunan di
Sumatera Utara adalah sebagai berikut : 1. Tegas terbuka
Penduduk Sumatera Utara mempunyai karakter tegaas dalam berbicara, bicara to the point, tidak plinplan, sehingga ucapannya tidak multi tafsir.
Masyarakat Sumut juga terbuka, baik dalam bertutur kata, bicara apa adanya, apa yang diucapkan sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya,
maupun dalam menerima kehadiran para pendatang. Dari sekian banyaknya para pendatang yang melancong ke provinsi ini, Masyarakat
Sumatera Utara belum pernah mengusir apalagi membunuh para pendatang hanya karena beda agama.
79
2. Kesadaran metropolitan Masyarakat Sumatera Utara sangat heterogen, karena keheterogenitas itu
menjadikan masyarakat Sumut terbiasa hidup berdampingan dengan orang yang berbeda, baik agama maupun etnik.
3. Peran tokoh agama dan etnis Tokoh agama dan etnis di Sumut berperan aktif untuk saling
mengingatkan, baik kepada masyarakat yang seagama dan satu ernis maupun yang berbeda agama dan etnis. Tokoh-tokoh agama sangat
intensif mengadakan forum silaturahmi untuk terciptanya saling memahami dan menghormati diatara sesama masyarakat.
4. Dialogis dan musyawarah Berbagai kasus yang menimbulkan keresahan, bahkan bibit konflik di
Sumut, seperti pendirian Rumah Ibadat, Relokasi ternak Babi dikota Medan, beberapa penolakan lannya sering muncul, tetapi proses
penyelesaian secara dialog dan musyawarah menjadi pilihan yang paling banyak ditempuh warga.
5. Persoalan sensitif diatasi dengan saling menghormati, dengan menggelang kerjasama antara tokoh agama, FKUB, masyarakat dan pemerintah daerah.
Sehingga masalah-masalah didaerah bisa telokalisir dan tidak mencuat ke nasional.
6. Derajat damai Tingginya situasi kondusif kehidupan beragama yang tercermin dari
kehangatan komunikasi lintas agama dan lintas etnis serta ariasi mata pencaharian. Interaksi sehari-hari hangat, saling berbagi masalah suka-
80
duka, saling memperhatikan dan menghargai makanan terlarang dan yang boleh. Hubungan upacara adat antara etnis dan ritual serta seremonial
keagamaan selalu saling menghargai. 7. Agama
Ajaran agama yang dikembangkan oleh umatnya menawarkan kebersamaan dan toleransi, lebih dari itu karena faktor sejarah telah
membuktikan bahwa sumatera utara bisa hidup damai dengan berbeda agama.
pada daa’i dan misionaris barat ketika datang ke Sumatera Utara dengan jalan damai, tanpa jalan intervensi, sehingga pesan kedamaian
ayng dibawa oleh para daa’i dan misionaris tersebut juga membawa kedamaian hingga saat ini.
8. Poleksosbud Politik di Sumut tidak terlalu menekan ekstrim kepartaian tertentu
terhadap masyarakat umum. Karenanya dianggap sebagai kebebasan sebagaimana telah dicerminkan dalam agama. dalam aspek ekonomi juga
tergambar budaya tolong-menolong yang sudah terjadi sejak lama, karena perasaan takut arwahnya dimarahi oleh roh nenek moyang dan atau Tuhan
jika mengambil sesuatu yang ukan haknya. Dimensi ssosial adanya filosofi batak Toba, mandailing-Angkola tentang dalihan Natolu teman semarga,
pihak mertua, pihak keuarga laki-laki yang mengawini saudara kita yang wanita, batak Dairi-Pakpak kesatuan sosial bernama lima jejaring kerabat
silih Si Lima. Melayu menyatakan dimana bumi diinjak disitu langit dijunjung. Begitu juga dengan etnis lainnya di Sumut.
9. Kearifan lokal
81
Kerukunan di Sumatera Utara termanifestasi pada masyarakat Sumatera Utara karena didukung oleh kearfan lokal baik etnis asli maupun etnis
pendatang. Dalam etnis melayu tradisi “bergito” merupakan tradisi
“mengangkat Saudara” , tradisi ini mengandung nilai pengembangan kerukunan yang bukan saja pada sosok indovidu tapi juga pada skop yang
lebih luas yaitu meyatukan seluruh masyarakat. Etnis batak “dalihan
natolu” konsep ini membentuk pola hubungan sosial, relasi sosial, baik tutur sapa maupun keterikatan adat. Prinsip ini menjelaskan hubungan
antar marga-marga yang masih memiliki hubungan darah dan hubungan kekerabatan yang mendalam. Selain dua etnis diatas, pada hakekatnya
etnis-etnis di Sumatera Utara; Nias, Jawa, Aceh, Minang, Sunda, Banten, Tionghoa, Tamil, Arab, dan lainnya juga mempunyai kearifan lokal yang
mendukung terwujudnya kehidupan yang rukun di Sumatera Utara. 10. Afinitas antar Agama dan Etnisitas
Adanya keragaman etnis dalam agama dan keragaman agama dalam etnis. Seorang yang beragama Islam atau kristen didalam rumpun keluarganya
terdapat berbagai etnis, demikian sebaliknya suku etnis yang ada terdapat berbagai agama.
IV.3.2. Penghambat Kerukunan
Dalam upaya pelestarian keharmonisan kerukunan antar umat beragama di Sumatera Utara menemukan hambatan antara lain :
1. Kurangnya wawasan tokoh agama dan peserta dialog dalam memahami agama lain.
82
2. Kurang efektifnya sosialisasi dan pelaksanaan regulasi, baik karena status hukumnya yang dipersoalkan hingga kurangnya pemahaman
kepala daerah. 3. Kurangnya pengembangan modelsisem pencegahan konflik secara
dini 4. Isu pemurtadan dan pendangkalan akidah, yakni penyiaranagama
kepada orang yang sudah menganut agama tertentu dengan imbalan materi dan perkawinan
5. Persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaranpenyebaran agama yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan penistaan
atau penodaan agama, dan adanya adu domba umat dengan penyebaran isu SARA dan semacamnya.
6. Adanya salah paham informasi diatara pemeluk agama, termasuk yang dipivu oleh pemberitaan di media massa yang tidak berorientasi pada
jurnalisme damai. 7. Sering munculnya sikap penolakan regulasi kerukunan.
Demikianlah kondisi penjelasan diatas dianggap dapat dijadikan pedoman penanganan kerukunan atau konflik agama di Sumatera Utara. Kendatipun
pemetaan diatas sebagai pedoman, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya bisa diandalkan, harus mengkaji juga kharakteristik dan jenis budaya yang dianut suatu
daerah, bisa saja daerah tertentu tidak lagi menjunjung tinggi atau telah luntur kearifan lokalnya karena tergerus zaman moderen.
83
IV.4. Monografi Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Provinsi Sumatera Utara
IV. 4.1. Sejarah FKUB Sumut
Sebelum ada FKUB di Sumut sejak tahun 1998, sebelumnya telah ada Forum Komunikasi Pemuka Antar Agama FKPA. Yang dibentuk secara formal
oleh Gubernur Sumatera Utara kala itu, bapak Tengku Rizal Nurdin, namun sesungguhnya ini murni didirikan oleh majelis-majelis agama, mulai dari MUI-
SU, PGI-SU, Uskup Agung Medan, PHDI-SU, WALUBI-SU. Yang kala itu baru ada 5 agama yang dilayani di kementrian agama, Masing-masing diwakili dua
orang perwakilan tokoh agama dan termasuk dari kanwil kemenag Provinsi Sumatera Utara, dan juga perwakilan dari LPKUB-SU Lembaga Pengkajian
Kerukunan Umat Beragama , semua ini bersama-sama mendirikan FKPA. FKPA ini berkiprah selama kurang lebih 9 tahun, sebelum adanya FKUB,
FKPA di sumut didirikan tidak hanya pada tingkat provinsi tetapi sampai juga tingkat kabupatenkota se-Sumatera Utara bahkan sampai ada yang dikecamatan.
Tupoksinya dalam rangka pembinaan kerukunan pembinaan umat beragama, mengatasi masalah-masalah yang timbul antar umat beragama, FKPA ini kurang
lebih sama dengan tugas FKUB yang sekarang. FKPA berjalan sampai dengan tahun 2007, hal itu dikarenakan tahun 2006 telah diterbitkan PBM agama dan
mendari no 9 dan 8 tahun 2006. Lalu di perintahkan dibentuk FKUB di Sumatera Utara melalui Peraturan GubernurTentang komposisi FKUB-SU.
15
15
Wawancara dengan kasubbang Hukum dan KUB KandepagSU, H Syafaruddin, SH.M.Si. 26 Maret 2015
84
Berdasarkan keterangan diatas upaya membangun kerukunan telah dibangun sebelumnya melalui FKPA, lalu ketika diperintahkan untuk medirikan
FKUB di Sumatera Utara sejatinya hanya tinggal meneruskan saja, tidak membangun lagi pondasi kerukunan dari awal, karena tugas pokoknya juga
hampir sama antara FKPA dulu dengan FKUB yang sekarang.
IV.4.2. Dasar Pembentukan
Pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB berdasarkan pada peraturan Bersama Menteri Agama dan Mentei Dalam Negeri Nomor 9
Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerahwakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan Forum
Kerukunan Umat Beragama dan pendirian rumah ibadah. FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam PBM tersebut mempunyai tugas:
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan
pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana amanat yang terdapat dalam PBM nomor 9 dan 8 tahun 2006
bahwa FKUB di tingkat provinsi memiliki fungsi :
85
a. FKUB provinsi memberikan saran dan pendapat dalam merumuskan kebijakan umum pembangunan, pemeliharaan dan pemberdayaan
umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan kepada gubernur. b. Memfasilitasi hubungan kerja antara pemerintah daerah dengan
majelis-majelis agama. c. Melakukan dialog antar umat beragama untuk memelihara kerukunan
sesuai dengan tingkatannya. d. Menampung aspirasi dikalangan umat beragama yang berkaitan
dengan pemeliharaan kerukunan dan pemberdayaan masyarakat. e. Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah daerah dan pusat.
f. Menyalurkan sosialisasi peraturan perundang-undangan berkaitan dengan kerukunan umat beragama.
g. Membantu pemerintah dalam perselisihan berkaitan dengan kerukunan umat beragama.
Pembentukan FKUB Sumatera Utara untuk periode pertama dikukuhkan berdasarkan surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 450417k2007
tanggal 22 maret 2007. Sedangkan untuk periode kedua dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44362KPTS2012
tentang komposisi keanggotaa FKUB provinsi Sumatera Utara periode 2012-2017 dan nomor 100.44963KPTS2013 tentang perubahan atas Keputusan Gubernur
Sumatera Utara Nomor nomor188.44362KPTS2012 tentang komposisi keanggotaan FKUB Sumatera Utara periode 2012-2017.
86
IV.4.3. Visi-misi FKUB Sumatera Utara
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, FKUB provinsi Sumatera Utara mempunyai motto akidah terjamin, kerukunan terjalin dengan visi
“menjadikan kerukunan bergama sebagai suatu kebutuhan dalam keberhasilan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan hidup
dunia dan akhirat” Misi FKUB Sumatera Utara
1. Melakukan komunikasi, konsultasi dan mediasi pembinaan kerukunan hidup umat beragama.
2. Melaksanakan dialog, sosialisasi dan edukasi tentang kerukunan hidup umat beragama.
3. Memberikan motivasi dan implementasi dalam pelaksanaan kerukunan hidup umat beragama untuk kesejahteraan dunia
dan akhirat. 4. Memberdayakan masyarakat dan lembaga jejaring kerukunan
sebagai objek dan subjek dalam memelihara dan meningkakan kerukunan.
Adapun tujuan pembentukan FKUB provinsi Sumatera Utara adalah 1. Memfasilitasi terciptanya kerukunan dan keharmonisan antar umat
beragama di Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk memelihara kerukunan antar umat beragama kearah persatuan dan
kesatuan serta keutuhan berbangsa dan bernegara. 3. Untuk
meningkatkan pemahaman
keberagaman kearah
saling menghormati dan menghargai antar umat agama yang ada di provinsi
Sumatera Utara. 4. Menampung aspirasi umat beragama dalam penyelesaian masalah yang
terjadi ditengah masyarakat.
87
FKUB Provinsi Sumatera Utara memiliki Motto yang selaras dengan visi- misinya, yakni
“akidah terjamin, kerukunan terjalin”
IV.4.4. Pengurus FKUB Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara nomor 188.44362KPTS2012 tentang komposisi keanggotaan FKUB Provinsi Sumaera Utara Periode 2012-
2017 dan nomor 188.44963KPTS2013 tentang perubahan atas keputusan Gubernur Sumatera Utara nomor 188.44362KPTS2012, maka komposisi
pengurus FKUB Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : Ketua
: Dr. H Maratua Simanjuntak MUI
16
Wakil ketua I : Drs. Albert Pakpahan, MAP KWI
Wakil Ketua II : Oemar Witaryo SH WALUBI
Sekretaris : Pdt. Dr. Elim Simamora, PGPI
Walil Sekretaris I : Dr. H. Arifinsyah, M. Ag MUI
Wakil Sekretaris II : M. Chandra Bose PHDI
Bendahara : Andy Wiranata, SE MATAKIN
Wakil Bendahara : Drs Sarwo Edi, M.A MUI
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Hasan Bakti Nasution, MA MUI
2. Drs. H Arifin Umar MUI
16
Asal organisasi, sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pengurus FKUB dipilih dari tokoh agama di Sumatera Utara yang diutus dari masing-masing organisasi
keagamaan yang ada di sumatera utara.
88
3. Drs. H. Amas muda Siregar, MBA, MM MUI 4. Dr. Ansari Yamamah, MA MUI
5. H. Darma Efendi SH. MA. MUI 6. Nispul Khori M.Ag MUI
7. Drs. Abdul Razak, M.Si MUI 8. Nazamuddin, M.Ag MUI
9. Pdt. Dr. Jontor Situmorang PGI 10. Pdt. Dr. John Hasiholan Manurung, M.Div PGI
11. P Bonaventura Hendrikus Gultom, OFMCONV KWI 12. Pdt. Drs. J. Washinton Panjaitan, S.Th PGI
13. Pdt. Julesber G Silaban, M.Th PGI Sekretariat
: Muhsin Purba Bayu Syahputra
Ahmad Naseri Pengrusanrganisasional FKUB Sumatera Utara tidak memiliki struktur organisasi,
karena dalam penerapan kerja organisasi antara ketua, BPH dan anggota telah tertanam sifat dan kebiasaan yang tidak struktural tetapi horizontal, ketua dan para
anggotanya bersifat konsultatif dan saling mendorong serta saling mengingatkan akan hal-hal yang tepat untuk dikerjakan.
89
Komposisi jabatan pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB provinsi sumatera utara, berdasarkan agama ialah
Tabel 11. Komposisi Jabatan FKUB Provinsi Sumatera Utara Periode 2012-2017
Nama Jabatan
Asal Organisasi
Perwakilan Agama
total
Dr. H. Maratua Simanjuntak Ketua
Majelis Ulama
Indonesia MUI
Islam 11
orang Dr. H. Arifinsyah, M.Ag
Wk. Sekretaris I Drs. Sarwo Edi, MA
Wakil Bendahara
Prof. Dr. H.Hasan Bakti Nasution, MA Anggota Drs. H Arifin Umar
Anggota Drs.H.Amas muda Siregar,MBA, MM Anggota
Dr. Ansari Yamamah, MA Anggota
H. Darma Efendi SH. MA Anggota
Nispul Khori M.Ag Anggota
Drs. Abdul Razak, M.Si Anggota
Nazamuddin, M.Ag Anggota
Drs. Albert Pakpahan, MAP Wakil Ketua I
KWI Konferensi
Wali Gereja Indonesia
Khatolik 2 orang
P. Bonaventura
Hendrikus Gultom,OFMCONV
Anggota
Pdt.Dr. Elim Simamora Sekretaris
PGPI Kristen
Protestan 5
Orang Pdt. Dr Jontor Situmorang
Anggota PGI
Persekutuan Gereja
di Indonesia
Pdt. Dr. J.H. Manurung, M.Div Anggota
Pdt. Drs. J. Washinton Panjaitan, S.Th Anggota
Pdt. Julasber G Silaban, M.Th. Anggota
Oemar witaryo, SH. Wakil Ketua II
WALUBI Budha
1 orang
90
Perwalian Umat Budha
Indonesia
M. Chandra Bose Wk. Sekretaris
II PHDI
Parisada Hindu
Dharma Indonesia
Hindu 1 orang
Andy Wiranata, SE Bendahara
MATAKIN Majelis
Tinggi Agama
Konghuchu di Indonesia
Konghuchu
1 orang
Jumlah semua Pengurus 21
Orang Sumber : buku Pedoman FKUB Sumatera Utara, 2014
Forum kerukunan Umat Beragama FKUB berada di tingkat Provinsi dan kabupatenkota. Sumatera Utara memiliki satu provinsi dan 33 kabupatenkota,
berikut ini daftar rekapitulasi FKUB yang tersebar di seluruh kabupatenkota di Sumatera Utara.
Tabel 13. Rekapitulasi Pebentukan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB
Se-Sumatera Utara Tahun 2013 No
. DAERAH
PEMBENTUKAN KETERANGAN
SUDAH BELUM
Provinsi Sumatera Utara √
- SK GUB. No. 450417k2007
Tgl. 22-03-2007 1.
Kabupaten Tapanuli Tengah √
- SK Bupati No. 318BKBPM2007
Tgl. 27 Desember 2007 2.
Kabupaten Tapanuli Utara √
- Sudah SK belum dikirim
3. Kabupaten Tapanuli Selatan
√ -
No. 450130K2006 Tgl 20 Juni 2007
4. Kabupaten Nias
√ -
No. 450076K2007 Tgl. 07-05-2007
5. Kabupaten Langkat
√ -
No. 451.12-43.aSK2007 Tgl. 15 Agustus 200
6. Kabupaten Karo
√ -
No. 450207KESBANG2007 Tgl. 24 Juli 2007
91
7. Kabupaten Deli Serdang
√ -
No. 2101 Tahun 2007 Tgl. 14 Desember 2007
8. Kabupaten Simalungun
√ -
No. 188-453032-Kesbang Tgl. 15-05-2007
9. Kabupaten Asahan
√ -
No. 158-Sos2007 Tgl. 30-05-2007
10. Kabupaten Labuhan Batu √
- No. 45066KESBANG2007
Tgl 1 Oktober 2007 11. Kabupaten Dairi
√ -
No. 53 Tahun 2007 Tgl. 08-03-2007
12. Kabupaten Toba Samosir √
- No. 114 TAHUN 2007
Tgl. 31 Mei 2007 13. Kabupaten Mandailing
Natal √
- No. 400251K2007
Tgl. 01-05-2007 14. Kabupaten Nias Selatan
√ -
No. 4502326K2006 Tgl 30 April 2007
15. Kabupaten Pakpak Bharat √
- No. 069 Tahun 2007
Tgl. 23-03-2007 16. Kabupaten Humbahas
√ -
No. 427 TAHUN 2007 Tgl 12 November 2007
17. Kabupaten Samosir √
- No. KD.02.23I
aBA.01.12202007 Tgl 12 November 2007
18. Kabupaten Serdang Bedagai √
- No. 175450TAHUN 2007
Tgl 31 Mei 2007 19. Kabupaten Batu Bara
√ -
Sudah SK belum dikirim 20. Kabupaten Padang Lawas
√ -
Sudah SK belum dikirim 21. Kabupaten PALUTA
√ -
Sudah SK belum dikirim 22. Kabupaten LABURA
- √
Belum daerah pemekaran baru 23. Kabupaten LABUSEL
- √
Belum daerah pemekaran baru 24. Kabupaten Nias Barat
- √
Belum daerah pemekaran baru 25. Kabupaten Nias Utara
- √
Belum daerah pemekaran baru 26. Kotamadya Medan
√ -
No. 450432.KTAHUN 2007 27. Kotamadya Pematang
Siantar √
- No. 4501047WK2007
Tgl. 11 April 2007 28. Kotamadya Sibolga
√ -
No. 230722007 Tgl 11 April 2007
29 Kotamadya Tanjung Balai
√ -
No. 450382K2007 Tgl 31 Agustus 2007
30. Kotamadya Binjai √
- No. 450-432K2007
Tgl. 9 Februari 2007 31. Kotamadya Tebing Tinggi
√ -
No. 450150 TAHUN 2007 Tgl. 17 September 2007
32. Kotamadya Padang Sidempuan
√ -
No. 129.AKPTS2007 Tgl. 03-12-2007
33. Kotamadya Gunung Sitoli -
√ Belum daerah pemekaran baru
Sumber : Dirjen.kesbangpol.go.id. data diupdate 2013.
92
BAB V TEMUAN LAPANGAN.
Dalam bab ini akan menyajikan data –data yang ditemukan di lapangan
ketika melakukan penelitian. Sajian data akan dipaparkan berdasarkan jenis data primer dan sekunder dalam bentuk hasil wawancara tertulis, hasil data
kepustakaan, hasil data dokumentasi dan hasil observasi. Adapun hasil ini merupakan data yang langsung didapatkan peneliti dilapangan baik temuan
formal maupun temuan substantif yang dapat menjawab fokus atau masalah penelitian. Temuan dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap informan
kunci, informan utama, dan informan tambahan pada penelitian Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama dalam Menjaga Kerukunan.
V.1. Data Kinerja Organisasi FKUB Provinsi Sumatera Utara
V.1.1. Data Primer
Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang
lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam data primer akan disajikan satu persatu, mulai dari hasil wawancara, hasi observasi dan hasil
dokumentasi. Dalam hal penyajian data ini menggunakan bentuk kategorial, yakni mengolah dan meyaring data yang didapat di lapangan, mentabulasi dan
menyajikannya dengan mencocokkan dengan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
93
V.1.1.1. Wawancara Mendalam Depth Interviw
Dalam hal wawancara mendalam, Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan
kepada informan merupakan pertanyaan yang berasal dari panduan wawancara yang penulis susun sebagai instrument dalam penelitian ini. Penulis melakukan
pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami perkembangan yang penulis sesuaikan dengan permasalahan penelitian ini. Pelaksanaan wawancara langsung
dengan informan yang telah penulis lakukan selama kurun waktu 4 empat minggu dengan melibatkan informan sebagaimana yang telah direncanakan pada
proposal penelitian ini yaitu:
1 Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Provinsi SumateraUtara.
2 Wakil Ketua I FKUB Provinsi Sumatera Utara 3 Wakil Sekretasis I FKUB Provinsi Sumatera Utara.
4 Anggota FKUB Provinsi Sumatera Utara 5 Kasubbag Hukum dan KUB, kanwil. Depag. Provsu.
6 Kabid. Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, KesbangPolinmas. Provsu.
7 Kasubbid. Ideologi dan wasbang. Kesbangpolinmas. Provsu. 8 Sekrertaris Jendral GPP.
Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang telah peneliti temui, paparan ini akan disajikan secara kategorial berdasarkan
keempat tugas pokok FKUB tingat Provinsi, dalam Hal ini tugas pokok FKUB Provinsi Sumatera Utara, kategiroalnya adalah, melakukan dialog, menampung
94
aspirasi, menyalurkan aspirasi, dan mensosialisasikan UU dan peraturan keagamaan dan pemberdayaan masyarakat. Keterangan secara kategorial akan
dipaparkan sebagai berikut :
1. Melakukan Dialog
Kajian dialog FKUB dilakukan bersama pemuka agama dan tokoh masyarakat, kajian dialog dicari peneliti untuk melihat apakah kegiatan dan tujuan
dialog, baik sesama pengurus FKUB dan juga FKUB dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang dilakukan FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai,
hal ini dilihat dari kualitas dan kuantitas serta efektivitas pelaksanaan dialog, terbangun tali persaudaraan, antara sesama pengurus FKUB, tokoh agama, dan
tokoh masyarakat, sehingga kerukunan tetap terjaga. Dan Manfaat dari pelaksanaan dialog, baik dengan pengurus, tokoh agama dan tokoh asyarakat.
Dari data hasil wawancara langsung yang diperoleh dari beberapa
informan, dapat dikatakan kuantitas, kualitas serta efektivitas pelaksanaan dialog bersama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat telah dilakukan berulang
kali. Berikut ini sajian data wawancara bersama beberapa informan terkait tugas
pokok FKUB dalam melakukan dialog. Wawancara dengan wakil Sekretaris I FKUB Sumut Bapak Dr.H.
Arifinsyah, M.Ag. yang peneiti temui di kantor FKUB Sumut. Dalam melaksanakan tugas pokok dialog, untuk tujuan dialog oleh FKUB Sumut beliau
menjelaskan.
“Dialog itu banyak tujuannya, yang pertama, silaturahmi ya,, silaturahmi, bertemunya dari beberapa tokoh agama sehingga terjadi komunikasi
dengan harapan, sejatinya dengan komunikasi itu ada hal-hal yang mengganjal bisa disampaikan, ada hal-hal yang dianggap bengkok,bisa
diluruskan, ada hal-hal yang dianggap macet itu, bisa lah dilancarkan,
95
sehingga apa yang selama ini mungkin terjadi salah nilai, atau buruk sangka, dengan dialog, itu bisa hilang. tujuan dialog itu juga, dialog itu
bisa menambah wawasan, karena terkadang, kita hanya memahami agama dengan pendekatan agama kita sendiri, , bagaimana dengan
kawan kita punya agama, dia juga punya pendekatan yang harus kita pahami.
Sehingga dengan
dialog bisa
memperkaya khazanah
”.wawancara 11 Maret 2015 pukul 13.30 WIB Kemudian, terkait kontiunitas dialog, baik dialog di internal FKUB Sumut
dan kepada masyarakat umum, beliau menambahkan “sering, kalau sesama pengurus FKUB tiap minggu, yaitu pada hari rabu
kalau sesama pengurus, bayangkan, kalau setahun udah 52 kali,” “Kalau ke masyarakat, rutin juga, sesuai dengan program, dan kondisi
yang ada, baru kemarin pada tanggal 9 maret dibuat, kalo secara kuantitas, tidak bisa kita hitung angka secara kuantitas, karena sakin
banyaknya dan seringnya jumlah dialog yang dilakukan, ditengah kesibukan” wawancara 11 Maret 2015 pukul 13.30 WIB
Pernyataan dari wakil Sekretaris FKUB Sumut juga senada dengan pernyataan dari wakil ketua FKUB Sumut, ketua FKUB Sumut dan anggota
FKUB Sumut yang ditemui secara terpisah. Selanjutnya untuk pelaksanaan dialog yang telah dilakukan selama ini,
apakah pernah mengalami kegagalan, dari hasil wawancara masih dengan orang yang sama, beliau mengatakan
“Nga pernah gagal, FKUB Sumut punya prinsip memutuskan suatu masalah lewat musyawarah mufakat. Dan itu terlaksana. Apalagi
diperiode kami yang kedua, jadi semakin matang, karena apa, aturan mainnya sudah
ada.” wawancara 11 Maret 2015 pukul 1.30 WIB
Wakil ketua I FKUB Provinsi Sumatera Utara , Bapak Drs. Albert Pakpahan, MAP. memberikan informasi mengenai kinerja FKUB yang
digelutinya, beliau bersedia diwawancarai disela-sela waktu menunggu rapat rutin mereka akan dimulai. Mengenai hal apa saja yang dibahas dalam dialog internal
FKUB Sumut, beliau menjelaskan
96
“nanti dibuat oleh, misalnya bapak ketua, meminta supaya ada dialogis kita disini sesama kita semua, nanti datanglah pak ketua, tentukan
judulnya, misalnya, konsep ketuhanan menurut agama kristen, khatolik, islam dan konghuchu dan lainnya.atau konsep surga dan neraka dari
pengertian agama masing-masing. Jadi itu sering,, wawancara 11 Maret 2015
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa dialog internal yang dilakukan memiliki thema yang berbeda-beda, pernyataan ini dibenarkan oleh ketua FKUB
Sumatera Utara, Bapak Maratua Simanjuntak, beliau mengatakan “Sering, tiap rabu, bahannya ganti-ganti. Umpamanya kita dialog, tentang
apa itu surga, dan banyak lagi, sehingga semua anggota ini paham tentang agama-
agama, dan sehingga kita rukun.”wawancara, 11 Maret 2015
peneliti menanyakan bagaimana antusiasme masyarakat daam mengikuti dialog yang dilakukan FKUB Sumut selama ini, bapak wakil ketua I FKUB
Sumut mengatakan “Sangat tinggi antusiasmenya, masalahnya kan kita kadang-kadang, soal
waktu, kita terikat oleh waktu, kita buat waktu dialog sampe jam sekian, tapi mau sampek berkepanjangan, banyak yg minta dilanjutkan lah,, tapi
waktunya terbatas.” wawancara, 11 Maret 2015
Penjelasan lengkap mengenai tugas dialog yang dilakukan oleh FKUB
Sumatera Utara juga disampaikan oleh Ketua FKUB Provinsi Sumatera Utara, Bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak.
