FKUB Simpulan analisis TINJAUAN KEPUSTAKAN

44

3. Penyaluran aspirasi

Penyalur adalah media atau talang menyalurkan sesuatu kepada arah yang akan ditujukan sesuatu, talang tersebut adlaah media yang menjadi penghubung atau jembatan penghubung antara pemberi pesan dan tujuan dan sasaran pesan. Penyalur aspirasi adalah kegiatan menyampaikan, menghubungkan dan menghantarkan aspirasi dari si pemberi aspirasi kepada penerima aslpirasi. Aspiasi yang sampai tersebut harus sesuai dengan pesan awal, kemudian disalurkan ke tujuannya juga sesuai, tidak berlebih dan tidak kurang.

4. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat

Sosialisasi adalah mengajar, memberi tahu apa yang benar dan apa yang salah, apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak, sosialisasi juga mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai oleh pihak yang mengerti pesan kepada sipenerima pesan sehingga ada kegiatan mengajar, memberi tahu dan menginformasikan. Pemberdayaan adalah memakai, memaksimalkan media dan sarana yang telah ada untuk pencapaian tujuan tertentu, pemberdayaan juga berarti memaksimalkan yang sudah ada sehingga keberadaannya lebih berdaya guna dari sebelumnya. Berdasarkan keterangan pengertian dari masing-masing tugas pokok diats maka Kajian evaluasi ini dipaparkan satu-persatu secara kategorial, dengan dasar mengevaluasi kinerja dan membandingkannya keadaan yang diharapkan, yakni berdasarkan keadaan yang rukun, keadaan rukun ialah bahwa telah terjadi keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, 45 saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Evaluasi kinerja organisasi FKUB dalam menjaga kerukunan umat beragama dilakukan adalah untuk melihat kesesuaian “antara harapan dengan kenyataan”.

II.8. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Singarimbun, 1995 :37 Oleh karena itu untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari penelitian ini yaitu:

1. Organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok

yang berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Evaluasi adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian

kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi di perlukan untuk melihat kesenjangan antara “harapan dan kenyataan” 46

3. kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat

beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

4. Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat FKUB

adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. FKUB terdiri dari FKUB provinsi dan FKUB kabupatenkota.

II.9. Operasionalisasi konsep

Dengan menggunakan kriteria berdasarkan tugas pokok dan fungsi FKUB berdasarkan PBM agama dan dalam negri nomor 9 dan 8 tahun 2006, maka hal- hal yang diukur untuk mengetahui kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

1. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat,

apakah kegiatan dan tujuan dialog, baik sesama pengurus FKUB dan juga FKUB dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang dilakukan FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai, hal ini dilihat dari :  kualitas dan kuantitas serta efektivitas pelaksanaan dialog 47  terbangun tali persaudaraan, antara sesama pengurus FKUB, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, sehingga kerukunan tetap terjaga.  Manfaat dari pelaksanaan dialog, baik dengan pengurus, tokoh agama dan tokoh asyarakat.

2. Menampung aspirasi, dilihat dari :

 Kegiatan rutin dalam penampungan aspirasi, baik secara aktif maupun pasif.  Kemudahan Proses dan tata cara menampung aspirasi.  Responsivitas, atau tanggapan FKUB atas inisiatif masyarakat.

3. Menyalurkan aspirasi

 Mengkaji peranan dan keaktifan FKUB dalam menyalurkan atau tindak lanjut aspirasi dari asyarakat.  Kemudahan dan tata cara penyaluran aspirasi.

4. Sosialisasi dan Pemberdayaan masyarakat.

 Melihat secara kualitas dan kuantitas pelaksanaan sosialisasi oleh FKUB.  Mengkaji kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan melihat kualitas dan kuantitas kegiatan yang dilakukan.  Mengkaji keamanfaatan kegiatan dalam lingkup pemberdayaan masyarakat. 48 Untuk memfokuskan arah penelitian ini maka Secara singkat dipaparkan alur data dan arah penelitian ini akan disajikan dalam bentuk sebagai berikut : Alur Skema I Evaluasi Kinerja Organisasi Forum Keukunan Umat Beragama dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama TUGAS POKOK · Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat. · Menampung aspirasi organisasi keagamaan, organisasi masyarakat berbasis agama. · Menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur · Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkenaan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. INDIKATOR KERUKUNAN · Keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi · saling pengertian · Menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya. · Saling menghormati. · Ada Kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam NKRI berdasarkan pancasila dan UUD Tahun 1945. HASIL EVALUASI Umpan Balik Menjaga 49

BAB III METODE PENELITIAN

III.1. Bentuk Penelitian Metode yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian- kejadian, secara sistematis dan akurat, mengenai sifat- sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dengan menguji hipotesis. Oleh karenanya dalam penelitian ini sendiri penulis mencari gejala, fakta-fakta kejadian dan yang berhubungan dengan Implementasi dari Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negreri Nomor 9 8 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan tugas pokok Forum Kerukunan Umat Beragama Di tingkat Provinsi Didalam penelitian ini sendiri penulis telah berusaha menghubungkan secara sistematis akan gejala-gejala yang berhubungan dengan penerapan tugas pokok FKUB tingkat provinsi kemudian dilakukan evaluasi sehingga lahir suatu analisis dan output kinerja organisasi dan akan melahirkan suatu pandangan baru akan kebijakan tersebut. III.2 Lokasi Penelitian Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini sekaligus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini 50 berlokasi di kantor Forum Kerukunan Umat Beragama Sumatera Utara di jalan amal Graha Kaswari, No 1. EE, Kota Medan, Provinsi sumatera Utara, kode pos 20218 Demi memenuhi kebutuhan informasi sebagai penyeimbang, juga dibeberapa tempat lain dimana menjadi bagian dalam proses pelaksanaan kebijakan Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negreri Nomor 9 8 Tahun 2006 Tentang tugas pokok Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sumatera Utara di Kota Medan III.3. Informan Penelitian Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. dijelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalan focus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagi informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. informan peneliti meliputi beberapa macam yaitu 1. Informan Kunci Key Informan yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh penelitian. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah ketua umum Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Provinsi Sumatera Utara 51 2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social yang diteliti .Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pelaksana kebijakan. Yakni anggota pejabat FKUB provinsi Sumatera Utara 3. Informan Tambahan yaitu adalam mereka yang memberikan informasi walaupun tidak terlibat dalam interaksi social yang diteliti. Dalam hal ini akademisi, Organisasi kemasyarakatan, organisasi agama, tokoh agama, dan pihak yang berkepentingan III.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Pengumpulan Data Primer Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui : a Wawancara mendalam depth Interview, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. b Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejal-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan untuk yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder 52 Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data- data sekunder yang diperlukan antara lain : a. Study Kepustakaan : literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku,artikel , makalah, peraturan-peraturan, sturuktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk, pelaksana, petunjuk teknis, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. b. Dokumentasi : merupakan teknik pengumpulan data dengan mengunakan catatan atau foto-foto dan rekaman yang ada dilokasi penelitian, sera sumber-sumber lain yang relevan denan objek penelitian III.5. Teknik Analisa Data Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secar sistematis. teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, dan menyusunya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Menurut Burhan Bungin 2003; 61 terdapat beberpa aktifitas dalam analisis data yaitu terdapat beberpa aktifitas dalam analisis data yaitu 1. Data reductionreduksi data 53 Reduksi dapat diartiak sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga selain meringankan keraj peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada. Jika hal tersebut telah dilakukan data akan secara mudah dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam artian reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting dalam penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk mencari data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan 2. Data displaypenyajian Display data bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses analisis data model interaktif. Dengan demikian kedua proses ini berlangsung selama selama proses penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun. Display data dilakukan untuk mempermudah peneliti memahami data yang diperoleh selama penelitian dibuat dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan atau bentuk tabel. 54 3. Conclusianverifikation Conclusianverifikation adalah usaha penarikan arti data yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-poladan tema yang sama, pengelompokan dan pencarian kasus negative kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang. Dari ketiga tahapan analisis ini dapat digambarkan dengan bentuk skema sebagai berikut : Alur Skema 2 . ANALISIS INTERAKTIF Sumber : Miles dan Huberman 1984, dalam bukunya Sugiono, 2008 : 147. III.6. Pengujian Keaslian Data Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yag valid dan reliable. Untuk itu dalam kegiatan penelitian kualitatif dilkukan upaya validasi data. Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat Reduksi data Penarikan kesimpulan atau verifikasi Penyajian data Pengumpulan data 55 reliabilitas dan validitas data yang diperoleh. untuk pembuktian dan validitas data ditentukan oleh kredibilitas dan interpretasinya dengan mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan disetujui oleh subjek penelitian perspektif emik. Agar terpenuhinya validitas data dalam penelitian kualitatif, dapat dilakukan dengan cara antara lain 1. Memperpanjang observasi 2. Pengamatan yang terus menerus 3. Triangulasi 4. Membicarakan hasil temuan dengan orang lain 5. Menganalisis kasus negatif 6. Menggunakan bahan referensi Adapun reliabilitas dapat dilakukan dengan pengamatan sisematis, berulang dan dalam situasi yang berbeda. Guba menyarankan tiga teknik agar data dapat memenuhi criteria validitas dan reliablitas yaitu: memperpanjang waktu tinggal, observai lebih tekun, melakukan triangulasi. Lebih lanjut menurut Denzin triangulasi yang dimaksud meliputi menggunakan sumber, metode, peneliti lebih dari satu atau ganda sampai ditemukan data jenuh. 56

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Gambaran Umum Provinsi Suatera Utara IV.1.1 Sejarah Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara berdiri pada tanggal 15 April 1948 dengan wilayah mencakup tiga keresidenan, yaitu Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Pada saat itu ibukota dari Sumatera Utara adalah Kutaraja yang sekarang menjadi banda Aceh, dan dikepalai oleh seorang gubernur. Gubernur Sumatera Utara yang pertama adalah Mr. S.M. Amin. Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Dengan keputusan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 mei 1949 Nomor 22PemPDRI yang mengatakan bahwa jabatan gubernur Sumatera Utara ditiadakan, selanjutnya dengan ketetapan pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949 di bentuk provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli atau Sumatera Timur yang kemudian dengan peraturan pemerintah pengganti undang- undang nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk provinsi Sumatera Utara. Tanggal 7 Desember 1956 di dalam undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonomi provinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan provinsi Sumatera Utara yang artinya wilayah Sumatera Utara dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai daerah otonomi provinsi Aceh. 57 Pada Sidang I Komite Nasional Daerah K.N.D Provinsi Sumatera, mengingat kesulitan-kesulitan perhubungan ditinjau dari segi pertahanan, diputuskan untuk membagi Provinsi Sumatera menjadi tiga sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli, sub Provinsi Sumatera Tengah, dan sub Provinsi Sumatera Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya melalui Undang-undang No. 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948, Pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu: 1. Provinsi Sumatera Utara yang meliputi Keresidenan Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. 2. Provinsi Sumatera Tengah yang meliputi Keresidenan Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. 3. Provinsi Sumatera Selatan yang meliputi Keresidenan Bengkulu, Palembang, Lampung, dan Bangka Belitung. Dengan mendasarkan kepada Undang-undang No. 10 Tahun 1948, atas usul Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan suratnya tanggal 16 Pebruari 1973 No. 458525, DPRD Tingkat I Sumatera Utara dengan keputusannya tanggal 13 Agustus 1973 No. 19K1973 telah menetapkan bahwa hari jadi Provinsi Sumatera Daerah Tingkat I Sumatera Utara adalah tanggal 15 April 1948 yaitu tanggal ditetapkannya U.U No. 10 Tahun 1948 tersebut. Berdasarkan UU no. 10 tahun 1948 tanggal 15 april 1948 pemerintah pusat meresmikan Provinsi Sumatera Utara. 58

IV.1.2. Kondisi Geografis

Provinsi Sumat era Utara terletak pada 1’-4’ lintang utara dan 98’-100’ derajat bujur timur, berada pada jalur pelayaran internasional selat malaka. Luas provinsi Sumatera Utara adalah 71.680 Km atau 3,7 dari luas wilayah Indonesia. Tata lintas batas geografis provinsi Sumatera Utara adalah Sebelah Utara Berbatasan dengan : Provinsi Nangro Aceh Darusallam NAD, Sebelah Selatan Berbatasan dengan : Provinsi Riau, sebelah Timur mengarah ke selat Malaka dan sebelah Barat mengarah ke laut lepas samudera Hindia. Luas daratan provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 Km2, sebagian besar daratan Sumatera Utara berada di daratan pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di pulau Nias, pulau – pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian Barat maupun di bagian Timur pantau pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupatenkota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 Km 2 , atau sekitar 9,23 dari total luas Sumatera utara, diikuti kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 Km2 atau 8,74, kemudian kabupaten Simalunggun dengan luas 4.386,60 Km 2 atau sekitar 6,12. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 Km 2 atau sekitar 0,02 dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, seluruh sebaran daerah Sumatera Utara dibagi dalam 3 tiga kelompok wilayahkawasan yaitu Pantai Barat yakni daerah yang menghadap laut lepas dan memiliki garis pantai yang luas, Dataran Tinggi yakni daerah bukut barisan terletak disekitaran danau toba, dan Pantai Timur terletak dekat garis khatulistiwa. 59 Tabel 5. Pemetaan letak wilayah Provinsi Sumatera Utara Kelompokwilayah Daerah kategorial Pantai Barat, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tenggah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga, dan Kota Gunung Sitoli. Dataran Tinggi, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalunggun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pemantang Siantar. Pantai Timur Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai. Pada umumnya laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Sumatera Utara terdapat pada daerah-daerah pantai timur dan terendah terdapat pada daerah- daerah dataran tinggi. Rendahnya laju pertumbuhan pada daerah dataran tinggi ini disebabkan oleh berpindahnya sebahagian penduduk ke daerah yang lebih potensial perkembangannya baik secara fisik maupun perekonomiannya seperti pantai timur dan pantai barat. Provinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,40C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhunya minimalnya bisa mencapai 23,70C. Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim 60 penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret. Diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba. Ibukota provinsi Sumatera Utara adalah kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Luas kota Medan 265,10Km atau 3,6 persen dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk sekitar 2,5 juta jiwa, Medan merupakan kota yang memiliki tingkat perekonomian termaju di Sumatera.

IV.1.3. Lambang Provinsi Sumatera Utara

Gambar 1. Lambang Provinsi Sumatera Utara Makna lambang provinsi Sumatera Utara di atas adalah : 1. Kepalan tangan yang diacungkan ke atas dengan menggenggam rantai beserta perisainya melambangkan kebulatan tekad perjuangan rakyat provinsi Sumatera Utara melawan imperialisme atau kolonialisme, feodalisme dan komunisme. 61 2. Batang bersudut lima, perisai dan rantai melambangkan kesatuan masyarakat di dalam membela dan mempertahankan pancasila. 3. Pabrik, pelabuhan, pohon karet, pohon sawit, daun tembakau, ikan, daun padi, dan tulisan “Sumatera Utara” melambangkan daerah yang indah permai masyhur dengan kekayaan alamnya yang berlimpah- limpah. 4. Tujuh belas kuntum kapas, delapan sudut sarang laba-laba, dan empat puluh lima butir padi menggambarkan tanggal bulan dan tahun kemerdekaan. Dimana ketiga-tiganya ini berikut tongkat dibawah kepalan tangan melambangkan watak kebudayaan yang mencerminkan kebesaran bangsa, patriotism, pencinta, keadaan, dan pembela keadilan. 5. Bukit barisan yang berpuncak lima melambangkan tata kemasyarakatan yang berkepribadian luhur, bersemangat persatuan kegotongroyongan yang dinamis.

IV.1.4. Suku Bangsa

Sumatera Utara disebut sebagai “Indonesia Mini”, betapa diakuinya bahwa provinsi ini merupakan provinsi multietnis, mulai dari Batak, Nias dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau . Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan Tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia 62 Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, sebagai berikut : Tabel 6. Data Penyebaran Suku-suku di Sumatera Utara No Suku Banyak ditemukan di daerah 1. Suku Melayu Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Medan dan Langkat 2. Suku Batak Karo Kabupaten Karo, kabanjahe, dan sidikkalang 3. Suku Batak Toba Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir. 4. Suku Batak Mandailing Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Padang Lawas. 5. Suku Batak Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan 6. Suku Batak Simalungun Kabupaten Simalungun dan kota siantar 7. Suku Batak Pakpak Kabupaten Dairi, kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Pakpak Barat 8. Suku Minangkabau Kota Medan, Kabupaten Asahan, Pesisir Barat Natal, Sorkam, Sibolga, dan Barus 9. Suku Aceh Kota Medan 10. Suku Jawa Pesisir Timur ; Asahan, Batubara, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Langkat, dan tanjung balai. 11. Suku Tionghoa Perkotaan, Pesisir Timur Barat. 12. Suku Nias Pulau Nias Keanekaragaman Sumatera Utara menjadi kekuatan sehingga mampu mengelola perbedaan etnis yang berbeda-beda yang cendrung bisa melahikan konflik. Etnis yang ada di Sumatera Utara antara lain melayu, batak mandailing, batak toba, jawa, nias, minang, aceh pakpak-dairi, karo, Wna dll. 63 Etnis melayu mendiami sepanjang timur, mulai Dari Langkat, Labuhan Batu, dari daerah pantai sampai ke bukit barisan. Untuk membedakan diri dengan melayu lain mereka menamakan diri dengan melayu deli atau melayu langkat. Etnis batak toba bermukim di pedalaman, mata pencaharian mereka umumnya bertani. Salah satu ciri etnis ini adalah suaranya yang meledak-ledak. Tetapi hal ini semata adalah karena keterbukaannya yang jujur berbicara denan perasaan dan sikapnya. Etnis batak pesisir berada di daerah sibolga dan tapanili tenga, mereka banyak bergerak di bidang perikanan laut. Akibat pengaruh budaya, etnis ini menekankan etos dan semangat kerja, masyarakat esisir erupaya untuk menghadapi globalisasi Etnis batak angkola dan mandailing bermukim di sebelah selatan sumut. Suku angkola mendiami kabupaten tapanuli selatan dan suku mandailing mendiami kab. Mandailing natal. Orang mandailing benyak bergerak dalam bidang usaha dagang. Mereka bertahan di pasar, baik di kota-kota sumatera, pulau jawa, malaysia maupu singapura. Etnis batak simalungun mempunyai 4 marga asli yaitu sinaga, saragih damanik, purba. Dilihat asal-usul batak simalungun berasal dari luar indonesia, tanah simalungun adalah daerah pegunungan, kehiduan ekonomi lebih dominan bercocok tanam.hasil pertaniannya seperti kentang, kol, nenas, tomat, dll. 64 Etnis batak pak-pak pada umumnya mendiami dairi, pak-pak barat, humbang hasundutan dan tapanuli tengah kabupaten dairi tempat paling banyak dihuni oleh suku ini. Etnis batak karo adalah salah satu penduduk asli sumatera utara yang mendiami dataran tinggi karo, langkat hulu, dan sebahagian daerah dairisektor pertanian adalah yang paling dominan didaerah ini. Etnis nias berada dipulau nias. Mereka menanamkan diri mereka sebagai ona niha artinya anak manusia dari pulau nias sebagai “tano Niha”. Berbagai etnis diatas menunjukan keberhasilan pembauran etnis di daerah sumut. Semua etnis asli maupun pendatanghidup dengan sangat harmonis tanpa meninggalkan karakteristik adat istiadatnya.