Wawancara dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015, pukul 14.44 WIB di ruang rapat kantor FKUB Provinsi Sumatera
Utara, beliau bersedia saya wawancarai disela-sela akan dimulainya rapat rutin FKUB. mengenai kemanfaatan dialog, adakah manfaat dialog ini dilakukan,
beliau mengatakan “Mereka awalanya tidak paham, jadi paham, karena ada paham orang
dalam beragama, bahwa yang berpahala itu kalau membantu kawan seagamanya, itu kita dialogkan, bahwa sebenarnya, ajaran agama tidak
begitu. Kalau kita nga mau membantu orang hanya karena beda agama,
97
itu kan nga rukun. Padahal agama menginginkan rukun. Dekian juga soal pembangunan rumah ibadah, kita sampaikan apa sebetulnya manfaat
membangun rumah ibadah, kenapa ada aturan, ini, itu, nah, kita jelaskan karena nanti kalau kita harus saling menghargai, bahkan tidak menutup
kemungkinan, dalam internal agama pun sering terjadi konflik, kristen dengan kristen, islam dengan islam. Nah disini lah manfaat dialog itu bagi
masyarakat, kita lakukan dialog”.wawancara 11 Maret 2015
Untuk melengkapi informasi mengenai tugas dialog yang dilakukan FKUB Provinsi SumateraUtara, peneliti, melakukan wawancara dengan instansi diluar
FKUB Sumatera Utara, peneliti menemui pejabat kantor wilayah kementrian
Provinsi Sumatera Utara, dalam hal ini Kasubbag hukum dan KUB kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Provsu. Bapak H.
Syafaruddin Lubis, SH. M.Si, yang saya temui di ruang kerjanya pada kamis 26
Maret 2015, pukul 09.30.WIB. dalam wawancara dengan beliau, penjelasan yang didapat mengenai tugas dialog yang dilakukan FKUB Sumatera Utara adalah
sebagai berikut. ”Selalu mereka mengadakan dialog, misalnya dulu waktu menjelang
pilpres, mereka melakukan pertemuan di Bina Graha mengundang para tokoh agama, bagaimana mensukseskan pilpres yang damai 2014, baru-
baru ini di gedung walubi ya, simposium tentang pemangku moral. Artinya FKUB ini dalam melakukan kegiatan dialog dalam membina
kerkunan ini selalu, ada terencana dengan baik dan selalu melibatkan
kanwil, kesbang, dan kerja sama kita bagus”wawancara 2632015 Penjelasan serupa juga ditambahkan oleh Kabid Ideologi dan wawasan
kebangsaan,kesbang Polinmas Provinsi Sumatera Utara, Bapak Drs. Muhammad D. Beliau bersedia saya temui dan saya wawancarai di ruang kerjanya, pada
tanggal 30 Maret 2015, pukul 08.52 WIB. Dari pelaksanaan dialog yang dilakukan FKUB beliau mengatakan,
“Kalau berdasarkan tupoksi mereka, misalnya dialog atau rekomendasi rumah ibadah, berhasil lah,”wawancara 3032015
98
Dari penjelasan beberapa informan diatas, didapati bahwa sering dan bahkan intens dialog dilakukan oleh FKUB Sumatera Utara, baik sesama
pengurus FKUB maupun dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
2. Menampung Aspirasi
Kajian menampung aspirasi adalah sebagai tindak lanjut dari FKUB ketika melakukan dialog dengan mtokoh agama dan tokoh masyarakat, atau FKUB
membuka diri untuk menampung aspirasi yang berasal dari organisasi agama, tokoh agama,instansi pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat umum.
Dalam hal mengevaluasi kinerja FKUB dalam menampung aspirasi, akan dilihat dari Kegiatan rutin menampung aspirasi, baik secara aktif maupun pasif,
Kemudahan Proses dan tata cara menampung aspirasi dan Responsivitas atau tindak lanjut FKUB atas aspirasi masyarakat.
Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan para informan mengenai implementasi tugas pokok FKUB kategori menampung aspirasi.
Penjelasan mengenai kinerja FKUB dalam melakukan penampungan aspirasi, dari hasil wawancara dengan wakil Sekretaris I FKUB Sumatera Utara, Bapak
Dr.H.Arifinsyah, M.Ag. mengenai sering atau tidaknya penampungan aspirasi dilakukan beliau memberi keterangan sebagai berikut :
“Sering, kadang lewat mereka memberi aspirasi lewat surat mempertanyakan
sesuatu, kita
hadirkan mereka
disini, kita
dialog”wawancara 11315. Penjelasan senada juga disampaikan oleh ketua FKUB Sumut, beliau
mengatakan : “Sering ada aspirasi yang ditampung disini, baik dari organisasi agama,
ataupun dari masyarakat”.wawancara 11315
99
Terkait dengan metode, beberapa penjelasan yangdidapati peneliti, berdasarkan wawancara, metode yang diterapapkan adalah
“petama dari pasif, mereka yang minta lewat surat atau lewat komunikasi, kemudian yang aktif, kita langsung turun ke masyarakat,
berdialog dengan masyarakat”, Selanjutnya ketua FKUB Sumut, menjelasakan dengan maksa yang sama,
tetapi lebih rinci “Kalo menampunag asprasi itu, pertama, kantor ini terbuka tiap hari
kerja, disini bisa disampaikan, melalui telepon, melalui surat, melalui surat kabar, kedua, aspirasi melalui anggota saya yang 21 ini, mereka ini
kan perwakilan dari organisasi agama mereka masing-masing, jadi ada aspirasi yang disampaikan dari organisasi itu, mereka tampung di
bawakan ke FKUB ini. Itu makanya yang menjadi anggota FKUB ini adalah perwakilan resmi, bukan kita pilih-
pilih”. Dalam hal implementasi FKUB sumatera Utara dalam menampung
aspirasi, penjelasan dari wakil ketua I FKUB Sumatera Utara, Bapak Drs.Albert Pakpahan, MAP, mengenai apa saa yang ditampung dari masyarakat, beliau
menjelaskan “isu sara dan konflik yang membawa-bawa agama.”
Hal senada juga dipaparkan oleh Ketua FKUB Sumatera Utara, Bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak, dalam wawancara dengan beliau mengenai tugas pokok
menampung aspirasi, beliau memberi penjelasan sebagai berikut : Mengenai tugas pokok menampung aspirasi, Kasubbag Hukum dan KUB.
Bapak H. Syafaruddin Lubis, SH. M.Si. beliau menjeaskan sebagai berikut “Fkub selalu menampung masukan dan informasi dari daerah, setelah itu
mereka bawa rapat pengurus, dan diambil sikap, saya pikir, informasi yang disampaikan fkub daerah cukup lumayan banyak.wawancara
2632015
”
100
3. Menyalurkan Aspirasi
Setelah FKUB melakukan dialog dengan masyarakat dari dialog tersebut tentunya didapatkan aspirasi dan usul masyarakat kepada FKUB, selanjutnya
FKUB menyusun laporan, dan melanjutkannya kepada gubernur atau tepatnya kepala daerah untuk rekomendasi kebijakan yang akan dieksekusi kepala daerah,
sehingga dengan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat ke FKUB dan FKUB meneruskan ke kepala daerah diharapkan mampu membantu kepala daerah dalam
mengambil dan mempertimbangkan referensi yang disampaikan oleh FKUB. untuk Mengevaluasi peranan dan keaktifan FKUB dalam menyalurkan atau tindak
lanjut aspirasi dari masyarakat peneliti akan mengkaji seberapa sering, apa saja, bagaimana prosesnya dan seperti apa Kemudahan serta tata cara penyaluran
aspirasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil sekretaris I FKUB
SumateraUtara, Bapak Dr.H.Arifinsyah, M.Ag mengenai tugas pokok FKUB dalam hal menyalurkan aspirasi ke gubernur , sudah pernah atau belum, beliau
menjelaskan sebagai berikut : “Sudah,,malah banyak, bisa dilihat dari arsip-arsip, ada banyak arsip
kita yang ke gubernur ini”.wawancara 11315 Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara mengenai tugas
menyalurkan aspirasi dengan bapak wakil ketua I FKUB Sumatera Utara, bapak Drs. Albert Pakpahan, MAP, dalam wawancara dengan beliau, mengenai hal-hal
apa saja yang disalurkan kepada gubernur, beliau menjelaskan “Tergantung apa masalahnya, kalau hanya laporan, kita teruskan ke
gubernur, kalau ada konflik, kita hubungi lewat telp. Red. gubernur, polda, dan lainnya untuk turun ke lokasi.”
101
Penjelasan tersebut dibernaarkan oleh bapak ketua FKUB Sumatera Utara, bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak, selain itu, bapak ketua juga
menjelaskan rincian penampungan aspirasi yang selama ini dilakukan, beliau menjelaskan
“Sesudah sampai disini, aspirasi ini, ada 2 cara untuk menyalurkannya,
kalau yang sifatnya mendesak ada yang langsung telepon gubernur,
pernah ada kejadian terbakarnya rumah ibadah di bandar pasir mandoge jam 11 malam, malam itu saya langsung cepat telepon pak gubernur,
paginya gubernur langsung perintahkan bupati, kapolres datang ke lolasi, langsung atasi, pernah lagi ada kejadian di sibolangit, ada jual babi
panggang dekat mesjid alkamah, jadi karena penjual ini orang kristen, saya nga bisa langsung menegur, jadi saya hubungi ke gubernur, lalu
gubernur sampaikan ke bupati, lalu dari bupati melakukan teguran, jadi nga perlu pala pake surat, kalau ada masalah-masalah seperti itu. Selain
aspirasi kepada gubernur, aspirasi juga ke kesbang dan juga ke kanwil agama. Nah yang kedua itu tertulis, kalau tertulis, setiap bulan, artinya
kalau tidak mendesak, dilakukan dengan laporan tertulis, ini setiap bulan,
17
laporan tertulis itu kita berikan ke gubernur dan kemendagri. Jadi apa yang kita kerjakan disini itu diketahui setiap bulan oleh gubernur
dan kesbang”wawancara 11315. Dalam hal menyalurkan aspirasi ke gubernur, keterangan bapak ketua
FKUB Sumatera Utara dibenarkan oleh kasubbag Hukum dan KUB, bapak H. Syafaruddin Lubis, SH, M.Si, beliau mengatakan
“Kalau itulaporan bulanan FKUB.red setiap bulan, FKUB membuat laporan kegiatannya tiap bulan ke gubernur dan ditembuskan ke sini
kasubbag Hukum KUB. Red. Ada laporan kerja bulanannya, dan
setiap bulan kita terima”wawancara pada kamis pagi, tangga 23 Maret 2015
4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat
Selain tugas pokok menampung dan menyalurkan aspirasi, tugas pokok FKUB di tingkat provinsi, Sumatera Utara adalah mensosialisasikan segala bentuk
17
Dalam kesempatan wawancara tersebut 110315, bapak ketua FKUB menunjukkan salah satu print out laporan kinerja bulanan FKUB ke gubernur Sumatera Utara, kala itu,
contoh laporan kinerja yang ditujukkan adalah laporan pada bulan Februari 2015.
102
peraturan perundang-undangan, regulasi, peraturan menteri, surat edaran dari kementrian agama, hasil musyawarah nasional, dan infomasi serta hal lainnya
yang penting yang berkenaan dengan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. Kajian peneliti dalam melakukan evaluasi kinerja dalam point ke
empat ini, yaitu Melihat secara kualitas dan kuantitas pelaksanaan sosialisasi oleh FKUB , kemudian Mengkaji kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat dan melihat kualitas dan kuantitas kegiatan yang dilakukan serta mengkaji keamanfaatan kegiatan yang dilakukan FKUB provinsi Sumatera Utara
dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan, didapati mengenai
implementasi sosialisasi Undang-Undang atau peraturan keagamaan serta pemberdayan masyarakat. Informasi pertama saya dapatkan dari wakil sekretaris I
FKUB Sumatera Utara, Bapak Dr. H. Arifinsyah, M.Ag. mengenai kontinuitas sosialsasi regulasi keagamaan, beliau menjelaskan
“Kalau itu tugas pokok yang ke empat, red. tidak berapa sering, karena sangat menyangkut dengan kalau ada peraturan baru yang turun,
langsung disosialisasikan, tidak hanya peraturan yang turun kadang- kadang ada edaran, surat, atau hasil munas nasional yang harus
disampaikan kedaerah. Setelah sampai di FKUB, langsung buat rapat pengurus, bagi tugas, siapa kesana, siapa kemari, karena kita ini ada
koordinator daerah, 4 orang daerah A, B gitu,, jadi koordinasi itu dalam
rangka sosialisasi dan aspirasi.” Kemudian Beliau juga menjelaskan secara rinci tentang upaya
pemberdayaan masyarakat, Penjelasan beliu tentang upaya FKUB Sumatera Utara dalam pemberdayaan masyarakat mengenai apa saja yang dilakukan, beliau
menjelaskan “Pelatihan, ada pelatihan, ada namanya FGD focus Group Discution,
Red. Targetnya masyarakat setempat, pemuda,tokoh masyarakat, ada juga namanya action reaserch, caranya kita ambil satu desa didesa itu
103
kita turun, kepala desa mengundang tokoh-tokoh kunci misalnya 50 atau 100 orang, kita beri penjelasan disitu, nah bisa nanti kita bekali mereka
kita bentuk koperasi antar agama, bisa arisan antar agama, kalau pelatihan, dia nanti yang dilatih ini bisa jadi tokoh pelopor di masyarakat
di daerahnya, tujuannya supaya ada regenerasi untuk meneruskan
kerukunan ini”. Mengenai tingkat keseringan, beliau menambahkan
“Sering atau tidak, kalau pertahun pasti ada.” Penjelasan dari bapak sekretaris I tersebut diatas, dilengkapi juga oleh
bapak wakil ketua I, bapak Drs. AlbertPakpahan, MAP, dalam kesempatan wawancara dengan beliau pada rabu sore, 11 Maret 2015, didapati hasil
wawancara sebagai berikut. Untuk pemberdayaan masyarakat, mengenai kegiatan yang dilakukan, beliau menjelaskan
“Salah satunya itu, pemahaman tentang undang-undang kerukunan agama, bagaimana sebenarnya hidup rukun itu kepada masyarakat,
Masyarakat yang mana? Tentu masyarakat yang beragama donk, kalo yang nga beragama agag susah memberdayakan mereka, nah.. tujuannya
ini untuk terciptanya kerukunan”
Mengenai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari kegiatan yang dilakukan FKUB dalam upaya memberdayakan masyarakat, beliau menambahkan
“Masyarakat sangat antusias dan senang, pasti ada perubahan, salah satu contoh di lau dendang, itu, ada salah satu gereja, tadinya nga boleh
gereja itu ada disitu, dekat pula sama mesjid, lalu kita adakan mediasi, sehingga tercipta kerukunan, bahkan mereka lakukan gotong-royong
bangun jalan dan saling memperbaiki ru
mah ibadah mereka.”
Untuk melengkapi informasi tugas pokok yang ke empat ini, peneliti juga memperoleh informasi tambahan yang cukup lengkap dari bapak ketua FKUB
Provinsi Sumatera Utara, bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak, dalam kesempatan wawancara dengan beliau di sela-sela waktu menunggu rapat rutin dimulai,
mengenai kontinuitas sosialisasi beliau memberi penjelsasan sebagai berikut.
104
“Sering kita turun ke daerah, kalau 33 kabupaten ini semua sudah saya lalui, kan ada koordinatornya, seringnya ketua pergi bersama
koordinatornya.” Selanjutnya dalam hal Pemberdayaan masyarakat, bapak ketua FKUB
Sumut memaparkan kondisi sebagai berikut
“Secara konkret, pemberdayaan masyarakat inilah yang belum maksimal tercapai,
saat ini FKUB sedang melakukan project, kami sudah membentuk yang namanya “yayasan kerukunan”, ya meskipun ini berada
diluar FKUB karena ada badan hukumnya tersendiri, tapi orang- orangnya yang didalam itu, berasal dari pengurus FKUB ini juga, Jadi
ada pengusaha yang memberikan lahannya seluas 10 hektar untuk kita
18
, disitu nanti akan kita bangun tempat seperti wisata iman, nah disitu nanti
kita bisa memberdayakan tokoh agama, masyarakat, membekali mereka dan harapannya bisa banyak memberi
pemberdayaan kepada
masyarakat.”
5. Kendala-Kendala FKUB Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjalankan
Tugas Pokok.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, FKUB Provinsi Sumatera Utara juga tidak terlepas dari kendala, tantangan ataupun permassalahan dalam
upayanya menjaga kerukunan umat beragama di provinsi Sumatera Utara. Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan informan, tentang kendala-kendala
yang dialami. Dalam wawancara dengan bapak wakil Sekretaris I, FKUB Sumatera
Utara, beliau memaparkan kondisi sebagai berikut
“,,,sumut ini kan penduduknya besar, sampek 15 juta, kemudian heterogennya tinggi,
kalau kita mau sentuh kepada elemen-elemen
masyarakat ini, kita kelemahan kita masih belum memadainya agggaran
, ,,,FKUB Sumut tidak pun pernah ada anggaran dengan
18
Informasi yang peneliti dapatkan bahwa ada pengusaha yang memberikan lahan 10 hektar di daerah sibolangit, kepada FKUB untuk membangun yayasan kerukunan. Di
lokasi ini nantinya akan dibangun kemah pusat kerukunan, sebagai tempat pelatihan, dan pemberdayaan tokoh agama dan masyarakat.
105
pemerintah, itu kita selalu patungan untuk memperhatikan umat kita, iya, kemaren itu, belum ada turun anggaran kita buat acara, dari mana
dananya, dari kantong pengurus yang berkorban,,,,dana kita juga korban, jadi kita korban ilmu, waktu dan dana. Karena kan jumlah penduduk yang
besar, sehingga butuh dana, Kendala kedua, FKUB sumut tidak hierarki terhadap FKUB kabupaten Kota tapi hanya sebatas koordinasi dan
konsultasi,
sehingga nga bisa memerintah kalau ada kejadian di daerah FKUB sumut tidak langsung bisa memerintah, tapi hanya ngasi saran,
memperingatkan, mereka mau lakukan atau tidak nga sanksi sama kita. nah.. jadi, itu kesulitan untuk percepatan penyelesaian atau win-win
solution ditengah masyarakat bawah.,,, saran saya untuk ini, seharusnya FKUB kedepannya ini harusnya hierarki dengan kabupaten kota, supaya
ada kerjasama, tindak lanjut dan sanksi,,,wawancara pada rabu siang, tanggal 11 Maret 2015.
Mengenai kendala-kendala yang ada, terutama mengenai pendanaan, wakil ketua I FKUB Sumatera Utara, bapak Drs. Albert Pakpahan menyebutkan
“....hampir tidak ada kendala, tapi seperti yang saya bilang tadi lah, apapun ceritanya, ujung-
ujungnya duit”. wawancara pada rabu siang, tanggal 11 Maret 2015.
Selanjutnya bapak ketua FKUB Sumatera Utara, juga menjeaskan hal yang sama mengenai hal ini. Dalam penjelasan beliau, kendala yang dialami adalah
“Sebetulnya kalau kita bicara kendala, hampir sama nya di semua org
anisasi, kendalanya hanya dana,,,”
V.1.2. Data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam bagian ini peneliti
telah mendapatkan data yang telah diolah oleh sekretariat FKUB Provinsi Sumatera Utara dan peneliti kembali mengolahnya sesuai dengan kategori tugas
pokok FKUB, dengan cara mencocokkan laporan hasil kegiatan dan mencocokkannya dengan kategori tugas pokok.
106
Dalam bagian ini akan dipaparkan data-data sekunder yang mencakup data laporan hasil kerja FKUB Provinsi Sumatera Utara, Peneliti tidak
memperoleh data hasil kerja FKUB Provinsi Sumatera Utara mulai awal
pembentukan, yakni sejak 2007 hingga tahun 2015 ini, tetapi Data sekunder didapat dari lapangan yakni hanya dari Januari 2013 sampai Februari 2015
. Diharapkan dengan data ini setidaknya menguatkan informasi dari hasil
wawancara yang telah dilakukan, dan setidaknya juga melengkapi data wawancara dan data lainnya yang telah ada. Data laporan hasil kerja ini diterima
langsung oleh peneliti dari sekretariat FKUB Provinsi Sumatera Utara, yakni Bapak Muksin Purba dan saudara Ahmad Naseri pada hari selasa, 17 Maret 2015,
dan hari kamis 19 Maret 2015. Berikut ini akan dipaparkan laporan hasil kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara, mulai dari januari 2013 hingga februari 2015.
1. Melakukan dialog
Dalam upaya melakukan dialog, akan disajikan dalam dua kategori, yakni melakukan dialog dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, atau organisasi dan
melalukan dialog antar sesama pengurus. Berikut ini laporan hasil kinerja dalam kategori dialog.
Tabel 14. Laporan Kontinuitas Dialog FKUB Provinsi Sumatera Utara
Melakukan dialog
Waktu pelaksanaan
Uraian kegiatan Keterangan
Tempat kegiatan Tahun
2013 Dialog
dengan organisasi
tokoh agama,
30 Januari 2013
Melakukan dialog kerukunan lintas
agama dengan perguruan tinggi
teologi di Medan Dialog diadakan oleh
FKUB Sumut, dalam rangka membina
kerukunan dan membangun
Tempat di kantor FKUB Provinsi
Sumatera Utara
107
organisasi tokoh
masyarakat dan lainnya.
silaturahmi dengan perguruan tinggi
teologi di Medan.
5 Februari 2013
Audiensidialog dengan Majelis
Ulama Indonesia MUI Prov.
Sumatera Utara Kunjungan kerja yang
dilakukann oleh FKUB Sumatera
Utara, melakukan dialog, dan membahas
perkembangan keagamaan di provinsi
Sumatera Utara Tempat di kantor
MUI Sumatera Utara.
13 Februari 2013
Dialog Dengan Pimpinan Gereja
Protestan Persekutuan GPP
FKUB mengundang pimpinan gereja GPP
untuk membangun komunikasi dan
melakukan dialog Tempat di Kantor
FKUB Sumatera Utara.
14 Februari 2013
Melakukan dialogaudiensi ke
Persekutuan Gereja- Gereja Indonesia
PGI wilayah Sumetera Utara
Pengurus menghadiri kunjungan kerja dan
melakukan dialog dengan para pimpinan
dan pendeta di PGI- Wilayah Sumatera
Utara Tempat di kantor
PGI-Wilayah Sumatera Utara
20 Februari 2013
Dialog dengan pengurus majelis
kelenteng khonghuchu
Indonesia MKKI Sumatera Utara
FKUB Mengundang MKKI Suatera Utara,
mebangun persahabatan, berbagi
informasi dan berdialog dengan
MKKI Sumatera Utara
Tempat di kantor FKUB Sumatera
Utara
28 Mei 2013 Dialog Interaktif
bertemakan “terorisme” dan
hubungannya dengan kondivitas
masyarakat. Dialog diadakan oleh
Deli TV medan bersama ketua FKUB
dengan Kepala badan Nasional
Penanggulangan terorisme, mantan
teroris dan korban teroris
Emerald Garden Hotel, Medan
7 september 2013
Dialog kebangsaan dengan thema
“membangun kepemimpinan
Sumatera Utaraditengah Krisis
Moral” Dialog kebangsaan
PMII bekerja sama dengan FKUB
Provinsi Sumatera Utara, salah satu
pembicara adalah anggota FKUB
Sumatera Utara Tempat di
Madani Hotel Medan.
108
Nispul Khoriri, M.Ag.
19 september 2013
Pertemuan dan dialog dengan tema
Harmonisasi kerukunan umat
beragama berwawasan
bhinneka tunggal ika Dalam dialog tersebut
salah satu pembicara adalah ketua FKUB
Provinsi Sumatera Utara
Graha Kardopa Hotel, Binjai
8 Oktober 2013
Koordinasi tokoh agama dan muspida
plus pemerintah kabupaten karo
tahun 2013 Pengurus FKUB
Provinsi Sumatera Utara menjadi
narasumber dalam kegiatan Koordinasi
tokoh agama dan instansi pemerintahan
kabupaten karo tahun 2013.
Hotel Horison Brastagi-Karo
10 sd 11 oktobe 2013
Mengikuti dialog dengan para tokoh
masyarakat Tema kegiatan :
Optimalisasi peran pemuka agama dalam
mengantisipasi kerawanan
radikalisme Saka International
Hotel, Medan
17 sd 18 oktober 2013
Seminar dan Dialog kemasyarakatan
dengan tema ; Harmonisasi
organisasi keagamaan,
memelihara kerukunan umat
beragama FKUB mengikuti dan
menjadi salah satu narasumber dalam
dialog kemasyarakatan
tersebut Saka International
Hotel, Medan
22 november 2013
Dialog kebangsaan Lemhanas Republik
Indonesia di Provinsi Sumatera Utara
Pengurus FKUB berjumlah 5 orang
mengikuti dialog kebangsaan dari
Lemhanas RI. Gedung Balai
Prajurit Makodam I BB
24 Desember 2013
Talk Show TVRI dengan Thema “
menyambut natal tahun 2013 dan
tahun baru 2014” Talkshow tersebut
dinara sumberi oleh ketua FKUB Provinsi
Sumatera Utara, Ketua PGI-wilayah Sumatera
Utara dan Dilantas Polda Sumut.
Studio 1 TVRI Medan
Tahun 2014
27 januari 2014
Silaturahmi kebangsaan bersama
Silaturahmi dilakukan dalam upaya
Wisma Benteng Medan
109
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh
adat, dan tokoh pemuda serta 34
organisasi kemasyarakatan
tingkat sumatera utara. dengan thema
“sumatera damai, pemilu bermartabat”
membangun komunikasi dan
komitmen dalai untuk pemilu 2014. Ketua
FKUB provinsi Sumatera utara
sebagai pembaca deklarasi masyarakat
sumatera utara dan menyerahkan kepada
guberlur sumatera utara
5 Maret 2014 Pertemuan ketua FKUB dengan
kajatisu, ka.kesbangpolinmas,
MUI, dan kanwil kemenag. Provsu
Pertemuan bersama tersebut membahas
tentang aliran sesat menyimpang di
Sumatera Utara Ruang kerja
kejaksaan negri Sumatera Utara
18 Maret 2014
talkShow Deli TV Medan dengan
thema “ bagaimana sebaiknya memilih
sosok wakil rakyat” Talkshow oleh :
1. Dr. H Maratua Simanjuntak ketua
FKUB 2. Drs. Albert
Pakpahan, MAP wakl ketua I
FKUB
3. Oemar Witaryo, SH wak. Ketua II
FKUB, dialog dilakukan pukul
16.00-17.00 WIB Deli TV Medan.
25 Maret 2014
Mengisi talkshow radio Lite FM
dengan judul “kebersamaan
menuju pemilu damai”
Talkshow oleh : 1. Ketua FKUB
Provsu 2. Kaban kesbang
polinmas Provsu. 3. Ketua pemuda
kamtibmas Sumut 4. Ramadhan Pohan
Studio radio Lite FM di Medan.
29 April 2014
Kontak publik TVRI Sumut ;
harapan bersama pasca pileg 9 april
2014 Pembicara dalam
kontak publik tersebut Ketua FKUB Sumut,
kasubbid Binterma Ditbinmas Poldasu,
dan ketua pemuda mitra kamtibmas
Stasiun TVRI Sumatera Utara.
12 Mei 2014 Diskusicurah
pendapat dengan Diskusi tersebut
dilakukan oleh Ruang kerukunan
Kantor
110
thema “membentuk karakter bangsa dan
jiwa nasionalisme dalam dunia
pendidikan study komparatif di negara
jepang” oleh bakesbang polinmas
provinsi Sumatera Utara
kesbangpolinmas. Provinsi Sumatera
Utara yang bersama FKUB Sumatera
Utara KesbangPolinmas
Prov. Sumatera Utara
Focus Group Discussion dengan
Thema “ meningkatkan
penanggulangan radikalisme guna
mewujudkan sistem keamanan nasional
dalam rangka
ketahanan nasional” Focus Group
Discussion dilakukan oleh badan
kesbangpolinmas Provinsi Sumatera
Utara yan bekerja sama dengan
lemhanas RI, pejabat Lemhanas RI turut
hadir dalam FGD tersebut
17 Juni 2014 Dialog Kebangsaan
oleh Kodam IBB Dialog kebangsaan
dilakukan Kodam demi meningkatkan
kondusivitas masyarakat di
Sumatera Utara Balai prajurit
makodam IBB Medan
19 Juni 2014 Pertemuan tim
kemenkopolhukam RI dengan
pemerintah daerah dan masyarakat
sumatera utara Pertemuan tersebut
dalam rangka koordinasi,
sinkronisasi, pengelolaan harmoni
sosial serta rencana strategis penyelesaian
konflik sosial di Provinsi Sumatera
Utara Ruang Beringin
Lt. 8 Kantor Gubernur
Sumatera Utara
9 Juni 2014 Mengadakan dialog
dengan tokoh lintas agama Dialog lintas
agama dilakukan demi menyongsong
pemilihan presiden 2014 yang aman dan
damai tanpa terpropokasi isu sara.
Dialog dibuka oleh Ka.Kanwil
Kementrian Agama Provinsi Sumatera
Utara sekaligus sebagai keynote
speaker Bina Graha
Pemprovsu. Medan
4 Juli 2014 Forum dialog
dengan tokoh agama Forum dialog diikuti
oleh tokoh agama, Gedung Bina
Graha
111
dan tokoh masyarakat tentang
pemahaman bersama mengenai
pencegahan kekerasan dan
radikalisme tokoh masyarakat dan
akademisi yang berada di Sumatera
Utara PemprovSu.
Medan
18 Agustus 2014
Dialog kerukunan Parsipatif dan
narasumber dalam Dialog kerukunan
dengan Mark Clark consuler US Embassy
Jakarta Kantor konsulat
Uniland Medan
30 Agustus 2014
FKUB sumut Menjadi narasumber
seminar dengan thema “ kerukunan
dan radikalisme” Seminar diadakan
oleh kesbang polinmas kota
Tanjung Balai Tanjung Balai
18 september 2014
Dialog Lintas Agama FKUB Kab.
Labuhan Batu Utara dengan Thema “
konsep kerukunan lintas agama”
Dialog lintas agama berjalan dengan
musyawarah dan kekeluargaan
Labuhan Batu Utara
7 Oktober 2014
FGD dengan Thema “ Pementaan Konflik
di Sumatera Utara” FGD diadakan oleh
sekretariat daerah Provinsi Sumatera
Utara Aula Kesbang
Polinmas Prov. Sumatera Utara
Dialog sesama
pengurus FKUB
Provsu 20 Maret
2013 Diskusi tentang
konsep ketuhanan menurut agama
kristen Kegiatan diskusi
diikuti oleh semua pengurus FKUB
dengan dasar pemikiran untuk
saling memahami antar agama yang
berbeda. Tempat Kantor
FKUB Provinsi Sumatera Utara
3 April 2013 Dialog konsepsi
ketuhanan prespectif agama Islam
Dialog diikuti oleh pengurus FKUB,
narasumber dalam dialog tersebut ; Prof.
Dr. H. Hasan Bakti Nasution, MA
Tempat di kantor FKUB Sumatera
Utara
10 April 2013
Dialog konsepsi ketuhanan prespectif
agama khatolik Dialog diNaraSumberi
oleh Pastor Benno Ola Tage, Pr.
Tempat di Kantor FKUB Sumatera
Utara
9 oktober 2013
dialog tentang konsep ketuhanan
Pengurus FKUB melakukan dialog
Kantor FKUB Sumatera Utara.
112
menurut ajaran agama konghuchu
yang dinarasumberi oleh Bapak Muslim
linggow Konghuchu
30 oktober 2013
Dialog tentang konsep ketuhanan
menurut ajaran agama budha
Pengurus FKUB melakukan dialog
yang dinarasumberi ketut supardi, S.Ag,
M.Si, pembimas Budha Kanwil
Kemenag Prov. Sumut
Kantor FKUB Sumatera Utara
Tahun 2014 5 November 2014
Pemaparan dan dialog tentang
konsep agama menurut ajaran
agama Hindu Dialog di narasumberi
oleh Chandra Bose Kantor FKUB
Sumatera Utara
19 November
2014 Dialog
Membicarakan tentang masalah
tidak adanya pengisian kolom
agama pada Kartu Tanda Penduduk
Dialog dilakukan bersama dengan
pengurus FKUB. Kantor FKUB
Sumatera Utara
Tahun 2015
14 Januari 2015
Diskusi tentang penghafusan kolom
agama dalam KTP -
Kantor FKUB Sumatera Utara
2. Menampung Aspirasi
Beberapa kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam upaya menampung aspirasi dari berbagi intansi, masyarakat, dan organisasi akan
dipaparkan sebagai bebrikut a. Kunjungan sekaligus penampungan aspirasi, memperoleh saran dan
masukan mengenai kinerja FKUB, Ke Uskup Agung Medan, tanggal 30 April 2013 di kantor Keuskupan Agung Medan.
b. FKUB Provinsi Sumatera Utara Menerima Laporan dari Kepala Kantor Kementrian Agama Padang Sidempuan tentang kronologis pembakaran
rumah di desa Tolong Jae Dusin Adian Goti, Kec. Sayurmatinggi Kab. Tapanuli Selatan, kejadian ini dikarenakan adanya kesenjangan sosial dan
sumber daya alam antara warga desa tolong jae dengan warga dusun Adi Goti sehingga terjadilah pembakaran rumah. Dimana kronologinya adalah
:
113
· Pada hari minggu dini hari tanggal 22 Desember 2013 terjadi pembakaran rumah di dusun Adian Goti sebanyak 1 unit rumah
lebih kurang pukul 04.00 WIB. · Pada hari senin tanggal 23 Desember 2013 siang pukul 12.00WIB
terjadi lagi pembakaran sebanyak 6 unit rumah Rumah yang terbakar diperkirakan sebanyak 7 rumah ditambah 3 unit
rumah yang terbakar hanya dapurnya . konflik masyarakat desa tolong jae dan dusun adian goti kecamatan sayurmatinggi kabupaten tapanuli selatan
bukan karena unsur konflik agama sesuai dengan kesepakatan tokoh agama kab. Tapanuli selatan karena ternyata issu adanya gereja terbakar
tidak terbukti, tetapi hanya satu tiang teras depan sebelah kanan mau masuk ke greja AVIE bahasa Nias artinya Jemaat Tuhan.
c. Menerima, membahas dan mentabulasi surat dari Majelis Ulama Indonesia kabupaten tapanuli tengah No. B.65DP K.II-15II2014 Tanggal 27
Februari 2014 tentang penistaan agama dari berita metro Tapanuli tentang tulisan
“Babi Muhammad”. FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah memproses melalui surat yang menegaskan bahwa persoalan ini bukan
masalah agama. d. Menemukan, membahas dan mentabulasi sumber berita dari harian
waspada tanggal 3 sd 4 maret 2014 tentang “ MUI desak pemko padang Sidempuan tertibkan ternak babi dalam kota padang sidempuan” FKUB
Provinsi Sumatera Utara sudah memproses melalui surat yang menegaskan bahwa persoalan ini bukan masalah agama.
e. Pada awal desember 2014 FKUB provinsi Sumatera Utara menerima laporan dari masyarakat tentang adanya pelecehan agama Islam oleh guru
SMPN 2 Sicanang yang dimunculkan di Facebook.
3. Menyalurkan aspirasi
FKUB Provinsi Sumatera Utara menyalurkan aspirasi kepada gubernur dengan tembusan keberbagai instansi terkait, berikut ini akan dipaparkanlaporan
beberapa kegiatan yang telah didapat peneliti langsung dari kantor seketariat FKUB Provins Sumatera Utara. Beberapa penyaluran aspirasi yang dilakukan
adalah : a. Laporan dari Kanwil. Agama Padang Sidempuan tentang apa yang terjadi
di padang sidempuan telah di salurkan kepada gubernur lewat laporan kegiatan bulan Desember 2013 Nomor : 01.0-1FKUB-II2014.
114
b. Menyalurkan Aspirasi yang dilakunan yakni menyampaikan laporan kerja mengenai semua kegiatan FKUB rutin setiap bulan kepada Gubernur
Sumatera Utara, mengenai apa yang dikerjakan, aspirasi yang disampaikan, dan kegiatan menghadiri kegiatan dan lainnya. dengan
tembusan Menteri dalam negeri Cq. Dirjen Kesbangpol di Jakarta, Dewan Penasehat FKUB Provinsi Sumatera Utara, kepala Badan Kesejahteraan
Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara di Medan, kepala Kanwil. Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara di
Medan, dan majelis-majelis agama provinsi Sumatera Utara di Medan.
4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat
Laporan data yang menunjang kegiatan sosialisasi UU atau peraturan keagamaan dan perbedaan masyarakatakan dipaparkan dalam beberapa penjelasan sebagai
berikut. a.
Pejabad FKUB Sumatera Utara menjadi narasumber pada kegiatan penguatan empat pilar kebangsaan bagi aparat kesbangpolinmas provinsi
dan kabupaten kota se-Sumatera Utara tahun 2013 di Asean Hotel Medan Sumatera Utara Tanggal 15 April 2013.
b. Sosialisasi pencegahan dan penaganan korban tindak kekerasan dan
pekerja migran bermasalah di lokasi dana dekonsentrasi TA. 2013 tanggal 30 september-2 oktober di Internasional Sibayak Hotel Brastagi,
Karo. Sosialisasi tersebut Dihadiri oleh 4 pengurus angota FKUB sumut.
c. Sosialisasi hasil penelitian potensi terorisme dan pencegahan terorisme di
Sumatera Utara tanggal 20 November 2013 di Grand Kanaya Hotel, Medan.
d. FKUB Provinsi Sumatera Utara Menjadi narasumber pada kegiatan
harmonisasi dan eksistensi pegawai dalam memelihara kerukunan umat beragama berdasarkan pancasila tanggal 7 mei 2014 di Garuda Plaza
Hotel, Medan
e. Melakukan kunjungan pembinaan FKUB Provinsi Sumatera Utara
kepada pengurus FKUB Kabupaten Labuhan Batu Selatan tanggal 20-21 Oktober 2013 di Kota Pinang, kunjungan dilakukan oleh 4 pejabat FKUB
sumut, DR. H. Maratua Simanjuntak, Dr H Arifinsyah M Ag, Dr H M Arifin Umar Bishop Dr J H Manurung.
f. Mengikuti kegiatan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembekalan da’ai
kota medan dan sekitarnya tentang “pencegahan radikalisme dan
terorisme mewujudkan sumatera utara yang damai”. Tanggal 10 desember 2013 di hotel Kanaya Medan.
g. Tanggal 26 dan 27 maret 2014 pengurus FKUB menjadi narasumber
pada diklat teknis substantif peningkatan kompetensi penggerak kerukunan umat beragama angkatan I kementrian agama provinsi
sumatera utara dengan thema :
1. Strategi peningkatan dan pemberdayaan FKUB 2. Tugas kepala daerah dalam memelihara kerukunan
115
Diklat tersebut dinarasumberi dari FKUB : Pdt. DR Elim Simamora, Dr. H. Arifinsyah, M.Ag, Najamuddin S.Ag, M.Ag dan Drs. H. Sarwo edi,
MA.
h. Melakukan kunjungan pembinaan ke FKUB Kabupaten Padang Lawas tanggal 6 desember 2013 dan di padang lawas utara tanggal 7 desember
2013 yang dilaksanakan oleh ketua FKUB provinsi Sumatera Utara, ditemani oleh Dr. H Amas Muda Siregar, MBA, MM, dan Mukhsin
Purba. Kunjungan dilaksanakan karena selain memberikan pembinaan dan pencegahan konflik kepada FKUB padang lawas utara, juga karena
FKUB padang Lawas Utara tidak aktif dan tidak pernah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan FKUB provinsi sumatera Utara.
i. Narasumber pada kegiatan pembinaan mental generasi muda menjaga
kerukunan umat beragama dalam bingkai NKRI oleh Kanwil. Mentri Agama Provinsi Sumatera Utara tanggal 12 dan 13 Mei 2014
j. FKUB provinsi sumatera utara bekerja sama dengan kodam IBB yang
disponsori walikota medan melakukan do’a bersama tanggal 6 februari 2014 di lapangan benteng Medan, doa bersama dilaksanakan dalam
upaya mendoakan bencana alam gunung sinabung dan mendoakan masyarakat yang melanda tanah karo. doa bersama tersebut dipimpin
oleh Drs. Abdul Razak, M,Si Islam, Bishop Dr. JH. Manurung kristen, pastor Bonaventura Hendrikus Gultom OfmConv khatolik,
Pinandita Chandra Bose hindu Bhiksu Khermanto Thera budha, Andy Wiranata, SE konghuchu.
k. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber dalam pelatihan jambore pemuda indonesia JPI dan bakti pemuda antar provinsi BPAP
provinsi Sumatera Utara tahun 2014, tanggal 26 Oktober 2014 di BP- PAUDNI Medan.
l. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber pada orintasi
kebijakan KKB dan sosial ekonomi bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat tingkat Provinsi Sumatera Utara tanggal 10 November 2014
di Grand Antares Hotel Medan.
m. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber pada sosialisasi, pembinaan dan koordinasi keagamaan bagi para tokoh agama se-
Sumatera Utara. Tanggal 26 November 2014 di Soechi International Hotel, Medan.
V.1.2.1. Rekapitulasi Kegiatan Kinerja FKUB Prov. Sumatera Utara Dari Januari 2013 Hingga Februari 2015
V.1.2.1.1. Rekapitulasi
Menghadiri Undangan
Dengan InstansiLembaga Terkait
Sangat banyak kegiatan yang dilakukan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara untuk menghadiri dan berpartisipasi untuk mensukseskan acara-acara dari
instansi dan lembaga terkait. Undangan tersebut dihadiri dalam berbagai acara,
116
mulai dari seminar, halal-bihalal, diskusi publik, dialog, talkshow di TV dan radio, menjadi narasumber, pelatihan, acara besar keagamaan, dialog dengan
intansi terkait dan membangun hubungan kerja dengan isntansilembaga lain. Pada tahun 2013 tercatat 75 kali menghadiri kegiatan dan undangan, Tahun2014
tercatat ada 121 kali menghadiri kegiatan dan undangan dan sampai Februari 2015, ada 11 kali menghadiri kegiatan dan undangan. Total kegiatan yang dihadiri
oleh FKUB provinsi Sumaera Utara dari januari 2013 sampai dengan februari
2015 sebanyak 207 kali. V.1.2.1.2. Total Realisasi Acara dan kegiatan yang diprogramkan
FKUB Sumut
Berbagai aktivitas, kegiatan dan acara yang diprogramkan dan telah terealisasi oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara disajikan dalam berbagai jenis,
diataranya adalah sebagai berikut : 1. Rapat rutin dilakukan setiap minggu, 52 kali di tahun 2013, 52 kali ditahun
2014 dan 8 kali sampai buan Februari di tahun 2015. Jumlah rapat rutin dari Januari 2013 samai Februari 2015 sebanyak 112 kali Rapati rutin
membahas tentang surat masuk, aspirasi, dan kegiatan-kegiatan, serta pembagian tugas untuk menghadiri undangan atau kegiatan dengan
instansi lain.
2. Rapat kerja idealnya dilaksanakan sekali dalam setahun, dalam rapat kerja Raker 2013 tanggal 9 April 2013 di kantor FKUB Sumatera Utara, Raker
2014 sayangnya tidak terlaksana, Raker 2015 di hotel Inna Dharma Deli Medan, 31 Januari 2015, dibuka oleh wakil gubernur Sumatera Utara,
Bapak T. Ery Nuradi dan dihadiri oleh majelis-majelis agama Provinsi Sumatera Utara.
3. Kunjungan kerja : FKUB Sumatera Utara Melakukan beberapa kali kunjungan kerja kerja, baik ke FKUB provinsi lain dan turun ke FKUB
kabupatenkota. Total kunjungan kerja yang dilakukan dengan rentan waktu januari 2013 sampai dengan februari 2015 sebanyak 18 kali.
Kunjungan dilakukan dengan pembagian tugas diantara para pengurus FKUB.
4. Menerima silaturamiaudiensi, rentan waktu januari 2013 sampai dengan februari 2015 tercatat ada 9 kali FKUB Provinsi Sumatera Utara menerima
117
tamu dengan tujuan audiensi secara khusus di kantor sekretariat FKUB, silaturahmi dan kunjungan kerja dari berbagai instansi dan lembaga.
5. Kerja FKUB provinsi Sumatera Utara dalam menggelar acara yang diadakan dan dipanitiai sendiri oleh FKUB, sepanjang januari 2013 hingga
februari 2015. dialog bersama dengan masyarakat dan tokoh agama sebanyak 7 kali, dialog keagamaan sesama pengurus dilakukan sebanyak
8 kali. Seminar, doa bersama, temu ramah dan diskusi atau curah pendapat dilakukan sebanyak 3 kali.
Dengan demikian rekaputulasi Total kegiatan kerja yang diakukan dan telah terealisasi oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara sepanjang januari 2013
hingga Februari 2015 adalah sebanyak 159 kali.
V.2. Data Skala Nasional Kondisi Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara
Kerangka sub bab ini penulis tetapkan beranjak dari variabel judul penelitian yakni menjaga kerukunan di sumatera Utara, maka peneliti perlu
memaparkan kondisi kerukunan Provinsi Sumatera Utara dan perkembangannya yang terjadi selama ini. Kemudian beranjak juga dari statement yang selama ini
berkembang dalam masyarakat bahwa “Sumatera Utara adalah Barometer Kerukunan Nasional”, “Sumatera Utara adalah Indonesia Mini, ingin melihat
kerukunan Indonesia, lihat Sumatera Utara” dan masih banyak statement lainnya yang mendukung.
Tidak bisa dipungkiri sesungguhnya Sumatera Utara memiliki banyak suku, etnis, budaya dan agama, hal ini dimungkinkan terjadinya perselisihan antar
masyarakat termasuk kemungkinan akan terjadinya perselisihan antar agama. Jadi sebetulnya Sumatera Utara memiliki potensi konflik yang cukup besar karena
keheterogenitas yang melekat pada masyarakat Sumatera Utara. Oleh karenanya
118
penting untuk menelusuri perkembangkan kerkukunan di Provinsi yang terkenal dengan pluralisme ini.
Untuk menelusuri sumber data mengenai hal-hal yang mendukung informasi tentang perkembangan kerukunan di Sumatera Utara, peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat mengenai kondisi kerukunan di Provinsi Sumatera Utara, selain wawancara, peneliti juga menelusuri media
cetak, media internet, dan buku-buku , serta lembaga-lembaga resmi yang secara konsen memantau kondisi kerukunan di Sumatera Utara ini. Berikut ini akan
dipaparkan hasil penelusuran memalui dua aspek, yakni data primer dan hasil data sekunder.
V.2.1. Data Survei Kerukunan berdasarkan Publikasi Lembaga Nasional dan Regional
Data sekunder tentang kondisi kerukunan umat beragama di Provinsi yang berjuluk “Indonesia mini” ini, peneliti peroleh dari berbagai sumber, baik
majalah, buku, laporan tahunan atau Annual Report dari beberapa organisasi pemerintah maupun non pemerintah yang secara konsen memantau dan meneliti
kondisi kerukunan secara nasional. Berikut ini akan dipaparkan data sekunder yang mendeskripsikan kondisi kerukunan umat beragama di Provinsi Sumatera
Utara yang didapati peneliti dari berbagai Sumber.
1. Survei Setara Institude
SETARA Institute adalah organisasi hak asasi manusia yang menaruh perhatian pada pemajuan kondisi hak asasi manusia di Indonesia. Salah satu
119
elemen hak yang diperjuangkan adalah hak untuk bebas beragamaberkeyakinan bagi warga negara.
Setara Institude adalah organisasi non pemerintah skala nasional, yang secara konsen memantau baik dari media massa dan media lokal, meneliti secara
kualitatif dan melaporkan hasil kondisi kerukunan secara nasional dalam bentuk laporan tahunan. Setara Institude memiliki kontributor di setiap provinsi di
Indonesia, secara khusus di Sumatera Utara adalah saudara Muhrizal Syahputra. Dimana laporan hasil penelitian tersebut dipublikasikan ke publik melalui website
Setara Institude.org, dimana laporan hasil tersebut sebagai pertimbangan data , rekomendasi bagi institusi negara dan mendidik masyarakat mengenai kondisi
nyata kerukunan antar di Indonesia. Gambaran Pelanggaran kebebasan beragama yang biasa dipantau oleh Setara Institude meliputi isu-isu dominan sebagai
berikut: [1] pendirian rumah ibadah; [2] penyesatan keyakinan aliran keagamaan; [3] pengrusakan tempat ibadah; [4]. Pelarangan beribadah
[5].perusakan dan penolakan beribadah, dan [6] peraturan perundangundangan dan kebijakan diskriminatif.
Berikut ini akan disajikan Annual report kondisi ketidakrukunan, atau tepatnya peristiwa pelanggaran kebebasan beragamaberkeyakinan di Sumatera
Utara sejak tahun 2008 hingga 2013.
Perkembangan dari tahun-ketahun, yakni dari tahun 2008 hingga tahun 2013, pada tahun 2008 hingga 2009 Setara Institude menyebutkan kondisi
kerukunan di Sumatera Utara sejak 2008 hingga 2009 “cukup Kondusif”.
19
,
19
Lih. Laporan Kondisi BeragamaBerkeyakinanKBB di Indonesia 2007- 2009, “negara
Harus Bersikap” Publikasi Setara Institude. Hal. 15-16.
120
berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara dan kondisinya dari skala nasional
Grafik 2 Seberan KBB berdasakan Provinsi di Indonesia tahun 2008
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2008 Kemudian laporan KBB tahun 2008 diikuti penurunan pada laporan KBB tahun
2009. grafik kondisi KBB di Sumatera Utara dan kondisinya 2009 dari skala nasional adalah :
Grafik 3 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2009
Sumber : laporan KBB Setara Institude tahun 2009
selanjutnya tahun 2010 kebebasan beragama menunjukkan tren negatif, yakni meningkat dari 8 peristiwa di tahun 2009 menjadi 15 peristiwa ditahun
2010, hal ini meningkat dikarenakan adanya golongan ormas garis keras yang bertindak anarkis dan adanya isu sara mengenai pilkada di kota Medan, serta
bertambahnya konflik-konflik, pada tahun 2010 dapat disimpulkan Sumametera
121
Utara berada pada kondisi “kurang kondusif”.
20
berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara tahun 2010 dan kondisinya dari skala nasional
Grafik 4 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2010
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2010 Pada tahun 2011 bukannya malah membaik dari tahun sebelumnya malah
semakin memburuk, terdapat 24 peristiwa pelanggaran, hal ini terjadi karena banyaknya kasus kekerasan dan pelarangan beribadah serta pembakaran rumah
ibadah yang terjadi sepanjang 2011, pada 2011 dapat disimpulkan Sumatere Utara dalam Kondisi “tidak Kondusif”.
21
berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara tahun 2011 dan kondisinya dari skala nasional
Grafik 6. Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2011
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2011
20
Lih. Laporan tahunan KBB. Publikasi setara Institude 2010. “Negara Menyangkal” hal. 36-38
21
Lih. Laporan tahunan KBB Publikasi Setara Istitude 2011. “politik Diskriminasi Rezim SBY” hal. 21
122
Selanjutnya pada tahun 2012 Sumatera Utara mengalami tren Positif dari tahun sebelumnya, yakni hanya terdapat 3 kasus saja peristiwa pelanggaran yang
didapai Setara Institude dengan demikian kondisi kerukunan di Sumatera Utara tahun 2012 adalah “kondusif”
22
,
Grafik 7 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2012
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2012 pada tahun 2013 kondisi di Sumatera Utara kembali Shifting, naik dari 3
peristiwa menjadi 15 peristiwa, hal ini ditandai dengan banyaknya pelarangan pendirian rumah ibadah, kemudian berbagai kasus intoleransi dan isu sara muncul
karena tahun 2013 ada momentum pemilihan gubernur di Sumatera Utara dan banyaknya tidak dikeluarkannya izin pendirian rumah ibadah oleh pemerintah
daerah, terutama di daerah Binjai dan Tapanuli utara. Kesimpulan kondisi tahun 2013 Sumatera Utara berada pada keadaan “kurang Kondusif”
23
22
Lih. Laporan Tahunan KKB. Publikasi Setara Institude 2010 “kepemimpinan tanpa prakarsa” hal. 36-37
23
Lih. Annual Report Setara Institude 2013 “stagnation on Freedom of religion” hal. 41- 48
123
Grafik 8 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2013
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2013 selanjutnya pada tahun 2014 Setara Institude melakukan evaluasi terhadap
berbagai peristiwa yang terjadi di seluruh indonesia, Termasik Sumatera Utara sejak tahun 2008 hingga 2013, hasil evaluasi tersebut sangat mengejutkan,
bahwasannya secara nasional Sumatera Utara masuk dalam
“Zona Merah”
mengenai kebebasan beragama dan berkeyakinan, hal ini didasari oleh, pertama adanya 78 pelanggaran yang terjadi sejak 208 hingga 2013, kondisi ini secara
nasional termasuk kuantitatif tinggi. Selanjutnya alasan dibuatnya zona merah karena “Keengganan Pemerintah Daerah mengatasi kasus rumah ibadah” hal ini
didasari karena banyaknya kasus rumah ibadah yang belum selesai, mulai dari tidak dikeluarkannya izin, pembongkaran dan perobohan rumah ibadah hingga
pelarangan beribadah, untuk kasus ini diakui Setara Institude bahwa belum tampak upaya signifikan Pemerintah setempat untuk penyelesaian masalah yang
muncul di beberapa daerah.
24
24
Lih. Laporan KBB Setara Istitude 2014.”dari Stagnasi menjemput harapan baru”. Hal 123-128.
124
Data tersebut seluruhnya direkapitulasi sehingga jumlahnya tercatat 78 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan KBB di
Sumatera Utara sepanjang 2008 hingga 2013. Berikut ini rekapitulasi kondisi
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Sumatera Utara mulai dari tahu 2008 hingga 2013.
Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015.
2. Survei Aliansi Sumut Bersatu ASB
Aliansi Sumut Bersatu ASB adalah organisasi masyarakat sipil atau LSM yang sejak tahun 2006 melakukan upaya-upaya penguatan untuk mendorong
penghormatan dan pengakuan terhadap keberagaman melalui pendidikan kritis, dialog, advokasi dan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh ASB
berupaya untuk melibatkan aktivis muda lintas agama, mahasiswai, NGO,
5 10
15 20
25
tahun 2008
2009 2010
2011 2012
2013
13 8
15 24
3 15
Grafik 9. Sebaran Laporan KBB Setara Institude di Provinsi Sumatera Utara 2008 Hingga 2013
tingkat KBB
125
jurnalis dan kelompok rentan lainnya dengan semangat kebersamaan dalam keberagaman.
25
. Kegiatan ASB konsen pada pemantauan intoleransi
26
dan merawat pluralisme, artinya apabila ada sikap dan tindakan yang tidak menghargai
hak-hak fundamental pemeluk agama tertentu dalam menjalankan keyakinan agama yang berbeda dengan keyakinannya, ASB akan melakukan publikasi
dan membantu dalam hal advokasi dan pendampingan proses penyelesaian masalah berdasarkan hukum yang berlaku di negeri ini.
Dari beberapa pemantauan yang telah dilakukan baik melalui pemberitaan media massa dan pemantauan di lapangan, ASB telah merekaptulasi kasus
intoleransi yang terjadi di Sumatera Utara, hasil rekapitulasi menunjukkan sepanjang tahun 2010 ada sebanyak 20 kasus intoleransi.
Tabel 14. Kasus Intoleransi di Sumatera Utara hasil pemantauan ASB tahun 2010
No Kategori Kasus
Persentase 1
konflik tempat ibadah 7 kasus 35,
2 penyesatan dan pelaporan kelompom yang
diduga sesat 7 kasus 35,
3 kekerasan dan penyerangan
5 kasus 25 4
kebijakan yang diskriminatif 1 kasus 5
Jumlah 20 Kasus
Sumber : Publikasi ASB 2010.
25
Aliansisumutbersatu.org, diakses 15 maret 2015.
26
Berdaasarkan standar pemahaman ASB defenisi Intoleransi Secara terminologis, adalah sikap dan tindakan yang tidak menghargai hak-hak fundamental pemeluk
agama tertentu dalam menjalankan keyakinan agama yang berbeda dengan keyakinannya. Intoleransi beragama religious intolerance bukan hanya sekedar
sikap tidak toleran terhadap pemeluk agama lain tetapi juga melakukan propaganda hasutan yang berupa ungkapanpernyataan kebencian dan atau bentuk-bentuk lain
yang bisa digunakan untuk menyebarkan faham-faham ideologis diskriminatif.
126
Selanjutnya pada tahun 2011 dari fakta yang ada, dari pantauan ASB jumlah kasus intoleransi beragama cenderung meningkat. Dilihat dari jumlah
kasusnya, ada 63 Kasus intolerance yang intens diberitakan media. Berikut adalah tabel pembagian jenis isu dan pembagian isu kasus intolerance di
Sumut tahun 2011.
Tabel 15. Kasus intoleransi di Sumatera Utara hasil pemantauan ASB tahun 2011
No Jenias Kasus
Jumlah 1
Tuntutan Diskriminatif 24
38 2
Penistaanpelecehan agama 3
5 3
Izin pendirian rumah ibadah 3
5 4
Sweeping 11
17 5
Permasalahan simbol keagamaan 1
2 6
Kebijakan diskriminatif 13
21 7
Pernyataan diskriminatif 3
5 8
Tindakan diskriminaitif 3
5 9
Penolakan rumah ibadah 1
2 Jumah
63 100
Sumber : publikasi ASB 2012.
27
Tren peningkatan intoleransi berlanjut di tahun 2012, pantauan dan publikasi ASB Pada tahun 2012 didapati kasus intoleransi meningkat dari
sebelumnya 63 kasus menjadi 75 kasus, berikut akan dipaparkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 16 Kasus pemantauan media yang menghambat perkembangan pluralisme
tahun 2012
No Kategori Berita Jumlah Kasus
1 Tindakan Diskriminatif
25 kasus 2
Pernyataan negatif terhadap kehidupan beragama 12
3 Tuntutan ormas terhadap pemerintahpenguasapemuka 10
27
Lih. Selengkapnya Laporan pemantauan ASB tahun 2011.”potret Kehidupan beragamaberkeyakinan di Sumatera Utara. Hal 20-21.