IV.1.5. Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas di Sumatera Utara adalah Bahasa Indonesia . Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek o begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek e yang sering juga disebut Bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari. 65 Di Medan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan Bahasa Batak yang terbagi atas empat logat Silindung-Samosir-Humbang-Toba. Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Natal menggunakan Bahasa Minangkabau .

IV.1.6. Agama

Keberadaan agama-agama di Provinsi Sumatera Utara nyaris sempurna, semua agama serta kepercayaan lokal ada di provinsi ini, oleh karena itulah sumatera utaramendapat julukan “miniatur indonesia” ada juga yang menyebutnya sebagai indikator kerukunan di Sumatera Utara . “ingin melihat kerukunan, lihat Sumatera Utara” “Sumatera Utara Hebat” dan lainnya pandangan positif mengenai keragaman agama dan keyakinan yang tersebar di Sumatera Utara Adapun Agama utama dari banyaknya kepercayaaan yang ada di Sumatera Utara adalah: 1. Islam : terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Mandailing, Angkola, sebagian Karo, Simalungun dan Pakpak 2. Kristen Protestan dan Katolik: terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, dan Nias 3. Hindu : terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan 4. Buddha : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan 66 5. Konghucu : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan 6. Parmalim : dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi 7. Animisme : masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya. Sedikitnya ada 37 aliran kepercayaan yang berada di Suatera Utara

IV.2. Peta Sebaran Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan sensus penduduk 2010, Penduduk Sumatera Utara diperkirakan mencapai 12.982.204 jiwa. Dengan prediksi kenaikan 1,2 per- tahun, maka dierkirakan penduduk Sumtera Utara tahun 2014 adalah sekitar 13.903.596. Sumatera Utara dikenal sebagai miniatur Indonesia, hal ini dikarenakan Masyarakat daerah ini cukup heterogen baik dari aspek suku, agama, budaya dan etnis maupun golongan. Demikin juga halnya kompleksitas keagamaan, Dalam kehidupan keagamaan, didaerah ini menganut beraneka ragam agama dan kepercayaan lokal. Tak jarang juga ajaran agama telah mempengaruhi kehidupan dan interaksi masyarakat Sumatera Utara dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Untuk lebih memberikan gambaran data sebaran penduduk Sumatera Utara maka akan dipaparkan dalam tabel berikut ini 67 Tabel 7. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Provinsi Sumatera Utara Nama Kabupaten Kota Agama Islam Kristen Katolik Hindu Budha Khong Hu Chu Lainnya Tidak Terjawab Tidak Ditan- yakan Jumlah 01 Nias 1.536 113.293 16.510 4 27 6 1 131.377 02 Mandailing Natal 386.771 12.452 454 10 16 5.242 404945 03 Tapanuli Selatan 207.372 51.735 2.544 3 15 44 2.102 263.815 04 Tapanuli Tengah 132.932 141.013 36.146 18 208 3 346 8 558 311.129 05 Tapanuli Utara 13.301 251.991 12.815 2 139 5 25 7 972 415.110 06 Toba Samosir 10.738 147.894 11.424 37 74 5 1.814 1.143 668.272 07 Labuhan Batu 344.224 57.921 4.811 53 6.637 9 31 1.424 817.720 08 Asahan 594.366 61.161 4.513 109 6.848 11 162 1.102 270.053 09 Simalungun 468.328 302.302 42.132 128 1.965 13 470 84 2.298 350.960 10 Dairi 42.302 196.592 30.476 20 272 6 36 349 1.290.431 11 Karo 91.796 204.283 51.678 130 1.518 4 101 1.450 967.535 12 Deli Serdang 1.400.527 301.106 44.388 2.989 36.380 96 339 195 4.411 289.708 13 Langkat 876.405 75.001 3.997 409 7.676 20 271 3.756 171.650 14 Nias Selatan 7.394 223.843 58.123 6 31 2 93 89 127 40.505 15 Humbang Hasundutan 5.165 142.662 23.410 2 90 2 319 119.653 16 Pakpak Bharat 16.161 23.065 1.223 56 594.383 17 Samosir 1.884 69.947 47.575 8 5 1 172 61 375.885 18 Serdang Bedagai 497.855 79.502 8.299 207 7.264 43 57 672 484 223.531 19 Batu Bara 330.076 37.757 5.715 25 1.100 40 268 4 900 225.259 20 Padang Lawas Utara 200.459 20.838 832 3 12 8 1.379 277.673 21 Padang Lawas 213.948 10.777 379 5 2 148 330.701 22 Labuhan Batu Selatan 238.682 36.870 1.318 16 622 15 150 127.244 23 Labuhan Batu Utara 271.919 52.492 4.012 30 1.801 9 10 428 81.807 24 Nias Utara 6.894 99.529 20.676 2 1 140 1 1 84.481 25 Nias Barat 1.621 64.417 15.740 2 12 1 11 1 2 154.445 26 Kota Sibolga 48.358 29.729 3.741 2 2.512 14 9 116 234.698 27 Kota Tanjung Balai 131.339 12.348 1.168 27 8.781 27 3 752 154.248 28 Kota Pematang Siantar 103.029 109.236 11.065 265 10.226 27 163 80 607 234.698 29 Kota Tebing Tinggi 113.344 18.689 1.327 217 10.313 70 5 4 1.279 145.248 30 Kota Medan 1.422.237 425.253 37.552 9.296 184.807 370 339 491 17.265 2.097.610 31 Kota Binjai 209.426 19.396 2.004 630 13.391 182 16 1.109 246.154 32 Kota Padangsidimpuan 172.290 17.123 878 670 5 61 504 191.531 33 Kota Gunungsitoli 17.151 99.483 9.112 245 2 36 55 118 126.202 Provinsi Sumatera Utara 8.579.830 3.509.700 516.037 14.644 303.548 984 5.088 1.760 50.613 12.982.204 Sumber : sensus penduduk 2010, BPS RI 68 Jika ditinjau dari segi besaran persentase, maka persentase jumlah penduduk Sumatera Utara berdasarkan agama pada tahun 2010 adalah sebagai berikut. Diagram 1. Diagram persentase Penduduk Sumut berdasarkan Agama tahun 2010 Sumber : diolah Sabam Manurung,

IV.2.1 Demografis Etnis dan Agama.

Demografi etnis di Sumatera Utara umumnya diikuti oleh agamanya. Hal ini memiliki keunikan tersenduru dari provinsi ini, sekaligus juga menjadi daya Tahan masyarakatnya untuk mengembangkan eksistensi agamanya ditengah perbedaan etnis dalam berlalu lintas kemasyarakatan, Meskipun ada dominansi dan konotasi agama dengan etnis tetapi tidak semuanya agama A wajib dianut oleh etnis A. Dalam kehidupan beragama provinsi sumatera utara menganut bermacam agama dan sangat heterogen. Karena keheterogenitas agama yang tersebar di provinsi sumatera Utara aka tersebar juga rumah ibadah agama masing-masing. Berikut ini akan dipaparkan gambaran jumlah rumah ibadah di Provinsi Sumatera Islam 67 Kristen 27 Khatolik 4 Hindu Budha 2 Konghuchu jumlah 69 Utara. Seidaknya data ini dapat memberikan gambaran persebtase jumlah rumah ibadah yang ada. Tabel 8 Jumlah Rumah Ibadah KabupatenKota se-Sumatera Utara Kabupaten Kota Mesjid Langgar Gereja Church Kuil Viha ra Klen teng Jumlah No . Kabupaten Regency Mosque Musolah Small Mosque Protestan Protestan Katolik Catholic Temple Viha ra Cetiy a Total 01. N i a s 97 75 1 708 298 3 2 181 02. Mandailing Natal 470 1 020 71 4 1 565 03. Tapanuli Selatan 1 189 1 534 24 37 2 784 04. Tapanuli Tengah 216 178 548 159 1 101 05. Tapanuli Utara 85 75 805 76 1 041 06. Toba Samosir 40 35 290 68 433 07. Labuhan Batu 1 071 848 475 135 1 19 2 549 08. A s a h a n 820 1 182 416 85 1 20 1 2 525 09. Simalungun 806 254 1 112 182 5 2 359 10. D a i r i 160 112 868 143 2 3 1 288 11. K a r o 161 165 569 142 6 3 1 046 12. Deli Serdang 1 178 1 432 1 597 156 13 88 8 4 472 13. L a n g k a t 901 1 166 266 70 4 20 1 2 428 14. Nias Selatan x X 890 233 1 123 15. Humbang Hasundutan 189 185 443 103 920 16. Pakpak Bharat 62 55 90 21 228 17. Samosir 8 8 322 135 473 18. Serdang Bedagai 225 75 470 47 3 820 19. Batu Bara x X X x x x x x 20. Padang Lawas Utara x X X x x x x x 21. Padang Lawas x X X x x x x x 22. Labuhan Batu Selatan x X X x x x x x 23. Labuhan Batu Utara x X X x x x x x 70 24. Nias Utara x X X x x x x x 25. Nias Barat x X X x x x x x 26. S i b o l g a 30 45 47 7 3 3 135 27. Tanjungbalai 179 148 22 1 1 9 360 28. Pematangsia ntar 97 112 136 20 2 5 1 373 29. Tebing Tinggi 97 112 22 1 1 13 5 251 30. M e d a n 805 842 691 39 23 157 58 2 615 31. B i n j a i 215 325 36 1 3 21 1 602 32. Padangsidim puan 189 185 71 1 2 1 449 33. Gunung Sitoli x X X x x X x x Jumlah Total 9 290 10 168 11 989 2 164 65 367 78 34 121 Sumber: Kanwil. Depag. Sumatera Utara tahun 2009. Keterangan x :masih bergabung dengan kabupaten induk. Sebaran penduduk menurut agama diasumatera utara akan disajikan dalam bentuk ragam peta dibawah ini. Gambar 2. Peta Provinsi Sumatera Utara Peta kehidupan umat beragama di provinsi sumatera utara Umat Islam terbanyak ada di daerah. 1. Tapanuli selatan 2. Mandailing natal 3. Langkat 71 4. Asahan 5. Deli serdang 6. Labuhan batu 7. Medan 8. Serdang bedagai 9. Dairi 10. Tanjung balai 11. Binjai 12. Tebing tinggi 13. Padang sidempuan 14. Batubara 15. Padang lawas 16. Padang lawas utara 17. Labura 18. Labusel Umat kristen terbanyak ada di daerah 1. Tapanuli utara 2. Nias 3. Nisel 4. Nias utara 5. Nias barat 6. Karo 7. Tapteng 8. Tobasa 9. Samosir 10. Gunung sitoli 11. Humbahas Islam dan kristen hampir berimbang 1. Sibolga 2. Pematang siantar 3. Pakpak bharat 4. Simalungun.

IV.2.1.1. Sebaran Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Agama dan Etnis

Didaerah pantai barat dihuni oleh suku yang menamakan diri dengan pesisir yaitu dengan tradisi lokal yang merupakan gabungan tradisi Minangkabau, Melayu Dan Batak. Secara demografis penduduk yang berada di pantai barat ini relatif homogen dalam hal agama yaitu Islam. Meskipun diatara mereka beragama Islam uniknya ada yang menggunakan marga batak. Akan tetapi mereka lebih suka menyebut dirinya pesisir daripada batak. Karena melekat dalam diri orang- orang di di Sumatera Utara bahwa batak memiliki konotasi keagamaan yang mengarah kepada kristen. Agama Islam umumnya dianut penduduk yang berasal dari etnis Melayu,Batak, Mandailing, Angkola, Barus dan Jawa, Simalungun, Minangkabau Dan Aceh. Sedangkan pemeluk agama non Islam pada umumnya berasal dari Karo, Batak Toba, Nias Dan Dairi. Adanya berbagai suku di Sumatera Utara menyebabkan adanya corak dan identitas diri dan mempunyai corak yang unik. Daerah pegunungan adalah daerah Provinsi Sumatera Utara yang memanjang dari karo, taput, tapteng, dan tapsel yang disebut dengan bukit barisan. Daerah ini dihuni oleh suku batak yang menurut riwayatnya berasal dar i sumatera utara kemudian bermigrasi ke tengah dan selatan. Pada waktu di utara, agama yang dianut adalah animisme atau kepercayaan lokal pelbegu. Penghuni asli batak ini sampai saat ini masih ada dan sebahagian dari mereka menyebut dirinya parmalim. Meskipun dari sudut pantangan dan tradisi yang mereka anut, mereka tetap mudah beradaptasi dengan agama-agama besar yang datang kemudian, seperti islam dan kristen. 73 Etnis karo, misalnya adalah etins Sumatera Utara yang pada umumnya menganut kristen protestan dengan gereja utama adalah GBKP. Selain itu termasuk juga ada penganut Hindu, Katolik Dan Islam. Sebahagian lagi masyarakatnya msih menganut kepercayaan tradisional yang disebut pemena. Masyarakat karo memiliki toleransi yang cukup ketara dalam menjaga perpedaan antar agama. Oleh karena itu keragaman agama yang ada bagi mereka tidak terlalu menjadi masalah. Adanya kesan agama mayoritas dan minoritas, yang tesebar diseluruh Sumatera Utara membuat agama-agama itu membangun kelompok baru dengan membentuk ikatan, persekutuan, dan sebagainya yang tersebar diberbagai daerah. Masyarakat simalungun sedikit agag kesulitan untuk menunjukkan identitasnya didaerah ini. Hal ini disebabkan karena semakin dominannya pengaruh dua etnis besar yaitu batak dan jawa. Hal ini terjadi karena daerah ini berbatasan dengan tanah batak toba lalu banyak orang batak yang bermigrasi ke daerah ini. lalu di simalungun tersebar perkebunan PTPN dimana sebahagian besar penghuni PTPN ini adalah orang jawa yang bermigrasi dari jawa lalu menikah dengan orang-orang simalungun. Dari segi agama umumnya masyarakat Simalungun menganut agama kristen dan grejanya GKPS. Paling tidak dari sudut pandang simalungun khususnya pematang siantar memiliki kedudukan penting karena disana terdapat sekolah tinggi teologia HKBP dan juga sebagai pusat pemerintahan, paling tidak ada tiga gereja besar selain GKPS, yaitu HKI, GKP dan HKBP. Namun meskipun begitu majemuknya masyarakat di simalungun namun masih bisa menjaga harmoni dan kerukunan agama. 74 Bagi masyarakat batak, sekalipun wilayah utamanya adalah tanah batak, yaitu tapanuli utara dan tobasa akan tetapi etnis dari wilayah ini memiliki keunikan tersendiri. Hal ini ditandai dengan mobilitas sosial mereka yang sangat tinggi antara lain dengan bermigrasi ke barbagai daerah di Indonesia bukan hanya pada masa kemerdekaan saja, tetapi jauh sebelumnya mereka telah bermigrasi. Tidak heran bahwa masyarakat batak saat ini telah tersebar di seluruh daerah di Indonesia, hal ini menjadikan orang batak tidak takut merantau kemana saja, karena memeka yakin nantinya akan menemukan disana sesama orang batak. Masyarakat batak dikelompokkan sebagai penganut agama kristen yang dominan di nusantara yang menghimpun diri dalam HKBP. Sungguhpun agama kristen sangat mendominasi daerah ini masih ada juga kepercayaan lokal seperti parmalim yang berpusat di laguboti balige. Daerah pantai timur adalah membentang dari langkat, Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu. Dari sudut entitas, penduduk daerah timur ini cukup beragam. Memang pada masa penjajahan penduduk daerah ini dominan disisi warga melayu. Suku batak dari Tapanuli Utara mulai bermigrasi ke Asahan, namun dengan melalui berbagai proses asimilasi banyak diatara mereka yang pindah agama menyembunyikan marga yang ia bawa dari tanah batak. Namun belakangan ini, marga-marga dari Tapanuli Utara itu telah muncul kembali,akan tetapi bahasa yang mera gunakan telah berubah cengkok, logat dan sepenuhnya menggunakan langgam Asahan. Bahkan tradisi lokalnya pun telah larut kedalam suasana melayu Asahan. 75 Masyarakat yang menghuni pantai timur sekarang sudah sangat beragam, disamping melayu, ada juga aceh, banjar, batak, mandailing dan tionghoa. Dari sudut pertimbangan yang dianut, relatif masih banyak yang menganut islam, sungguhpun sudah mulai berkembang agama kristen, budha maupun konghuchu. Sekalipun heterogen, banyak potensi konflik, akan tetapi konflik agama masih minim di daerah ini. Di Sumatera Utara juga sering terjadi konversi atau perpindahan agama, konversi terjadi biasanya ketika masa perkawinan, pada umumnya yang paling sering adalah Islam ke Kristen atau Kristen ke Islam, orang-orang batak yang menganut agama Islam mengelompokkan diri sebagai Persatuan batak Islam, atau orang batak yang dulunya kristen tetapi setelah Islam sering meninggalkan marga dan adatnya yang semula. Disisi lain, meskipun orang batak yang sudah jadi Islam, dari segi sosial mereka masih tetap menjalin kebersamaan yaitu dengan cara dalihan natolu secara harifah berarti tiga tungku yaitu sistem bangunan kekerabatan sebagai hula-hula, dongan tubu dan boru. Tabel 9. Peta sebaran penganut agama menurut etnissuku di provinsi Sumut No Agama Etnissuku yang dominan. 1 Islam Melayu, mandailing, angkola, jawa, minang, aceh,simalungun, dll 2 Kristen Batak toba, karo, pakpak dairi, nias, simalungun, tionghoa, dll 3 Katolik Nias, karo, batak toba, dan jawa. 4 Hindu India, tamil, dll 5 Budha Tionghoa, india dll 6 Konghuchu Tionghoa, dll 76 Keragaman masyarakat dalam agama seringkali sekaligus merupakan keragaman etnis, merupakan salah satu kekayaan budaya sekaligus potensi konflik ditemukan pada kehidupan masyarakat Sumatera Utara. Oleh karena itu, dalam kehidupan keseharian masyarakat di Sumatera Utara ditemukan adanya keharmonisan disatu sisi, tetapi disisi lain ada juga terjadi pertentangan. Namun demikian, sejauh ini masyarakat Sumatera Utara dan sekitarnya memiliki mekanisme untuk meredam konflik. Salah satu mekanisme dimaksud adalah konsep dalihan natolu tiga tungku0. Demikian juga dalam sistem kekerabatan berdasarkan marga, perkumpulan dan kegiatan pesta adat lainnya menjadikan peredaman konflik menjadi efektif.