127
agama 4
Sweepingupaya pemberantasan lokalisasi PSK 12
5 Pengrusakan dan permasalahan rumah ibadah
8 6
Penistaan dan penyalagunaan simbol agama 5
7 Kekerasan terhadap pemuka agama
3 Jumlah
75 Sumber :publikasi ASB 2012
28
Pada Laporan akhir tahun 2012 memantau lima media besar di Sumatera Utara yakni Analisa, Waspada, Tribun Medan, Sumut Pos dan Sinar
Indonesia Baru SIB. Peristiwa tersebut di dokumentasikan melalui pemantauan pemberitaan media massa khususnya media daerah. Selian itu, ASB juga
melakukan kunjungan langsung outreach. Berdasarkan ketiga data publikasi ASB diatas dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan pemantauan ASB telah terjadi kasus intoleransi di Sumatera Utara sejak 2010 hingga 2012 sebanyak 158 kasus.
Selanjutnya untuk memperbaharui data tersebut ASB telah melakukan launching terahir mengenai laporan kebebasn beragama dan berkeyakinan pada 26
Januari 2015 di Grand Antares Hotel, yang kemudian laungcing tersebut bisa dilihat di website resmiASB. hasil launcing data tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 17 Tabel jumlah kasus intoleransi di Sumatera Utara 2011-2014
No. Kategori
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Total 1
Tuntutan Diskriminatif 24
- -
- 24
2 PenistaanPelecehan Agama
3 -
- -
3 3
Ijin Mendirikan Rumah Ibadah
3 -
- -
3 4
Sweeping 11
- -
- 11
28
Selengkapnya lih. Penjelasan lengkap Publikasi ASB 2012. “Sumatera Utara : rawan Untuk Kemerdekaan beragama dan berkeyakinan
” hal. 4-40
128
5 Permasalahan Simbol
Keagamaan 1
- -
- 1
6 Kebijakan Diskriminatif
13 -
- 1
14 7
Pernyataan Diskriminatif 4
- -
9 13
8 Tindakan Diskriminatif
3 25
16 9
53 9
Penolakan Rumah Ibadah 1
- -
- 1
10 Pernyataan Negatif Terhadap
Kehidupan Beragama -
12 13
6 31
11 Tuntutan Ormas Terhadap
PemerintahPenguasaPemuka Agama
- 10
9 18
37
12 Kekerasan Terhadap Pemuka
Agama -
3 -
- 3
13 Pengrusakan dan
permasalahan Rumah Ibadah -
8 -
- 8
14 Penistaan dan
Penyalahgunaan Simbol Agama
- 5
- 1
6
15 Pengrusakan dan Pencurian
investaris Rumah Ibadah -
- 9
- 9
16 Permasalahan Pendirian
Rumah Ibadah -
- 4
- 4
17 Upaya Pemberantasan
Tempat Maksiat -
- 25
8 33
18 Intimidasi Berbasis Agama
- -
5 1
6 19
PelaranganPenghambat Aktivis Keagamaan
- -
4 -
4 20
Pelarangan Kebebasan Berekspresi
BeragamaBerkeyakinan -
- -
1 1
21 Tuntutan DPRD Terhadap
Pemerintah -
- -
1 1
T O T A L 63
63 85
55 266
Sumber : launching ASB, Januari 2015
Jika dilakukan penggarikan kondisi intoleransi tersebut, maka hasil grafik kondisi intoleransi di Sumatera Utara sejak tahun 2011 hingga 2014 ialah sebagai
berikut :
129
Sumber : Diolah Sabam Manurung, 2015 Data yang tercantum diatas membuka mata bahwa sesungguhnya kondisi
Intoleransi di Sumatera Utara relatif tinggi, kasus tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni 85 kasus, jauh lebih tinggi dari tahun 2010, 2011,2012 dan 2014. Dengan
demikian jika berkaca pada data diatas tidak salah kalau kita berkata jika Sumatera Utara rawan konflik, artinya potensi konflik di provinsi yang berjuluk
“indonesia mini” ini relatif tinggi.
3. Survei Kerukunan Nasional di Indonesia Tahun 2013
29
Survei kerukunan nasional dikeluarkan oleh badan litbang dan diklat Puslitbang Kehidupan Keagaman kementrian agama republik Indonesia tahun
2013. Ada dua alasan mengapa survei ini dilakukan, pertama Studi semacam ini dapat menjadi “pengimbang” dari banyaknya informasi penelitian yang
menekankan pada aspek konflik antar umat beragama konflik keagamaan. Kedua, dilihat dari segi hasil penelitian, informasi yang diberikan dari penelitian
29
Selengkapnya lih. Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, Kemenag. Balitbang RI, Jakarta 2013
50 100
Tahun 2011
2012 2013
2014
63 63
85 55
Grafik 10. Jumlah Intoleransi Sumut pulikasi ASB 2015
Jumlah Intoleransi
130
tentang kerukunan keagamaan ini juga dapat menjadi “penyejuk” dari banyaknya informasi hasil penelitian tentang konflik keagamaan di Indonesia yang terasa
”sumbang”. Survei nasional ini memfokuskan tentang kerukunan keagamaan di Indonesia dengan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan semacam ini
tergolong langka di Indonesia. Metode survei dan penilaian ditinjau dari ketiga dimensi yakni 1 sikap,
2 persepsi dan 3 kerja sama, dimana jenjang skornilai digunakan untuk mengukur tingkat kerukunan seperti diuraikan di atas bisa digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 18 Klasifikasi Penilaian Indeks Kerukunan Nasional
Jenjang SkorNilai Indeks Kumulatif
Arti Indeks dalam konteks Kerukunan
Sebutan Nilai Indeks
1 sd 1.9 “potensi terjadinya konflik dalam
hubungan antaragama sangat besar” Tidak Harmonis
2 sd 2.9 “potensi bagi terjadinya konflik
dalam hubungan antaragama cukup besar
Kurang Harmonis
3 sd 3.9 “kondusif bagi terciptanya
kerukunan hubungan antar umat beragama”
Cukup harmonis
4 sd 5 Kondusif bagi terpeliharanya
kerukunan dalam hubungan antar umat beragama”
Harmonis
Sumber : Balitbang Keagamaan Kemenag. RI, 2013 Kemudian sistematika proses pengambilan sampel terhadap masyarakat yang
tersebuar di semua Provinsi dilakukan dengan alur dan metode sebagai berikut :
131
Gambar 3
Dalam survei nasional tersebut, jumlah responden telah mewakili seluruh agama di setiap daerah provinsi Indonesia, berkikut diagram indeks responden
berdasarkan agama.
Grafik 11. Indeks Responden Nasonal Berdasarkan Agama angka dalam Juta
Sumber : Balitbang Keagamaan Kemenag. RI 2013
132
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden telah diseimbangkan dengan jumlah penduduk berdasarkan agama yang dikeluarkan
oleh BPS
30
, dari diagram tersebut ada responden yang hampir sebanyak jumlah data BPS dan ada juga responden yang melebihi jumlah data statistik
Hasil survei tersebut tercatat secara nasional, mencakup seluruh provinsi yang ada di Indonesia, berikut hasil survei sebaran indeks kerukunan berdasarkan
provinsi di Indonesia secara tahun 2013 berdasarkan provinsi di seluruh Indonesia.
Gambar 4.
30
Badan Pusat Statistik terahir melakukan survei pada tahun 2010, jadi dapat dipastikan data BPS disini mengunakan data penduduk tahun 2010.
133
Dari gambar sebaran indeks kerukunan diatas, Provinsi Sumatera Utara
berada pada jenjang skornilai indeks 3,7. Berdasarkan indeks kerukunan
sumatera utara berada pada kondisi
“kondusif bagi terciptanya kerukunan hubungan antar umat beragama”, dan berdasarkan sebutan nilai indeks
Sumatera Utara berada pada kondisi
“Cukup Harmonis”.
PERWAKILAN KASUS AKTUAL KEAGAMAAN DI SUMATERA UTARA YANG BELUM SELESAI
1. penolakan Pembangunan Gereja HKBP Binjai Baru, Kota Binjai
diawali dari tahun 1999, dibentuk panitia pembangunan gereja HKBP Binjai Baru di area pertapakan PTPN II. Selanjutnya pada tahun 2000
proses pinjam pakai telah diperbolehkan PTPN II tanjung Morawa lahannya untuk dipinjam oleh pihak HKBP untuk dibangun gereja lewat
surat buti dari PTPN II No. II.13.x82000, mengenai pemakaian tanah disini tidak ada masalah karena pihak yang memiliki tanah yakni PTPN II
sudah memberikan izin peminjaman dengan syarat pinjam pakai, tetapi muncul permasalahan ketika melakukan pendekatan dengan masyarakat
lingkungan setempat dan muspida, ada penolakan dari masyarakat lingkungan setempat mengenai proses pendirian gereja ini, berbagai upaya
telah ditempuh, pertemuan dan mediasi telah dilakukan, bahkan tuntutan kepada walikota binjai telah dilayangkan, serta upaya pendekatan dan
komunikasi telah sering dilayangkan surat kepada FKUB, kanwil depag, majelis agama dan uspida lainnya, meskipun ada penolakan tetapi jemaat
134
HKBP tetap membangun gereja tersebut sehingga fisiknya telah kelihatan, sudah ada bangunan, sudah ada atap dan bentuk konstruksi bangunan telah
ada, penolakan terus berlanjut dari elemen masyarakat dan juga dari pemerintah kota Binjai dengan alasan bangunan yang berdiri tersebut tidak
memiliki izin Mendirikan Bangunan IMB, selanjutnya banyak pihak meminta supaya gereja tersebut tidak dipakai untuk kegiatan peribadatan
dengan bukti telah diberi police line. Saat ini pembangunan gereja masih tertahan dan belum diperbolehkan dilanjutkan, pemakaian gereja untuk
ibadah juga tidak diperbolehkan, sehingga warga jelaat HKBP Binjai Baru beribadah dirumah-rumah jemaat secara bergantian.
2. Pembakaran Tempat Ibadah HKBP di Sibuhuan, Kec. Barumun,
Padang Lawas Pada 24 desember 2009 umat kristiani merayakan natal di tempat ibadah
mereka, ibadah tersebut berjalan dengan aman dan damai, lalu malamnya pukul 23.30 beberapa waktu setelah ibadah selesai ada rombongan
masyarakat yang mendatangi rumah ST. J.Sihombing agar tidak boleh dilakukan ibadah di tempat yang dilakukan perayaan natal tadi, selanjutya
agar bangunan yang dipakai tadinya untuk bernatal dibongkar saja. Sejak saat itu warga kristen tidak melakukan kegiatan apa-apa sampai malam
pergantian tahun 2010. Tanggal 21 januari 2010 penatua agama kristiani diundang oleh camat barumun untuk musyawarah dan di dalam
musyawarah tersebut disampaikan agar umat kristiani tidak diperbolehkan melakukan ibadah karena masyarakat kecamatan barumun merasa
keberatan dan resah. Lalu esok harinya tanggal 22 januari 2010 massa
135
datang langsung menuju lokasi gereja HKBP Sibuhuan langsung merobohkan bangunan yang terbut dari kayu dan langsung membakarnya
sehingga hanguslah seluruh bangunan dan impentaris yang ada didalamnya. Saat masalah ini terjadi FKUB belum ada dibentuk di
kabupaten padang lawas ini. Selajutnya pada 23 januari 2010 diadakat rapar puspida plus kabupaten Padang Lawas di ruang kerja Bupati Padang
Lawas, hasil rapat tersebut adalah pertama keamanan independent warga nasrani di Sibuhuan kec. Barumun dijamin oleh tokoh masyarakat melalui
ketua DPRD, kedua oembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Padang Lawas akan dibentuk paling lambat tanggal 15 Pebruari
2010, ketiga pemerintah memfasilitasi kebebasan beribadah bagi umat kristiani dan mencari lokasi yang lebih tepat dan layak serta dapat diterima
oleh masyarakat
dengan memenuhi
prosedur yang
berlaku. Perkemangannya saat ini di tahun 2015 ini jemaat HKBP di Sibuhuan, di
lingkungan VI pasar Sibuhuan belum memiliki gereja untuk tempat ibadah setelah gerejanya terbakar di tahun 2010, jemaat HKBP Sibuhuan
beribadah di rumah-rumah jemaat, tercatat ada 152 orang jemaat yang tergabung dalam jemaat HKBP Sibuhuan ini. Belum ada fasilitas nyata
dari pemerintah kabupaten Padang Lawas untuk mencari lokasi yang tepat dan layak sesuai dengan janjinya di tahun 2010 lalu.
3. penolakan masjid Al-Munawar di Sarulla Desa Nahornop Kec. Pahae
Jae, Tapanuli Utara.
Ada sebuah masjid yang berdiri di areal pemukimanwarga , masuk e dalam gang, dan tidak bisa diakses kendaraan roda empat, masjit tersebut
136
kecil dengan luas kurang lebih 10x10 m, kalau pada saat beribadah gedung tersebut hanya bisa menampung paling banyak 250 orang itupun sudah
sampai diluar pagar, jadi untuk sholat bersama mereka melakukannya di tanah lapang. Lalu dengan kondisi seperti ini pihak masjid merasa kondisi
initidak memungkinkan lagi untuk dipakai, kalau pun mau di perluas tidak bisa lagi karena telah dihimpit oleh rumah warga sehingga mendesak
untuk dipindahkan ke lokasi yang lebih luas. Proses pemindahan awalnya berjalan lancar, ada tanah yang dihibahkan seorang keluarga, lokasinya
strategis dengan loas kurang lebih 24x35 terletak dipinggir jalan, plakat pun telah dibuat bahwa didaerah itu akan dibangun mesjid Al-Munawar.
Tetapi seiring beranjaknya waktu mulai ada penolakan, pertama dari individu masyarakat kemudian maskin banyak masyarakat bahkan
bergabung menjadi aliansi masyarakat pecinta perdamaian berdemo menolak pemindahan mesjid ini. Dialog pun telah dilakukan, mediasi telah
dilakukan, tetapi tetap belum membuahkan hasil, masyarakat saat ini pu masih tetap menolak pemindahan mesjid tersebut. Kondisi saat ini
masyarakat islam dan kristen ada yang mengalami perpecahan, musuhan msekipun masih ada hubungan adat, saat ini umat islam di sarulla masih
menggunakan masjid yang lama untuk melakukan peribadatan.
V.3. Data Eksistensi Kinerja FKUB dalam menjaga kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara
Berdasarkan perkembangan data yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dapat dikatakan bahwa banyaknya kontribusi berbagai elemen di Sumatera Utara,
mulai dari Elemen Pemerintah, Non Pemerintah, dan forum strategis oleh
137
masyarakat. Kontribusi tersebut diupayakan semaksimal mungkin untuk terciptanya kerukunan di Sumatera Utara, salah satunya ialah peran strategis
FKUB Provinsi Sumatera. Eksistensi FKUB dalam sajian berikut ini akan dipaparkan dalam bentuk eksistensi internal, eksternal, dan upaya dan teknik
penyelesaian kasus yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama di Provinsi Sumatera Utara. Eksistensi yang telah ada nantinya akan menjadi bahan evaluasi
oleh peneliti,
V.3.1. Upaya dan Teknik FKUB dalam Penyelesaian Kasus ketidakrukunan di Sumatera Utara
Penting untuk mengkaji upaya dan teknik penyelesaian kasus, dari sini nantinya akan diperoleh analisis efektivitas penanganan masalah yang selama ini
diterapkan oleh FKUB Sumatera Utara, sehingga mampu meemaksimalkan peran untuk menangani kompleksitas kondisi yang mengganggu ketidak rumunan di
Provinsi ini. Dalam buku pedoman yang dikeluarkan FKUB Sumatera Utara salah satu teknik atau kiat utama dalam mengupayakan kerukunan di Sumatera Utara
adalah dengan memetakan faktr-faktor yang mendukung dan dan faktor penghambat kondisi kerukunandi Sumatera Utara, dari faktor pendukungdan
penghambat tersebut akan dicari jalan tengah sehingga diupayakan tetap terjadi musyawarah dan mufakat.
31
Berikut ini akan dipaparkan perkembangan kinerja FKUB, dengan upaya kerjasama FKUB Provinsi dengan FKUB kabupaten Kota
se-Sumatera Utara dalam memediasi Konflik-konfil yang terjadi di Sumatera Utara dan upaya penyelesaiannya.
31
Lih. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerukunan dan ketidakrukunan di Sumatera Utara, Hal.
138
Tabel 19. Konflik di Sumatera Utara dan Upaya Penyelesaiannya
No Bentuk Kasus
Permasalahan Upaya Penyelesaian
01 Pembangunan Gereja
GKPS di Desa Buntu Pane Asahan.
Adanya keresahan masyarakat Di
Desa Buntu
Pane Kecamatan
Buntu Pane
Kabupaten Asahan
karena adanya kegiatan pembangunan
gereja GKPS
yang tidak
memenuhi persyaratan
administrasi Permasalahan
ini sudah
dibicarakan pada rapat pengurus FKUB Kabupaten Asahan dan
untuk selanjutnya kasus ini akan ditangani
oleh pemerintah
kabupaen Asahan.
02 pembangunan gereja
GBKPdi Desa
gunung Pinto
Kecamatan Naman
Teran Kabupaten
Karo. adanya keberatan warga atas
pembangunan gereja tersebut Permasalahan ini sudah dapat
diselesaikan oleh
FKUB kabupaten
Karo secara
musyarawah dan mufakat
03 Pembangunan
Vihara Meireya Jaya di kelurahan Tebing
Kisaran Kec. Kota Kisaran
Barat, Asahan.
adanya surat penolakan dari MUI
Kabupaten Asahan
dikarenakan pendirian vihara ini berdekatan dengan mesjid
agung kisaran FKUB
telah mengeluarkan
rekomendasi pendirian
rumah ibadat, selanjutnya permasalahan
ini masih di kandepag. Asahan dan
belum mengeluarkan
rekomendasi pendirian
rumah ibadat ini.
04 Rumah
yang dijadikan
rumah ibadat Gereja GBI
Antiokia di komplek perumahan
Tebing Indah Permai, Kel.
Bandar Utara Kec. Tebing kota, Tebing
Tinggi. Warga
setempat merasa
keberatan terhadap kegiatan dan keberadaan GBI Antiokia
FKUB Kota tebing tinggi telah melakukan
dialog dengan
perwakilan warga
setempat. FKUB
kota tebing
tinggi memberikan
rekomendasi pemanfaatan sementara gedung
yang bukan rumah ibadah paling lama dua tahun. Tetapi sesudah
dua tahun pun belum juga terealisasi.
05 Pendirian
rumah ibadat
gereja HKBP resort Binjai
Baru kota Binjai
Adanya keberatan
warga lingkungan II kelurahan Jati
Makmur Kota Binjai atas pendirian
rumah ibadat
gereja HKBP tersebut. Pengurus FKUB dan dewan
penasehat FKUB kota Binjai sepakat
bahwa penyelesaian
permasalahan ini diserahkan kepada pemerintah kota Binjai,
sampai hari ini belum selesai.
06 Balai
pengobatan yang
berfungsi sebagai Vihara di
kota Tanjung Balai. Adanya keberatan masyarakat
dikarenakan izin
pendirian bangunan
sebagai balai
pengobatan tetapi dijadikan rumah ibadat
Permasalahan ini masih dalam proses penyelesaian dan akan
dibicarakan lagi
pada rapat
pengurus FKUB Kota Tanjung Balai
07 Terbakarnya
Warga beramai-ramai Permasalahan ini sudah dapt
139
rumah warga yang dijadikan
tempat ibadah
di lingkungan
VI Kelurahan
Pasar Sibuhuan
Kec. Sibuhuan
Kab. Padang Lawas
mendatangi lokasi tersebut dan terjadi kebakaran dua
unit rumah warga umat kristiani.
diselesaikan oleh muspida plus kabupaten Padang Lawas dan
pemerintah
memfasilitasi kebebasan beribadah bagi umat
kristiani dan mencari lokasi yang lebih tepat dan layak serta
dapat diterima oleh masyarakat dengan
memenuhi prosedur
yang berlaku.
08 Pendirian
rumah ibadat kuil Balaji
Venkateshwara di
Jalan Bunga Wijaya Kusuma No 25 A
Kel. Padan Bulan selayang
II Kota
Medan. Warga keberatan atas pendirian
rumah ibadah tersebut. Permasalahan ini sudah berhasil
diselesaikan oleh FKUB Kota Medan
09 Renovasi
gereja HKBP di dusin III
Jalan Sumarela
Timur Desa Laut Dendang Kec. Perut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Warga keberatan atas kegiatan renovasi gereja HKBP tersebut
Permasalahan ini
sudah diselesaikan dengan musyawarah
oleh FKUB Deli Serdang, FKUB Sumut, pemuka agama Islam dan
kristen dan pemda merekoalisi tempat tersebut.
10 Konflik yang rentan
terjadi di 2009, di gedung
DPRD Sumatera
Utara. Yang menyebabkan
meninggalnya ketua DPDR Sumut
Adanya tuntutan pembentukan provinsi
Tapanuli yang
berakibat meninggalnya ketua DPRD
Provinsi Sumatera
Utara Pengurus FKUB Sumatera Utara
dengan sigap melakukan mediasi bersama para pemuka agama,
berdialog dengan para pimpinan majelis-majelis agama dan SKPD
terkait, menyatakan sikap dan kesepakatan
bersama bahwa
peristiwa tersebut bukan masalah antar agama melainkan peristiwa
politik.
11 Pembangunan
patung amithaba di Vihara Triratna di
Tanjung Balai Masyarakat
menuntut agar
penenpatan patung
itu dipindahkan ketempat yang
lebih terhormat FKUB menyerahkan kebijakan
kanwil kemenagSU.
Dan pemerintah tanjung Balai
12 Pemuatan
gambar dewa Ganesha dan
Krisna di
Sandal yang beredar di Kota
Medan Kondisi ini menndapat protes
dari masyarakat Hindu dan Parisada Umat Hindu Dharma
Indonesia PHDI Sudah
diselesaikan secara
musyawarah mufakat.
Sandal tersebut ditarik dari peredaran.
13 Pelemparan
mesjid yang
berakibat terbakarnya
kios merangkap bengkel
sepeda motor milik Telah diselesaikan oleh pemda
setempat bersama
FKUB, selanjutnya pelaku pelemparan
mesjid tersebut diproses secara hukum dan sudah selesai
140
warga yang bernama parlindungan
Nababan di Bandar Pulau Asahan
14 Pembakaran mesjid
di lumban
lobu TobaSamosir.
Percobaan pembakaran
telah terjadi berulangkali,
terakhir pembakaran pada 27 Juli 2010.
. FKUB Sumut dan FKUB Tobasa telah melakukan mediasi sehingga
masyarakat tidak
terpancing, namun sampai saat ini polisi
masih belum menahan pelaku pembakarannnya.
15 Terbakarnya
dua buah mesjid dalam
waktu yang
bersamaan di
kecamatan Aek
Kuasan Kab. Asahan FKUB Sumut dan FKUB Kab.
Asahan, pemerintah daerah dan polres setempat bermusyawarah
dan sepakat diserahkan kepada pihak
yang berwajib,
sudah selesai
16. Permasalahan pendirian
masjid Al-Munawar
Sarulla
di kec.
Pahae Jae
Kab. Tapanuli Utara
Adaya penolakan
masyarakat terhadap
pendirian masjid tersebut sejak tahun 2010 sampai
sekarang
belum bisa
didirikan. Sudah
ditempuh melalui
peraturan yang berlaku, serta musyawarah yang digagas oleh
pemerintah dan FKUB, namun Izin pendirian bangunan masjid
belum
dikeluarkan. Sampai
hari ini belum selesai.
Sumber : Buku Panduan FKUB Sumatera Utara 2014
Upaya Mediasi FKUB; Contoh Kasus Pembangunan Masjid di Pahae Jae, Tapanuli Utara
Untuk menilai kinerja FKUB Sumatera Utara dalam memediasi pihak yang berkonflik, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa anggota FKUB
Sumatera Utara, pertama Bapak, Jhon. H. Manurung, beliau pernah melakukan mediasi di Pahae Jae, Tapanuli Utara, beliau pernah ikut memediasi pihak yang
berkonflik di daerah tersebut, disana ada pembangunan mesjid yang bermasalah karena pembangunannya ditolak oleh masyarakat sekitar, berikut wawancara
singkatnya yang peneliti lakukan pada tanggal 9 April 2015.
141
Bagaimana proses pendekatan mediasi yang dilakukan di pahae Jae Itu, apakah dipertemukan kedua pihak yang berkonflik, atau seperti apa?
“Tidak dipertemukan keduanya, tetapi satu-persatu kamu temui, kami dialog, dengan cara kekeluargaan, kami bukakan pemahaman, kita
tampung cara pandang, masukan dan aspirasi dari masing-masing, lalu setelah kita kumpul masukan dari kedua pihak, kita rekomendasikan ke
pemkab. Lalu ke gubernur”. Lalu saat ini bagaimana perkembangan peran FKUB dalam memediasi
permasalahan rumah ibadah yang di pahae jae itu? “Kita sudah sampaikan ke Pemkab pemerintah kabupaten tapanuli
Utara..red., supaya pemerintah kabupaen dapat segera menyelesaikan”. Dari penjelasan bapak Jhon H. Manurung tersebut bahwa upaya mediasi
dilakukan dengan tidak mempertemukan, tetapi menemui satu-persatu dari dua pihak yang berkonflik, kemudian aspirasi dan jalan keluar tersebut ditampung dan
disampaikan kepada lembaga eksekutif agar ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan. Batasan FKUB sebagai Forum Strategis hanya datang emndampingi
dan memediasi pihak yang berkonflik, hal tersebut pun harus dilakukan dengan upaya damai, FKUB tidak berhak menyatakan kelompk A yang salah, sedangkan
B benar, tetapi menampung aspirasi yang berkembang sehingga peran memreka membantu kepala daerah dalam membuat kebijakan yang tepat di bidang
keagamaan. Berikutnya, demi menilai lebih jauh kinerja dalam upayanya memediasi
pihak yang berkonflik, peneliti mengkajinya dari berbagai aspek mulai. Beranjak dari berbagai dinamika dialog, seperti pernah kah terjadi konflik dalam berdialog,
pernahkah terjadi deadlog, apa jalan tengah untuk mencari solusi, hal-hal tersebut perlu dijawab dengan baik, agar kulitas mediasi selama ini dalat dipahami secara
benar. Hasil wawancara berikut akan memberi jawaban tentang persoalan tersebut.
142
Ketika FKUB melakukan dialog dengan yang berkonflik, selalu misalnya pihak yang akan dimediasi harus diarakan ke tujuan kerukunan dari FKUB
setidaknya harus meloloskan sesuatu, kalaupun misalnya FKUB ingin meloloskan sesuatu, bagaimana mekanismenya?
“Yang harus kita loloskan itu bagaimana supaya kedua pihak yang berkonflik bisa berdamai bisa rukun, kan terkadang adanya satu pihak
yang mengatakan mereka yang benar dan pihak lainnya salah. Nah,, Kalau dalam kami berdialog, tidak pernah ada voting-votingan, semuanya
dilakukan dengan musyawarah, kalau pun ingin meloloskan sesuatu, pertama kita tempuh jalur kekeluargaan, kita ajarkan pemahaman akan
damai, tetapi kalau jalur kekeluargaan tidak berhasil, kita pake PBM peraturan atau ketentuan yang tercantum dalam PBM no 9 dan 8 tahun
2006. Tapi itu pun ada juga ketika sudah jalur PBM pun tetap tidak berhasil, setidaknya kita kita upayakan lah ada jalan damai atau
kekeluargaan.” Wawanara anggota. FKUB Sumut, Jhon. H. Manurung, 11 Maret 2015
Dari penjelasan diatas ternyata didapati bahwa ada upaya pelolosan sesuatu, kemudian Jawaban saudara Jhon. H. Manurung terebut juga dibenarkan
oleh Wakil Sekretaris FKUB Sumut, Dr. Arifinsyah, ketika melakukan wawancara terpisah selama melakukan proses penelitian ini.
“Nga pernah terjadi deadlock, musyawarah mufakat, damai-damai saja, dan paling ada sedikit evaluasi lah atau kritik. karena dari awal sebelum
dialog kita sudah persiapkan dan kita bertemu tokoh-tokoh antar agama, “nanti kalau ini begini kita buat” dan tokoh antar agama sudah komit,
seringnya terjadi mufakat, nga ada voting-votingan, kalau terjadi musyawarah misalnya, ada yang mau kita loloskan, nga pernah pake
vooting itu , jadi mufakat mufakat. FKUB Sumut punya prinsip memutuskan suatu masalah lewat musyawarah mufakat. Dan itu
terlaksana.” Ketika ditanyakan mengenai proses dialog selama ini, apakah pernah
terjadi kegagalan dalam menjalankan dialog dengan masyarakat, beliau mengatakan
“Nga pernah gagal, FKUB Sumut punya prinsip memutuskan suatu masalah lewat musyawarah mufakat.
Dan itu terlaksana”.wawancara, 11 Maret 2015
143
Dari duap penjelasan narasumber diatas didapati bahwa teknik penyelesaian masalah harus dengan jalur upaya kekeluargaan, musyawarah dan
mufakat, tidak melalui jalur voting dan hal tersebut telah terlaksanan dengan baik, karena berdasakan SK Gubernus Sumatera Utara tahun 2012 tentang kedudukan
FKUB pasal 26 tentang pengambilan keputusan menyebutkan harus secara musyawarah dan mufakat dan tidak boleh melalui jalur pemungutan suaravoting.
V.3.2. Eksistensi Internal FKUB Sumatera Utara
Mengkaji eksistensi internal FKUB secara ringkas sesungguhnya peneliti ingin melihat “dapur FKUB Sumut”, karena sesungguhnya kualitas internal
mempengarui kualitas eksternal suatu organisasi, dari aspek internal peneliti ingin melihat awal proses pemilihan nama-nama yang duduk di FKUB sumut, dinamika
dan proses aktivitas organiasi yang terjadi di internal FKUB Sumatera Utara, ketika terjadi hubungan kerja yang harmonis atara sesama pengurus FKUB maka
akan berpengaruh terhadap hasil kerja, terutama dalam upaya mereka menjaga kerukunan diProvinsi Sumatera Utara. Berikut akan disajikan hasil wawancara
dengan bapak Jhon H. Maurung, anggota FKUB Sumut tanggal 9 Maret 2015. Sejatinya Para pengurus FKUB merupakan perwakilan dari agama masing-
masing, mengenai mekanisme pengutusan para majelis agama untuk diajukan menjadi perwakilan pengurus di FKUB, secara konpherhensif, beliau
menjelaskan “Dari masing-masing majelis agama diutus mewakili lembaganya, kalau
saya dari PGI. Dari PGI disepakati siapa saja yang dianggap memiliki contoh dan teladan yang baik di masyarakat, lalu dari orang itu
menyetujuinya itulah yang nantinya layak diajukan”
144
“Kami bertemu dalam rapat bersama dengan perwakilan dari majeis agama yang lain, lalu membentuk komposisi, siapa ketua, siapa wakil,
sekretaris dan anggota”.
Berdasarkan konposisi jabatan, sebenarnya ada ketidakseimbangan perwakilan masing-masing agama, mengenai ketidak-seimbangan jumlah
perwakilan, misalnya agama A sekian, agama B, tidak sebanyak itu, peneliti menanyakan apakah ada pandangan tidak adil dalam internal FKUB, beliau
membantahna sebagai berikut “Itu kan ditentukan dari jumlah penduduk penganut agama, agama yang
paling banyak jumlah penduduknya tentu jumlah perwakilannya lebih banyak, kalau dari kita protestan, red ada 5 perwakilan. Meskipun
sebenarnya kecil penganut agama, tetapi harus ada perwakilan dari ke enam agama itu. hal itu tidak mempengaruhi kami, hal itu sudah
dilakukan secara musyawarah,semua sudah sepakat. Tidak ada ketidak- adilan, karena pun kami sudah saling kenal dan semua hal yang kami
putuskan dalam rapat innternal, dilakukan secara sepakat, bisa dilihat komposisinya, siapa ketua, wakil, atau BPH, inilah yang menjadi
pimpinan yang memutuskan, lihat saja, terjadi keseimbangan, tidak ada yang miss disitu, jadi hasil rapat yang diputuskan pun telah mewakili
semua anggota atau utusan anggota”. Dari wawancara dengan bapak Jhon H. Manurung diatas megenenai
keterwakilan FKUB harus majelis agama yang memiliki contoh dan teladan yang baik dalam masyarakat, dan hal tersebut juga senada dengan penjelasan dari ketua
FKUB Sumut, bapak Maratua Simanjuntak “Itu makanya yang menjadi anggota FKUB ini adalah perwakilan resmi,
bukan kita pilih-pilih harus ada usulan resmi dari sana majeis tinggi agama, red” wawancara 11 Maret 2015.
Lalu aktivitas FKUB Provinsi Sumatera Utara akan dikaji juga mengenai kegiatannya melakukan rapat rutin, mengenai keterbiasan rapat rutin akan
dipaparkan dalam wawancara berikut ; Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak wakil Sekretaris FKUB Sumut, Arifinsyah, dalam melakukan rapat rutin
beliau mengatakan
145
“Rapat pengurus, seminggu sekali, kemudian kalau ada panitia Ad Hock malah hampir tiap hari, misalnya di rapat dibentuk tim, panitia yang
bertanggung jawab untuk kegiatan A, dia rapat terus disini untuk mempersiapkan acara yang sudah disepakati. Sehingga kantor ini, hampir
tidak ada kosong. Jadi intensif.” Selanjutnya penjelasan dari bapak Arifinsyah dibenarkan oleh dua
informan lainnya yakni wakil ketua FKUB Sumut dan Ketua FKUB Sumut, bahwa benar telah sering dilakukan rapat pengurus yang dihadiri lebih dari 50
kehadiran dari pengurus. “Sering, anda boleh cek, dimana ada organisasi yang rapat rutin seminggu
sekali begini, ada atau tidak ada isu penting, FKUB tetap lakukan rapat, dari jam 3 sampai jam 5 atau bisa sampai jam 6, tingkat kehadirannya bisa
diatas 50 ”
V.3.3. Eksistensi Eksternal FKUB Sumatera Utara
Hubungan eksternal FKUB Sumatera Utara dikaji berdasarkan seberapa pentingnya keberadaan FKUB Sumatera Utara di Provinsi ini, apakah peran nyata
mereka selama ini dalam upaya menjaga kerukunan di Sumatera Utara, hal sedemikian dicari peneliti. Salah satu hal pendukungnya ialah hubungan kerja
antara FKUB dengan eksternal FKUB, hal ini penting karena FUKUB adalah wadah alat pemerintah daerah dalam upaya menjaga kerukunan, dengan demikian
harus memiliki stakeholder dengan pihak lain, berikut akan dipaparkan eksestensi eksternal FKUB Sumatera Utara dalam upaya mereka menjaga kerukunan di
Provinsi ini. Berbagai komentar telah didapati peneliti mengenai eksistensi FKUB
Sumut dari kacamata stakeholder FKUB Sumut. Pertama bapak Syafaruddin, Kasubbag Hukum dan KUB KandepagSU,sebagaimana diketahui kandepagSu
146
adalahpenasehat FKUB Sumatera Utara, jadi selaku penasehat adalah logis ketika menilai peerkembangan kinerja FKUB. ketika daptanyakan Seberapa membantu
keberadaan FKUB Sumut? “Saya kira keberadaan FKUB di Provsu sangat
membatu dalam pembinaan kerukunan” hubungan kerja FKUB Sumut dengan kandepagSu begitu harmonis, hal ini dapat dijelaskan dari hasil wawancara. Etika
peneliti menanyakan mudah atau tidaknya FKUB Sumut diajak kerja sama untuk saling mensukseskan kegiatan, beliau mejelaskan
“Saya pikir dengan bertelepon saja kita “ayok pak ketua begini,begini” kita langsung ketemu tidak perlu harus repot-repot dengan sistem
administrasi. Jadi hubungan kerja kita baik” Selanjutnya yang bertindak sebagai sekretaris penasehat FKUB Sumut
adalah pihak kepala kesatuan bangsa, Politik dan Perlindungan masyarakat kesbangpolinmas Provinsi Sumatera Utara, ketika saya mengunjungi kantor
kesbangpolinmas Provsu saya dilayani oleh bapak Muhammad dan dan ibu Yinita Sari, berasarkan wawancara dengan pihak kesbangpol, didapai eksistensi kinerja
FKUB dalam menjaga kerukunan dari kacamata kesbangpolinmas. Berikut hasil wawancaranya.
Wawancara dengan kepala bidang pembinaan Ideoligi dan wawasan kebangsaan, kebangpolinmas Prov.Sumatera Utara, bapak Drs. H. Mumammad D.
Pada 30 maret 2015. Mengenai Seberapa penting keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB bagi Kesbangpol, beliau menjelaskan
“penting, dan dibutuhkan dalam tugas mereka membantu kepala daerah, ”
147
Peneliti juga menanyakan kiprah FKUB Sumut, dalam melakukan dan memfasilitasi dialog, menampung aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi
masyarakat dan mensosialisasikan peraturan dan UU yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama, secara singkat beliau hanya menjelaskan.
“kinerja mereka baik” Selanjutnya ketika dikantor kebangpolinmas Provinsi Sumatera Utara
peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sub bidang pembinaan Ideoligi dan wawasan kebangsaan, kebangpolinmas Prov.Sumatera Utara, ibu Dra. Yunita
Sari, MSP. Pada 30 maret 2015. Mengenai sering tidaknya pengurus FKUB Sumut datang ke kator ini, beliau menjelaskan.
“Sering, mereka kesini melakukan koordinasi dan komunikasi dengan kesbang”
Ketika ditanyakan Pernahkah pihak kesbangpol. ini diundang ke kegiatan yang dilakukan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara, seperti seminar, dialog,
diskusi, dan kegiatan lainnya, ditambahkan “pernahlah, dan memang harus kan, karena kesbang ini kan yang
membina mereka, terkadang dari kesbang ini ada diundang jadi narasumber di kegiatan mereka”
Sejatinya FKUB di setiap daerah memiliki dewan penasehat yang diketuai oleh “orang nomor 2” di kepala pemerintahan daerah. Demikian juga hal nya
dengan FKUB Sumut, dewan penasehatnya diketuai oleh wakil Gubernur Sumatera Utara, oleh karenanya dirasa perlu untuk meninjau kinerja FKUB
Sumut yang dibinanya. Untuk itu peneliti mencari pandangan serta pernyataan wakil gubernur
SumateraUtara, Bapak T. Erry Nuradi. Dalam hal ini peneliti tidak langsung
148
bertemu dengan beliau, tetapi mengutip wawancara para wartawan media massa yang ada dikota Medan yang kemudian disajikan dalam berita di surat kabar
mereka.
Bapak T.Erry Nuradi, Wakil Gubernur Sumatera Utara mengapresiasi kinerja FKUB Sumut,
karena terbukti tingkat kerukunan umat beragama di Sumut terbilang sangat baik, bahkan wagubsu mengatakan Sumut menjadi
miniatur kerukunan di Indonesia. “saya berharap provinsi lain bisa mengambil contoh bagaimana
menjalani dan saling menghormati antar pemeluk lainnya, perlu kesadaran baru sebagai energi yang mampu membangkitkan potensi kerja
dan hubungan kerja yang lebih baik dan harmoni, mengingat FKUB Sumut selama setah
un telah memperoleh gelar Sumut Luar Biasa” penjelasan wagubsu dalam kegiatan rapat kerja FKUB Sumut di Dharma
Deli, 31 Januari 2015.
32
Dalam melakukan penelitian ini peneliti juga mengkaji dari aspek lain megenai eksistensi FKUB Sumut saya melakukan wawancara dengan sekretaris
jendral Gereja Protentan Persekutuan GPP yang saya temui di komplek kantor pusat GPP di medan.
Saya melakukan wawancara dengan sekretaris jendral GPP karena FKUB provinsi Sumatera Utara pernah mengadakan pertemuan kerja dengan Pimpinan
GPP, peneliti ingin melihat bagaimana respon dan kemanfaatan pertemuan kerja yang di rasakan oleh dalam hal ini pihak Gereja Protestan Persekutuan, respon
dan kemanfaatan pertemuan tersebut gunanya ialah untuk memberikan penilaian akan umpan balik atas berbagai program kerja yang telah direalisasikan FKUB
Sumut. Kemudian umpan balik tersebut juga akan mendukung penilaian peneliti
32
Dikutip dari : Harian Analisa 2 Februari 2015 “wagubsu : Sumut Barometer Kerukunan Umat Beragama”
149
untuk menilai kinerja FKUB, tidak hanya dari internal FKUB tetapi juga dari eksternal FKUB. Berikut hasil wawancaranya yang dilakukan pada 10 april 2015.
Komentar beliau tentang keberadaan FKUB Sumatera Utara ialah “FKUB ini adalah sebagai wadah untuk menjalin kerukunan, bagaimana
supaya kerukunan umat beragama di Sumatera utara ini tetap terpelihara. Dan para pengurusnya pun yang duduk di FKUB ini benar-benar adalah
seorang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, saya telah rasakan itu ketika bertemu dengan mereka. Tidak bisa sembarangan orang- orang
yang duduk disana, harus orang-orang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi untuk terciptanya kerukunan dan itu, saya lihat sudah
ditujukka
n oleh mereka yang duduk disana”
V.3.4. Hubungan Konsultatif FKUB Provinsi dengan FKUB daerah Kabupaten Kota
Hubungan FKUB provinsi dengan FKUB kabupatenkota tidaklah bersifat struktural yang memiliki garis instruktif, melainkan hubungan yang bersifat
konsultatif. Posisi FKUB Provinsi bukanlah atasan dari FKUB kabupaten kota, ataupun sebaliknya. Seperti diketahui, FKUB bukanlah organisasi massa yang
memiliki jenjang kepengurusan terstruktur dari pusat hingga daerah. Fungsi konsultatif diperlukan agar adanya kerjasama antar FKUB tingkat I dan tingkat II
dalam penanganan masalah-masalah yang terjadi di daerah. Berdasarkan keterangan diatas, berikut ini akan dipaparkan hasis
wawancara mengenai proses dan perkembangan serta hal-hal yang terjadi di FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan fungsi Konsultatif
Mengenai koordinasi dengan FKUB daerah kabupatenkota, wakil Ketua FKUB, Albert Pakpahan mengatakan
150
“Kalau ada yang nga bisa diselesaikan mereka, mereka komunikasikan ke kita mohon petunjuk, atau datang kemari, minta saran atau bantuan
bertanya bagaimana sikap kami mengenai ini, apa bisa bapak-bapak datang kesana membantu kita, ya kita sama-sama dengan FKUB daerah
turun”. Selanjutnya bapak ketua FKUB, Maratua Simanjuntak, megnenai koordinasi atau
konsultatif ke FKUB daerah abupaten kota, beliau menambahkan “Konsultatif itu kebawah, Nah soal daerah kita sering konsultatif, kita
nga ada destruktif, kalau komunikasi dengan FKUB daera kita rutin, kalau mereka minta tolong kita untuk turun, kita turun ke daerah mereka”.
Pernyataan selanjutnya disampaikan oleh wakil Sekretars FKUB Sumut, Arifinsyah, mengenai fungsi konsultatif, beliau mengatakan
“Koordinasi,itu dia, dia hanya konsultatif, kalau komunikasi sering, karena mereka juga ada hal-hal yang merekapertanyakan yang belum
paham, mereka diskusikan kemari lewat media, ya, kadang lewat komunikasi di dunia internet jejaring sosial lewat Hp, jadi tetap
dilaksanakan, ya tidak hanya lewat surat aja, ya lewat dunia maya hampir tiap hari .apalagi macam saya dan pak ketua sering menerima itu, karena
kami pengurus harian kan, jadi pengurus harian itu tumpuan informasi
dari daerah. “Cemana ini pak, kejadiannya begini, oh kalau begini kasusnya buas saja begini, coba jalankan ini dulu”. 33 kabupaten ini satu
daerah satu hari sekali saja udah udah putarnya a bis setiap hari. ”.
Selanjutnya ketika dilakukan wawancara terpisah dengan anggota FKUB, Bapak Jhon H. Manurung, ketika peneliti menanyakan tentang hal koordinasi ke
FKUB daerah kabupatenkota Apakah diwajibkan FKUB daerah kabupatenkota berkonsultasi ke FKUB Provinsi mengenai permasalahan yang dialami di daerah,
beliau menambahkan jawabannya. “Itu wajib, artinya FKUB Provinsi memberi masukan atau saran
mengenai penanganan suatu masalah, misalnya rumah ibadah....,Jadi kita harus tau perkembangan di daerah selanjutnya mereka berkonsultasi
dengan kita, megenai apa, bagaimana, dan berdiskusi untuk penyelesaian
solusi atas masalah yang ada di daerah.”
151
Dari penjelasan yang didapatkan dari beberapa narasumber di FKUB Sumut, didapati bahwa sering dilakukan konsultatif ke FKUB daerah
kabupatenkota, setidaknya bertukar pikiran mengenai penanganan masalah- masalah yang terjadi di daerah, selanjutnya apabila FKUB daerah kabupatenkota
meminta bantuan FKUB Sumut untuk turun ke daerah maka FKUB Sumut langsung turun ke daerah, terahir ketika ditanyakan wajib atau tidaknya FKUB
daerah berkonsultasi akan kondisi yang terjadi di daerah, narasumber mengatakan wajib ada konsultasi dari daerah mengenai perkembangan yang ada di daerah.
152
BAB VI ANALISIS DAN EVALUSI KINERJA FKUB PROVINSI SUMATERA
UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Setelah semua data dihimpun dengan berbagai teknik yang telah digunakan sebelumnya, maka pada bagian ini akan dilakukan analisis data dengan
mengacu pada variabel penelitian yang digunakan. berikut ini akan dipaparkan analisis peneliti terhadap data yang diperoleh dari lapangan.
VI.1. Analisis Fluktuasi Perkembangan Kerukuan di Sumatera Utara
Perkembangan gambaran data kerukunan di Sumatera Utara yang dikutip peneliti dari berbagai instansi, baik pemerintah maupun non pemerintah, dari
regional maupun nasional menunjukkan fakta bahwa kondisi kerukunan di Sumatera Utara yang berlangsung selama ini telah mengalami fluktuasi, data
setara Institude sejak 2008 hingga 2013 menunjukkan fluktuasi yang signifikan, tingkat tertinggi yang artinya dalam kondisi tidak rukun terjadi pada tahun 2011
yakni sebanyak 24 peristiwa, tetapi bisa turun drastis menjadi 3 peristiwa di tahun 2012. Demikian juga dengan laporan setara institude, begitu tingginya kasus
intoleransi di Sumatera Utara bahkan sampai menembus 85 kasus di tahun 2013. Sedangkan surveri kerukunan nasional sejak 2007 hingga 2015 ini, tercatat baru
sekali dilakukan survei nasional yakni di tahun 2013, hasil survei tersebut me
ngatakan bahwa kondisi kerukunan di Sumatera Utara “cukup Harmonis”
153
Tentang Fluktuasi kerukunan versi Setara Institude, Mengapa fluktuasi tersebut mengalami kondisi yang significant? Tidak ada faktor tunggal untuk
menjawab pertanyaan ini, tetapi dimungkin, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan selama penelitian, setidaknya hal ini diupayakan para tokoh
agama semampunya untuk melokalisir permasalahan sehingga tidak berdampak luas.
Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015 Data Aliansi Sumut Bersatu ASB empat tahun terahir mencatat terjadi
fluktuasi yang tinggi akan intoleransi di Sumatera Utara, dapat juga dilihat dalam publikasi ASB bahwa di tahun 2011 terjadi 63 peristiwa intoleransi di Sumatera
Utara. Hal ini diangap mampu memberi warning kepada instansi kepala daerah baik tingkat kabupatenkota dan provinsi di serta semua elemen masyarakat,
pemangku moral, majelis-majelias agama, dan pemuka adat yang tersebar di Sumatera Utara untuk bertindak menangani intoleransi di Sumatera Utara.
5 10
15 20
25
tahun 2008
2009 2010
2011 2012
2013
13 8
15 24
3 15
Sebaran Laporan KBB Setara Institude di Provinsi Sumatera Utara 2008 Hingga 2013
tingkat KBB
154
Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015 Dari data tercantum diatas baik dari Setara Institude dan ASB peneliti
menganggap bahwa Sumatera Utara berada pada rawan intoleransi, hal ini setidaknya didasari dari dinamika sosial, banyaknya suku, agama, etnik dan
berbagai isu sara yang berkembang di masyarakat sehingga Sumatera Utara punya
potensi besar akan terjadinya intoleransi di Sumatera Utara. Untuk itu selain
diperlukannya kedewasaan untuk mampu menahan diri, dan saling memahami diatara masyarakat Sumatera Utara dalam bermasyarakat yang notabene berbeda
agama, sangat diperlukan peran pemerintah untuk bertindak terhadap berbagai masalah keagamaan yang belum selesai, serta diperlukan peran strategis para
tokoh agama yang notabene lebih dekat ke umatnya, agar menyebarkan pengajaran yang positif, tidak membenci saudara yang berbeda agama, melainkan
malah menghargai dan terbuka terhadap masyarakat yang berbeda agama. selain itu tokoh adat dan tokoh masyarakat agagnya dapat diandalkan dalam upaya
menjalankan aturan berdasarkan adat-istiadat yang mengajarkan kesetaraan dan kebersamaan diatara masyarakat yang berbeda iman tetapi satu kesatuan dalam
adat.
50 100
Tahun 2011
2012 2013
2014
63 63
85 55
Jumlah Intoleransi Sumut pulikasi ASB 2015
Jumlah Intoleransi
155
Selajutnya pada tahun 2013 dilakukan Survei kerukunan nasional oleh badan litbang dan diklat Puslitbang Kehidupan Keagaman kementrian agama
republik Indonesia tahun 2013. Selengkapnya pada gambar berikut
Sumber Balitbang. Keagamaan Kemenag. RI 2013 Dari gambar sebaran indeks kerukunan diatas, Provinsi Sumatera Utara
berada pada jenjang skornilai indeks 3,7. Berdasarkan indeks kerukunan yang telah ditetapkan sebelumnya, Sumatera Utara berada pada kondisi “kondusif bagi
terciptanya kerukunan hubungan antar umat beragama”, dan berdasarkan sebutan nilai indeks Sumatera Utara berada pada kondisi “Cukup Harmonis”.
Analisis peneliti memaparkan bahwa ada tiga pendekatan yang dapat menggambarkan kondisi fluktuasi indeks kerukunan umat beragama di provinsi
Sumatera Utara dalam tujuh tahun terahir, baik dari setara institude ASB dan
156
Survei kerukunan nasional. dari analisis yang dilakukan didapati perbedaan pendekatan latar belakang dan metode penelitian dalam melakukan penelitian,
peninjauan atau proses publikasi. Pertama dari segi latar belakang bahwa baik ASB dan Setara Institute bergerak dari adanya masalah, adanya pristiwa atau
tepatnya adanya kasus pelanggaran, selanjutnya kasus tersebut didata, direduksi dan dipublikasikan, sedangkan survei kerukunan nasional oleh balitbang RI tidak
bergerak dari kasus pelanggaran tetapi melakukan survei langsung ke masyarakat hingga ke kecamatan, dengan tolak ukur kuesioner yang disebar ke masyarakat
yang belum tentu di daerah kecamatan yang dipilih tersebut adalah daerah yang penyumbang konflik agama. kedua metode penelitian yang dilakukan juga
berbeda, dari setara Institude dan ASB meneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan proses survei kerukunan yang dilakukan balitbang
keagamaan RI menggunakan metode penelitian kuantitatif, tetulah hasil metode penelitian kualitatif akan mengalami perbedaan dengan hasil penelitian metode
kuantitatif. Tetapi kendatipun demikian peneliti tidak menyalahkan data-data yang telah dipublikasikan oleh lembaga tersebut, tetapi peneliti menerima dan
menganggap data tersebut merupakan valid dan berlaku adanya.
“Rentan”
Berdasarkan beberapa pertimbangan gambaran dari data fluktuasi yang ada, peneliti menilai bahwa kondisi kerukunan di Provinsi Sumatera Utara saat ini
berada pada kondisi “rentan”, dengan dasar pemikiran, yakni karena Sumatera Utara ini rentan akan konflik dan rawan intoleransi, karena dinamika sosial
kemasyarakatan dan jumlah penduduk yang sangat besar di provinsi ini dimungkinkan besarnya ancaman konflik dan diskriminasi atau masalah yang
157
membawa-bawa agama yang serta-merta bisa saja mencuat, atau bisa saja timbul dari konflik-konflik yang selama ini dilokalisir tetapi bisa saja tiba-tiba meledak
ke publik, dan masih tingginya kasus penolakan, pembongkaran, dan masalah lainnya mengenai rumah ibadah di Provinsi ini, tetapi di lain kesempatan juga
masyarakat Sumatera Utara sudah makin dewasa dalam menanggapi isu dan Provokasi, mereka tidak mudah disulut dan diadu domba oleh pribadi maupun
kelompok yang melakukan provokasi dan malah masyarakat sudah sadar bahwa tidak ada seorangpun yang diuntungkan selain provokator itu sendiri, alasan ini
didapat berkaca dari konflik dan demonstrsi yang terjadi di gedung DPRD di tahun 2009 yang membuat ketua DPRD Sumut meninggal dunia. Alasan lain
adalah masih dijunjung tingginya budaya adat dan istiadat oleh masyarakat yang tersebar di Sumatera Utara, serta upaya para tokoh agama dalam membina
umatnya masing-masing agar tetap mejaga kerukunan, serta juga peran tokoh lintas agama yang tergabung dalam FKUB, baik Provinsi dan kabupaten kota. Hal
inilah yang menjadi “pengimbang”. Tetapi kendatipun kondisi kerukunan di Sumatera Utara dihiasi dengan faktor pendukung dan penghambat, tetap saja
kondisi ktidakrukunan di Sumatera Utara ini berada pada kondisi “rentan” karena kondisi yang ada memastikan bahwa Sumatera Utara punya potensi besar akan
terjadinya ketidakrukunan.
VI.2. Analisis Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukuan Antar Umat Beragama
Di Provinsi Sumatera Utara
Forum Kerukunan Umat Beragama merupakan forum strategis yang dibentuk oleh masyarakat, dalam hal ini majelis-majelis agama setingkat Provinsi
158
dan KabupatenKota, dimana tujuan pembentukannya ialah membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tingkatannya. Untuk itu demi peningkatan kinerja FKUB di kemudian hari dirasa perlu untuk dilakukan evaluasi
kinerja. Model analisis kinerja FKUB ini akan dilakukan melalui model ruang
lingkup lingkup primer dan sekunder dalam bentuk alur skema, alur lingkup primer dan lingkup sekunder memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan
saling melengkapi, gunanya untuk mempermudah penetapan posisi dan memantau lingkup aktivitas strategis FKUB Sumut.
Analisis evalasi kinerja akan efektif dilakukan apabila dikaji dari hubungan timbal balik suatu organiasasi dengan organisasi yang ada disekitarnya,
berdasarkan lingkup primer dikaji evaluasi kinerja berdasarkan aktivitas organisasi di internal organisasi dalam menjalankan peran vitalnya, baik itu tugas
pokok, visi-misi hingga eksistensi serta keharmonisan hubungan kerja di internal organisasi. Kemudian dari lingkup sekunder evaluasi kinerja dilakukan
berdasarkan hubungan kerja dengan organisasi disekitarnya, berbagai organisasi terutama organisasi sosial tidak akan mampu menjalankan peran vitalnya tanpa
membangun kerjasama dengan organisasi disekitarnya, sebuah organisasi hasruslah membangun koneksi dengan stakeholder disekitarnya, agar setiap
organisasi bisa sama-sama saling mensukseskan kegiatan. Dari kegiatan timbal balik tersebt nantinya lingkup primer dan lingkup sekunder akan mengalami
kombinasi dan variasi yang unik dalam memaiankan perannya dengan organisasi yang menjadi stakeholdernya tersebut.
159
berikut ini akan dipaparkan analisis evaluasi kinerja berdasarkan lingkup primer dan sekunder dengan menggunakan alur skema berikut ini.
Alur Skema 3 Model Lingkup analisis Aktivitas FKUB Provinsi Sumatera Utara
Tugas Pokok FKUB Provinsi
Melakukan Dialog
Menampung Aspirasi
Sosialisasi Regulasi
Pemberdayaan Masyarakat
Menyalurkan Aspirasi
LINGKUP PRIMER
DEWAN PENASEHAT
FKUB MAJELIS AGAMA
FKUB KABUPATEN
KOTA
FKUB PROVINSI
LINGKUP SEKUNDER
PEMERINTAH DAERAH
model analisis kinerja FKUB oleh Sabam Manurung keterangan Gambar diatas adalah lingkaran pertama di bagian dalam
merupakan lingkup primer FKUB, dimana dalam menjalankan tugasnya FKUB
memiliki empat tugas pokok, kemudian dalam melancarkan tugasnya FKUB
memiliki posisi strategis yang berada di lingkup luar yakni lingkup sekunder
FKUB, garis putus-putus berwarna biru diatas merupakan penjelasan bahwa FKUB hanya bersifat konsultatif dengan instansi terkait disekitarnya dan tidak
bersifat wajib sehingga tidak menggunakan garis tegas melainkan garis putus- putus. dimana FKUB Sumut dalam menjalankan tugas pokoknya berkoordinasi
160
dan berkonsultasi serta berkomunikasi dengan beberapa instansi strategis, kemudian istransi strategis tersebut jugalah yang menopang keberadaan FKUB
baik pendanaan, dan mensukseskan tugas pokok FKUB. Sejatinya lingkungan primer dan sekunder FKUB sesuai dengan model diatas adalah saling
membutuhkan, sehingga analisis yang dilakukan oleh peneliti adalah analisis timbal balik.
VI.2.1. Analisis Lingkup Primer
Kajian Analisis Lingkup Primer menjangkau kinerja suatu organisasi berdasarkan aktivitas kerja yang berlangsung di dalam organisasi, karena setiap
organiasi memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai sebuah sistem yang dianggap mampu menjalankan roda organisasi, tugas pokok dan fungsi tersebut dijalankan
oleh aktor-aktor organisasi ke arah tujuan yang telah ditetapkan dan ingin dicapai, baik itu visi-misi, rencana strategis jangka pendek maupun jangka panjang dan
motto organisasi. Dalam hal lingkup primer forum-forum strategis, semisal FKUB dalam
menjalankan peran strategis mereka dibebankan tugas pokok yang selalu harus menjadi pilot project dalam upaya menjaga kerukunan se-tingkat provinsi, tugas
mereka yakni melakukan dialog, menampung aspirasi, menyalurkan aspirasi dan sosialisasi regulasi keagamaan dan pemberdayaan masyarakat dengan jangkauan
masyarakat setingkat provinsi. Kajian penelitian ini melakukan evalusi kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara berdasarkan tugas pokok organisasi tersebut,
berikut ini akan dipaparkan analisis dan evaluasi hasil kerja FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam menjalankan tugas pokoknya.