IV.2.2. Sebaran Tokoh Agama di Sumatera Utara

Untuk mengembangkan dan memelihara eksistensi masing-masing agama yang ada di Provinsi Sumatera Utara maka setiap agama memiliki tokoh agama yang disebut ulama, da’i,mubaligh, rohaniawanpastor, pendeta, bikshu dan sebagainya. Hanya saja sejauh ini belum dapat dihitung secara pasti, namun diperkirakan jumlahnya ribuan, kendatipun demikian masih dapat digambarkan jumlah para tokoh agama tersebut, berikut ada deskripsi data tokoh agama Sumatera Utara paling tidak sebagai dasar berfikir. Tabel 10. Rekapitulasi Data Pemuka Agama Provinsi Sumatera Utara No KabupatenKota Agama Tokok Agama Islam Ulama Mubaligh Kristen Pendeta Khatolik Pastor Hindu Pandita Budha Bhiksu Konghuchu Rohaniawan 1. Nias 127 572 47 - - - 2. Madina 877 18 - - - - 77 3. Tapanuli Selatan 117 290 - - - - 4. Tapanuli Tengah 142 65 12 - - - 5. Tapanuli Utara 97 210 2 - - - 6. Tobasamosir 57 148 3 - - - 7. Labuhan Batu 1.212 546 4 1 4 1 8. Asahan 675 55 2 1 3 1 9. Simalungun 397 221 17 - - - 10. Dairi 227 213 8 2 4 - 11. Karo 172 210 12 6 - - 12. Deli Serdang 1.210 193 8 17 16 1 13. Langkat 575 131 - 5 1 - 14. Nias Selatan - - - - - - 15. Humbahas 32 120 5 - - - 16. Pakpak Bharat 62 85 - - - - 17. Samosir 29 96 3 - - - 18. Sedang Bedagai 474 24 2 2 - 1 19. Batubara 253 18 1 - - - 20. Sibolga 47 99 12 - 10 - 21. Tanjung Balai 168 92 2 - 6 - 22. Pematang Siantar 103 455 53 2 7 - 23. Tebing Tinggi 104 107 4 1 8 - 24. Medan 1.287 310 41 26 65 12 25. Binjai 132 20 4 3 3 - 26. Padang Sidempuan 122 14 2 - 4 - Jumlah 9.403 3.959 250 56 131 16 Sumber : Kanwil. Dep. Agama Sumut 2006 Tokoh agama tersebut saat ini mungkin telah jauh lebih banyak dari data diatas, namun berdasarkan gambaran persentasi mungkin saat ini tidak jauh berbeda. Kemudian tokoh agama adalah kunci penting untuk menopang kerukunan di Sumatera Utara, dimana mereka amat dekat dengan umatnya yang mereka bina, oleh karena itu tokoh agama sering menjadi panutan dan teladan bagi para pengikut agama di daerah ini. Oleh karena itu apabila tokoh agama mengajarkan hal yang baik, bagaimana kerukunan dijalankan dan mengajarkan harmonisasi antar umat beragama yang berbeda, maka akan tercipta kerukunan di masyarakat tingkat bawah. 78

IV.3. Pemetaan Faktor Pendukung Dan Penghambat Kerukunan Di Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang multi etnik dan multi agama, oleh karena multi entik dan multi agama besar kemungkinan potensi terjadi konflik antar umat beragama atau konflik yan mebawa-bawa agama. untuk itu penting dilakukannya pemetaan faktor pendukung dan penghambat kerukunan di Sumatera Utara ini. Agar dapat dilakukan cara penanganan yang tepat, cepat dan efektif. Berikut ini faktor pendukung dan penghambat kondisi kerukunan antar umat beragama di Sumut, yang diperoleh dari buku yang dikeluarkan FKUB Sumatera Utara adalah :

IV.3.1. Pendukung Kerukunan

Faktor pendukung kerukunan adalah kiat efektif dalam membangun pondasikerukunan di suatu daerah. Beberapa faktor pendukung kerukunan di Sumatera Utara adalah sebagai berikut : 1. Tegas terbuka Penduduk Sumatera Utara mempunyai karakter tegaas dalam berbicara, bicara to the point, tidak plinplan, sehingga ucapannya tidak multi tafsir. Masyarakat Sumut juga terbuka, baik dalam bertutur kata, bicara apa adanya, apa yang diucapkan sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya, maupun dalam menerima kehadiran para pendatang. Dari sekian banyaknya para pendatang yang melancong ke provinsi ini, Masyarakat Sumatera Utara belum pernah mengusir apalagi membunuh para pendatang hanya karena beda agama. 79 2. Kesadaran metropolitan Masyarakat Sumatera Utara sangat heterogen, karena keheterogenitas itu menjadikan masyarakat Sumut terbiasa hidup berdampingan dengan orang yang berbeda, baik agama maupun etnik. 3. Peran tokoh agama dan etnis Tokoh agama dan etnis di Sumut berperan aktif untuk saling mengingatkan, baik kepada masyarakat yang seagama dan satu ernis maupun yang berbeda agama dan etnis. Tokoh-tokoh agama sangat intensif mengadakan forum silaturahmi untuk terciptanya saling memahami dan menghormati diatara sesama masyarakat. 4. Dialogis dan musyawarah Berbagai kasus yang menimbulkan keresahan, bahkan bibit konflik di Sumut, seperti pendirian Rumah Ibadat, Relokasi ternak Babi dikota Medan, beberapa penolakan lannya sering muncul, tetapi proses penyelesaian secara dialog dan musyawarah menjadi pilihan yang paling banyak ditempuh warga. 5. Persoalan sensitif diatasi dengan saling menghormati, dengan menggelang kerjasama antara tokoh agama, FKUB, masyarakat dan pemerintah daerah. Sehingga masalah-masalah didaerah bisa telokalisir dan tidak mencuat ke nasional. 6. Derajat damai Tingginya situasi kondusif kehidupan beragama yang tercermin dari kehangatan komunikasi lintas agama dan lintas etnis serta ariasi mata pencaharian. Interaksi sehari-hari hangat, saling berbagi masalah suka- 80 duka, saling memperhatikan dan menghargai makanan terlarang dan yang boleh. Hubungan upacara adat antara etnis dan ritual serta seremonial keagamaan selalu saling menghargai. 7. Agama Ajaran agama yang dikembangkan oleh umatnya menawarkan kebersamaan dan toleransi, lebih dari itu karena faktor sejarah telah membuktikan bahwa sumatera utara bisa hidup damai dengan berbeda agama. pada daa’i dan misionaris barat ketika datang ke Sumatera Utara dengan jalan damai, tanpa jalan intervensi, sehingga pesan kedamaian ayng dibawa oleh para daa’i dan misionaris tersebut juga membawa kedamaian hingga saat ini. 8. Poleksosbud Politik di Sumut tidak terlalu menekan ekstrim kepartaian tertentu terhadap masyarakat umum. Karenanya dianggap sebagai kebebasan sebagaimana telah dicerminkan dalam agama. dalam aspek ekonomi juga tergambar budaya tolong-menolong yang sudah terjadi sejak lama, karena perasaan takut arwahnya dimarahi oleh roh nenek moyang dan atau Tuhan jika mengambil sesuatu yang ukan haknya. Dimensi ssosial adanya filosofi batak Toba, mandailing-Angkola tentang dalihan Natolu teman semarga, pihak mertua, pihak keuarga laki-laki yang mengawini saudara kita yang wanita, batak Dairi-Pakpak kesatuan sosial bernama lima jejaring kerabat silih Si Lima. Melayu menyatakan dimana bumi diinjak disitu langit dijunjung. Begitu juga dengan etnis lainnya di Sumut. 9. Kearifan lokal 81 Kerukunan di Sumatera Utara termanifestasi pada masyarakat Sumatera Utara karena didukung oleh kearfan lokal baik etnis asli maupun etnis pendatang. Dalam etnis melayu tradisi “bergito” merupakan tradisi “mengangkat Saudara” , tradisi ini mengandung nilai pengembangan kerukunan yang bukan saja pada sosok indovidu tapi juga pada skop yang lebih luas yaitu meyatukan seluruh masyarakat. Etnis batak “dalihan natolu” konsep ini membentuk pola hubungan sosial, relasi sosial, baik tutur sapa maupun keterikatan adat. Prinsip ini menjelaskan hubungan antar marga-marga yang masih memiliki hubungan darah dan hubungan kekerabatan yang mendalam. Selain dua etnis diatas, pada hakekatnya etnis-etnis di Sumatera Utara; Nias, Jawa, Aceh, Minang, Sunda, Banten, Tionghoa, Tamil, Arab, dan lainnya juga mempunyai kearifan lokal yang mendukung terwujudnya kehidupan yang rukun di Sumatera Utara. 10. Afinitas antar Agama dan Etnisitas Adanya keragaman etnis dalam agama dan keragaman agama dalam etnis. Seorang yang beragama Islam atau kristen didalam rumpun keluarganya terdapat berbagai etnis, demikian sebaliknya suku etnis yang ada terdapat berbagai agama.

IV.3.2. Penghambat Kerukunan

Dalam upaya pelestarian keharmonisan kerukunan antar umat beragama di Sumatera Utara menemukan hambatan antara lain : 1. Kurangnya wawasan tokoh agama dan peserta dialog dalam memahami agama lain. 82 2. Kurang efektifnya sosialisasi dan pelaksanaan regulasi, baik karena status hukumnya yang dipersoalkan hingga kurangnya pemahaman kepala daerah. 3. Kurangnya pengembangan modelsisem pencegahan konflik secara dini 4. Isu pemurtadan dan pendangkalan akidah, yakni penyiaranagama kepada orang yang sudah menganut agama tertentu dengan imbalan materi dan perkawinan 5. Persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaranpenyebaran agama yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan penistaan atau penodaan agama, dan adanya adu domba umat dengan penyebaran isu SARA dan semacamnya. 6. Adanya salah paham informasi diatara pemeluk agama, termasuk yang dipivu oleh pemberitaan di media massa yang tidak berorientasi pada jurnalisme damai. 7. Sering munculnya sikap penolakan regulasi kerukunan. Demikianlah kondisi penjelasan diatas dianggap dapat dijadikan pedoman penanganan kerukunan atau konflik agama di Sumatera Utara. Kendatipun pemetaan diatas sebagai pedoman, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya bisa diandalkan, harus mengkaji juga kharakteristik dan jenis budaya yang dianut suatu daerah, bisa saja daerah tertentu tidak lagi menjunjung tinggi atau telah luntur kearifan lokalnya karena tergerus zaman moderen. 83

IV.4. Monografi Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Provinsi Sumatera Utara

IV. 4.1. Sejarah FKUB Sumut

Sebelum ada FKUB di Sumut sejak tahun 1998, sebelumnya telah ada Forum Komunikasi Pemuka Antar Agama FKPA. Yang dibentuk secara formal oleh Gubernur Sumatera Utara kala itu, bapak Tengku Rizal Nurdin, namun sesungguhnya ini murni didirikan oleh majelis-majelis agama, mulai dari MUI- SU, PGI-SU, Uskup Agung Medan, PHDI-SU, WALUBI-SU. Yang kala itu baru ada 5 agama yang dilayani di kementrian agama, Masing-masing diwakili dua orang perwakilan tokoh agama dan termasuk dari kanwil kemenag Provinsi Sumatera Utara, dan juga perwakilan dari LPKUB-SU Lembaga Pengkajian Kerukunan Umat Beragama , semua ini bersama-sama mendirikan FKPA. FKPA ini berkiprah selama kurang lebih 9 tahun, sebelum adanya FKUB, FKPA di sumut didirikan tidak hanya pada tingkat provinsi tetapi sampai juga tingkat kabupatenkota se-Sumatera Utara bahkan sampai ada yang dikecamatan. Tupoksinya dalam rangka pembinaan kerukunan pembinaan umat beragama, mengatasi masalah-masalah yang timbul antar umat beragama, FKPA ini kurang lebih sama dengan tugas FKUB yang sekarang. FKPA berjalan sampai dengan tahun 2007, hal itu dikarenakan tahun 2006 telah diterbitkan PBM agama dan mendari no 9 dan 8 tahun 2006. Lalu di perintahkan dibentuk FKUB di Sumatera Utara melalui Peraturan GubernurTentang komposisi FKUB-SU. 15 15 Wawancara dengan kasubbang Hukum dan KUB KandepagSU, H Syafaruddin, SH.M.Si. 26 Maret 2015 84 Berdasarkan keterangan diatas upaya membangun kerukunan telah dibangun sebelumnya melalui FKPA, lalu ketika diperintahkan untuk medirikan FKUB di Sumatera Utara sejatinya hanya tinggal meneruskan saja, tidak membangun lagi pondasi kerukunan dari awal, karena tugas pokoknya juga hampir sama antara FKPA dulu dengan FKUB yang sekarang.

IV.4.2. Dasar Pembentukan

Pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB berdasarkan pada peraturan Bersama Menteri Agama dan Mentei Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerahwakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan pendirian rumah ibadah. FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam PBM tersebut mempunyai tugas: a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana amanat yang terdapat dalam PBM nomor 9 dan 8 tahun 2006 bahwa FKUB di tingkat provinsi memiliki fungsi : 85 a. FKUB provinsi memberikan saran dan pendapat dalam merumuskan kebijakan umum pembangunan, pemeliharaan dan pemberdayaan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan kepada gubernur. b. Memfasilitasi hubungan kerja antara pemerintah daerah dengan majelis-majelis agama. c. Melakukan dialog antar umat beragama untuk memelihara kerukunan sesuai dengan tingkatannya. d. Menampung aspirasi dikalangan umat beragama yang berkaitan dengan pemeliharaan kerukunan dan pemberdayaan masyarakat. e. Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah daerah dan pusat. f. Menyalurkan sosialisasi peraturan perundang-undangan berkaitan dengan kerukunan umat beragama. g. Membantu pemerintah dalam perselisihan berkaitan dengan kerukunan umat beragama. Pembentukan FKUB Sumatera Utara untuk periode pertama dikukuhkan berdasarkan surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 450417k2007 tanggal 22 maret 2007. Sedangkan untuk periode kedua dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44362KPTS2012 tentang komposisi keanggotaa FKUB provinsi Sumatera Utara periode 2012-2017 dan nomor 100.44963KPTS2013 tentang perubahan atas Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor nomor188.44362KPTS2012 tentang komposisi keanggotaan FKUB Sumatera Utara periode 2012-2017. 86

IV.4.3. Visi-misi FKUB Sumatera Utara

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, FKUB provinsi Sumatera Utara mempunyai motto akidah terjamin, kerukunan terjalin dengan visi “menjadikan kerukunan bergama sebagai suatu kebutuhan dalam keberhasilan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan hidup dunia dan akhirat” Misi FKUB Sumatera Utara 1. Melakukan komunikasi, konsultasi dan mediasi pembinaan kerukunan hidup umat beragama. 2. Melaksanakan dialog, sosialisasi dan edukasi tentang kerukunan hidup umat beragama. 3. Memberikan motivasi dan implementasi dalam pelaksanaan kerukunan hidup umat beragama untuk kesejahteraan dunia dan akhirat. 4. Memberdayakan masyarakat dan lembaga jejaring kerukunan sebagai objek dan subjek dalam memelihara dan meningkakan kerukunan. Adapun tujuan pembentukan FKUB provinsi Sumatera Utara adalah 1. Memfasilitasi terciptanya kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama di Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk memelihara kerukunan antar umat beragama kearah persatuan dan kesatuan serta keutuhan berbangsa dan bernegara. 3. Untuk meningkatkan pemahaman keberagaman kearah saling menghormati dan menghargai antar umat agama yang ada di provinsi Sumatera Utara. 4. Menampung aspirasi umat beragama dalam penyelesaian masalah yang terjadi ditengah masyarakat. 87 FKUB Provinsi Sumatera Utara memiliki Motto yang selaras dengan visi- misinya, yakni “akidah terjamin, kerukunan terjalin”

IV.4.4. Pengurus FKUB Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara nomor 188.44362KPTS2012 tentang komposisi keanggotaan FKUB Provinsi Sumaera Utara Periode 2012- 2017 dan nomor 188.44963KPTS2013 tentang perubahan atas keputusan Gubernur Sumatera Utara nomor 188.44362KPTS2012, maka komposisi pengurus FKUB Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : Ketua : Dr. H Maratua Simanjuntak MUI 16 Wakil ketua I : Drs. Albert Pakpahan, MAP KWI Wakil Ketua II : Oemar Witaryo SH WALUBI Sekretaris : Pdt. Dr. Elim Simamora, PGPI Walil Sekretaris I : Dr. H. Arifinsyah, M. Ag MUI Wakil Sekretaris II : M. Chandra Bose PHDI Bendahara : Andy Wiranata, SE MATAKIN Wakil Bendahara : Drs Sarwo Edi, M.A MUI Anggota : 1. Prof. Dr. H. Hasan Bakti Nasution, MA MUI 2. Drs. H Arifin Umar MUI 16 Asal organisasi, sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pengurus FKUB dipilih dari tokoh agama di Sumatera Utara yang diutus dari masing-masing organisasi keagamaan yang ada di sumatera utara. 88 3. Drs. H. Amas muda Siregar, MBA, MM MUI 4. Dr. Ansari Yamamah, MA MUI 5. H. Darma Efendi SH. MA. MUI 6. Nispul Khori M.Ag MUI 7. Drs. Abdul Razak, M.Si MUI 8. Nazamuddin, M.Ag MUI 9. Pdt. Dr. Jontor Situmorang PGI 10. Pdt. Dr. John Hasiholan Manurung, M.Div PGI 11. P Bonaventura Hendrikus Gultom, OFMCONV KWI 12. Pdt. Drs. J. Washinton Panjaitan, S.Th PGI 13. Pdt. Julesber G Silaban, M.Th PGI Sekretariat : Muhsin Purba Bayu Syahputra Ahmad Naseri Pengrusanrganisasional FKUB Sumatera Utara tidak memiliki struktur organisasi, karena dalam penerapan kerja organisasi antara ketua, BPH dan anggota telah tertanam sifat dan kebiasaan yang tidak struktural tetapi horizontal, ketua dan para anggotanya bersifat konsultatif dan saling mendorong serta saling mengingatkan akan hal-hal yang tepat untuk dikerjakan. 89 Komposisi jabatan pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB provinsi sumatera utara, berdasarkan agama ialah Tabel 11. Komposisi Jabatan FKUB Provinsi Sumatera Utara Periode 2012-2017 Nama Jabatan Asal Organisasi Perwakilan Agama total Dr. H. Maratua Simanjuntak Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI Islam 11 orang Dr. H. Arifinsyah, M.Ag Wk. Sekretaris I Drs. Sarwo Edi, MA Wakil Bendahara Prof. Dr. H.Hasan Bakti Nasution, MA Anggota Drs. H Arifin Umar Anggota Drs.H.Amas muda Siregar,MBA, MM Anggota Dr. Ansari Yamamah, MA Anggota H. Darma Efendi SH. MA Anggota Nispul Khori M.Ag Anggota Drs. Abdul Razak, M.Si Anggota Nazamuddin, M.Ag Anggota Drs. Albert Pakpahan, MAP Wakil Ketua I KWI Konferensi Wali Gereja Indonesia Khatolik 2 orang P. Bonaventura Hendrikus Gultom,OFMCONV Anggota Pdt.Dr. Elim Simamora Sekretaris PGPI Kristen Protestan 5 Orang Pdt. Dr Jontor Situmorang Anggota PGI Persekutuan Gereja di Indonesia Pdt. Dr. J.H. Manurung, M.Div Anggota Pdt. Drs. J. Washinton Panjaitan, S.Th Anggota Pdt. Julasber G Silaban, M.Th. Anggota Oemar witaryo, SH. Wakil Ketua II WALUBI Budha 1 orang 90 Perwalian Umat Budha Indonesia M. Chandra Bose Wk. Sekretaris II PHDI Parisada Hindu Dharma Indonesia Hindu 1 orang Andy Wiranata, SE Bendahara MATAKIN Majelis Tinggi Agama Konghuchu di Indonesia Konghuchu 1 orang Jumlah semua Pengurus 21 Orang Sumber : buku Pedoman FKUB Sumatera Utara, 2014 Forum kerukunan Umat Beragama FKUB berada di tingkat Provinsi dan kabupatenkota. Sumatera Utara memiliki satu provinsi dan 33 kabupatenkota, berikut ini daftar rekapitulasi FKUB yang tersebar di seluruh kabupatenkota di Sumatera Utara. Tabel 13. Rekapitulasi Pebentukan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Se-Sumatera Utara Tahun 2013 No . DAERAH PEMBENTUKAN KETERANGAN SUDAH BELUM Provinsi Sumatera Utara √ - SK GUB. No. 450417k2007 Tgl. 22-03-2007 1. Kabupaten Tapanuli Tengah √ - SK Bupati No. 318BKBPM2007 Tgl. 27 Desember 2007 2. Kabupaten Tapanuli Utara √ - Sudah SK belum dikirim 3. Kabupaten Tapanuli Selatan √ - No. 450130K2006 Tgl 20 Juni 2007 4. Kabupaten Nias √ - No. 450076K2007 Tgl. 07-05-2007 5. Kabupaten Langkat √ - No. 451.12-43.aSK2007 Tgl. 15 Agustus 200 6. Kabupaten Karo √ - No. 450207KESBANG2007 Tgl. 24 Juli 2007 91 7. Kabupaten Deli Serdang √ - No. 2101 Tahun 2007 Tgl. 14 Desember 2007 8. Kabupaten Simalungun √ - No. 188-453032-Kesbang Tgl. 15-05-2007 9. Kabupaten Asahan √ - No. 158-Sos2007 Tgl. 30-05-2007 10. Kabupaten Labuhan Batu √ - No. 45066KESBANG2007 Tgl 1 Oktober 2007 11. Kabupaten Dairi √ - No. 53 Tahun 2007 Tgl. 08-03-2007 12. Kabupaten Toba Samosir √ - No. 114 TAHUN 2007 Tgl. 31 Mei 2007 13. Kabupaten Mandailing Natal √ - No. 400251K2007 Tgl. 01-05-2007 14. Kabupaten Nias Selatan √ - No. 4502326K2006 Tgl 30 April 2007 15. Kabupaten Pakpak Bharat √ - No. 069 Tahun 2007 Tgl. 23-03-2007 16. Kabupaten Humbahas √ - No. 427 TAHUN 2007 Tgl 12 November 2007 17. Kabupaten Samosir √ - No. KD.02.23I aBA.01.12202007 Tgl 12 November 2007 18. Kabupaten Serdang Bedagai √ - No. 175450TAHUN 2007 Tgl 31 Mei 2007 19. Kabupaten Batu Bara √ - Sudah SK belum dikirim 20. Kabupaten Padang Lawas √ - Sudah SK belum dikirim 21. Kabupaten PALUTA √ - Sudah SK belum dikirim 22. Kabupaten LABURA - √ Belum daerah pemekaran baru 23. Kabupaten LABUSEL - √ Belum daerah pemekaran baru 24. Kabupaten Nias Barat - √ Belum daerah pemekaran baru 25. Kabupaten Nias Utara - √ Belum daerah pemekaran baru 26. Kotamadya Medan √ - No. 450432.KTAHUN 2007 27. Kotamadya Pematang Siantar √ - No. 4501047WK2007 Tgl. 11 April 2007 28. Kotamadya Sibolga √ - No. 230722007 Tgl 11 April 2007 29 Kotamadya Tanjung Balai √ - No. 450382K2007 Tgl 31 Agustus 2007 30. Kotamadya Binjai √ - No. 450-432K2007 Tgl. 9 Februari 2007 31. Kotamadya Tebing Tinggi √ - No. 450150 TAHUN 2007 Tgl. 17 September 2007 32. Kotamadya Padang Sidempuan √ - No. 129.AKPTS2007 Tgl. 03-12-2007 33. Kotamadya Gunung Sitoli - √ Belum daerah pemekaran baru Sumber : Dirjen.kesbangpol.go.id. data diupdate 2013. 92

BAB V TEMUAN LAPANGAN.

Dalam bab ini akan menyajikan data –data yang ditemukan di lapangan ketika melakukan penelitian. Sajian data akan dipaparkan berdasarkan jenis data primer dan sekunder dalam bentuk hasil wawancara tertulis, hasil data kepustakaan, hasil data dokumentasi dan hasil observasi. Adapun hasil ini merupakan data yang langsung didapatkan peneliti dilapangan baik temuan formal maupun temuan substantif yang dapat menjawab fokus atau masalah penelitian. Temuan dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap informan kunci, informan utama, dan informan tambahan pada penelitian Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama dalam Menjaga Kerukunan.

V.1. Data Kinerja Organisasi FKUB Provinsi Sumatera Utara

V.1.1. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam data primer akan disajikan satu persatu, mulai dari hasil wawancara, hasi observasi dan hasil dokumentasi. Dalam hal penyajian data ini menggunakan bentuk kategorial, yakni mengolah dan meyaring data yang didapat di lapangan, mentabulasi dan menyajikannya dengan mencocokkan dengan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. 93

V.1.1.1. Wawancara Mendalam Depth Interviw

Dalam hal wawancara mendalam, Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan kepada informan merupakan pertanyaan yang berasal dari panduan wawancara yang penulis susun sebagai instrument dalam penelitian ini. Penulis melakukan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami perkembangan yang penulis sesuaikan dengan permasalahan penelitian ini. Pelaksanaan wawancara langsung dengan informan yang telah penulis lakukan selama kurun waktu 4 empat minggu dengan melibatkan informan sebagaimana yang telah direncanakan pada proposal penelitian ini yaitu: 1 Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Provinsi SumateraUtara. 2 Wakil Ketua I FKUB Provinsi Sumatera Utara 3 Wakil Sekretasis I FKUB Provinsi Sumatera Utara. 4 Anggota FKUB Provinsi Sumatera Utara 5 Kasubbag Hukum dan KUB, kanwil. Depag. Provsu. 6 Kabid. Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, KesbangPolinmas. Provsu. 7 Kasubbid. Ideologi dan wasbang. Kesbangpolinmas. Provsu. 8 Sekrertaris Jendral GPP. Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang telah peneliti temui, paparan ini akan disajikan secara kategorial berdasarkan keempat tugas pokok FKUB tingat Provinsi, dalam Hal ini tugas pokok FKUB Provinsi Sumatera Utara, kategiroalnya adalah, melakukan dialog, menampung 94 aspirasi, menyalurkan aspirasi, dan mensosialisasikan UU dan peraturan keagamaan dan pemberdayaan masyarakat. Keterangan secara kategorial akan dipaparkan sebagai berikut :

1. Melakukan Dialog

Kajian dialog FKUB dilakukan bersama pemuka agama dan tokoh masyarakat, kajian dialog dicari peneliti untuk melihat apakah kegiatan dan tujuan dialog, baik sesama pengurus FKUB dan juga FKUB dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang dilakukan FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai, hal ini dilihat dari kualitas dan kuantitas serta efektivitas pelaksanaan dialog, terbangun tali persaudaraan, antara sesama pengurus FKUB, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, sehingga kerukunan tetap terjaga. Dan Manfaat dari pelaksanaan dialog, baik dengan pengurus, tokoh agama dan tokoh asyarakat. Dari data hasil wawancara langsung yang diperoleh dari beberapa informan, dapat dikatakan kuantitas, kualitas serta efektivitas pelaksanaan dialog bersama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat telah dilakukan berulang kali. Berikut ini sajian data wawancara bersama beberapa informan terkait tugas pokok FKUB dalam melakukan dialog. Wawancara dengan wakil Sekretaris I FKUB Sumut Bapak Dr.H. Arifinsyah, M.Ag. yang peneiti temui di kantor FKUB Sumut. Dalam melaksanakan tugas pokok dialog, untuk tujuan dialog oleh FKUB Sumut beliau menjelaskan. “Dialog itu banyak tujuannya, yang pertama, silaturahmi ya,, silaturahmi, bertemunya dari beberapa tokoh agama sehingga terjadi komunikasi dengan harapan, sejatinya dengan komunikasi itu ada hal-hal yang mengganjal bisa disampaikan, ada hal-hal yang dianggap bengkok,bisa diluruskan, ada hal-hal yang dianggap macet itu, bisa lah dilancarkan, 95 sehingga apa yang selama ini mungkin terjadi salah nilai, atau buruk sangka, dengan dialog, itu bisa hilang. tujuan dialog itu juga, dialog itu bisa menambah wawasan, karena terkadang, kita hanya memahami agama dengan pendekatan agama kita sendiri, , bagaimana dengan kawan kita punya agama, dia juga punya pendekatan yang harus kita pahami. Sehingga dengan dialog bisa memperkaya khazanah ”.wawancara 11 Maret 2015 pukul 13.30 WIB Kemudian, terkait kontiunitas dialog, baik dialog di internal FKUB Sumut dan kepada masyarakat umum, beliau menambahkan “sering, kalau sesama pengurus FKUB tiap minggu, yaitu pada hari rabu kalau sesama pengurus, bayangkan, kalau setahun udah 52 kali,” “Kalau ke masyarakat, rutin juga, sesuai dengan program, dan kondisi yang ada, baru kemarin pada tanggal 9 maret dibuat, kalo secara kuantitas, tidak bisa kita hitung angka secara kuantitas, karena sakin banyaknya dan seringnya jumlah dialog yang dilakukan, ditengah kesibukan” wawancara 11 Maret 2015 pukul 13.30 WIB Pernyataan dari wakil Sekretaris FKUB Sumut juga senada dengan pernyataan dari wakil ketua FKUB Sumut, ketua FKUB Sumut dan anggota FKUB Sumut yang ditemui secara terpisah. Selanjutnya untuk pelaksanaan dialog yang telah dilakukan selama ini, apakah pernah mengalami kegagalan, dari hasil wawancara masih dengan orang yang sama, beliau mengatakan “Nga pernah gagal, FKUB Sumut punya prinsip memutuskan suatu masalah lewat musyawarah mufakat. Dan itu terlaksana. Apalagi diperiode kami yang kedua, jadi semakin matang, karena apa, aturan mainnya sudah ada.” wawancara 11 Maret 2015 pukul 1.30 WIB Wakil ketua I FKUB Provinsi Sumatera Utara , Bapak Drs. Albert Pakpahan, MAP. memberikan informasi mengenai kinerja FKUB yang digelutinya, beliau bersedia diwawancarai disela-sela waktu menunggu rapat rutin mereka akan dimulai. Mengenai hal apa saja yang dibahas dalam dialog internal FKUB Sumut, beliau menjelaskan 96 “nanti dibuat oleh, misalnya bapak ketua, meminta supaya ada dialogis kita disini sesama kita semua, nanti datanglah pak ketua, tentukan judulnya, misalnya, konsep ketuhanan menurut agama kristen, khatolik, islam dan konghuchu dan lainnya.atau konsep surga dan neraka dari pengertian agama masing-masing. Jadi itu sering,, wawancara 11 Maret 2015 Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa dialog internal yang dilakukan memiliki thema yang berbeda-beda, pernyataan ini dibenarkan oleh ketua FKUB Sumatera Utara, Bapak Maratua Simanjuntak, beliau mengatakan “Sering, tiap rabu, bahannya ganti-ganti. Umpamanya kita dialog, tentang apa itu surga, dan banyak lagi, sehingga semua anggota ini paham tentang agama- agama, dan sehingga kita rukun.”wawancara, 11 Maret 2015 peneliti menanyakan bagaimana antusiasme masyarakat daam mengikuti dialog yang dilakukan FKUB Sumut selama ini, bapak wakil ketua I FKUB Sumut mengatakan “Sangat tinggi antusiasmenya, masalahnya kan kita kadang-kadang, soal waktu, kita terikat oleh waktu, kita buat waktu dialog sampe jam sekian, tapi mau sampek berkepanjangan, banyak yg minta dilanjutkan lah,, tapi waktunya terbatas.” wawancara, 11 Maret 2015 Penjelasan lengkap mengenai tugas dialog yang dilakukan oleh FKUB Sumatera Utara juga disampaikan oleh Ketua FKUB Provinsi Sumatera Utara, Bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak. Wawancara dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015, pukul 14.44 WIB di ruang rapat kantor FKUB Provinsi Sumatera Utara, beliau bersedia saya wawancarai disela-sela akan dimulainya rapat rutin FKUB. mengenai kemanfaatan dialog, adakah manfaat dialog ini dilakukan, beliau mengatakan “Mereka awalanya tidak paham, jadi paham, karena ada paham orang dalam beragama, bahwa yang berpahala itu kalau membantu kawan seagamanya, itu kita dialogkan, bahwa sebenarnya, ajaran agama tidak begitu. Kalau kita nga mau membantu orang hanya karena beda agama, 97 itu kan nga rukun. Padahal agama menginginkan rukun. Dekian juga soal pembangunan rumah ibadah, kita sampaikan apa sebetulnya manfaat membangun rumah ibadah, kenapa ada aturan, ini, itu, nah, kita jelaskan karena nanti kalau kita harus saling menghargai, bahkan tidak menutup kemungkinan, dalam internal agama pun sering terjadi konflik, kristen dengan kristen, islam dengan islam. Nah disini lah manfaat dialog itu bagi masyarakat, kita lakukan dialog”.wawancara 11 Maret 2015 Untuk melengkapi informasi mengenai tugas dialog yang dilakukan FKUB Provinsi SumateraUtara, peneliti, melakukan wawancara dengan instansi diluar FKUB Sumatera Utara, peneliti menemui pejabat kantor wilayah kementrian Provinsi Sumatera Utara, dalam hal ini Kasubbag hukum dan KUB kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Provsu. Bapak H. Syafaruddin Lubis, SH. M.Si, yang saya temui di ruang kerjanya pada kamis 26 Maret 2015, pukul 09.30.WIB. dalam wawancara dengan beliau, penjelasan yang didapat mengenai tugas dialog yang dilakukan FKUB Sumatera Utara adalah sebagai berikut. ”Selalu mereka mengadakan dialog, misalnya dulu waktu menjelang pilpres, mereka melakukan pertemuan di Bina Graha mengundang para tokoh agama, bagaimana mensukseskan pilpres yang damai 2014, baru- baru ini di gedung walubi ya, simposium tentang pemangku moral. Artinya FKUB ini dalam melakukan kegiatan dialog dalam membina kerkunan ini selalu, ada terencana dengan baik dan selalu melibatkan kanwil, kesbang, dan kerja sama kita bagus”wawancara 2632015 Penjelasan serupa juga ditambahkan oleh Kabid Ideologi dan wawasan kebangsaan,kesbang Polinmas Provinsi Sumatera Utara, Bapak Drs. Muhammad D. Beliau bersedia saya temui dan saya wawancarai di ruang kerjanya, pada tanggal 30 Maret 2015, pukul 08.52 WIB. Dari pelaksanaan dialog yang dilakukan FKUB beliau mengatakan, “Kalau berdasarkan tupoksi mereka, misalnya dialog atau rekomendasi rumah ibadah, berhasil lah,”wawancara 3032015 98 Dari penjelasan beberapa informan diatas, didapati bahwa sering dan bahkan intens dialog dilakukan oleh FKUB Sumatera Utara, baik sesama pengurus FKUB maupun dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat.