161
VI.2.1.1. Melakukan Dialog
Kriteria dialog merupakan kinerja FKUB Provinsi SumateraUtara yang paling menonjol dan dianggap penting, karena lewat jalur dialog lah langkah awal
FKUB Provinsi bisa dengan lancar menjalankan tugas pokok selanjutnya, apabila dialog dilakukan dengan amat lamban dan tidak mengalami perkembangan, maka
akan diikuti juga dengan peran yang lainnya. Kriteria Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat
dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai apakah kegiatan dan tujuan dialog, baik sesama pengurus FKUB dan juga FKUB dengan tokoh agama dan tokoh
masyarakat yang dilakukan FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai, hal ini dilihat dari kualitas dan kuantitas serta efektivitas pelaksanaan dialog,
terbangun tali persaudaraan antara sesama pengurus FKUB, tokoh agama, dan tokoh masyarakat sehingga kerukunan tetap terjaga,
Kajian pertama analisis dilakukan secara kuantitas dan kualitas, secara kuantitas
kepada non korban intoleransi, yani lapisan masyarakat yang tidak langsung mengalami intoleransi telah banyak dilakukan oleh FKUB Provinsi
Sumatera Utara, seperti dialog lintas agama menyongsong pemilu, dialog lintas agama menangkal radikalisme, dialog kebangsaan, dan dialog dengan para tokoh
dan majelis agama. tetapi ke korban intoleransi masih minim, seperti sudah pernah dialog ke Sarulla Pahae Jae, dialog ke Binjai, dialog ke Lau Dendang.
Berdasarkan penyajian data di bab sebelumnya secara kuantitas dialog FKUB Sumut ke non-korban intoleransi jauh lebih banyak dibandingkan dengan dialog
ke korban intoleransi. Secara kualitas juga pelaksanaan dialog mengalami
paradoks, dialog ke non-korban intoleransi sudah dianggap baik dan berguna bagi
162
perkembangan kerukunan di Sumatera Utara, hal tersebut diakui oleh Pdt E Tambunan, M.Th
33
, bahwa dialog yang telah dilakukan FKUB telah berkualitas dan mampu menangkal deteksi dini akan hal-hal yang mempengaruhi kerukunan
di Sumatera Utara kepada peserta dialog, kemudian dialog yang selama ini dilakukan kepada non-korban intoleransi telah bisa mengumpulkan para tokoh
masyarakat dan tokoh agama untuk membangun pemikiran bersama untuk tetap mengedepankan kerukunan. Tetapi kualitas dialog kepada korban intoleransi,
terutama masyarakat yang rumah ibadahnya dianggap bermasalah masih belum memuaskan, masih banyak kasus yang meskipun telah didialogkan oleh FKUB
Sumatera Utara berkoordinasi dengan instansi terkait dan FKUB kabupatenkota kenyataan di lapangan kasus tersebut belum selesai dan belum ditangani dengan
baik, seperti pembangunan masjid Al-Munawar di Pahae Jae dan pembangunan gereja HKBP di binjai Kota. disini timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya
mekanisme FKUB dalam melakukan dialog dengan pihak yang berkonflik sudahkah bisa mengakomodir kebutuhan korban intoleransi dan menjalin
jembatan damai dengan pelaku intoleransi. Kemudian mengenai efektivitas dialog, beranjak dari data yang ada serta
bahwa dialog yang dilakukan selama ini terbilang efektif karena tidak pernah terjadi deadlog dan pertikaian, melainkan terjadinya musyawarah dan mufakat,
dan tidak pernah terjadi proses vooting dalam pembuatan keputusan. hal ini sejalan dengan SK FKUB Sumatera Utara mengenai pedoman organisasi FKUB
bahwa dalam melakukan dialog harus dengan jalan musyawarah dan mufakat, tidak boleh adanya voting dalam pengambilan keputusan. Kemudian diakui
33
Wawancara dengan Pdt E tambunan, M.Th tanggal 10 April 2015
163
narasumber bahwa dialog diupayakan dengan jalan kekelurgaan dan apabila tidak bisa dengan jalur kekeluargaan ditempuh jalur peraturan, yakni jalur PBM.
kemudian efektivitas dialog menurut Syafaruddin
34
bahwa efektivitas dialog yang dilakukan oleh FKUB telah terlaksana dengan baik. Namun yang penting untuk
dikemukakan bahwa efektivitas dialog yang dilakukan selama ini hanya dominan menjangkau masyarakat atas, yang nota bene tokoh agama dan tokoh masyarakat
serta aparat pemerintah, kemudian dialog selalu dilakukan di hotel-hotel, dan di kantor-kantor pemerintahan, sehingga FKUB Sumut serasa kurang menyentuh ke
masyarakat bawah terutama masyarakat yang mengalami konflik agama. selanjutnya kajian mendalam melalui pendekatan kasus, metode
musyawarah dan mufakat serta jalur kekeluargaan, dan jalur peraturan yang berlaku atau jalur PBM, metode yang telah ditempuh tersebut terbukti belum
mampu mengurai semua kasus, memang setelah dilakukan dialog oleh FKUB ada kasus yang langsung selesai, tetapi lebih banyak kasus yang belum selesai. karena
FKUB Sumatera Utara yang berkoordinasi dengan FKUB kabupatenkota belum mampu mengurai masalah, maka efektivitas FKUB Sumatera Utara dalam
menjalankan dialog dengan pihak yang berkonflik menimbukan pertanyaan, sudah efektifkah cara FKUB Sumut melakukan metode dialognya kepada pihak yang
berkonflik?, memang masalah yang tidak selesai tidak sepenuhnya tanggung jawab FKUB karena kewenangan hanya sebatas koordinatif, tetapi setidaknya
dialog dengan metode yang efektif seharusnya menghasilkan titik terang, memang duduk bersama telah dilakukan, tetapi alangkah baiknya dan alangkah indahnya
34
Wawancara dengan Syafaruddin SH,M.Si, kamis26 Maret 2015
164
jika duduk bersama tersebut menghasilkan solusi permanen, terjalin perdamaian dan konflik bisa berakhir.
VI.2.1.2. Menampung Aspirasi
Tugas pokok kedua yang serangkai juga dengan tugas pokok lainnya adalah menampung aspirasi dari masyarakat terkait dengan kerukunan, kegiatan
ini sebagai tindak lanjut dari FKUB ketika melakukan dialog dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, atau sekretariat FKUB membuka diri untuk
menampung aspirasi yang berasal dari organisasi agama, tokoh agama,instansi pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat umum
Untuk melakukan evaluasi kinerja dalam kegiatan menampung aspirasi, hal ini dapat dilihat dari Kegiatan rutin dalam penampungan aspirasi, baik secara
aktif maupun pasif, Kemudahan Proses dan tata cara menampung aspirasi dan Responsivitas, atau tanggapan FKUB atas inisiatif masyarakat.
Kegiatan rutin FKUB Sumut dalam menampung aspirasi memiliki dua cara, pertama aktif dan kedua pasif. secara aktif, FKUB turun kelapangan, ada
berbagai variasi, mulai dari turun ke pihak yang berkonflik lakukan mediasi lalu ditampung aspirasi, kemudian mengikuti kegiatan dialog dan melakukan
sosialisasi bersama seluruh elemen masyarakat, disana nantinya akan didapati aspirasi oleh masyarakat, kemudian melakukan kunjungan kerja, muhibah, atau
audiensi ke majelis agama ke organisasi pemerintah maupun non pemerintah dari sana nantinya diperoleh berbagai aspirasi. Secara pasif bahwa kantor FKUB
sumut terbukan setiap hari kerja menerima segala aspirasi dari seluruh masyarakat, kemudian semua anggota FKUB yang berjumlah 21 orang
165
merupakan perwakilan dari majelis tinggi agama masing-masing, dari majelis tinggi agama tersebut sering menitipkan aspirasi kepada utusannya yang duduk di
FKUB, aspirasi tersebut setela sampai di FKUB, kemudian ditabulasi, dipelajari, dicarikan solusi, serta bertindak, baik menyalurkan ke kepala daerah dan
jajarannya atau mengkonsultasikannya ke dewan penasehat dan juga FKUB di daerah kabupatenkota.
Selanjutnya Proses dan tata cara menampung aspirasi berlangsung dua cara pertama jika mendesak bisa melakukan telepon atau Sms, tetapi kalau tidak
mendesak bisa melalui surat. Kemudahan proses tata caranya tidak memerlukan waktu lama segera bisa ditindaklanjuti oleh FKUB Sumut. dan Responsivitas,
atau tanggapan FKUB atas inisiatif masyarakat berlangsung positif, artinya bahwa tidak sulit untuk melakukan kerjasama dengan FKUB Sumut, tidak perlu repot-
repot dengan sistem administrasi, apa dan hal apa yang akan diaspirasikan ke FKUB telah berhasil ditampung FKUB dengan baik.
Secara teknis kinerja FKUB Sumut dalam menampung aspirasi dari berbagai pihak telah berjalan dengan baik. Tetapi sebagai warning adalah FKUB
Sumut lebih banyak berperan secara pasif, seolah menunggu adanya aspirasi dari berbagai pihak. Sedangkan berperan aktif turun ke lokasi rawan konflik atau ke
lokasi yang berkonflik dan mendeteksi potensi dini akan terjadiya konflik masih minim.
VI.2.1.3. Menyalurkan Aspirasi
Setelah FKUB melakukan dialog dengan masyarakat dari dialog tersebut tentunya didapatkan aspirasi dan usul masyarakat kepada FKUB, selanjutnya
166
FKUB menyusun laporan, dan melanjutkannya kepada gubernur atau tepatnya kepala daerah untuk rekomendasi kebijakan yang akan dieksekusi kepala daerah,
sehingga dengan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat ke FKUB dan FKUB meneruskan ke kepala daerah diharapkan mampu membantu kepala daerah dalam
mengambil dan mempertimbangkan referensi yang disampaikan oleh FKUB. untuk Mengevaluasi peranan dan keaktifan FKUB dalam menyalurkan atau tindak
lanjut aspirasi dari masyarakat peneliti akan mengkaji seberapa sering, apa saja, bagaimana prosesnya dan seperti apa Kemudahan serta tata cara penyaluran
aspirasi. Mengenai penyampaian aspirasi, telah sering disampaikan aspirasi kepada
gubernur Sumatera Utara, terutama laporan kerja bulanan, dimana peneliti menemukan bahwa FKUB Sumatera Utara setiap bulan melaporkan kegiatan,
program kerja, aspirasi dan hal-hal yang terjadi di FKUB Provinsi kepada Gubernur Sumatera Utara, yang ditembuskan ke kantor wilayah departemen
agama Provinsi Sumatera Utara dan kantor Kesbangpolinmas Sumatera Utara. Kemudian tingkat kemudahan menyalurkan aspirasi tidak mengalami
problem yang serius, dimana tidak ada kesulitan ataupun kendala-kendala apa pun yang menghalangi penyampaian aspirasi ke gubernur. Ketika aspirasi tersebut
dalam keadaan mendesak, ketua FKUB Sumut bisa langsung menempon gubernur dan jajarannya agar segera menurunkan aparat ke lokasi dan melakukan tindakan
selanjutnya, dan apabila tidak terlalu mendesak, FKUB Sumut hanya menyampaikan aspirasi dengan membuat laporan bulanan.
Oleh karena itu, kinerja FKUB dalam menyalurkan aspirsi secara admnistrratif dan kominikatif lembaga telah berjalan dengan baik, hal ini
167
dikarenakan juga eratnya komunikasi dan hubungan organisasi FKUB Sumut dengan jajaran lembaga pemerintah daerah provinsi Sumut, dewan penasehehat
dan majelis agama se-tingkat provinsi yang memiliki hubungan, baik langsung- maupun tidak langsung dengan FKUB Sumut.
Tetapi kinerja FKUB dalam mengakomodir perkembangan kasus konflik agama yang belum selesai masih terbilang minim, laporan bulanan mulai dari
Januari 2013 hingga Februari 2015 kepada gubernur selama ini masih banyak dihiasi dengan kegiatan-kegiatan teknis organisasi seperti menghadiri acara-acara
instansi terkait, rapat rutin, dan kegiatan-kegiatan yang boleh dikatakan belum menyinggung kepada korban intoleransi, tetapi tidak memberi warning kepada
gubernur agar memprioritaskan kasus-kasus keagamaan yang belum selesai di provinsi ini. sehingga perkembangan dilapangan yang dialami korban intoleransi
tidak di-update perkembangannya.
VI.2.1.4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat
Selain tugas pokok menampung dan menyalurkan aspirasi, tugas pokok FKUB di tingkat provinsi Sumatera Utara adalah mensosialisasikan segala bentuk
peraturan perundang-undangan, regulasi, peraturan menteri, surat edaran dari kementrian agama, hasil musyawarah nasional, dan infomasi serta hal lainnya
yang penting yang berkenaan dengan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. Kajian peneliti dalam melakukan evaluasi kinerja dalam point ke
empat ini, yaitu Melihat secara kualitas dan kuantitas pelaksanaan sosialisasi oleh FKUB, kemudian Mengkaji kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat dan melihat kualitas dan kuantitas kegiatan yang dilakukan serta
168
mengkaji keamanfaatan kegiatan yang dilakukan FKUB provinsi Sumatera Utara dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Sosialisasi Regulasi Keagamaan
Ada problem serius mengenai kinerja FKUB Sumut dalam upayanya melakukan sosialisasi mengenai regulasi yang berhubungan dengan keagamaan
kepada masyarakat, secara kuantitas, FKUB jarang melakukan sossialisasi ke masyarakat, dilain kondisi juga masih banyak lapisan masyarakat, terutama
masyarakat bawah akar Rumput belum tahu apa itu FKUB, karena memang diakui bahwa FKUB Sumut jarang turun ke masyarakat bawah melakukan dialog,
mensosialisasikan regulasi keagamaan dan pemberdayaan. Meski demikian secara kualitas, tidak terlalu sulit bagi FKUB Sumut untuk melalukan sosialisasi tersebut,
karena pengetahuan, ilmu dan kompetensi pengurus FKUB Sumut sudah unggul, mereka adalah para majelis agama yang unggul di tingkat provinsi, jadi sudah
pasti mereka memahami betul regulasi yang ada dan tidak susah untuk mensosialisasikannya ke masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat
Dari berbagai wawancara yang ada, bahwa pemberdayaan masyarakat belum maksimal dilakukan, selama ini FKUB melakukan pemberdayaan
masyarakat pernah menerbitkan media kerukunan yang menanamkan pesan positif dan membuka pengertian akan pentingnya kerukunan, namun media tersebut sejak
2014 hingga hasil penelitian ini dikeluarkan mereka tidak menerbitkannnya lagi dikarenakan minimnya dana.
169
kemudian dalam melakukan fungsi pemberdayaan, maupun sosialisasi regulasi keagamaan FKUB Sumut mengandalkan kegiatan yang dilakukan
instansi lain, seperti kesbangpolinmas, kanwil kemenag-SU, swasta dan pemerintah provinsi melakukan seminar, pelatihan, dan pembinaan, maka FKUB
Sumut diundang menjadi narasumber, dan juga media massa yang mengundang FKUB Sumut unuk berpartisipasi dalam dialog interaktif. disinilah kesempatan
FKUB Sumut dalam menyampaikan semangat akan pentingnya kerukunan di Sumautera Utara.
Kendatipun demikian belum maksimalnya sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dilakukan, semata karena kendala utamanya adalah soal dana, karena
dana yang minim FKUB Sumut belum mampu bergerak bebas menjangkau lapisan masyarakat, hingga ke masyarakan bawah untuk memaksimalkan
sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat. Dampak dari minimnya dana Segala program kerja FKUB Sumut tidak
berjalan mulus, cukup banyak program kerja dalam upaya sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat ke daerah rawan konflik tidak terealisasi, karena dana
yang minim membuat FKUB Sumut tidak bisa bergerak bebas. Kalaupun ingin bergerak mengelilingi daerah, melakukan banyak hal
untuk upaya kerukunan, maka harus bersiap mengeluarkan dana pribadi untuk biaya pengeluaran yang ada. Tak jarang FKUB Sumut dalam merealisasikan
program kerja harus mengeluarkan dana pribadi dengan cara patungan sesama pengurus untuk mensukseskan sebuah kegiatan, karena anggaran belanja daerah
tidak kunjung cair. Jadi selain para pengurus FKUB Sumut korban ilmu, waktu dan pikiran, tetapi juga dana.
170
VI.2.1.5. Eksistensi Internal Eksternal dan FKUB Provinsi Sumatera Utara A.
Eksistensi Internal FKUB Sumatera Utara
Kualitas internal mempengarui kualitas eksternal suatu organisasi, dari aspek internal peneliti ingin melihat awal proses pemilihan nama-nama yang
duduk di FKUB sumut, dinamika dan proses aktivitas organiasi yang terjadi di internal FKUB Sumatera Utara, ketika terjadi hubungan kerja yang harmonis atara
sesama pengurus FKUB maka akan berpengaruh terhadap hasil kerja, terutama dalam upaya mereka menjaga kerukunan di Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan tinjauan lapangan, baik melauli wawancara dan observasi terlihat adanya hubungan yang harmonis di internal FKUB Sumut, semua anggota
terlihat saling mengenal dan selalu bertemu setiap minggu dalam kegiatan rapat rutin ataupun dialog sesama pengurus, meskipun secara proporsional jumlah
perwakilan agama yang menjadi pengurus didalamnya tidak seimbang, namun hal tersebut tidak menghalangi mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya, baik
berdasarkan komposisi jabatan dalam rapat-rapat organisasi tidak terjadi percekcokan, semua berjalan dengan musyawarah dan mufakat.
Mengenali komposisi jabatan di Internal FKUB juga terjalin musyawarah dan terbentuk variasi dalam pimpinan FKUB Sumut, dari Badan pengurus Harian
BPH yang berjumlah 8 orang, semua BPH telah mewakili masing-masing agama, kemudian komposisi ketua umum, bendahara umum dan sekretaris umum
juga berasal dari perwakilan agama yang berbeda, sehingga komposisi seperti ini telah dianggap tepat dan efektif, karena pertama BPH ini bertindak sebagain
pimpinan rapat dan karena variasi yang terjadi di BPH menjadikan proses pengambilan keputusan terjalin secara musyawarah dan mufakat, serta yang kedua
171
menghilangkan rasa saling sikut-sikutan atau bertindak meloloskan atau mengedepankan kepentingan agamanya atau umat seagamanya. Tetapi
berdasarkan wawancara yang ada, indikasi seperti itu tidak terjadi di internal FKUB.
B. Eksistensi Eksternal FKUB Sumatera Utara
Eksistensi eksternal FKUB Sumut memiliki fariatif yang luas, hal ini dikarenakan keberadaan FKUB sebagai forum strategis yang mampu menjangkau
seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah daerah, majelis agama, media massa, dewan penasehat, dan lapisan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, peneliti
hanya mengkaji lingkup sekunder yang nota bene lebih dekat dengan aktivitas FKUB selama ini, yakni dewan penasehat, majelis agama, FKUB daerah, media
massa dan masyarakat umum. Dengan demikian eksistensi eksternal FKUB Sumut memiliki fariatif yang
paradoks, di lingkungan masyarakat atas, baik di jajaran pemerintah daerah provinsi, di dewan penasehat FKUB Sumut , majelis tinggi agama, media massa,
dan FKUB kabupatenKota, komunikasi, koordinasi kerja, dan hubungan kerja berjalan dengan baik, harmonis dan dekat, dan diantaranya sering saling bekerja
sama untuk mensukseskan kegiatan. Namun demikian eksintensi FKUB Sumatera Utara belum banyak dikenal di masyarakat bawah, baik masyarakat umum,
mahasiswa, dan lapisan masyarakat yang masuk kategoti awam, belum mengenal keberadaan FKUB Sumut ini, ini adalah sesungguhnya tugas FKUB Sumut
kedepan agar lebih banyak mengarahkan posisi kerja ke seluruh lapisan masyarakat yang ada di Sumatera Utara, minimal mereka mengenal apa itu FKUB
172
dan mereka paham apa tugas FKUB, sehingga masyarakat juga bisa memanfaatkan FKUB untuk peningkatan kerukunan antar umat beragama di
daerahnya masing-masing. Di aspek lain juga bahwa FKUB Sumut posisi strategisnya merupakan
tingkatan tertinggi dalam ranah provinsi, artinya posisi strategisnya memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang besar dan luas, sebagaimana tingkat
provinsi seyogyanya merupakan kewenangan dekonsentrasi atas FKUB yang ada di daerah kabupatenkota. FKUB Sumut adalah tumpuan informasi dari daerah,
pastilah FKUB Provinsi mengetahui perkembangan kasus yang terjadi diberbagai daerah, lalu kalaupun mengetahui sebaiknya tindak lanjutnya adalah penanganan
kasus, lakukan dialog bersama, mediasi sehingga permasalahan daerah tersalurkan kepada pemerintah.
VI.2.2. Analisis Lingkup Sekunder 1.
Majelis agama
Keanggotaan FKUB Sumut merupakan perwakilan dari majelis-majelis agama se tingkat provinsi di Sumatera Utara, kemudian dalam menjalankan
tugasnya FKUB Sumut dapat meminta usul atau meyampaikan usul, saran dan pendapat
kepada majelis-majelis
agama dalam
rangka pemeliharaan
hubungankerukunan antarumat beragama dan majelis-majelis agama dapat mengajukan pertanyaan, saran dan pendapat tentang pelaksanaan tugas FKUB.
FKUB Sumut dalam menjalankan peran strategisnya tentu sangat membutuhkan keberadaan para majelis agama untuk memaksimalkan program
kerjanya, dari tinjauan lapangan dan tinjauan kepustakaan yang telah dilakukan,
173
sinergitas FKUB Sumut dengan para pemuka agama di tingkat provinsi berjalan dengan baik dan harmonis. Baik kegiatan tukar pikiran, saling memberi saran dan
pendapat telah berlangsung dengan baik, tidak hanya berdasarkan kelembagaan tetapi secara pribadi juga erat. Sinergitas ini dianggap strategis karena para
pemuka agama tersebut notabene dekat dengan umatnya, apabila FKUB Sumut mengadakan pertemuan, sosialisasi atau pemberdayaan, kepada para majelis
agama sepeti yang telah dilakukan kunjungan kerja atau silaturahmi ke MUI- Sumut, Uskup Agung Medan, dewan Konghuchu Sumut, PGI-Sumut, Walubi-Su
dan PHDI-Su, dan organisasi agama lainnya seperti FPI Front Pembela Islam dari organisasi Islam dan GPP Gereja Protestan Persekutuan dari organisasi
Kristen, pertemuan tersebut selama ini telah dilakukan, dan diharapkan hasil pertemuan tersebut disampaikan ke umatnya masing-masing, hal ini dianggap
mampu membangun deteksi dini potensi konflik yang mungkin terjadi diantara para umat dibawah tuntunan majeis tinggi agama masing-masing. Apabila ada
potensi konflik yang terjadi diantara para umat ini, majelis agama ini telah mudah membangun komunikasi dengan FKUB Sumut, kemudian antara FKUB Sumut
dan majelis agama intens untuk saling menghadiri kegiatan-kegiatan hari besar keagamaan dan kegiatan lainnya yang berkenaan dengan kerukunan. hal inilah
yang membuat sinergitas FKUB Sumut dan para majelis agama di tingkat provinsi telah berjalan dengan baik hingga saat ini.
Sebagai tindak lanjut hubungan kerja dan proses pembinaan para pemuka agama se Sumatera Utara, FKUB Sumut bekerja sama dengan majelis agama se
sumatera Utara, telah mengadakan simposium di Gedung Walubi Sumut dengan tema menyoroti peran pemangku moral dan tokoh agama, hal ini penting untuk
174
membuka refleksi sudah bagaimana para pemangku moral dan tokoh agama di Sumatera Utara ini bisa menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat. Sebaiknya
harus sesering mungkin FKUB Sumut bekerjasama dengan para pemuka agama se-Sumut mengadakan kegiatan seperti ini supaya pembinaan umat, baik secara
langsung-maupun tidak langsung bisa efektif dilaksanakan.
2. Dewan penasehat
Posisi Dewan penasehat FKUB Sumut diketuai oleh wakil Gubernur Sumatera Utara, wakil ketua yakni kepala kandepag-SU dan sekretaris yakni
kepala Kesbangpolinmas-SU, fungsinya dewan penasehat ialah sebagai fasilitator dan mitra pengurus FKUB Sumut dalam upayanya membangun, memelihara dan
memberdayakan kerukunan umat beragama. Kemudian dewan penasehat
bertanggungjawab untuk menyediakan anggaran bagi kelangsungan program
kerja FKUB Sumut. Hubungan kerja FKUB Sumut dengan dewan penasehatnya berjalan
dengan intens. Banyak kegiatan kerja yang dilakukan dan telah disukseskan karena kerjasama yang intens dan erat dengan para dewan penasehatnya, baik
program kerja yang dilakukan di kantor kesbangpollinmas, kantor wilayah kemenag, kantor gubsu dan kantor FKUB Sumut. Setiap program kerja yang
dilakukan seperti seminar, dialog dan kunjungan kerja FKUB Sumut selalu didampingi oleh dewan penasehatnya. Hal ini mendukung pembuktian juga bahwa
keberadaan dewan penasehat sebagai mitra kerja FKUB Sumut telah terjalin erat.
175
Keberadaan dewan penasehat sebagai fasilitator FKUB Sumut juga telah dianggap mampu mensukseskan program kerja FKUB Sumut, koordinasi kerja
baik FKUB Sumut dengan kandepang-Su dan kesbangpolinmas-Su sedikitnya sebulan sekali intens dilakukan setidaknya hanya bertemu, menanyakan
perkembangan, apakah ada masalah atau ada kendala sehinga dilakukan upaya bersama untuk menangani kendala tersebut. Keberadaan dewan penasehat sebagai
fasilitator FKUB Sumut adalah misalnya FKUB Sumut ingin mengadakan pertemuan kerja, seminar atau menyambut kunjungan kerja dari FKUB provinsi
lain, apabila tida memungkinkan atau tidak memadainya dilakukan di kantor FKUB Sumut maka bisa memakai aula atau gedung yang ada di kesbangpolinmas,
kandepag, dan kantor gubsu. Kemudian dalam menjalankan tugasnya FKUB Sumut selalu didampingi oleh dewan penasehatnya.
Namun Keberadaan Dewan Penasehat belum berfungsi secara maksimal
di sektor lain, seperti Kurangnya waktu bagi wakil gubernur Sumatera Utara selaku ketua dewan penasehat untuk memberikan perhatian dan monitoring
langsung bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan program FKUB Sumut, seolah hanya melimpahkan semua pekerjaan dewan penasehat kepada wakil ketua dewan
penasehat dan anggota dewan penasehat lainnya, memang secara kewenangan regulasi, hal ini sah-sah saja dilakukan mengingat banyaknya kegiatan kerja yang
harus diemban wakil gubernur Sumatera Utara. Kemudian dilain kondisi Ketua, wakil dan sekretaris dewan penasehat
kurang memiliki kekuatan otoritatif dalam menentukan pemberian anggaran FKUB. Hal ini berdampak buruk bagi FKUB Sumut, bahwa sangat minim dana
APBD maupun APBN yang turun dari dewan penasehatnya, hal ini terjadi karena
176
berbagai alasan mulai dari penghematan anggaran hingga tidak menetapnya jumlah anggaran akan dialokasikan. sehingga karena minimnya dana membuat
banyak kegiatan kerja FKUB Sumut tidak terlaksana. Dengan demikian keberadaan secara organisasional fungsi dewan
penasehat FKUB Sumut sebagai fasilitator dan mitra kerja FKUB Sumut terjalin erat, namun masih cukup pelit dalam memberi dukungan alokasi anggaran untuk
keberlangsungan dan kelancaran kinerja FKUB Sumut.
3. konsultatif FKUB Provinsi dan FKUB KabupatenKota
Hubungan FKUB provinsi dengan FKUB kabupatenkota tidaklah bersifat
struktural yang memiliki garis instruktif, melainkan hubungan yang bersifat konsultatif
. Posisi FKUB Provinsi bukanlah atasan dari FKUB kabupaten kota, ataupun sebaliknya. Seperti diketahui, FKUB bukanlah organisasi massa yang
memiliki jenjang kepengurusan terstruktur dari pusat hingga daerah. FKUB dibentuk dengan semangat kebersamaan antar umat beragama untuk
menyelesaikan masalah-masalah keagamaan di wilayahnya. Maka, hubungan dengan FKUB di level lainnya hanyalah bersifat konsultatif. Fungsi konsultatif
diperlukan agar adanya kerjasama antar FKUB tingkat I dan tingkat II dalam penanganan masalah-masalah yang terjadi di daerah.