2. Menampung Aspirasi

Kajian menampung aspirasi adalah sebagai tindak lanjut dari FKUB ketika melakukan dialog dengan mtokoh agama dan tokoh masyarakat, atau FKUB membuka diri untuk menampung aspirasi yang berasal dari organisasi agama, tokoh agama,instansi pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat umum. Dalam hal mengevaluasi kinerja FKUB dalam menampung aspirasi, akan dilihat dari Kegiatan rutin menampung aspirasi, baik secara aktif maupun pasif, Kemudahan Proses dan tata cara menampung aspirasi dan Responsivitas atau tindak lanjut FKUB atas aspirasi masyarakat. Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan para informan mengenai implementasi tugas pokok FKUB kategori menampung aspirasi. Penjelasan mengenai kinerja FKUB dalam melakukan penampungan aspirasi, dari hasil wawancara dengan wakil Sekretaris I FKUB Sumatera Utara, Bapak Dr.H.Arifinsyah, M.Ag. mengenai sering atau tidaknya penampungan aspirasi dilakukan beliau memberi keterangan sebagai berikut : “Sering, kadang lewat mereka memberi aspirasi lewat surat mempertanyakan sesuatu, kita hadirkan mereka disini, kita dialog”wawancara 11315. Penjelasan senada juga disampaikan oleh ketua FKUB Sumut, beliau mengatakan : “Sering ada aspirasi yang ditampung disini, baik dari organisasi agama, ataupun dari masyarakat”.wawancara 11315 99 Terkait dengan metode, beberapa penjelasan yangdidapati peneliti, berdasarkan wawancara, metode yang diterapapkan adalah “petama dari pasif, mereka yang minta lewat surat atau lewat komunikasi, kemudian yang aktif, kita langsung turun ke masyarakat, berdialog dengan masyarakat”, Selanjutnya ketua FKUB Sumut, menjelasakan dengan maksa yang sama, tetapi lebih rinci “Kalo menampunag asprasi itu, pertama, kantor ini terbuka tiap hari kerja, disini bisa disampaikan, melalui telepon, melalui surat, melalui surat kabar, kedua, aspirasi melalui anggota saya yang 21 ini, mereka ini kan perwakilan dari organisasi agama mereka masing-masing, jadi ada aspirasi yang disampaikan dari organisasi itu, mereka tampung di bawakan ke FKUB ini. Itu makanya yang menjadi anggota FKUB ini adalah perwakilan resmi, bukan kita pilih- pilih”. Dalam hal implementasi FKUB sumatera Utara dalam menampung aspirasi, penjelasan dari wakil ketua I FKUB Sumatera Utara, Bapak Drs.Albert Pakpahan, MAP, mengenai apa saa yang ditampung dari masyarakat, beliau menjelaskan “isu sara dan konflik yang membawa-bawa agama.” Hal senada juga dipaparkan oleh Ketua FKUB Sumatera Utara, Bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak, dalam wawancara dengan beliau mengenai tugas pokok menampung aspirasi, beliau memberi penjelasan sebagai berikut : Mengenai tugas pokok menampung aspirasi, Kasubbag Hukum dan KUB. Bapak H. Syafaruddin Lubis, SH. M.Si. beliau menjeaskan sebagai berikut “Fkub selalu menampung masukan dan informasi dari daerah, setelah itu mereka bawa rapat pengurus, dan diambil sikap, saya pikir, informasi yang disampaikan fkub daerah cukup lumayan banyak.wawancara 2632015 ” 100

3. Menyalurkan Aspirasi

Setelah FKUB melakukan dialog dengan masyarakat dari dialog tersebut tentunya didapatkan aspirasi dan usul masyarakat kepada FKUB, selanjutnya FKUB menyusun laporan, dan melanjutkannya kepada gubernur atau tepatnya kepala daerah untuk rekomendasi kebijakan yang akan dieksekusi kepala daerah, sehingga dengan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat ke FKUB dan FKUB meneruskan ke kepala daerah diharapkan mampu membantu kepala daerah dalam mengambil dan mempertimbangkan referensi yang disampaikan oleh FKUB. untuk Mengevaluasi peranan dan keaktifan FKUB dalam menyalurkan atau tindak lanjut aspirasi dari masyarakat peneliti akan mengkaji seberapa sering, apa saja, bagaimana prosesnya dan seperti apa Kemudahan serta tata cara penyaluran aspirasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil sekretaris I FKUB SumateraUtara, Bapak Dr.H.Arifinsyah, M.Ag mengenai tugas pokok FKUB dalam hal menyalurkan aspirasi ke gubernur , sudah pernah atau belum, beliau menjelaskan sebagai berikut : “Sudah,,malah banyak, bisa dilihat dari arsip-arsip, ada banyak arsip kita yang ke gubernur ini”.wawancara 11315 Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara mengenai tugas menyalurkan aspirasi dengan bapak wakil ketua I FKUB Sumatera Utara, bapak Drs. Albert Pakpahan, MAP, dalam wawancara dengan beliau, mengenai hal-hal apa saja yang disalurkan kepada gubernur, beliau menjelaskan “Tergantung apa masalahnya, kalau hanya laporan, kita teruskan ke gubernur, kalau ada konflik, kita hubungi lewat telp. Red. gubernur, polda, dan lainnya untuk turun ke lokasi.” 101 Penjelasan tersebut dibernaarkan oleh bapak ketua FKUB Sumatera Utara, bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak, selain itu, bapak ketua juga menjelaskan rincian penampungan aspirasi yang selama ini dilakukan, beliau menjelaskan “Sesudah sampai disini, aspirasi ini, ada 2 cara untuk menyalurkannya, kalau yang sifatnya mendesak ada yang langsung telepon gubernur, pernah ada kejadian terbakarnya rumah ibadah di bandar pasir mandoge jam 11 malam, malam itu saya langsung cepat telepon pak gubernur, paginya gubernur langsung perintahkan bupati, kapolres datang ke lolasi, langsung atasi, pernah lagi ada kejadian di sibolangit, ada jual babi panggang dekat mesjid alkamah, jadi karena penjual ini orang kristen, saya nga bisa langsung menegur, jadi saya hubungi ke gubernur, lalu gubernur sampaikan ke bupati, lalu dari bupati melakukan teguran, jadi nga perlu pala pake surat, kalau ada masalah-masalah seperti itu. Selain aspirasi kepada gubernur, aspirasi juga ke kesbang dan juga ke kanwil agama. Nah yang kedua itu tertulis, kalau tertulis, setiap bulan, artinya kalau tidak mendesak, dilakukan dengan laporan tertulis, ini setiap bulan, 17 laporan tertulis itu kita berikan ke gubernur dan kemendagri. Jadi apa yang kita kerjakan disini itu diketahui setiap bulan oleh gubernur dan kesbang”wawancara 11315. Dalam hal menyalurkan aspirasi ke gubernur, keterangan bapak ketua FKUB Sumatera Utara dibenarkan oleh kasubbag Hukum dan KUB, bapak H. Syafaruddin Lubis, SH, M.Si, beliau mengatakan “Kalau itulaporan bulanan FKUB.red setiap bulan, FKUB membuat laporan kegiatannya tiap bulan ke gubernur dan ditembuskan ke sini kasubbag Hukum KUB. Red. Ada laporan kerja bulanannya, dan setiap bulan kita terima”wawancara pada kamis pagi, tangga 23 Maret 2015

4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat

Selain tugas pokok menampung dan menyalurkan aspirasi, tugas pokok FKUB di tingkat provinsi, Sumatera Utara adalah mensosialisasikan segala bentuk 17 Dalam kesempatan wawancara tersebut 110315, bapak ketua FKUB menunjukkan salah satu print out laporan kinerja bulanan FKUB ke gubernur Sumatera Utara, kala itu, contoh laporan kinerja yang ditujukkan adalah laporan pada bulan Februari 2015. 102 peraturan perundang-undangan, regulasi, peraturan menteri, surat edaran dari kementrian agama, hasil musyawarah nasional, dan infomasi serta hal lainnya yang penting yang berkenaan dengan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. Kajian peneliti dalam melakukan evaluasi kinerja dalam point ke empat ini, yaitu Melihat secara kualitas dan kuantitas pelaksanaan sosialisasi oleh FKUB , kemudian Mengkaji kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan melihat kualitas dan kuantitas kegiatan yang dilakukan serta mengkaji keamanfaatan kegiatan yang dilakukan FKUB provinsi Sumatera Utara dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan, didapati mengenai implementasi sosialisasi Undang-Undang atau peraturan keagamaan serta pemberdayan masyarakat. Informasi pertama saya dapatkan dari wakil sekretaris I FKUB Sumatera Utara, Bapak Dr. H. Arifinsyah, M.Ag. mengenai kontinuitas sosialsasi regulasi keagamaan, beliau menjelaskan “Kalau itu tugas pokok yang ke empat, red. tidak berapa sering, karena sangat menyangkut dengan kalau ada peraturan baru yang turun, langsung disosialisasikan, tidak hanya peraturan yang turun kadang- kadang ada edaran, surat, atau hasil munas nasional yang harus disampaikan kedaerah. Setelah sampai di FKUB, langsung buat rapat pengurus, bagi tugas, siapa kesana, siapa kemari, karena kita ini ada koordinator daerah, 4 orang daerah A, B gitu,, jadi koordinasi itu dalam rangka sosialisasi dan aspirasi.” Kemudian Beliau juga menjelaskan secara rinci tentang upaya pemberdayaan masyarakat, Penjelasan beliu tentang upaya FKUB Sumatera Utara dalam pemberdayaan masyarakat mengenai apa saja yang dilakukan, beliau menjelaskan “Pelatihan, ada pelatihan, ada namanya FGD focus Group Discution, Red. Targetnya masyarakat setempat, pemuda,tokoh masyarakat, ada juga namanya action reaserch, caranya kita ambil satu desa didesa itu 103 kita turun, kepala desa mengundang tokoh-tokoh kunci misalnya 50 atau 100 orang, kita beri penjelasan disitu, nah bisa nanti kita bekali mereka kita bentuk koperasi antar agama, bisa arisan antar agama, kalau pelatihan, dia nanti yang dilatih ini bisa jadi tokoh pelopor di masyarakat di daerahnya, tujuannya supaya ada regenerasi untuk meneruskan kerukunan ini”. Mengenai tingkat keseringan, beliau menambahkan “Sering atau tidak, kalau pertahun pasti ada.” Penjelasan dari bapak sekretaris I tersebut diatas, dilengkapi juga oleh bapak wakil ketua I, bapak Drs. AlbertPakpahan, MAP, dalam kesempatan wawancara dengan beliau pada rabu sore, 11 Maret 2015, didapati hasil wawancara sebagai berikut. Untuk pemberdayaan masyarakat, mengenai kegiatan yang dilakukan, beliau menjelaskan “Salah satunya itu, pemahaman tentang undang-undang kerukunan agama, bagaimana sebenarnya hidup rukun itu kepada masyarakat, Masyarakat yang mana? Tentu masyarakat yang beragama donk, kalo yang nga beragama agag susah memberdayakan mereka, nah.. tujuannya ini untuk terciptanya kerukunan” Mengenai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari kegiatan yang dilakukan FKUB dalam upaya memberdayakan masyarakat, beliau menambahkan “Masyarakat sangat antusias dan senang, pasti ada perubahan, salah satu contoh di lau dendang, itu, ada salah satu gereja, tadinya nga boleh gereja itu ada disitu, dekat pula sama mesjid, lalu kita adakan mediasi, sehingga tercipta kerukunan, bahkan mereka lakukan gotong-royong bangun jalan dan saling memperbaiki ru mah ibadah mereka.” Untuk melengkapi informasi tugas pokok yang ke empat ini, peneliti juga memperoleh informasi tambahan yang cukup lengkap dari bapak ketua FKUB Provinsi Sumatera Utara, bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak, dalam kesempatan wawancara dengan beliau di sela-sela waktu menunggu rapat rutin dimulai, mengenai kontinuitas sosialisasi beliau memberi penjelsasan sebagai berikut. 104 “Sering kita turun ke daerah, kalau 33 kabupaten ini semua sudah saya lalui, kan ada koordinatornya, seringnya ketua pergi bersama koordinatornya.” Selanjutnya dalam hal Pemberdayaan masyarakat, bapak ketua FKUB Sumut memaparkan kondisi sebagai berikut “Secara konkret, pemberdayaan masyarakat inilah yang belum maksimal tercapai, saat ini FKUB sedang melakukan project, kami sudah membentuk yang namanya “yayasan kerukunan”, ya meskipun ini berada diluar FKUB karena ada badan hukumnya tersendiri, tapi orang- orangnya yang didalam itu, berasal dari pengurus FKUB ini juga, Jadi ada pengusaha yang memberikan lahannya seluas 10 hektar untuk kita 18 , disitu nanti akan kita bangun tempat seperti wisata iman, nah disitu nanti kita bisa memberdayakan tokoh agama, masyarakat, membekali mereka dan harapannya bisa banyak memberi pemberdayaan kepada masyarakat.”

5. Kendala-Kendala FKUB Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjalankan

Tugas Pokok. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, FKUB Provinsi Sumatera Utara juga tidak terlepas dari kendala, tantangan ataupun permassalahan dalam upayanya menjaga kerukunan umat beragama di provinsi Sumatera Utara. Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan informan, tentang kendala-kendala yang dialami. Dalam wawancara dengan bapak wakil Sekretaris I, FKUB Sumatera Utara, beliau memaparkan kondisi sebagai berikut “,,,sumut ini kan penduduknya besar, sampek 15 juta, kemudian heterogennya tinggi, kalau kita mau sentuh kepada elemen-elemen masyarakat ini, kita kelemahan kita masih belum memadainya agggaran , ,,,FKUB Sumut tidak pun pernah ada anggaran dengan 18 Informasi yang peneliti dapatkan bahwa ada pengusaha yang memberikan lahan 10 hektar di daerah sibolangit, kepada FKUB untuk membangun yayasan kerukunan. Di lokasi ini nantinya akan dibangun kemah pusat kerukunan, sebagai tempat pelatihan, dan pemberdayaan tokoh agama dan masyarakat. 105 pemerintah, itu kita selalu patungan untuk memperhatikan umat kita, iya, kemaren itu, belum ada turun anggaran kita buat acara, dari mana dananya, dari kantong pengurus yang berkorban,,,,dana kita juga korban, jadi kita korban ilmu, waktu dan dana. Karena kan jumlah penduduk yang besar, sehingga butuh dana, Kendala kedua, FKUB sumut tidak hierarki terhadap FKUB kabupaten Kota tapi hanya sebatas koordinasi dan konsultasi, sehingga nga bisa memerintah kalau ada kejadian di daerah FKUB sumut tidak langsung bisa memerintah, tapi hanya ngasi saran, memperingatkan, mereka mau lakukan atau tidak nga sanksi sama kita. nah.. jadi, itu kesulitan untuk percepatan penyelesaian atau win-win solution ditengah masyarakat bawah.,,, saran saya untuk ini, seharusnya FKUB kedepannya ini harusnya hierarki dengan kabupaten kota, supaya ada kerjasama, tindak lanjut dan sanksi,,,wawancara pada rabu siang, tanggal 11 Maret 2015. Mengenai kendala-kendala yang ada, terutama mengenai pendanaan, wakil ketua I FKUB Sumatera Utara, bapak Drs. Albert Pakpahan menyebutkan “....hampir tidak ada kendala, tapi seperti yang saya bilang tadi lah, apapun ceritanya, ujung- ujungnya duit”. wawancara pada rabu siang, tanggal 11 Maret 2015. Selanjutnya bapak ketua FKUB Sumatera Utara, juga menjeaskan hal yang sama mengenai hal ini. Dalam penjelasan beliau, kendala yang dialami adalah “Sebetulnya kalau kita bicara kendala, hampir sama nya di semua org anisasi, kendalanya hanya dana,,,”

V.1.2. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam bagian ini peneliti telah mendapatkan data yang telah diolah oleh sekretariat FKUB Provinsi Sumatera Utara dan peneliti kembali mengolahnya sesuai dengan kategori tugas pokok FKUB, dengan cara mencocokkan laporan hasil kegiatan dan mencocokkannya dengan kategori tugas pokok. 106 Dalam bagian ini akan dipaparkan data-data sekunder yang mencakup data laporan hasil kerja FKUB Provinsi Sumatera Utara, Peneliti tidak memperoleh data hasil kerja FKUB Provinsi Sumatera Utara mulai awal pembentukan, yakni sejak 2007 hingga tahun 2015 ini, tetapi Data sekunder didapat dari lapangan yakni hanya dari Januari 2013 sampai Februari 2015 . Diharapkan dengan data ini setidaknya menguatkan informasi dari hasil wawancara yang telah dilakukan, dan setidaknya juga melengkapi data wawancara dan data lainnya yang telah ada. Data laporan hasil kerja ini diterima langsung oleh peneliti dari sekretariat FKUB Provinsi Sumatera Utara, yakni Bapak Muksin Purba dan saudara Ahmad Naseri pada hari selasa, 17 Maret 2015, dan hari kamis 19 Maret 2015. Berikut ini akan dipaparkan laporan hasil kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara, mulai dari januari 2013 hingga februari 2015.

1. Melakukan dialog

Dalam upaya melakukan dialog, akan disajikan dalam dua kategori, yakni melakukan dialog dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, atau organisasi dan melalukan dialog antar sesama pengurus. Berikut ini laporan hasil kinerja dalam kategori dialog. Tabel 14. Laporan Kontinuitas Dialog FKUB Provinsi Sumatera Utara Melakukan dialog Waktu pelaksanaan Uraian kegiatan Keterangan Tempat kegiatan Tahun 2013 Dialog dengan organisasi tokoh agama, 30 Januari 2013 Melakukan dialog kerukunan lintas agama dengan perguruan tinggi teologi di Medan Dialog diadakan oleh FKUB Sumut, dalam rangka membina kerukunan dan membangun Tempat di kantor FKUB Provinsi Sumatera Utara 107 organisasi tokoh masyarakat dan lainnya. silaturahmi dengan perguruan tinggi teologi di Medan. 5 Februari 2013 Audiensidialog dengan Majelis Ulama Indonesia MUI Prov. Sumatera Utara Kunjungan kerja yang dilakukann oleh FKUB Sumatera Utara, melakukan dialog, dan membahas perkembangan keagamaan di provinsi Sumatera Utara Tempat di kantor MUI Sumatera Utara. 13 Februari 2013 Dialog Dengan Pimpinan Gereja Protestan Persekutuan GPP FKUB mengundang pimpinan gereja GPP untuk membangun komunikasi dan melakukan dialog Tempat di Kantor FKUB Sumatera Utara. 14 Februari 2013 Melakukan dialogaudiensi ke Persekutuan Gereja- Gereja Indonesia PGI wilayah Sumetera Utara Pengurus menghadiri kunjungan kerja dan melakukan dialog dengan para pimpinan dan pendeta di PGI- Wilayah Sumatera Utara Tempat di kantor PGI-Wilayah Sumatera Utara 20 Februari 2013 Dialog dengan pengurus majelis kelenteng khonghuchu Indonesia MKKI Sumatera Utara FKUB Mengundang MKKI Suatera Utara, mebangun persahabatan, berbagi informasi dan berdialog dengan MKKI Sumatera Utara Tempat di kantor FKUB Sumatera Utara 28 Mei 2013 Dialog Interaktif bertemakan “terorisme” dan hubungannya dengan kondivitas masyarakat. Dialog diadakan oleh Deli TV medan bersama ketua FKUB dengan Kepala badan Nasional Penanggulangan terorisme, mantan teroris dan korban teroris Emerald Garden Hotel, Medan 7 september 2013 Dialog kebangsaan dengan thema “membangun kepemimpinan Sumatera Utaraditengah Krisis Moral” Dialog kebangsaan PMII bekerja sama dengan FKUB Provinsi Sumatera Utara, salah satu pembicara adalah anggota FKUB Sumatera Utara Tempat di Madani Hotel Medan. 108 Nispul Khoriri, M.Ag. 19 september 2013 Pertemuan dan dialog dengan tema Harmonisasi kerukunan umat beragama berwawasan bhinneka tunggal ika Dalam dialog tersebut salah satu pembicara adalah ketua FKUB Provinsi Sumatera Utara Graha Kardopa Hotel, Binjai 8 Oktober 2013 Koordinasi tokoh agama dan muspida plus pemerintah kabupaten karo tahun 2013 Pengurus FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber dalam kegiatan Koordinasi tokoh agama dan instansi pemerintahan kabupaten karo tahun 2013. Hotel Horison Brastagi-Karo 10 sd 11 oktobe 2013 Mengikuti dialog dengan para tokoh masyarakat Tema kegiatan : Optimalisasi peran pemuka agama dalam mengantisipasi kerawanan radikalisme Saka International Hotel, Medan 17 sd 18 oktober 2013 Seminar dan Dialog kemasyarakatan dengan tema ; Harmonisasi organisasi keagamaan, memelihara kerukunan umat beragama FKUB mengikuti dan menjadi salah satu narasumber dalam dialog kemasyarakatan tersebut Saka International Hotel, Medan 22 november 2013 Dialog kebangsaan Lemhanas Republik Indonesia di Provinsi Sumatera Utara Pengurus FKUB berjumlah 5 orang mengikuti dialog kebangsaan dari Lemhanas RI. Gedung Balai Prajurit Makodam I BB 24 Desember 2013 Talk Show TVRI dengan Thema “ menyambut natal tahun 2013 dan tahun baru 2014” Talkshow tersebut dinara sumberi oleh ketua FKUB Provinsi Sumatera Utara, Ketua PGI-wilayah Sumatera Utara dan Dilantas Polda Sumut. Studio 1 TVRI Medan Tahun 2014 27 januari 2014 Silaturahmi kebangsaan bersama Silaturahmi dilakukan dalam upaya Wisma Benteng Medan 109 tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh pemuda serta 34 organisasi kemasyarakatan tingkat sumatera utara. dengan thema “sumatera damai, pemilu bermartabat” membangun komunikasi dan komitmen dalai untuk pemilu 2014. Ketua FKUB provinsi Sumatera utara sebagai pembaca deklarasi masyarakat sumatera utara dan menyerahkan kepada guberlur sumatera utara 5 Maret 2014 Pertemuan ketua FKUB dengan kajatisu, ka.kesbangpolinmas, MUI, dan kanwil kemenag. Provsu Pertemuan bersama tersebut membahas tentang aliran sesat menyimpang di Sumatera Utara Ruang kerja kejaksaan negri Sumatera Utara 18 Maret 2014 talkShow Deli TV Medan dengan thema “ bagaimana sebaiknya memilih sosok wakil rakyat” Talkshow oleh : 1. Dr. H Maratua Simanjuntak ketua FKUB 2. Drs. Albert Pakpahan, MAP wakl ketua I FKUB 3. Oemar Witaryo, SH wak. Ketua II FKUB, dialog dilakukan pukul 16.00-17.00 WIB Deli TV Medan. 25 Maret 2014 Mengisi talkshow radio Lite FM dengan judul “kebersamaan menuju pemilu damai” Talkshow oleh : 1. Ketua FKUB Provsu 2. Kaban kesbang polinmas Provsu. 3. Ketua pemuda kamtibmas Sumut 4. Ramadhan Pohan Studio radio Lite FM di Medan. 29 April 2014 Kontak publik TVRI Sumut ; harapan bersama pasca pileg 9 april 2014 Pembicara dalam kontak publik tersebut Ketua FKUB Sumut, kasubbid Binterma Ditbinmas Poldasu, dan ketua pemuda mitra kamtibmas Stasiun TVRI Sumatera Utara. 12 Mei 2014 Diskusicurah pendapat dengan Diskusi tersebut dilakukan oleh Ruang kerukunan Kantor 110 thema “membentuk karakter bangsa dan jiwa nasionalisme dalam dunia pendidikan study komparatif di negara jepang” oleh bakesbang polinmas provinsi Sumatera Utara kesbangpolinmas. Provinsi Sumatera Utara yang bersama FKUB Sumatera Utara KesbangPolinmas Prov. Sumatera Utara Focus Group Discussion dengan Thema “ meningkatkan penanggulangan radikalisme guna mewujudkan sistem keamanan nasional dalam rangka ketahanan nasional” Focus Group Discussion dilakukan oleh badan kesbangpolinmas Provinsi Sumatera Utara yan bekerja sama dengan lemhanas RI, pejabat Lemhanas RI turut hadir dalam FGD tersebut 17 Juni 2014 Dialog Kebangsaan oleh Kodam IBB Dialog kebangsaan dilakukan Kodam demi meningkatkan kondusivitas masyarakat di Sumatera Utara Balai prajurit makodam IBB Medan 19 Juni 2014 Pertemuan tim kemenkopolhukam RI dengan pemerintah daerah dan masyarakat sumatera utara Pertemuan tersebut dalam rangka koordinasi, sinkronisasi, pengelolaan harmoni sosial serta rencana strategis penyelesaian konflik sosial di Provinsi Sumatera Utara Ruang Beringin Lt. 8 Kantor Gubernur Sumatera Utara 9 Juni 2014 Mengadakan dialog dengan tokoh lintas agama Dialog lintas agama dilakukan demi menyongsong pemilihan presiden 2014 yang aman dan damai tanpa terpropokasi isu sara. Dialog dibuka oleh Ka.Kanwil Kementrian Agama Provinsi Sumatera Utara sekaligus sebagai keynote speaker Bina Graha Pemprovsu. Medan 4 Juli 2014 Forum dialog dengan tokoh agama Forum dialog diikuti oleh tokoh agama, Gedung Bina Graha 111 dan tokoh masyarakat tentang pemahaman bersama mengenai pencegahan kekerasan dan radikalisme tokoh masyarakat dan akademisi yang berada di Sumatera Utara PemprovSu. Medan 18 Agustus 2014 Dialog kerukunan Parsipatif dan narasumber dalam Dialog kerukunan dengan Mark Clark consuler US Embassy Jakarta Kantor konsulat Uniland Medan 30 Agustus 2014 FKUB sumut Menjadi narasumber seminar dengan thema “ kerukunan dan radikalisme” Seminar diadakan oleh kesbang polinmas kota Tanjung Balai Tanjung Balai 18 september 2014 Dialog Lintas Agama FKUB Kab. Labuhan Batu Utara dengan Thema “ konsep kerukunan lintas agama” Dialog lintas agama berjalan dengan musyawarah dan kekeluargaan Labuhan Batu Utara 7 Oktober 2014 FGD dengan Thema “ Pementaan Konflik di Sumatera Utara” FGD diadakan oleh sekretariat daerah Provinsi Sumatera Utara Aula Kesbang Polinmas Prov. Sumatera Utara Dialog sesama pengurus FKUB Provsu 20 Maret 2013 Diskusi tentang konsep ketuhanan menurut agama kristen Kegiatan diskusi diikuti oleh semua pengurus FKUB dengan dasar pemikiran untuk saling memahami antar agama yang berbeda. Tempat Kantor FKUB Provinsi Sumatera Utara 3 April 2013 Dialog konsepsi ketuhanan prespectif agama Islam Dialog diikuti oleh pengurus FKUB, narasumber dalam dialog tersebut ; Prof. Dr. H. Hasan Bakti Nasution, MA Tempat di kantor FKUB Sumatera Utara 10 April 2013 Dialog konsepsi ketuhanan prespectif agama khatolik Dialog diNaraSumberi oleh Pastor Benno Ola Tage, Pr. Tempat di Kantor FKUB Sumatera Utara 9 oktober 2013 dialog tentang konsep ketuhanan Pengurus FKUB melakukan dialog Kantor FKUB Sumatera Utara. 112 menurut ajaran agama konghuchu yang dinarasumberi oleh Bapak Muslim linggow Konghuchu 30 oktober 2013 Dialog tentang konsep ketuhanan menurut ajaran agama budha Pengurus FKUB melakukan dialog yang dinarasumberi ketut supardi, S.Ag, M.Si, pembimas Budha Kanwil Kemenag Prov. Sumut Kantor FKUB Sumatera Utara Tahun 2014 5 November 2014 Pemaparan dan dialog tentang konsep agama menurut ajaran agama Hindu Dialog di narasumberi oleh Chandra Bose Kantor FKUB Sumatera Utara 19 November 2014 Dialog Membicarakan tentang masalah tidak adanya pengisian kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk Dialog dilakukan bersama dengan pengurus FKUB. Kantor FKUB Sumatera Utara Tahun 2015 14 Januari 2015 Diskusi tentang penghafusan kolom agama dalam KTP - Kantor FKUB Sumatera Utara

2. Menampung Aspirasi

Beberapa kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam upaya menampung aspirasi dari berbagi intansi, masyarakat, dan organisasi akan dipaparkan sebagai bebrikut a. Kunjungan sekaligus penampungan aspirasi, memperoleh saran dan masukan mengenai kinerja FKUB, Ke Uskup Agung Medan, tanggal 30 April 2013 di kantor Keuskupan Agung Medan. b. FKUB Provinsi Sumatera Utara Menerima Laporan dari Kepala Kantor Kementrian Agama Padang Sidempuan tentang kronologis pembakaran rumah di desa Tolong Jae Dusin Adian Goti, Kec. Sayurmatinggi Kab. Tapanuli Selatan, kejadian ini dikarenakan adanya kesenjangan sosial dan sumber daya alam antara warga desa tolong jae dengan warga dusun Adi Goti sehingga terjadilah pembakaran rumah. Dimana kronologinya adalah : 113 · Pada hari minggu dini hari tanggal 22 Desember 2013 terjadi pembakaran rumah di dusun Adian Goti sebanyak 1 unit rumah lebih kurang pukul 04.00 WIB. · Pada hari senin tanggal 23 Desember 2013 siang pukul 12.00WIB terjadi lagi pembakaran sebanyak 6 unit rumah Rumah yang terbakar diperkirakan sebanyak 7 rumah ditambah 3 unit rumah yang terbakar hanya dapurnya . konflik masyarakat desa tolong jae dan dusun adian goti kecamatan sayurmatinggi kabupaten tapanuli selatan bukan karena unsur konflik agama sesuai dengan kesepakatan tokoh agama kab. Tapanuli selatan karena ternyata issu adanya gereja terbakar tidak terbukti, tetapi hanya satu tiang teras depan sebelah kanan mau masuk ke greja AVIE bahasa Nias artinya Jemaat Tuhan. c. Menerima, membahas dan mentabulasi surat dari Majelis Ulama Indonesia kabupaten tapanuli tengah No. B.65DP K.II-15II2014 Tanggal 27 Februari 2014 tentang penistaan agama dari berita metro Tapanuli tentang tulisan “Babi Muhammad”. FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah memproses melalui surat yang menegaskan bahwa persoalan ini bukan masalah agama. d. Menemukan, membahas dan mentabulasi sumber berita dari harian waspada tanggal 3 sd 4 maret 2014 tentang “ MUI desak pemko padang Sidempuan tertibkan ternak babi dalam kota padang sidempuan” FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah memproses melalui surat yang menegaskan bahwa persoalan ini bukan masalah agama. e. Pada awal desember 2014 FKUB provinsi Sumatera Utara menerima laporan dari masyarakat tentang adanya pelecehan agama Islam oleh guru SMPN 2 Sicanang yang dimunculkan di Facebook.

3. Menyalurkan aspirasi

FKUB Provinsi Sumatera Utara menyalurkan aspirasi kepada gubernur dengan tembusan keberbagai instansi terkait, berikut ini akan dipaparkanlaporan beberapa kegiatan yang telah didapat peneliti langsung dari kantor seketariat FKUB Provins Sumatera Utara. Beberapa penyaluran aspirasi yang dilakukan adalah : a. Laporan dari Kanwil. Agama Padang Sidempuan tentang apa yang terjadi di padang sidempuan telah di salurkan kepada gubernur lewat laporan kegiatan bulan Desember 2013 Nomor : 01.0-1FKUB-II2014. 114 b. Menyalurkan Aspirasi yang dilakunan yakni menyampaikan laporan kerja mengenai semua kegiatan FKUB rutin setiap bulan kepada Gubernur Sumatera Utara, mengenai apa yang dikerjakan, aspirasi yang disampaikan, dan kegiatan menghadiri kegiatan dan lainnya. dengan tembusan Menteri dalam negeri Cq. Dirjen Kesbangpol di Jakarta, Dewan Penasehat FKUB Provinsi Sumatera Utara, kepala Badan Kesejahteraan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara di Medan, kepala Kanwil. Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara di Medan, dan majelis-majelis agama provinsi Sumatera Utara di Medan.

4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat

Laporan data yang menunjang kegiatan sosialisasi UU atau peraturan keagamaan dan perbedaan masyarakatakan dipaparkan dalam beberapa penjelasan sebagai berikut. a. Pejabad FKUB Sumatera Utara menjadi narasumber pada kegiatan penguatan empat pilar kebangsaan bagi aparat kesbangpolinmas provinsi dan kabupaten kota se-Sumatera Utara tahun 2013 di Asean Hotel Medan Sumatera Utara Tanggal 15 April 2013. b. Sosialisasi pencegahan dan penaganan korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah di lokasi dana dekonsentrasi TA. 2013 tanggal 30 september-2 oktober di Internasional Sibayak Hotel Brastagi, Karo. Sosialisasi tersebut Dihadiri oleh 4 pengurus angota FKUB sumut. c. Sosialisasi hasil penelitian potensi terorisme dan pencegahan terorisme di Sumatera Utara tanggal 20 November 2013 di Grand Kanaya Hotel, Medan. d. FKUB Provinsi Sumatera Utara Menjadi narasumber pada kegiatan harmonisasi dan eksistensi pegawai dalam memelihara kerukunan umat beragama berdasarkan pancasila tanggal 7 mei 2014 di Garuda Plaza Hotel, Medan e. Melakukan kunjungan pembinaan FKUB Provinsi Sumatera Utara kepada pengurus FKUB Kabupaten Labuhan Batu Selatan tanggal 20-21 Oktober 2013 di Kota Pinang, kunjungan dilakukan oleh 4 pejabat FKUB sumut, DR. H. Maratua Simanjuntak, Dr H Arifinsyah M Ag, Dr H M Arifin Umar Bishop Dr J H Manurung. f. Mengikuti kegiatan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembekalan da’ai kota medan dan sekitarnya tentang “pencegahan radikalisme dan terorisme mewujudkan sumatera utara yang damai”. Tanggal 10 desember 2013 di hotel Kanaya Medan. g. Tanggal 26 dan 27 maret 2014 pengurus FKUB menjadi narasumber pada diklat teknis substantif peningkatan kompetensi penggerak kerukunan umat beragama angkatan I kementrian agama provinsi sumatera utara dengan thema : 1. Strategi peningkatan dan pemberdayaan FKUB 2. Tugas kepala daerah dalam memelihara kerukunan 115 Diklat tersebut dinarasumberi dari FKUB : Pdt. DR Elim Simamora, Dr. H. Arifinsyah, M.Ag, Najamuddin S.Ag, M.Ag dan Drs. H. Sarwo edi, MA. h. Melakukan kunjungan pembinaan ke FKUB Kabupaten Padang Lawas tanggal 6 desember 2013 dan di padang lawas utara tanggal 7 desember 2013 yang dilaksanakan oleh ketua FKUB provinsi Sumatera Utara, ditemani oleh Dr. H Amas Muda Siregar, MBA, MM, dan Mukhsin Purba. Kunjungan dilaksanakan karena selain memberikan pembinaan dan pencegahan konflik kepada FKUB padang lawas utara, juga karena FKUB padang Lawas Utara tidak aktif dan tidak pernah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan FKUB provinsi sumatera Utara. i. Narasumber pada kegiatan pembinaan mental generasi muda menjaga kerukunan umat beragama dalam bingkai NKRI oleh Kanwil. Mentri Agama Provinsi Sumatera Utara tanggal 12 dan 13 Mei 2014 j. FKUB provinsi sumatera utara bekerja sama dengan kodam IBB yang disponsori walikota medan melakukan do’a bersama tanggal 6 februari 2014 di lapangan benteng Medan, doa bersama dilaksanakan dalam upaya mendoakan bencana alam gunung sinabung dan mendoakan masyarakat yang melanda tanah karo. doa bersama tersebut dipimpin oleh Drs. Abdul Razak, M,Si Islam, Bishop Dr. JH. Manurung kristen, pastor Bonaventura Hendrikus Gultom OfmConv khatolik, Pinandita Chandra Bose hindu Bhiksu Khermanto Thera budha, Andy Wiranata, SE konghuchu. k. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber dalam pelatihan jambore pemuda indonesia JPI dan bakti pemuda antar provinsi BPAP provinsi Sumatera Utara tahun 2014, tanggal 26 Oktober 2014 di BP- PAUDNI Medan. l. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber pada orintasi kebijakan KKB dan sosial ekonomi bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat tingkat Provinsi Sumatera Utara tanggal 10 November 2014 di Grand Antares Hotel Medan. m. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber pada sosialisasi, pembinaan dan koordinasi keagamaan bagi para tokoh agama se- Sumatera Utara. Tanggal 26 November 2014 di Soechi International Hotel, Medan. V.1.2.1. Rekapitulasi Kegiatan Kinerja FKUB Prov. Sumatera Utara Dari Januari 2013 Hingga Februari 2015