FKUB Sumut adalah tumpuan informasi dari seluruh daerah kabupatenkota di Sumatera Utara, pastilah FKUB Sumut mengetahui mengenai
hal apa yang terjadi didaerah, FKUB daerah dapat berkonsultasi dengan FKUB provinsi. Perkembangan komunikasi dan hubungan kerja antara FKUB daerah
177
dengan provinsi selama ini telah berjalan baik, bahkan menurut wakil sekretaris FKUB Sumut, hampir setiap hari FKUB Sumut melakukan komunikasi dengan
FKUB yang ada didaerah, baik melalui telepon, Sms, dan dunia maya, atau juga melalui surat, dan media massa. hal yang dibahas yakni ketika ada hal-hal yang
mereka belum paham, mereka tanyakan dan diskusikan, kemudian ketika ada masalah di FKUB daerah mereka meminta saran untuk solusi permasalahannya,
dan ada juga yang sekedar menjalin tali silaturahmi atau sekedar menanyakan kabar. Hal tersebut berlangsung intens, selain FKUB Sumut sebagai kewenangan
dekonsentrasi sebagai tumpuan informasi daerah, tetapi juga sebagai pionir bagi FKUB yang ada di daerah kabupatenkota.
Kemudian Sejatinya FKUB, baik tingkt I dan II bertindak berdasarkan perintah dasar kebijakan, baik Peraturan Bersama Menteri PBM, maupun SK
FKUB, apabila kebijakan itu pun bersifat rancu maka diikuti juga dengan implementasi yang rancu, demikian halnya juga dalam fungsi konsultatif FKUB
Sumatera Utara, fungsi konsultatif FKUB berdasarkan SK FKUB Sumatera Utara tahun 2012 tentang FKUB pasal 27 ayat 3 menyebutkan
a. FKUB Kabupatenkota dapat menyampaikan usul dan aspirasinya kepada
FKUB Provinsi b. FKUB provinsi dapat memberikan masukansaran kepada FKUB
kabupatenKota tentang permasalahan yang timbul dalam hubungan antar umat beragama di tingkat kabupatenKota.
Berdasarkan SK FKUB diatas menyebutkan bahwa tidak jelas apakah diwajibkan atau tidak FKUB kabupatenkota berkonsultasi dengan FKUB
provinsi, karena seyogyanya permasalahan yang terjadi itu berada pada FKUB tingkat kabupatenKota. Sementara berdasaarkan wawancara dengan bapak Jhon
Hasiholan, salah seorang Pengurus FKUB Sumut, konsultasi dengan FKUB
178
kabupatenkota itu adalah wajib, “Itu wajib, artinya FKUB Provinsi memberi
masukan atau saran mengenai penanganan suatu masalah, misalnya rumah ibadah. Jadi kita harus tau perkembangan di daerah selanjutnya mereka
berkonsultasi dengan kita, mengenai apa, bagaimana, dan berdiskusi untuk penyelesaian solusi atas masalah yang ada di daerah
” pungkasnya ketika ditemui pada kamis 9 april 2015.
Berdasarkan kondisi yang bertentangan diatas bisa saja dari 33 FKUB kabupatenkota ada yang enggan mengkonsultasikan atau tidak melaporkan
permasalahan keagamaan yang terjadi di daerah, atau bisa saja FKUB provinsi pun enggan membantu FKUB daerah, karena tidak ada kewajiban untuk
membantu, kondisi ini membuat FKUB provinsi dengan daerah seolah tidak kompak, mereka seolah berjalan sendiri-sendiri. Hal ini membuat seolah SK
FKUB tersebut hanya memberi saran kepada masing-masing FKUB agar dilakukan, bukan memerintah agar wajib untuk dilaksanakan. Dengan demikian
dalam melakukan fungsi konsultatif oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara diidapati masalah bahwa Pola hubungan antara FKUB Provinsi dengan
KabupatenKota kurang terarah karena kurang jelasnya implementasi konsep konsultatif antara FKUB Provinsi dengan FKUB KabupatenKota.
Meskipun demikian Dari wawancara dengan beberapa informan di internal FKUB Provinsi Sumatera Utara didapati jawaban yang mampu memperbaiki
kejelasan SK FKUB Tersebut. Wakil ketua FKUB Drs Albert Pakpahan menyebutkan FKUB provinsi akan turun ke daerah apabila jikalau ada masalah
yang tidak bisa diselesaikan oleh FKUB tingkat II dan mereka meminta FKUB tingkat I untuk membantu. “
Kalau ada yang nga bisa diselesaikan mereka,
179
mereka komunikasikan ke kita mohon petunjuk, atau datang kemari, minta saran atau bantuan bertanya bagaimana sikap kami mengenai ini, apa bisa bapak-
bapak datang kesana membantu, ya kita sama-sama dengan FKUB daerah turun”. Selanjutnya ketua FKUB Sumut Bapak Dr. Maratua Simanjuntak juga
menerangkan hal yang sama bahwa “kalau komunikasi dengan FKUB daera kita
rutin, kalau mereka minta tolong kita untuk turun, kita turun ke daerah mereka
.”.untuk meluruskan kondisi yang ada bahwa ternyata FKUB Sumut akan turun ke daerah apabila ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh
FKUB kabupatenkota dan jikalau diminta untuk turun, maka FKUB Sumut turun ke daerah untuk selanjutnya bersama-sama menyelesaikan masalah.
Selanjutnya ada kerancuan berikutnya dimana FKUB sumut tidak hierarki
terhadap FKUB kabupaten Kota tapi hanya sebatas koordinasi dan konsultasi,
sehingga FKUB Sumut tidak bisa memerintah kalau ada kejadian yang terjadi di daerah hal ini diakui oleh wakil sekretaris FKUB Sumut Dr Arifinsyah
“FKUB sumut tidak langsung bisa memerintah, tapi hanya konsultasi dan koordinasi,
memperingatkan, mereka mau lakukan atau tidak nga sanksi sama kita. nah.. jadi,
itu kesulitan untuk percepatan penyelesaian atau win-win solution ditengah masyarakat bawah
” Pungkasnya. Jadi disini terjadi kendala dimana cara pandang FKUB provinsi dalam melihat permasalahan bisa saja berbeda dengan cara
pandang FKUB kabupatenkota, dalam kesempatan tersebut beliau menyarankan supaya “saran saya untuk ini, seharusnya FKUB kedepannya ini harusnya
hierarki dengan kabupaten kota, supaya ada kerjasama, tindak lanjut dan sanksi. Ini kan, jalan sendiri, FKUB sumut jalan sendiri, kabupaten kota jalan sendiri.
Jadi FKUB nampak dia jadi kompak, inikan jadi nga kompak kesannya, FKUB
180
Sumut melihat itu permasalahan di daerah,red urgent, FKUB kabupaten bilang, “ahh ga ada masalah itu” katanya, padahal udah berat.” dari penjelasan diatas
dapat dimengerti bahwa dalam implementasinya fungsi konsultatif mengalami kendala, yakni bisa saja adanya perbedaan cara pandang antara FKUB Provinsi
dengan FKUB kabupatenkota., kemudian karena FKUB provinsi tidak Hierarki dengan FKUB kabupatenKota sehingga tidak bisa memberikan sanksi, atau bisa
saja saran win-win solution yang disampaikan oleh FKUB Sumut diabaikan oleh FKUB kabupatenkota.
Untuk mencari kejelasan mengenai duduk perkara fungsi konsultatif FKUB Sumatera Utara, saya menemui bapak Syafaruddin, kasubbag hukum dan
KUB KandepagSU. Dalam sesi wawancara pada tanggal 26 Maret 2015 saya mengkomunikasikan kendala-kendala FKUB Sumut dalam menjalankan fungsi
konsultasi. Mengenai permintaan dari wakil sekretaris FKUB Sumut bapak Arifinsyah agar FKUB Sumut sebaiknya Hirarki, bapak Syafaruddin
menolaknya, beliau mengatakan “Kalau hierarki, itu dia sepertinya struktural,
sementara ini kan forum, kalau forum masyarakat nga mungkin kita strukturalkan, kalau dia namanya forum-forum yang didirikan oleh masyarakat
tidak mungkin hierarki ”, jelasnya dengan tegas. Mengenai hal ini beliau
menjelaskan agar kiranya tidak hierarki tetapi tetap hanya konsultatif, tetapi beliau memberikan solusi yakni
“saya pikir, hubungan konsultatif ini tetap dipertahankan, cuman, komunikasi lebih diperbanyak... ,Sudah pas lah itu dengan
jalur koordinasi, tetapi komunikasi diperbanyak atau lebih intens ”. Jelasnya.
menurut beliau bahwa sudah tepat sifatnya tidak hirerki hanya komunikasi atar FKUB yang di daerah sejatinya harus ditingkatkan.
181
Dapat disimpulkan bahwa secara konsultatif, komunikasi FKUB Sumut dengan FKUB diberbagai daerah kabuaten kota intens dilakukan dan bahkan
hampir setiap hari ada komunikasi dengan FKUB kabupatenkota, namun di lain kondisi, dalam implementasinya telah terjadi kerancuan fungsi konsultatif FKUB
Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan konsultasi dengan FKUB kabupatenKota se-Sumatera Utara, pertama
Pola hubungan antara FKUB Provinsi dengan KabupatenKota kurang terarah karena kurang jelasnya
implementasi konsep konsultatif antara FKUB Provinsi dengan FKUB KabupatenKota, terutama mengenai apakah diwajibkan atau tidak FKUB daerah
mengkonsultasikan semua permasalahan yang terjadi di daerah. Kemudian kedua, ternyata ketidak-hirarkian FKUB Provinsi Sumatera Utara dengan FKUB
kabupaten Kota dikeluhkan bahwa FKUB sumut tidak hierarki terhadap FKUB
kabupaten Kota tapi hanya sebatas koordinasi dan konsultasi, Meskipun beberapa
kerancuan tersebut telah dicoba diluruskan tetapi amat penting untuk dilakukannya perbaikan mengenai kejelasan dan ketegasan fungsi konsultatif
FKUB, meskipun ini hanya kendala teknis yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan sifat diskretif, tetapi ini penting untuk perbaikan kinerja FKUB kedepan,
tidak hanya di tingkat provinsi tetapi juga kabupatenkota. Karena Sejatinya FKUB Provinsi Sumatera Utara sebagai Pionir kepada FKUB daerah, sebagai
“bapak pembimbing” yang membuka jalan, memberi masukan dan solusi atas penyelesaian berbagai masalah yang terjadi di 33 daerah kabupatenkota di
Sumatera Utara, untuk itu kejelasan konsultatif FKUB perlu diluruskan sehingga tidak mengalami kerancuan.
182
4. Pemerintah daerah
“FKUB dibutuhkan untuk membantu kepala daerah” ungkap kabid ideologi dan wasbang kesbangpolinmas provinsi Sumatera Utara, bapak
Muhammad 30315. Hal ini menegaskan bahwa FKUB Sumut dibutuhkan oleh kepala daerah sebagai “bamper” untuk membantu kepala daerah dalam
menangani, menyelesaikan dan menerapkan kebijakan yang tepat mengenai hal- hal, konflik atau permasalahan yang menyangkut keagamaan. Dimana FKUB
Sumut dapat memberikan rekomendasi kebijakan bahkan warning mengenai tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga permasalahan
agama bisa selesai dan masyarakat bisa tetap rukun. Hubungan kerja FKUB Sumut dengan jajaran pemerintah Provinsi
Sumatera Utara, Mulai dari gubernur sampai bawahannya terjalin erat, bahkan intensitas kegiatan FKUB Sumut dengan jajaran pemerintah daerah provinsi
cukup tinggi, mulai dari dialog bersama melalui dialog kebangsaan dan dialog terbatas, musrembang, mengikuti atau menghadiri undangan silaturami lewat
dinamika acara yang dihelat oleh jajaran pemprovsu, menjadi narasumber di beberapa seminar yang dilakukan oleh jajaran pemprovsu, dan hubungan lainnya.
Hal tersebut intens dilaksanakan, sehingga eksistensi FKUB Sumut tidak asing atau setidaknya telah dikenal di jajaran SKPD satuan kerja perangkat daerah
Pemprovsu. Dari aspek FKUB Sumut dalam mengemban tanggungjawabnya kepada
Gubernur Sumatera Utara telah dilakukan dengan intens, ada dua cara yang sering dilakukan FKUB Sumut, apabila ada permasalahan keagamaan yang terjadi
183
di daerah jika dianggap mendesak, para pengurus FKUB Sumut bisa langsung menelepon gubernur dan jajarannya untuk bertindak cepat turun ke lokasi, lalu
ditangani bersama-sama, kemudian jika keadaan tidak mendesak FKUB Sumut hanya menyampaikan laporan bulanan dalam bentuk laporan kerja, mengenai apa
yang telah dilakukan dalam sebulan, mengenai rekomendasi kebijakan, dan berita lainnya disampaikan kepada gubernur dalam bentuk laporan kerja bulanan, hal
tersebut telah rutin bahkan setiap bulan dilaksanakan oleh FKUB Sumut, sehingga setiap bulannya kegiatan FKUB Sumut dapat dipantau oleh Gubernur Sumatera
Utara. Dari aspek Gubernur Sumatera Utara dan jajarannya telah sering
membangun komunikasi dan hubungan kerja dengan FKUB Sumut, pemerintahan Provinsi Sumatera Utara telah memanfaatkan keberadaan FKUB untuk bersama-
sama saling mensukseskan kegiatan untuk menciptakan kerukunan di Sumatera Utara. Namun, Jika dikaji dari umpan balik akan tanggung jawabnya untuk
menangani masalah keagamaan, peran pemerintah daerah, baik koordinasi pemerintah provinsi Sumatera Utara dengan pemerintah daerah kabupatenkota
masih dianggap buruk, terutama penyelesaian berbagai kasus rumah ibadah, seolah pemerintah daerah melakukan pembiaran terhadap permasalahan rumah
ibadah yang tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara, terutama pemerintah daerah
Tapanuli Utara,
kendatipun pendirian
rumah ibadah
telah direkomendasikan oleh FKUB kabupatenkota tetapi rekomendasi itu seolah tidak
digubris oleh pemerintah daerah, akibatnya banyak rumah ibadah di daerah yang sejatinya izin pendirinya sudah direkomendasikan oleh FKUB tetapi pemerintah
daerah tidak juga mengeluarkan izin pendirian rumah ibadah. Disinilah letak
184
masalahnya. Hal ini diakui oleh SETARA Institude, dalam laporannya pada tahun 2014, dalam laporan tersebut amat mengejutkan bahwa Sumatera Utara
yangsering disebut barometer kerukunan ternyata masuk zona merah karena keengganan pemerintah daerah mengatasi kasus rumah ibadah.
35
koordinasi pemerintah provinsi Sumatera Utara dengan pemerintah kabupatenkota se-
sumatera utara mengenai penanganan kasus keagamaan terutama kasus rumah ibadah menimbulkan tanda tanya besar, keseriusan dan ketegasan mereka amat
diperlukan karena masih banyak persoalan rumah ibadah yang belum terselesaikan di provinsi ini.
VI.3. Analisis Lingkup Sasaran Kinerja FKUB Sumatera Utara
Kemudian untuk jangkauan lingkup yang lebih luas lagi peneliti mengembangkan berdasarkan model analisis dibawah ini.
Alur Skema 4. analisis Lingkup sasaran tugas Pokok FKUB Provinsi
Tugas Pokok FKUB Provinsi
Melakukan Dialog
Menampung Aspirasi
Sosialisasi Regulasi
Pemberdayaan Masyarakat
Menyalurkan Aspirasi
LINGKUP PRIMER
DEWAN PENASEHAT
FKUB MAJELIS AGAMA
FKUB KABUPATEN
KOTA
PEMERINTAH DAERAH
FKUB PROVINSI
LINGKUP SEKUNDER
NGO, Swasta, LSM dan
universitas Tingkatan
Masyarakat Bawah Akar Rumput
Tokoh agama, Tokoh masyarakat
dan akademisi Media massa
pers
Model Analisis Sasaran kinerja FKUB, Oleh Sabam Manurung
35
lih. Publikasi setara institude 2014. Hal 124-128.
185
Keterangan gambar diatas adalah bahwa FKUB Sumatera Utara dalam menjalankan tugas pokoknya dan segala aktivitasnya dalam menjaga kerukunan di
Sumatera Utara harus menargetkannya dengan lapisan masyarakat luas, dapat dilihat alur garis kuning diatas. Target capaian tugas pokok diarahkan kepada
tokoh agama, tokoh masyarakat, NGO, Swasta, universitas dan berbagai tingkatan masyarakat, kemudian media masssa atau Pers dibutuhkan untuk publikasi dan
pemberitaan kinerja FKUB Sumut, dengan demikian masyarakat yang tidak secara langsung mendapat layanan FKUB Sumut dapat memahaminya lewat
media massa, selain itu juga sebagai membangun citra positif FKUB Sumut ditengah masyarakat. Berikut ini paparan analisis sasaran kinerja FKUB Sumut ke
berbagai lapisan masyarakat.
1. Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Akademisi
Tugas pokok pertama FKUB adalah melakukan dialog kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat. Proses yang berlangsung selama ini, bahwa Sasaran
tugas pokok FKUB Sumut dalam menjalankan tugas pokoknya ke tokoh agama, tokoh masyarakat dan para akademisi di tingkat provinsi telah berlangsung
dengan baik, ada banyak intensitas kegiatan tugas pokok yang menyasar ke aktor ini, mulai dari para tokoh agama dilakukan kunjungan kerja, dialog simposium
dan sosialisasi ke daerah-daerah, ke seluruh tokoh perwakilan agama masing- masing, kemudian ke tokoh masyarakat telah dilakukan banyak dialog, seperti
dialog kebangsaan, dialog harmonisasi organisasi keagamaan memelihara kerukunan antar umat, silaturahmi kebangsaan, dialog menyongsong pemilihan
umum dan dialog-dialog teologis lainnya, lalu para akademisi baik dekan kampus
186
hingga para dosen di Sumatera Utara selalu diikut sertakan dalam kegiatan dialog kebangsaaan seperti thema umum menangkal radikalisme, dan bahaya
radikalisme, seminar bahaya narkoba, FGD dengan tema peta kerukunan di Sumut, forum dialog bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang
pemahaman bersama mengenai pencegahan radikalisme, pembinaan dan koordinasi keagamaan bagi para tokoh agama se-Sumatera Utara dan diskusi
lainnya. Menurut para narasumber, telah sering upaya program kerja dilakukan
menyasar ke tiga aktor ini, bahkan karena seringnya susah menghitungnya, lalu kemanfaataannya kepada target sasaran ini telah memberi respon positif dan
membangun bersama pemahaman akan pentingnya hidup rukun dan berdampingan ditengah perbedaan, pemahaman ini sejatinya diharapkan FKUB
bisa disampaikan oleh ketiga aktor ini ke instansi atau masyarakat yang ada dibawahnya.
2. NGO, SWASTA, LSM dan Universitas
Dalam perjalanannya selama ini FKUB Sumatera Utara dalam memainkan peran strategisnya dianggap membuka diri terhadap instansi non pemerintah,
sejatinya memang harus demikian, karena sesunguhnya road map kerukunan harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga bisa membangun
sinergitas dan kerjasama yang erat agar pilot project kerukunan bisa tersebar ke berbagai lapisan masyarakat.
187
Namun keterbukaan FKUB Sumut kepada aktor sasaran ini, utamanya kepada LSM dan NGO perlu ditinjau ulang, pasalnya sedikit target kerja
menyasar ke aktor ini, hal ini terjadi mungkin karena dua hal, Pertama FKUB mungkin kurang menjalin hubungan komunikasi atau silaturahmi yang lebih luas
dengan NGO Non Goverment Organization atau LSM Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Sumut ini, kedua, mungkin dari berbagai LSM dan NGO
yang tersebar di Sumut kurang mengenal FKUB atau tidak menganggap kerukunan merupakan sesuatu yang penting sehingga tidak membangun relasi
dengan FKUB. Kemudian ke istansi swasta dan ke ranah universitas relatif lebih baik dibanding ke NGO dan LSM, walaupun relatif lebih baik dari NGO atau
LSM tetapi tidak terlalu intens kinerja FKUB menyasar ke kampus dan instansi swasta.
Tercatat beberapa kinerja FKUB dalam membangun komunikasi diantaranya, ke pihak swasta melakukan dialog kerukunan dan silaturahmi dengan
PT. Jamsostek di tahun 2013, lalu dialog kerukunan dengan marc clarc consuler US Embassy Jakarta di Uniland medan, ke universitas telah melakukan dialog
kerukunan lintas agama dengan perguruan tinggi teologi dimedan. Kemudian ke universitas seperti Alwaslyah, Muhammadiah, STT Teologi HKBP Siatar,
Nomensen, pertemuan dengan pejabat USU dan Unimed, kegiatan yang dilakukan yakni berdialog lintas agama atau sekedar menanamkan nilai-nilai kerukunan di
lingkungan kampus. kemudian FKUB bekerjasama dengan PMII membuat dialog kebangsaan dengan thema membangun kepemimpinan sumatera utara ditengah
krisis moral. Sedangkan ke pihak LSM atau NGO lainnya mungkin membangun relasi secara tidak langsung seperti bertemu dan berdiskusi bersama dalam dialog
188
kebangsaan, dialog lintas agama atau diacara umum lainnya. Peneliti tidak mendapatkan data pendukung mengenai relasi aktif, atau hubungan kerja langsung
antara FKUB dengan beberapa LSM atau NGO di Sumut.
3. Media massa pers
Keberadaan media massa, mulai dari koran, media tv dan radio sesunggunya amat efektif membantu FKUB Sumut dalam membangun image dan
melancarkan program kerjanya, dimana hasil kerja, hasil pertemuan atau hasil tugas pokok bisa dipublikasikan lewat media sehingga bisa membangun citra di
masyarakat dan bisa dipublikasikan hasil seminar tentang kerukunan, juga hasil dialog lintas agama, sehingga masyarakat yang tidak terlibat langsung mengikuti
dialog tersebut dapat mengikutinya lewat berita koran. disinilah perlunya keberadaan media atau pers bagi FKUB Sumut, sebagai penyambung lidah FKUB
Sumut, selanjutnya media masssa juga diperlukan FKUB baik radio dan tv sebagai jalan melakukan sosialisasi, pendidikan masyarakat lewat talkshow,
dialog interaktif, dan sarahsehan di studio tv yang tersebar di Sumatera Utara. Tercatat cukup intens hubungan FKUB Sumut dengan beberapa Media di
Sumatera Utara. Diantaranya Dialog interaktif di Deli TV, dengan tema “terorisme dan hubungannya dengan kondusivitas mayarakat”. Talkshow TVRI
dengan tema “menyambut natal dan tahun baru”, talkshow TV dengan tema “bagaimana sebenarnya memilih wakil rakyat”. Talkshow radio lite fm temanya
“kebersamaan menuju pemilu damai”, kontak publik di TVRI dengan thema
189
“kondivitas masyrakatpasca pilpres”, sesungguhnya masih banyak lagi kegiatan dan hubungan FKUB dengan berbagai media, mulai media koran, TV dan Radio.
Hubungan FKUB Sumut dengan berbagai media atau pers di Sumatera
Utara amat baik, bahkan tidak pernah peneliti menemukan pers mengangkat berita negatif mengenai kinerja FKUB Sumut
, hal ini sebaiknya ditingkatkan untuk membangun citra yang baik ditenga-tengah masyarakat. Kendati pun
demikian amat baik, perlu juga ditinjau ulang apakah pemberitaan media tentang kinerja FKUB Sumut telah diatur demi kepentingan pemilik media, semoga saja
tidak demikian, harapannya media atau pers di Sumatera Utara dalam memberitakan kinerja FKUB Sumut benar-benar berimbang dan faktual.
4. Tingkatan masyarakat bawah akar rumput
Ada sebuah kondisi yang kurang efektif yang penting untuk dikemukakan, bahwa berdasarkan data laporan kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara sejak
januari 2013 hingga Februari 2015 dan berdasarkan hasil wawancara menyebutkan bahwa sangat minim dialog, sosialisasi, dan pemberdayaan
masyarakat dilakukan ke masyarakat bawah, dialog, sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dominan dilakukan hanya ke masyarakat atas
36
, yakni para tokoh agama, aparat pemerintah dan tokoh masyarakat, dialog pun dilakukan
kebanyakan di hotel-hotel, gedung pemerintahan dan kantor organisasi keagamaan, kondisi demikian membuat efektivitas tugas pokok FKUB Sumut
36
Istilah masyarakat atas dalam bagian bab ini adalah para majelis agama, tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah di tingkat provinsi.
190
seolah tidak memberi manfaat langsung ke masyarakat bawah, hal ini juga dibenarkan oleh Anggota FKUB, bapak Jhon Hasiholan, ketika wawancara pada
9415. Kondisi ini menjelaskan tidak secara spesifik FKUB misalnya turun ke pesisir untuk membangun dialog dengan nelayan-nelayan, kemudian ke desa-desa
membangun dialog dengan petani dan ke lapisan masyarakat lainnya, Urgensi problematika rentan terjadi di tingkat masyarakat bawah,
merekalah tepatnya disebut akar rumput, yakni masyarakat di tingkat bawah yang tidak terikat intansi,organisasi, atau jabatan strategis, seperti para nelayan, para
buruh, pentani, karyawan, rakyat biasa, dan sederajat lainnya. mengapa demikian urgentnya, karena potensi besar terjadinya konflik di Sumatera Utara sebahagian
besar datanganya dari masyarakat tingkat bawah yang secara dangkal memahami ajaran agamanya dan memandang fanatik agama selain dari ajaran agamanya,
rentan penolakan pembangunan rumah ibadah, masih tingginya prespektif mayoritas dan minoritas, serta masih rendahnya pendidikan mereka membuat
rentan tersulut emosi apabila agamanya disinggung oleh orang lain, oleh kondisi ini tidak jarang terjadi diskriminasi dan konflik agama yang membuat keresahan
masyarakat. Untuk itu seharusnya bukan hanya di tingkat atas saja FKUB Sumut rutin
melakukan dialog, sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat, meskipun hal tersebut penting untuk upaya membina, mengarahkan dan mendeteksi dini
potensi konflik di kalangan masyarakat atas, tetapi ke tingkat bawah ini juga jauh lebih penting terutama kepada korban intoleransi atau kepada pihak yang sedang
berkonflik, Karena belum tentu dialog yang disampaikan ke kalangan atas efektif disalurkan ke masyarakat bawah, atau mungkin malah tidak disampaikan. Kondisi
191
inilah yang perlu ditinjau ulang dan harus benar-benar dipertimbangkan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara.
Mengenai keberadaan akar rumput, kasubbag Hukum dan KUB KandepagSU, bapak Syafaruddin menyebutnya itu adalah sesuatu yang penting
untuk dikerjakan “Sebenarnya itu Penting, karena di tingkat masyarakat bawahlah
sebetulnya yang penting ditanamkan kerukunan, ya selama ini bapak-bapak kita di FKUB kurang menyentuh mereka, tapi setidaknya sudah menyentuh walaupun
belum secara langsung, seperti membina guru-guru, misalnya guru agama tentang kerukunan, selanjutnya nantinya diharapkan akan disapaikan ke
siswanya, membina pimpinan majelis agama, pimpinan tokoh masyarakat yang selanjutnya disalurkan ke bawahhannya masing-masing,wawancara 26315
” Ada dua sisi sasaran kerja FKUB Sumut dalam menjalankan perannya
pertama menyasar ke masyarakat atas, notabene tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah yang bukan korban intoleransi, sasaran kedua adalah
masyarakat tingkat bawah atau akar rumput atau korban intoleransi, sisi pertama telah efektif dilakukan dan berjalan dengan baik karena selain pemahaman
pengurus yang dianggap telah unggul tetapi juga proses manajemenya tertata rapi, tetapi menjadi terbalik di sisi kedua, sangat minim kinerja FKUB Sumut dalam
menyentuh masyarakat bawah, dampaknya secara tidak langsung keberadaan FKUB Sumut seolah sebagai “pemadam kebakaran”, ketika ada konflik agama
yang menyulut di daerah barulah kemudian sibuk berkordinasi dengan instansi daerah, turun ke lokasi melakukan tindakan. alangkah efektifnya jika dilakukan
deteksi dini di masyarakat bawah, sebelum potensi “kebakaran” tersebut meluap.
192
Realita dan problematika FKUB Provinsi .
37
Secara realita, tingkatan masyarakat di Sumatera Utara berdasarkan aspek teritorial pemerintahan sangat kompleks, ada yang disebut dengan masyarakat
provinsi, masyarakat kabupatenkota, dan masyarakat kecamatan hingga desa. Masyarakat provinsi yakni para pejabat se-tingkat provinsi, mulai dari pejabat
gubernur dan jajarannya, para majelis agama se-tingkat provinsi, tokoh agama dan tokoh masyarakat se-tingkat provinsi, serta pimpinan organisasi se-tingkat
provinsi, kemudian di tingkat kabupatenkota, ada jajaran bupati maupun walikota, majelis agama, tokoh agama dan tokoh masyarakat se-tingkat kabupaten
dan organisasi tingkat kabupaten, serta di kecamatan, ada jajaran camat, jajaran kepala lurah, kepala desa, tokoh adat dan masyarakat luas. Kalau dikaji secara
realitas, FKUB Sumut yang notabene berjumlah 21 orang pengurus tidak akan mungkin bisa memberdayakan umat yang sebanyak ini dan melayani semua
tingkatan ini, masih ada FKUB daerah kabupatenkota, masih ada juga para tokoh agama di lingkungan bawah. Dengan demikian hal yang paling mungkin
dilakukan adalah membina masyarakat tingkat provinsi, atau memperkuat konsultatif ke setiap FKUB yang ada di kabupaten.kota. Inilah realita yang harus
dipahami bersama. Namun problematikanya adalah, masalah ketidak rukunan, lebih banyak
disumbang dari masyarakat bawah, bukan masyarakat atas, karena memang, masyarakat atas, utamanya tingkat provinsi sudah dianggap lebih dewasa untuk
menyikapi perbedaan agama, menyikapi konflik antar agama, karena latar belakang pendidikan mereka rata-rata sudah dianggap unggul. Kemudian,
37
Sumbangan pemikiran Pribadi.