V.1.2.1.1. Rekapitulasi

Menghadiri Undangan Dengan InstansiLembaga Terkait Sangat banyak kegiatan yang dilakukan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara untuk menghadiri dan berpartisipasi untuk mensukseskan acara-acara dari instansi dan lembaga terkait. Undangan tersebut dihadiri dalam berbagai acara, 116 mulai dari seminar, halal-bihalal, diskusi publik, dialog, talkshow di TV dan radio, menjadi narasumber, pelatihan, acara besar keagamaan, dialog dengan intansi terkait dan membangun hubungan kerja dengan isntansilembaga lain. Pada tahun 2013 tercatat 75 kali menghadiri kegiatan dan undangan, Tahun2014 tercatat ada 121 kali menghadiri kegiatan dan undangan dan sampai Februari 2015, ada 11 kali menghadiri kegiatan dan undangan. Total kegiatan yang dihadiri oleh FKUB provinsi Sumaera Utara dari januari 2013 sampai dengan februari 2015 sebanyak 207 kali. V.1.2.1.2. Total Realisasi Acara dan kegiatan yang diprogramkan FKUB Sumut Berbagai aktivitas, kegiatan dan acara yang diprogramkan dan telah terealisasi oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara disajikan dalam berbagai jenis, diataranya adalah sebagai berikut : 1. Rapat rutin dilakukan setiap minggu, 52 kali di tahun 2013, 52 kali ditahun 2014 dan 8 kali sampai buan Februari di tahun 2015. Jumlah rapat rutin dari Januari 2013 samai Februari 2015 sebanyak 112 kali Rapati rutin membahas tentang surat masuk, aspirasi, dan kegiatan-kegiatan, serta pembagian tugas untuk menghadiri undangan atau kegiatan dengan instansi lain. 2. Rapat kerja idealnya dilaksanakan sekali dalam setahun, dalam rapat kerja Raker 2013 tanggal 9 April 2013 di kantor FKUB Sumatera Utara, Raker 2014 sayangnya tidak terlaksana, Raker 2015 di hotel Inna Dharma Deli Medan, 31 Januari 2015, dibuka oleh wakil gubernur Sumatera Utara, Bapak T. Ery Nuradi dan dihadiri oleh majelis-majelis agama Provinsi Sumatera Utara. 3. Kunjungan kerja : FKUB Sumatera Utara Melakukan beberapa kali kunjungan kerja kerja, baik ke FKUB provinsi lain dan turun ke FKUB kabupatenkota. Total kunjungan kerja yang dilakukan dengan rentan waktu januari 2013 sampai dengan februari 2015 sebanyak 18 kali. Kunjungan dilakukan dengan pembagian tugas diantara para pengurus FKUB. 4. Menerima silaturamiaudiensi, rentan waktu januari 2013 sampai dengan februari 2015 tercatat ada 9 kali FKUB Provinsi Sumatera Utara menerima 117 tamu dengan tujuan audiensi secara khusus di kantor sekretariat FKUB, silaturahmi dan kunjungan kerja dari berbagai instansi dan lembaga. 5. Kerja FKUB provinsi Sumatera Utara dalam menggelar acara yang diadakan dan dipanitiai sendiri oleh FKUB, sepanjang januari 2013 hingga februari 2015. dialog bersama dengan masyarakat dan tokoh agama sebanyak 7 kali, dialog keagamaan sesama pengurus dilakukan sebanyak 8 kali. Seminar, doa bersama, temu ramah dan diskusi atau curah pendapat dilakukan sebanyak 3 kali. Dengan demikian rekaputulasi Total kegiatan kerja yang diakukan dan telah terealisasi oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara sepanjang januari 2013 hingga Februari 2015 adalah sebanyak 159 kali.

V.2. Data Skala Nasional Kondisi Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

Kerangka sub bab ini penulis tetapkan beranjak dari variabel judul penelitian yakni menjaga kerukunan di sumatera Utara, maka peneliti perlu memaparkan kondisi kerukunan Provinsi Sumatera Utara dan perkembangannya yang terjadi selama ini. Kemudian beranjak juga dari statement yang selama ini berkembang dalam masyarakat bahwa “Sumatera Utara adalah Barometer Kerukunan Nasional”, “Sumatera Utara adalah Indonesia Mini, ingin melihat kerukunan Indonesia, lihat Sumatera Utara” dan masih banyak statement lainnya yang mendukung. Tidak bisa dipungkiri sesungguhnya Sumatera Utara memiliki banyak suku, etnis, budaya dan agama, hal ini dimungkinkan terjadinya perselisihan antar masyarakat termasuk kemungkinan akan terjadinya perselisihan antar agama. Jadi sebetulnya Sumatera Utara memiliki potensi konflik yang cukup besar karena keheterogenitas yang melekat pada masyarakat Sumatera Utara. Oleh karenanya 118 penting untuk menelusuri perkembangkan kerkukunan di Provinsi yang terkenal dengan pluralisme ini. Untuk menelusuri sumber data mengenai hal-hal yang mendukung informasi tentang perkembangan kerukunan di Sumatera Utara, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat mengenai kondisi kerukunan di Provinsi Sumatera Utara, selain wawancara, peneliti juga menelusuri media cetak, media internet, dan buku-buku , serta lembaga-lembaga resmi yang secara konsen memantau kondisi kerukunan di Sumatera Utara ini. Berikut ini akan dipaparkan hasil penelusuran memalui dua aspek, yakni data primer dan hasil data sekunder.

V.2.1. Data Survei Kerukunan berdasarkan Publikasi Lembaga Nasional dan Regional

Data sekunder tentang kondisi kerukunan umat beragama di Provinsi yang berjuluk “Indonesia mini” ini, peneliti peroleh dari berbagai sumber, baik majalah, buku, laporan tahunan atau Annual Report dari beberapa organisasi pemerintah maupun non pemerintah yang secara konsen memantau dan meneliti kondisi kerukunan secara nasional. Berikut ini akan dipaparkan data sekunder yang mendeskripsikan kondisi kerukunan umat beragama di Provinsi Sumatera Utara yang didapati peneliti dari berbagai Sumber.

1. Survei Setara Institude

SETARA Institute adalah organisasi hak asasi manusia yang menaruh perhatian pada pemajuan kondisi hak asasi manusia di Indonesia. Salah satu 119 elemen hak yang diperjuangkan adalah hak untuk bebas beragamaberkeyakinan bagi warga negara. Setara Institude adalah organisasi non pemerintah skala nasional, yang secara konsen memantau baik dari media massa dan media lokal, meneliti secara kualitatif dan melaporkan hasil kondisi kerukunan secara nasional dalam bentuk laporan tahunan. Setara Institude memiliki kontributor di setiap provinsi di Indonesia, secara khusus di Sumatera Utara adalah saudara Muhrizal Syahputra. Dimana laporan hasil penelitian tersebut dipublikasikan ke publik melalui website Setara Institude.org, dimana laporan hasil tersebut sebagai pertimbangan data , rekomendasi bagi institusi negara dan mendidik masyarakat mengenai kondisi nyata kerukunan antar di Indonesia. Gambaran Pelanggaran kebebasan beragama yang biasa dipantau oleh Setara Institude meliputi isu-isu dominan sebagai berikut: [1] pendirian rumah ibadah; [2] penyesatan keyakinan aliran keagamaan; [3] pengrusakan tempat ibadah; [4]. Pelarangan beribadah [5].perusakan dan penolakan beribadah, dan [6] peraturan perundangundangan dan kebijakan diskriminatif. Berikut ini akan disajikan Annual report kondisi ketidakrukunan, atau tepatnya peristiwa pelanggaran kebebasan beragamaberkeyakinan di Sumatera Utara sejak tahun 2008 hingga 2013. Perkembangan dari tahun-ketahun, yakni dari tahun 2008 hingga tahun 2013, pada tahun 2008 hingga 2009 Setara Institude menyebutkan kondisi kerukunan di Sumatera Utara sejak 2008 hingga 2009 “cukup Kondusif”. 19 , 19 Lih. Laporan Kondisi BeragamaBerkeyakinanKBB di Indonesia 2007- 2009, “negara Harus Bersikap” Publikasi Setara Institude. Hal. 15-16. 120 berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara dan kondisinya dari skala nasional Grafik 2 Seberan KBB berdasakan Provinsi di Indonesia tahun 2008 Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2008 Kemudian laporan KBB tahun 2008 diikuti penurunan pada laporan KBB tahun 2009. grafik kondisi KBB di Sumatera Utara dan kondisinya 2009 dari skala nasional adalah : Grafik 3 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2009 Sumber : laporan KBB Setara Institude tahun 2009 selanjutnya tahun 2010 kebebasan beragama menunjukkan tren negatif, yakni meningkat dari 8 peristiwa di tahun 2009 menjadi 15 peristiwa ditahun 2010, hal ini meningkat dikarenakan adanya golongan ormas garis keras yang bertindak anarkis dan adanya isu sara mengenai pilkada di kota Medan, serta bertambahnya konflik-konflik, pada tahun 2010 dapat disimpulkan Sumametera 121 Utara berada pada kondisi “kurang kondusif”. 20 berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara tahun 2010 dan kondisinya dari skala nasional Grafik 4 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2010 Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2010 Pada tahun 2011 bukannya malah membaik dari tahun sebelumnya malah semakin memburuk, terdapat 24 peristiwa pelanggaran, hal ini terjadi karena banyaknya kasus kekerasan dan pelarangan beribadah serta pembakaran rumah ibadah yang terjadi sepanjang 2011, pada 2011 dapat disimpulkan Sumatere Utara dalam Kondisi “tidak Kondusif”. 21 berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara tahun 2011 dan kondisinya dari skala nasional Grafik 6. Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2011 Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2011 20 Lih. Laporan tahunan KBB. Publikasi setara Institude 2010. “Negara Menyangkal” hal. 36-38 21 Lih. Laporan tahunan KBB Publikasi Setara Istitude 2011. “politik Diskriminasi Rezim SBY” hal. 21 122 Selanjutnya pada tahun 2012 Sumatera Utara mengalami tren Positif dari tahun sebelumnya, yakni hanya terdapat 3 kasus saja peristiwa pelanggaran yang didapai Setara Institude dengan demikian kondisi kerukunan di Sumatera Utara tahun 2012 adalah “kondusif” 22 , Grafik 7 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2012 Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2012 pada tahun 2013 kondisi di Sumatera Utara kembali Shifting, naik dari 3 peristiwa menjadi 15 peristiwa, hal ini ditandai dengan banyaknya pelarangan pendirian rumah ibadah, kemudian berbagai kasus intoleransi dan isu sara muncul karena tahun 2013 ada momentum pemilihan gubernur di Sumatera Utara dan banyaknya tidak dikeluarkannya izin pendirian rumah ibadah oleh pemerintah daerah, terutama di daerah Binjai dan Tapanuli utara. Kesimpulan kondisi tahun 2013 Sumatera Utara berada pada keadaan “kurang Kondusif” 23 22 Lih. Laporan Tahunan KKB. Publikasi Setara Institude 2010 “kepemimpinan tanpa prakarsa” hal. 36-37 23 Lih. Annual Report Setara Institude 2013 “stagnation on Freedom of religion” hal. 41- 48 123 Grafik 8 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2013 Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2013 selanjutnya pada tahun 2014 Setara Institude melakukan evaluasi terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di seluruh indonesia, Termasik Sumatera Utara sejak tahun 2008 hingga 2013, hasil evaluasi tersebut sangat mengejutkan, bahwasannya secara nasional Sumatera Utara masuk dalam “Zona Merah” mengenai kebebasan beragama dan berkeyakinan, hal ini didasari oleh, pertama adanya 78 pelanggaran yang terjadi sejak 208 hingga 2013, kondisi ini secara nasional termasuk kuantitatif tinggi. Selanjutnya alasan dibuatnya zona merah karena “Keengganan Pemerintah Daerah mengatasi kasus rumah ibadah” hal ini didasari karena banyaknya kasus rumah ibadah yang belum selesai, mulai dari tidak dikeluarkannya izin, pembongkaran dan perobohan rumah ibadah hingga pelarangan beribadah, untuk kasus ini diakui Setara Institude bahwa belum tampak upaya signifikan Pemerintah setempat untuk penyelesaian masalah yang muncul di beberapa daerah. 24 24 Lih. Laporan KBB Setara Istitude 2014.”dari Stagnasi menjemput harapan baru”. Hal 123-128. 124 Data tersebut seluruhnya direkapitulasi sehingga jumlahnya tercatat 78 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan KBB di Sumatera Utara sepanjang 2008 hingga 2013. Berikut ini rekapitulasi kondisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Sumatera Utara mulai dari tahu 2008 hingga 2013. Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015.