193
pengetahuan dan pemahaman kerukunan antar umat beragama di FKUB tingkat provinsi dimungkinkan lebih unggul dari para pengurus di FKUB
kabupatenKota. Jadi disini seharusnya ada tanggung jawab moral pengurus FKUB tingkat provinsi untuk membina dan menyamakan persepsi tentang
kerukunan kepada FKUB kabupatenKota, terutama daerah rawan konflik. Kemudian probematika lain muncul dari pemuka agama yang nota bene dekat
dengan umatnya, dimungkinkan adanya pemuka agama ketika membina umatnya atau sedang menebarkan ajaran-ajaran agamanya ada menyinggung agama lain,
atau menjelekkan agama lain dan menganggap agama yang dianutnya sudah benar, sehingga ajaran itu tertanam kepada umat menjadikan umat yang dibinanya
fanatik terhadap agama yang ada diluarnya, mungkin persepsi ini ada benarnya bahwa umat yang semakin mencintai agamanya dan ajaran-ajarannya maka
semakin rentan menganggap agama yang diluar yang dia yakini adalah sesat dan tidak menyelamatkan dan diajak untuk mengikuti agama yang dia anut. Kalau hal
ini terjadi maka benih konflik itu sesungguhnya sudah mulai tumbuh. Win-win solution selalu ada ditengah peliknya suatu kondisi. Bergerak dari
pemahaman bersama bahwa masyarakat atas hingga masyarakat bawah harus bisa rukun, maka harus ada win-win solution untuk ini. Saya merangkup beberapa
tawaran solusi untuk ini, pertama mengenai orientasi pelayanan untuk masyarakat tingkat provinsi yang notabene telah dianggap unggul, dewasa dan
mampu menyikapi ketidak-rukunan dan konflik antar agama, sebaiknya hanya koordinatif saja, atau tepatnya hanya menjalin komunikasi saja, mungkin ada
suatu kondisi yang belum searah jalan pemikirannya, ketika dilakukan pertemuan, dijalin koordinasi sehingga terjadi kesepakatan bersama. Hal seperti ini dirasa
194
cukup untuk membangun sinergi dengan masyarakat tingkat provinsi. Kedua Untuk FKUB kabupatenkota selain rutin membangun komunikasi, baik personal
maupun secara forum, FKUB daerah tingkat II ini perlu di bina, mereka dibina untuk membina para tokoh agama dan tokoh masyarakat di tingkat kabupaten.
Kemudian membangu koordinasi yang matang dengan FKUB kabupaten Kota dan para tokoh yang ada di daerah untuk melakukan pembinaan langsung ke para
petani, nelayan, buruh atau sejelisnya. Konsep pendekatan “dibina untuk membina
yang lain ”, rasanya efektif dilakukan mulai dari lapisan atas hingga lapisan
masyarakat bawah. Ketiga ketika mengetahui ada kasus konflik di daerah maksimalkan korrdinatif dengan FKUB daerah secepatnya untuk hadir disana
memfasilitasi, membangun mediasi dan melayani mereka sehingga pelayanan FKUB Sumut dirasakan oleh lapisan masyarakat bawah.
VI.4. Simpulan analisis
Dengan demikian, kesimpulan analisis data oleh peneliti akan merangkumnya berdasarkan model analisis yang telah dirancang oleh peneliti,
model ini mencakup jangkauan primer dan sekunder lingkup kerja FKUB Provinsi Sumatera utara.
195
Tabel 20 Tabel analisis Kinerja FKUB Sumatera Utara dalam menjaga kerukunan di
Sumatera Utara
N o
Lingkup Kinerja
Kriteria tugas
Hasil evaluasi
Keterangan Harapan Prospek ke
depan
1 Lingkup primer
Dialog tokoh agama
dan tokoh
masyarakat Kurang
baik Kualitas
dan kuantitas
kondisinya telah
baik dilakukan
kepada non korban intoleransi,
tetapi secara
efektivitas kurang menyentuh
akar rumput
masyarakat kelas bawah dan pihak
yang berkonflik.
Dialog juga belum bisa
mengurai tuntas
permasalahan konflik
agama sehingga
konflik tersebut
masih tetap ada meskipun
telah didialoggkan. Diharapkan
FKUB Sumatera Utara lebih
konsen melakukan
dialog ke
lapisan masyarakat
bawah akar
rumput terutama
korban intoleransi atau pihak
yang berkonflik,
karena mereka juga adalah
pengguna layanan.
Kemudian memperbaiki metode
pelaksanaan dialog
agar dialog
yang dilakukan efektif dan
terbangun jalin
perdamaian antara
kedua pihak
yang berkonflik.
Dialog sesama pengurus
FKUB Sumatera
Utara Amat
Baik Dialog
sesama pengurus
telah intens
dilakukan dengan tema yang
berbeda-beda. Hal ini
mampu menumbuhkan rasa
saling mengerti dan memahami
akan ajaran
agama masing-masing
sehingga terjadi
kerukunan di
internal pengurus
FKUB Sumut. Dialog
sesama pengurus
FKUB Sumut tetap intens
dilakukan, minimal
saling berkomunikasi, agar
tetap saling
memahami dan tidak berburuk
sangka ditengah
perbedaan ajaran agama yang
dimungkinkan adanya perbedaan ajaran.
Menampung asprasi
Kurang Baik
Penampungan aspirasi
tidak begitu sulit karena
mengedepankan fungsi
strategis FKUB
dan diharapkan
FKUB jangan terlalu sering
hanya menunggu
aspirasi yang ada dari masyarakat,
tetapi lebih membuka diri
196
sinergitas FKUB
bagi lapisan
masyarakat, terutama
para majelis
agama. tetapi
FKUB Sumut
lebih banyak
pasif menunggu aspirasi,
keaktifan FKUB
Sumut dalam
menampung aspirasi
terutama dari pihak yang
berkonflik menguptade
perkembangannya masih
minim. Sehingga
konflik agama yang belum
selesai seolah tidak ditindaklanjuti
tetapi
seolah didiamkan.
untuk sering mencari aspirasi
yang berkembang di daerah,
melalui hubungan
komunikasi yang
intens dengan FKUB daerah dan majelis
agama di
daerah. Kemudian
penampungan aspirasi harus mengakomodir
kepentingan
semua agama,
baik yang
dianggap minoritas
maupun mayoritas.
Sehingga semua
agama mendapatkan
layanan yang yang sama
dari FKUB
Sumut
Menyalurkan aspirasi
Baik Kegiatan
meyalurkan aspirasi
intens dilakukan
dan dapat
dipantau setiap
bulan melalui
laporan kerja bulan kepada
Gubernur Sumatera Utara.
Aspirasi yang disampaikan
telah sering
diterima gubernur Sumut.
Dalam menyalurkan
aspirasi FKUB Sumut tidak
hanya menyampaikan
laporan bulanan saja, tetapi lebih sering me
warning
pemerintah daerah
mengenai tindak
lanjut permasalahan
keagamaan yang
belum selesai
penanganannya di
Sumatera Utara. Mensosialisasikan
regulasi keagamaan
Kurang baik
Tidak sering
melakukan sosialisasi
ke masyarakat umum
akan pentingnya
kerukunan, baik
ssosialisasi PBM,
pendirian rumah
ibadah dan regulasi lainnya.
Lebih intens
melakukan sosialisasi ke
seluruh lapisan
masyarakat yakni
secara khusus
ke masyarakat
bawah, serta
memanfaatkan media massa untuk
publikasi, pendidikan masyarakat, sosialisasi
197
kerukunan dan
menjaga citra
organisasi. Pemberdayaan
masyarakat Kurang
baik Belum
maksimalnya dilaksanakan
pemberdayan masyarakat, hal ini
dikarenakan
dana yang minim.
Melanjutkan penerbitan
media kerukunan yang telah
berhenti, dan
mempercepat proses
pembangunan proyek yayasan
pusat kerukunan yang telah
dibentuk dan
diporogramkan, agar segera dapat membari
manfaat yang besar bagi
pemberdayaan masyarakat agar pilot
Project kerukunan
nyata dampaknya
kepada masyarakat Sumatera Utara
2 Lingkup Sekunder
Konsultatif FKUB
daerah KabupatenKota
baik Secara komunikasi,
konsultasi berjalan dengan
baik, dimana
FKUB Sumut
adalah tumpuan informasi
dari daerah, namun terdapat
“kerancuan” mengenai
teknis fungsi
konsultatif tersebut.
FKUB Sumatera
Utara dan
FKUB kabupatenKota agar
lebih intensif dalam melakukan
komunikasi, ada atau tidak ada masalah di
daerah,
sebaiknya komunikasi
harus tetap
berjalan, kemudian
diperlukannnya sikap diskresif
dari pengurus
FKUB ditengah
adanya indikasi “kerancuan”
pada fungsi
konsultatif FKUB. Konsultatif
Majelis-majelis agama
Baik Kegiatan
Dengar pendapat,
usul, saran,
sering dilakukan
FKUB Sumut
bersama dengan
majelis agama,
selain kemunikasi
organisasi, FKUB
Sumatera Utara
lebih sering
berkomunikasi baik
secara organisasi
maupun pribadi
dengan majelis-
majelis agama
di Sumatera Utara, lalu
sebaiknya sering
198
hubungan pribadi
dengan majelis
agama tingkat
provinsi juga
harmonis. melakukan kunjungan
kerja ke kantor majelis tinggi agama, lakukan
dialog, sosialisasi dan dengar pendapat.
Kerjasama Dewan Penasehat
Kurang Baik
Dewan penasehat
sebagai Fasilitator, hub.
Komunikasi dan Kerjasama,
penyedia anggaran, hubungan kerja dan
komunikasi terjalin dengan baik dan
intens. Hanya saja, dewan
penasehat seolah
pelit menurunkan
anggaran dana
untuk penguatan
kinerja FKUB
Sumut. Tetapi
mereka masih
sibuk melakukan
kegiatan bersama
dewan penasehat
dan FKUB Sumut di tingkat provinsi
yang sasaran
kerjanya bukan
kepada korban
intoleransi. Komunikasi
secara organisasi
tentunya sudah berjalan dengan
erat, namun
yang perlu
ditingkatkan adalah pogram kerja
FKUB bersama dewan penasehat harus sering
turun ke daerah yang bengalami
konflik yang belum selesai di
Sumatera Utara. Dan kegiatan
organisasi bersama
dengan dewan penasehat lebih
diarahkan ke tugas pokok FKUB.
Kerjasama dan
konsultatif Pemerintah
daerah Kurang
Baik Laporan kerja dan
hubungan kerja
FKUB Sumut
dengan gubernur
berjalan erat, dan intens
melakukan komunikasi, namun
yang masih kurang adalah
FKUB kurang me warning
pemerintah daerah untuk penyelesaian
kasus
yang dianggap mendesak
FKUB Sumut
mendata beberapa
kasus keagamaan atau rumah ibadah yang
belum selesai
permasalahannya lalu mewarning
pemerintah daerah
jika pemerintah
daerah dianggap
seolah membiarkan
atau mendiamkan
aspirasi yang telah disampaikan
FKUB selama
ini. Agar
permasalahan di
daerah tersebut tidak
199
berlarut-larut dan bisa diselesaikan.
3 .
Sasaran Tugas Pokok
Tokoh Agama,
Tokoh Masyarakat
dan Akademisi
Baik Jika di cover ke
arah tokoh
Masyarakat tingkat provinsi,
sasaran tugas pokok FKUB
secara keseluruhan berjalan
dengan baik,
kemudian didukung juga oleh
keberadaan tokoh masyarakat
di tingkat
provinsi yang telah dewasa
dalam menyikapi
masalah-masalah yang menyangkut
agama dan
cendrung mencari solusi lewat jalur
kekeluargaan. Tetap
menjaga sinergitas dengan para
tokoh agama
dan tokoh masyarakat di
Sumatera Utara, dan diharapkan
FKUB Sumut
mampu menjadi pionir bagi
forum-forum strategis yang ada di Sumatera
Utara,
baik forum
berbasis agama,
maupun forum
masyarakat, bangun
kerja sama,
agar deteksi dini potensi
terjadinya konflik di masyarakat
dapat efektif dilakukan.
NGO, LSM,
swasta dan
universitas Kurang
baik Berdasarkan
data yang
didapat peneliti,
FKUB sumut
kurang begitu
aktif membangun
komunikasi dengan NGO, dan LSM, ,
tetapi sasaran kerja ke pihak swasta
dan
universitas yang tersebar di
Sumut intensitasnya lebih
baik daripada LSM dan
NGO, meskipun
masih jarang.
FKUB Sumut agar semakin
membuka diri terhadap instansi
non pemerintah,
karena sesunguhnya
road map kerukunan harus
menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, sehingga
bisa membangun
sinergitas dan
kerjasama yang erat agar
pilot project
kerukunan bisa
tersebar ke berbagai lapisan masyarakat.
Media Massa
pers Amat
baik Sasaran
tugas pokok
FKUB bukan
membina para
pers atau
instansi media
massa, melainkan perpanjangan
tangan untuk
Untuk memperoleh
pengakuan dan
dukungan dari
masyarakat dan
instansi Pemerintah
Daerah, FKUB
perlu lebih
meningkatkan
200
menyampaikan informasi
atau kegiatan
kerja FKUB
kepada Hubungan FKUB
Sumut dengan
berbagai media
atau pers
di Sumatera
Utara amat baik, bahkan
tidak pernah
peneliti menemukan
pers mengangkat berita
negatif mengenai
kinerja FKUB
Sumut, citranya
dengan menjalin komunikasi
dan memanfaatkan
secara maksimal
kehadiran media
massa. Dan
Pengurus FKUB
Sumut perlu sering menyosialisasikan
gagasan dan informasi
bidang kerukunan beragama
melalui tulisan
di media
massa, termasuk
sosialisasi dalam
bentuk pembuatan
iklan atau pariwara
berkenaan dengan
kerukunan hidup beragama di
media cetak, televisi dan radio.
Tingkatan masyarakat
bawah akar
Rumput Kurang
baik minim
dialog, sosialisasi,
dan pemberdayaan
masyarakat dilakukan
ke masyarakat bawah,
dialog pun
dilakukan kebanyakan
di hotel-hotel, gedung
pemerintahan dan kantor
organisasi keagamaan, kondisi
demikian membuat efektivitas
tugas pokok
FKUB Sumut seolah tidak
memberi manfaat
langsung ke
masyarakat bawah FKUB
Sumut diharapkan
intens Membina
FKUB daerah
tingkat II.
mereka dibina untuk membina para tokoh
agama dan
tokoh masyarakat di tingkat
kabupaten. Kemudian melakukan pembinaan
langsung
ke para
petani, nelayan, buruh atau
sejelisnya. Karena
Konsep pendekatan
“dibina untuk membina yang
lain”, rasanya efektif dilakukan mulai dari
lapisan atas hingga lapisan
masyarakat bawah
201
Paparan analisis diatas adalah hasil evaluasi FKUB Sumut berdasarkan kinerja mereka yang tampak, tetapi kajian mendalam mengenai keberadaan FKUB
Sumut perlu dikemukakan bahwa secara umum dapat di tarik pemahaman bahwa keberadaan FKUB Sumut yang hanya memiliki kewenangan sebagai koordinatif
terbukti belum bisa mengurai semua masalah keagamaan. Setelah melakukan evaluasi kinerja Kinerja FKUB Sumut berdasarkan
tugas pokoknya secara umum sebenarnya telah dikerjakan dengan penuh tanggung jawab, tetapi apalah arti pekerjaan yang penuh tanggung jawab itu,
tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang efektif pula, justru malah pekerjaan yang baik itu yang telah dilakukan terbukti tidak mampu menangani atau menuntaskan
masalah konflik agama yang ada di Sumatera Utara.
Efektivitas FKUB dalam memediasi Pihak yang berkonflik
38
Permasalahan keagamaan
di Sumatera
Utara didominasi
oleh permasalahan atau kasus rumah ibadah, mulai dari ketidakjelasan izin, penolakan,
pengrusakan, dan pelarangan beribadah, Dari berbagai masalah rumah ibadah yang tersebar di Sumatera Utara tercatat ada 15 rumah ibadah yang bermasalah
sudah didatangi dan dimediasi oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara dengan berkoordinasi dengan FKUB kabupatenKota, dari 15 itu diantaranya mediasi
pembangunan gereja GKPS di desa Buntu Pane, Asahan, karena sebelumya pembangunan gereja dini dianggap meresahkan masyarakat sekitar, kemudian
mediasi permasalahan mesjid di daerah Pahae Jae, Taput, adanya masalah pendirian masjid yang tidak berkomunikasi secara kekeluargaan dengan
masyarakat sekitar yang notabene adalah non muslim, memediasi penolakan
38
Sumbangan pemikiran
202
pendirian masjid Al-munawar di Sarulla kec. Pahae Jae, Taput, yang sampai sekarang belum didirikan karena izinnya belum dikeluarkan pemerintah daerah.
dari 15 rumah ibadah yang telah dimediasi kondisinya ada rumah ibadah yang setelah dimediasi permasalahan langsung selesai yakni seperti di Asahan, dimana
terbakarnya dua masjid dalam waktu yang bersamaan di kec. Aek Kuasan, lalu masalah yang sudah selesai pendirian rumah ibadat kuil Balaji Venkateshwara di
kel. Padang bulan, selayang II kota Medan, tetapi masih banyak juga yang walaupun sudah dimediasi FKUB masih tetap belum selesai masalahnya,
misalnya permasalahan mesjid yang di Pahae Jae, permasalahan gereja HKBP yang ada di binjai karena adanya keberatan dari masyarakat dikarenakan izinnya
tidak jelas. sejatinya mediasi telah dilakukan FKUB Provinsi di banyak daerah di provinsi Sumatera Utara, kehadirannya telah nyata dan mereka sudah melakukan
tugasnya dengan baik. Lalu pertanyaannya mengapa persoalannya belum selesai, mengapa masih
ada rumah ibadah yang walaupun sudah dimediasi tetapi masalah belum juga tuntas. Permasalahannya muncul pertama dari FKUB dan kedua dari pemerintah
daerah. Dari FKUB provinsi Sendiri sejatinya memang telah dilakukan mediasi dengan pihak yang berkonflik, tetapi tidak melakukan mediasi ulang, misalnya
saja permasalahan mesjid yang ada di Pahae Jae, sampai saat ini belum selesai, kendatipun sudah disampaikan ke pemerintah kabupaten untuk diberikan izin
pendirian mesjid itu, disini FKUB provinsi tidak turun kembali ke Pahae Jae, menanyakan ulang bagaimana perkembangannya dan seperti apa solusi tambahan.
Selanjutnya FKUB provinsi maupun FKUB kabupaten Tapanuli utara mungkin saja tidak mendesak pemerintah daerah untuk mengingatkan kembali atau
203
memberi warning ke pemerintah daerah agar dikeluarkannya izin pendirian rumah ibadah, demikian juga kasusnya dengan di HKBP yang di binjai tersebut. Padahal
sejatinya FKUB apabila melakukan mediasi ulang akan dipastikan akan membawa titik terang percepatan suatu masalah, dan sejatinya pun FKUB
memiliki hak untuk mendesak atau memberi warning kepada pemerintah daerah, tetapi ini pun seolah tidak dilakukan.
Jika dikaji dari pemerintah daerah, seolah pemerintah daerah melakukan pembiaran terhadap permasalahan rumah ibadah yang tersebar di beberapa daerah
di Sumatera Utara, terutama pemerintah daerah Binjai dan Tapanuli Utara kendatipun pendirian rumah ibadah telah direkomendasikan oleh FKUB
kabupatenkota tetapi rekomendasi itu seolah tidak digubris oleh pemerintah daerah, akibatnya banyak di rumah ibadah di daerah yang sejatinya izin
pendirinya sudah direkomendasikan oleh FKUB tetapi pemerintah daerah tidak juga mengeluarkan izin pendirian rumah ibadah. Disinilah letak masalahnya. Hal
ini diakui oleh SETARA Institude, dalam laporannya pada tahun 2014, dalam laporan tersebut amat mengejutkan bahwa Sumatera Utara yang sering disebut
barometer kerukunan ternyata masuk zona merah karena keengganan pemerintah daerah mengatasi kasus rumah ibadah.
39
Berdasarkan kondisi yang disebutkan diatas, sejatinya FKUB Sumatera Utara dengan berkoordinasi dengan FKUB daerah Kabupaten kota telah
melakukan tugasnya memediasi pihak yang berkonflik. Namun efektivitasnya setelah ditinjau ulang ternyata pekerjaannya belum maksimal dilakukan, karena
39
lih. Publikasi setara institude 2014. Hal 124-128.
204
ketika sudah selesai melakukan mediasi mereka lepas tangan dan menyerahkan semuanya ke pemerintah daerah untuk penyelesaiannya. Yang penting telah
dikerjakan aspirasi saran-saran untuk solusi dan rekomendasi telah disampaikan oleh FKUB ke pemerintah daerah. Tetapi apa yang terjadi setelah sampai di
pemerintah daerah, aspirasi tersebut seolah diabaikan, sejatinya keengganan yang dialami di pemerintah daerah membuat pekerjaan FKUB seolah tidak ada artinya,
toh juga permasalahan rumah ibadah banyak yang tidak tuntas karena pemerintah daerah tidak serius menindaklanjuti hasil mediasi yang dilakukan oleh FKUB.
Setidaknya keberadaan kasus ini membuktikan bahwa keberadaan FKUB, baik provinsi maupun daerah ternyata belum bisa menyelesaikan konflik agama
sampai ke akar-akarnya, karena memang tidak memiliki kewenangan untuk menyelesaikan berbagai konflik yang ada tetapi hanya membangun dialog dan
menampung aspirasi serta menyampaikannya kepada yang berwenang untuk mengeksekusi permasalahan. Kemudian keberadaan FKUB dalam upayanya
melakukan dialog terbukti belum bisa menyelesaikan apalagi memusnahkan masalah, tetapi setidaknya hanya melokalisir dan meredam, misalnya masalah
konflik agama di ibaratkan sebuah penyakit, FKUB tidak bisa mencegah penyakit itu agar tidak timbul lagi di kemudian hari, tetapi hanya mengobati, sudah pasti
kalau sebuah penyakit hanya diberi obat, penyakit itu memang sembuh, tetapi
tidak lama kemudian penyakit itu kemungkinan besar bisa muncul lagi. Maka bisa ditarik kesimpulan keberadaan FKUB tidak bisa diandalkan untuk
“mencegah” ketidarukunan di Sumatera Utara sampai ke akar-akarnya, tetapi hanya
bisa diandalkan untuk “mengobati”.
205
VI.5. Umpan Balik. Keberlangsungngan FKUB Sumut Kedepan
Potensi ketidakrukunan rentan terjadi di provinsi ini, untuk itu sangatlah tidak efektif jika menututut FKUBSumut untuk menyelesaikan segala bentuk
konflik yang ada di provinsi ini, karena kewenaganyya b ukan untuk “mencegah”
tetapi lebih kepada “mengobati”. FKUB Sumut setidaknya dengan adanya evaluasi ini menstimulus FKUB Sumut agar berkarya lebih baik lagi dalam
melayani umat di sumut ini, setidaknya dalam kedepan ada banyak tatangan di sumut diantaranya,
1. masih banyaknya kasus rumah ibadah yang belum selesai penanganannya di provinsi ini, hal ini tidak menutup kemungkinan memunculkan kembali
konflik yang selama ini sudah diupayakan untuk diredam, dilokalisir dan dimediasi permasalahannya.
2. Tahun ini adalah tahun pemilu serentak, termasuk di sumut, sedikitnya ada 23 kabupatenkota yang bersiap untuk ikut pilkada serentak, itu lebih dari
50 persen dari jumlah kabupaten kota se-sumut, hal ini pasti menimbulkan pergesekan dimasyarakat hingga memungkinkan adanya isu sara atau isu
yang membawa-bawa agama, perlu deteksi dini untuk kondisi ini. 3. Banyaknya aliran yang diangap sesat tersebar di sumut ini, seperti balai
saksi-saksi, sekte-sekte atau yang lebih ekstrim ada ISIS yang mengancam keberadaan masyarakat sumut, terutama muslim, bangun sinergitas dengan
masyarakat guna meringankan pekerjaan meminimalisir upaya paham ISIS ini agar masyarakat sumut lebih paham bahwa ISIS tersebut adalah salah.
206
Umpan balik kedepan yanng penting dan efektif untuk dilakukan adalah menanamkan nilai-nilai universal yang hidup dan diterima oleh semua
masyarakat agama, yakni adanya nilai-nilai yang disepakati besama, yaitu kejujuran, tidak mencela ajaran agama, tidak mencuri, hidup damai dalam
berdampingan dan tidak membuat kekacauan. apabila masyarakat melanggar itu, berarti mereka telah melanggar agama, karena agama telah mengajarkan nilai
kebaikan terebut. Demikianlah hasil analisis kinerja FKUB Sumatera Utara, yang dicover
dari aspek internal dan eksternal FKUB Sumut, hal ini dikarenakan posisi FKUB yang adalah forum strategis. Analisis kinerja tersebut diharapkan mampu
membuka kekurangan dan memperbaiki kekurangan tersebut agar dikemudian hari tercapati kondisi “Sumut luarbiasa” agar kerukunan di Sumatera Utara ini
dapat di contoh oleh provinsi lain.
Dari hasil analisis tersebut jika dibandingkan dengan “antara harapan
dan kenyataan” keberadaan kerukunan di Sumatera Utara “ belum sesuai
harapan ”, karena kondisi kerukunan di Sumatera Utara saat ini “rentan” akan
terjadinya kasus konflik agama. kemudian upaya FKUB Sumatera Utara dalam menjaga kerukunan di Sumatera Utara juga masih
“belum sesuai harapan”, dapat diakui bahwa kegiatan telah dilakukan dengan intensitas tinggi dengan segala
upaya dan daya FKUB Sumut memang telah melayani masyarakat Sumatera Utara untuk terciptanya kerukunan di Sumatera, Utara namun perannya dalam
menjaga kerukunan masih minim untuk melayani pihak yang berkonflik atau korban intoleransi.
207
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan
Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sumatera Utara adalah forum strategis yang beranggotakan perwakilan mejelis agama yang diaggap memiliki
teladan ditengah-tengah masyarakat, selanjutnya keberadaan mereka dianggap strategis untuk membina, memberdayakan dan menjaga agar terjalin kerukunan
ditengah-tengah masyarakat. FKUB Sumatera Utara telah memiliki kegiatan organisasi yang
berintensitas tinggi, ada banyak variasi kegiatan yang dilakukan FKUB Sumatera Utara untuk menjaga kerukuan di Sumatera Utara, baik yang dilakukan sendiri
oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara maupun instansi lain yang bekerja sama dengan FKUB Sumut. Tercatat hasil kinerja sejak januari 2013 sampai dengan
Februari 2015 ada 366 kegiatan yang telah dilakukan, dengan pembagian 207 kali berpartisipasi dan menghadiri kegiatan ke istansi lain dan 159 kali melakukan
kegiatan organisasional sendiri. namun intensitas yang tinggi tersebut belum banyak menyentuh kepada korban intoleransi atau pihak yang berkonflik.
Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari evaluasi kinerja FKUB yang telah dipaparkan sebelumnya, kesimpulan ini telah mencakup selruh isi
dalam penelitian ini. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut
208
A. Kesimpulan mengenai kinerja FKUB berdasarkan tugas pokok dalam menjaga kerukunan di Sumatera Utara secara umum sudah berjalan dengan baik, berikut
kesimpulan lengkapnya berdasarkan indikator.
1. Melakukan Dialog
Dialog yang dilakukan FKUB Sumatera Utara baik antara sesama pengurus maupun dengan masyarakat telah berulangkali dilakukan,
dialog juga telah memberikan manfaat kepada peserta dialog lintas agama di tingkat provinsi tetapi umumnya bukan korban intoleransi.
namun secara efektivitas, dialog selama ini belum efektif, yakni belum menjangkau ke masyarakat bawah akar Rumput terutama kepada pihak
yang berkonflik, tetapi hanya menjangkau masyarakat atas, dan dialog pun seringnya di laukan di kantor pemerintah dan di hotel-hotel, sehingga
efeknya secara langsung belum terasa ke masyarakat bawah.
2. Menampung Aspirasi
Aspirasi yang datang dari berbagai sumber telah ditampung dan ditabulasi dengan baik oleh FKUB, dan beberapa yang memerlukan pencarian solusi
juga dibahas dan di-followup dengan baik oleh FKUB Sumatera Utara, kemudian Proses Penampungan aspirasi juga tidak sulit, melainkan
fleksebel, boleh dalam bentuk surat, media massa hingga bertelepon langsung dengan pengurus FKUB Sumut. tetapi FKUB Sumut lebih
banyak pasif menunggu aspirasi, keaktifan FKUB Sumut dalam menampung aspirasi terutama dari pihak yang berkonflik meng-uptade
perkembangannya masih minim. Seihingga konflik agama yang belum selesai seolah tidak ditindaklanjuti.