2. Survei Aliansi Sumut Bersatu ASB

Aliansi Sumut Bersatu ASB adalah organisasi masyarakat sipil atau LSM yang sejak tahun 2006 melakukan upaya-upaya penguatan untuk mendorong penghormatan dan pengakuan terhadap keberagaman melalui pendidikan kritis, dialog, advokasi dan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh ASB berupaya untuk melibatkan aktivis muda lintas agama, mahasiswai, NGO, 5 10 15 20 25 tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 13 8 15 24 3 15 Grafik 9. Sebaran Laporan KBB Setara Institude di Provinsi Sumatera Utara 2008 Hingga 2013 tingkat KBB 125 jurnalis dan kelompok rentan lainnya dengan semangat kebersamaan dalam keberagaman. 25 . Kegiatan ASB konsen pada pemantauan intoleransi 26 dan merawat pluralisme, artinya apabila ada sikap dan tindakan yang tidak menghargai hak-hak fundamental pemeluk agama tertentu dalam menjalankan keyakinan agama yang berbeda dengan keyakinannya, ASB akan melakukan publikasi dan membantu dalam hal advokasi dan pendampingan proses penyelesaian masalah berdasarkan hukum yang berlaku di negeri ini. Dari beberapa pemantauan yang telah dilakukan baik melalui pemberitaan media massa dan pemantauan di lapangan, ASB telah merekaptulasi kasus intoleransi yang terjadi di Sumatera Utara, hasil rekapitulasi menunjukkan sepanjang tahun 2010 ada sebanyak 20 kasus intoleransi. Tabel 14. Kasus Intoleransi di Sumatera Utara hasil pemantauan ASB tahun 2010 No Kategori Kasus Persentase 1 konflik tempat ibadah 7 kasus 35, 2 penyesatan dan pelaporan kelompom yang diduga sesat 7 kasus 35, 3 kekerasan dan penyerangan 5 kasus 25 4 kebijakan yang diskriminatif 1 kasus 5 Jumlah 20 Kasus Sumber : Publikasi ASB 2010. 25 Aliansisumutbersatu.org, diakses 15 maret 2015. 26 Berdaasarkan standar pemahaman ASB defenisi Intoleransi Secara terminologis, adalah sikap dan tindakan yang tidak menghargai hak-hak fundamental pemeluk agama tertentu dalam menjalankan keyakinan agama yang berbeda dengan keyakinannya. Intoleransi beragama religious intolerance bukan hanya sekedar sikap tidak toleran terhadap pemeluk agama lain tetapi juga melakukan propaganda hasutan yang berupa ungkapanpernyataan kebencian dan atau bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan untuk menyebarkan faham-faham ideologis diskriminatif. 126 Selanjutnya pada tahun 2011 dari fakta yang ada, dari pantauan ASB jumlah kasus intoleransi beragama cenderung meningkat. Dilihat dari jumlah kasusnya, ada 63 Kasus intolerance yang intens diberitakan media. Berikut adalah tabel pembagian jenis isu dan pembagian isu kasus intolerance di Sumut tahun 2011. Tabel 15. Kasus intoleransi di Sumatera Utara hasil pemantauan ASB tahun 2011 No Jenias Kasus Jumlah 1 Tuntutan Diskriminatif 24 38 2 Penistaanpelecehan agama 3 5 3 Izin pendirian rumah ibadah 3 5 4 Sweeping 11 17 5 Permasalahan simbol keagamaan 1 2 6 Kebijakan diskriminatif 13 21 7 Pernyataan diskriminatif 3 5 8 Tindakan diskriminaitif 3 5 9 Penolakan rumah ibadah 1 2 Jumah 63 100 Sumber : publikasi ASB 2012. 27 Tren peningkatan intoleransi berlanjut di tahun 2012, pantauan dan publikasi ASB Pada tahun 2012 didapati kasus intoleransi meningkat dari sebelumnya 63 kasus menjadi 75 kasus, berikut akan dipaparkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 16 Kasus pemantauan media yang menghambat perkembangan pluralisme tahun 2012 No Kategori Berita Jumlah Kasus 1 Tindakan Diskriminatif 25 kasus 2 Pernyataan negatif terhadap kehidupan beragama 12 3 Tuntutan ormas terhadap pemerintahpenguasapemuka 10 27 Lih. Selengkapnya Laporan pemantauan ASB tahun 2011.”potret Kehidupan beragamaberkeyakinan di Sumatera Utara. Hal 20-21. 127 agama 4 Sweepingupaya pemberantasan lokalisasi PSK 12 5 Pengrusakan dan permasalahan rumah ibadah 8 6 Penistaan dan penyalagunaan simbol agama 5 7 Kekerasan terhadap pemuka agama 3 Jumlah 75 Sumber :publikasi ASB 2012 28 Pada Laporan akhir tahun 2012 memantau lima media besar di Sumatera Utara yakni Analisa, Waspada, Tribun Medan, Sumut Pos dan Sinar Indonesia Baru SIB. Peristiwa tersebut di dokumentasikan melalui pemantauan pemberitaan media massa khususnya media daerah. Selian itu, ASB juga melakukan kunjungan langsung outreach. Berdasarkan ketiga data publikasi ASB diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pemantauan ASB telah terjadi kasus intoleransi di Sumatera Utara sejak 2010 hingga 2012 sebanyak 158 kasus. Selanjutnya untuk memperbaharui data tersebut ASB telah melakukan launching terahir mengenai laporan kebebasn beragama dan berkeyakinan pada 26 Januari 2015 di Grand Antares Hotel, yang kemudian laungcing tersebut bisa dilihat di website resmiASB. hasil launcing data tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 17 Tabel jumlah kasus intoleransi di Sumatera Utara 2011-2014 No. Kategori Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Total 1 Tuntutan Diskriminatif 24 - - - 24 2 PenistaanPelecehan Agama 3 - - - 3 3 Ijin Mendirikan Rumah Ibadah 3 - - - 3 4 Sweeping 11 - - - 11 28 Selengkapnya lih. Penjelasan lengkap Publikasi ASB 2012. “Sumatera Utara : rawan Untuk Kemerdekaan beragama dan berkeyakinan ” hal. 4-40 128 5 Permasalahan Simbol Keagamaan 1 - - - 1 6 Kebijakan Diskriminatif 13 - - 1 14 7 Pernyataan Diskriminatif 4 - - 9 13 8 Tindakan Diskriminatif 3 25 16 9 53 9 Penolakan Rumah Ibadah 1 - - - 1 10 Pernyataan Negatif Terhadap Kehidupan Beragama - 12 13 6 31 11 Tuntutan Ormas Terhadap PemerintahPenguasaPemuka Agama - 10 9 18 37 12 Kekerasan Terhadap Pemuka Agama - 3 - - 3 13 Pengrusakan dan permasalahan Rumah Ibadah - 8 - - 8 14 Penistaan dan Penyalahgunaan Simbol Agama - 5 - 1 6 15 Pengrusakan dan Pencurian investaris Rumah Ibadah - - 9 - 9 16 Permasalahan Pendirian Rumah Ibadah - - 4 - 4 17 Upaya Pemberantasan Tempat Maksiat - - 25 8 33 18 Intimidasi Berbasis Agama - - 5 1 6 19 PelaranganPenghambat Aktivis Keagamaan - - 4 - 4 20 Pelarangan Kebebasan Berekspresi BeragamaBerkeyakinan - - - 1 1 21 Tuntutan DPRD Terhadap Pemerintah - - - 1 1 T O T A L 63 63 85 55 266 Sumber : launching ASB, Januari 2015 Jika dilakukan penggarikan kondisi intoleransi tersebut, maka hasil grafik kondisi intoleransi di Sumatera Utara sejak tahun 2011 hingga 2014 ialah sebagai berikut : 129 Sumber : Diolah Sabam Manurung, 2015 Data yang tercantum diatas membuka mata bahwa sesungguhnya kondisi Intoleransi di Sumatera Utara relatif tinggi, kasus tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni 85 kasus, jauh lebih tinggi dari tahun 2010, 2011,2012 dan 2014. Dengan demikian jika berkaca pada data diatas tidak salah kalau kita berkata jika Sumatera Utara rawan konflik, artinya potensi konflik di provinsi yang berjuluk “indonesia mini” ini relatif tinggi.

3. Survei Kerukunan Nasional di Indonesia Tahun 2013

29 Survei kerukunan nasional dikeluarkan oleh badan litbang dan diklat Puslitbang Kehidupan Keagaman kementrian agama republik Indonesia tahun 2013. Ada dua alasan mengapa survei ini dilakukan, pertama Studi semacam ini dapat menjadi “pengimbang” dari banyaknya informasi penelitian yang menekankan pada aspek konflik antar umat beragama konflik keagamaan. Kedua, dilihat dari segi hasil penelitian, informasi yang diberikan dari penelitian 29 Selengkapnya lih. Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, Kemenag. Balitbang RI, Jakarta 2013 50 100 Tahun 2011 2012 2013 2014 63 63 85 55 Grafik 10. Jumlah Intoleransi Sumut pulikasi ASB 2015 Jumlah Intoleransi 130 tentang kerukunan keagamaan ini juga dapat menjadi “penyejuk” dari banyaknya informasi hasil penelitian tentang konflik keagamaan di Indonesia yang terasa ”sumbang”. Survei nasional ini memfokuskan tentang kerukunan keagamaan di Indonesia dengan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan semacam ini tergolong langka di Indonesia. Metode survei dan penilaian ditinjau dari ketiga dimensi yakni 1 sikap, 2 persepsi dan 3 kerja sama, dimana jenjang skornilai digunakan untuk mengukur tingkat kerukunan seperti diuraikan di atas bisa digambarkan sebagai berikut: Tabel 18 Klasifikasi Penilaian Indeks Kerukunan Nasional Jenjang SkorNilai Indeks Kumulatif Arti Indeks dalam konteks Kerukunan Sebutan Nilai Indeks 1 sd 1.9 “potensi terjadinya konflik dalam hubungan antaragama sangat besar” Tidak Harmonis 2 sd 2.9 “potensi bagi terjadinya konflik dalam hubungan antaragama cukup besar Kurang Harmonis 3 sd 3.9 “kondusif bagi terciptanya kerukunan hubungan antar umat beragama” Cukup harmonis 4 sd 5 Kondusif bagi terpeliharanya kerukunan dalam hubungan antar umat beragama” Harmonis Sumber : Balitbang Keagamaan Kemenag. RI, 2013 Kemudian sistematika proses pengambilan sampel terhadap masyarakat yang tersebuar di semua Provinsi dilakukan dengan alur dan metode sebagai berikut : 131 Gambar 3 Dalam survei nasional tersebut, jumlah responden telah mewakili seluruh agama di setiap daerah provinsi Indonesia, berkikut diagram indeks responden berdasarkan agama. Grafik 11. Indeks Responden Nasonal Berdasarkan Agama angka dalam Juta Sumber : Balitbang Keagamaan Kemenag. RI 2013 132 Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden telah diseimbangkan dengan jumlah penduduk berdasarkan agama yang dikeluarkan oleh BPS 30 , dari diagram tersebut ada responden yang hampir sebanyak jumlah data BPS dan ada juga responden yang melebihi jumlah data statistik Hasil survei tersebut tercatat secara nasional, mencakup seluruh provinsi yang ada di Indonesia, berikut hasil survei sebaran indeks kerukunan berdasarkan provinsi di Indonesia secara tahun 2013 berdasarkan provinsi di seluruh Indonesia. Gambar 4. 30 Badan Pusat Statistik terahir melakukan survei pada tahun 2010, jadi dapat dipastikan data BPS disini mengunakan data penduduk tahun 2010. 133 Dari gambar sebaran indeks kerukunan diatas, Provinsi Sumatera Utara berada pada jenjang skornilai indeks 3,7. Berdasarkan indeks kerukunan sumatera utara berada pada kondisi “kondusif bagi terciptanya kerukunan hubungan antar umat beragama”, dan berdasarkan sebutan nilai indeks Sumatera Utara berada pada kondisi “Cukup Harmonis”. PERWAKILAN KASUS AKTUAL KEAGAMAAN DI SUMATERA UTARA YANG BELUM SELESAI

1. penolakan Pembangunan Gereja HKBP Binjai Baru, Kota Binjai

diawali dari tahun 1999, dibentuk panitia pembangunan gereja HKBP Binjai Baru di area pertapakan PTPN II. Selanjutnya pada tahun 2000 proses pinjam pakai telah diperbolehkan PTPN II tanjung Morawa lahannya untuk dipinjam oleh pihak HKBP untuk dibangun gereja lewat surat buti dari PTPN II No. II.13.x82000, mengenai pemakaian tanah disini tidak ada masalah karena pihak yang memiliki tanah yakni PTPN II sudah memberikan izin peminjaman dengan syarat pinjam pakai, tetapi muncul permasalahan ketika melakukan pendekatan dengan masyarakat lingkungan setempat dan muspida, ada penolakan dari masyarakat lingkungan setempat mengenai proses pendirian gereja ini, berbagai upaya telah ditempuh, pertemuan dan mediasi telah dilakukan, bahkan tuntutan kepada walikota binjai telah dilayangkan, serta upaya pendekatan dan komunikasi telah sering dilayangkan surat kepada FKUB, kanwil depag, majelis agama dan uspida lainnya, meskipun ada penolakan tetapi jemaat 134 HKBP tetap membangun gereja tersebut sehingga fisiknya telah kelihatan, sudah ada bangunan, sudah ada atap dan bentuk konstruksi bangunan telah ada, penolakan terus berlanjut dari elemen masyarakat dan juga dari pemerintah kota Binjai dengan alasan bangunan yang berdiri tersebut tidak memiliki izin Mendirikan Bangunan IMB, selanjutnya banyak pihak meminta supaya gereja tersebut tidak dipakai untuk kegiatan peribadatan dengan bukti telah diberi police line. Saat ini pembangunan gereja masih tertahan dan belum diperbolehkan dilanjutkan, pemakaian gereja untuk ibadah juga tidak diperbolehkan, sehingga warga jelaat HKBP Binjai Baru beribadah dirumah-rumah jemaat secara bergantian.

2. Pembakaran Tempat Ibadah HKBP di Sibuhuan, Kec. Barumun,

Padang Lawas Pada 24 desember 2009 umat kristiani merayakan natal di tempat ibadah mereka, ibadah tersebut berjalan dengan aman dan damai, lalu malamnya pukul 23.30 beberapa waktu setelah ibadah selesai ada rombongan masyarakat yang mendatangi rumah ST. J.Sihombing agar tidak boleh dilakukan ibadah di tempat yang dilakukan perayaan natal tadi, selanjutya agar bangunan yang dipakai tadinya untuk bernatal dibongkar saja. Sejak saat itu warga kristen tidak melakukan kegiatan apa-apa sampai malam pergantian tahun 2010. Tanggal 21 januari 2010 penatua agama kristiani diundang oleh camat barumun untuk musyawarah dan di dalam musyawarah tersebut disampaikan agar umat kristiani tidak diperbolehkan melakukan ibadah karena masyarakat kecamatan barumun merasa keberatan dan resah. Lalu esok harinya tanggal 22 januari 2010 massa 135 datang langsung menuju lokasi gereja HKBP Sibuhuan langsung merobohkan bangunan yang terbut dari kayu dan langsung membakarnya sehingga hanguslah seluruh bangunan dan impentaris yang ada didalamnya. Saat masalah ini terjadi FKUB belum ada dibentuk di kabupaten padang lawas ini. Selajutnya pada 23 januari 2010 diadakat rapar puspida plus kabupaten Padang Lawas di ruang kerja Bupati Padang Lawas, hasil rapat tersebut adalah pertama keamanan independent warga nasrani di Sibuhuan kec. Barumun dijamin oleh tokoh masyarakat melalui ketua DPRD, kedua oembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Padang Lawas akan dibentuk paling lambat tanggal 15 Pebruari 2010, ketiga pemerintah memfasilitasi kebebasan beribadah bagi umat kristiani dan mencari lokasi yang lebih tepat dan layak serta dapat diterima oleh masyarakat dengan memenuhi prosedur yang berlaku. Perkemangannya saat ini di tahun 2015 ini jemaat HKBP di Sibuhuan, di lingkungan VI pasar Sibuhuan belum memiliki gereja untuk tempat ibadah setelah gerejanya terbakar di tahun 2010, jemaat HKBP Sibuhuan beribadah di rumah-rumah jemaat, tercatat ada 152 orang jemaat yang tergabung dalam jemaat HKBP Sibuhuan ini. Belum ada fasilitas nyata dari pemerintah kabupaten Padang Lawas untuk mencari lokasi yang tepat dan layak sesuai dengan janjinya di tahun 2010 lalu.

3. penolakan masjid Al-Munawar di Sarulla Desa Nahornop Kec. Pahae

Jae, Tapanuli Utara. Ada sebuah masjid yang berdiri di areal pemukimanwarga , masuk e dalam gang, dan tidak bisa diakses kendaraan roda empat, masjit tersebut 136 kecil dengan luas kurang lebih 10x10 m, kalau pada saat beribadah gedung tersebut hanya bisa menampung paling banyak 250 orang itupun sudah sampai diluar pagar, jadi untuk sholat bersama mereka melakukannya di tanah lapang. Lalu dengan kondisi seperti ini pihak masjid merasa kondisi initidak memungkinkan lagi untuk dipakai, kalau pun mau di perluas tidak bisa lagi karena telah dihimpit oleh rumah warga sehingga mendesak untuk dipindahkan ke lokasi yang lebih luas. Proses pemindahan awalnya berjalan lancar, ada tanah yang dihibahkan seorang keluarga, lokasinya strategis dengan loas kurang lebih 24x35 terletak dipinggir jalan, plakat pun telah dibuat bahwa didaerah itu akan dibangun mesjid Al-Munawar. Tetapi seiring beranjaknya waktu mulai ada penolakan, pertama dari individu masyarakat kemudian maskin banyak masyarakat bahkan bergabung menjadi aliansi masyarakat pecinta perdamaian berdemo menolak pemindahan mesjid ini. Dialog pun telah dilakukan, mediasi telah dilakukan, tetapi tetap belum membuahkan hasil, masyarakat saat ini pu masih tetap menolak pemindahan mesjid tersebut. Kondisi saat ini masyarakat islam dan kristen ada yang mengalami perpecahan, musuhan msekipun masih ada hubungan adat, saat ini umat islam di sarulla masih menggunakan masjid yang lama untuk melakukan peribadatan.

V.3. Data Eksistensi Kinerja FKUB dalam menjaga kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara

Berdasarkan perkembangan data yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dapat dikatakan bahwa banyaknya kontribusi berbagai elemen di Sumatera Utara, mulai dari Elemen Pemerintah, Non Pemerintah, dan forum strategis oleh 137 masyarakat. Kontribusi tersebut diupayakan semaksimal mungkin untuk terciptanya kerukunan di Sumatera Utara, salah satunya ialah peran strategis FKUB Provinsi Sumatera. Eksistensi FKUB dalam sajian berikut ini akan dipaparkan dalam bentuk eksistensi internal, eksternal, dan upaya dan teknik penyelesaian kasus yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama di Provinsi Sumatera Utara. Eksistensi yang telah ada nantinya akan menjadi bahan evaluasi oleh peneliti,

V.3.1. Upaya dan Teknik FKUB dalam Penyelesaian Kasus ketidakrukunan di Sumatera Utara

Penting untuk mengkaji upaya dan teknik penyelesaian kasus, dari sini nantinya akan diperoleh analisis efektivitas penanganan masalah yang selama ini diterapkan oleh FKUB Sumatera Utara, sehingga mampu meemaksimalkan peran untuk menangani kompleksitas kondisi yang mengganggu ketidak rumunan di Provinsi ini. Dalam buku pedoman yang dikeluarkan FKUB Sumatera Utara salah satu teknik atau kiat utama dalam mengupayakan kerukunan di Sumatera Utara adalah dengan memetakan faktr-faktor yang mendukung dan dan faktor penghambat kondisi kerukunandi Sumatera Utara, dari faktor pendukungdan penghambat tersebut akan dicari jalan tengah sehingga diupayakan tetap terjadi musyawarah dan mufakat. 31 Berikut ini akan dipaparkan perkembangan kinerja FKUB, dengan upaya kerjasama FKUB Provinsi dengan FKUB kabupaten Kota se-Sumatera Utara dalam memediasi Konflik-konfil yang terjadi di Sumatera Utara dan upaya penyelesaiannya. 31 Lih. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerukunan dan ketidakrukunan di Sumatera Utara, Hal. 138 Tabel 19. Konflik di Sumatera Utara dan Upaya Penyelesaiannya No Bentuk Kasus Permasalahan Upaya Penyelesaian 01 Pembangunan Gereja GKPS di Desa Buntu Pane Asahan. Adanya keresahan masyarakat Di Desa Buntu Pane Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan karena adanya kegiatan pembangunan gereja GKPS yang tidak memenuhi persyaratan administrasi Permasalahan ini sudah dibicarakan pada rapat pengurus FKUB Kabupaten Asahan dan untuk selanjutnya kasus ini akan ditangani oleh pemerintah kabupaen Asahan. 02 pembangunan gereja GBKPdi Desa gunung Pinto Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. adanya keberatan warga atas pembangunan gereja tersebut Permasalahan ini sudah dapat diselesaikan oleh FKUB kabupaten Karo secara musyarawah dan mufakat 03 Pembangunan Vihara Meireya Jaya di kelurahan Tebing Kisaran Kec. Kota Kisaran Barat, Asahan. adanya surat penolakan dari MUI Kabupaten Asahan dikarenakan pendirian vihara ini berdekatan dengan mesjid agung kisaran FKUB telah mengeluarkan rekomendasi pendirian rumah ibadat, selanjutnya permasalahan ini masih di kandepag. Asahan dan belum mengeluarkan rekomendasi pendirian rumah ibadat ini. 04 Rumah yang dijadikan rumah ibadat Gereja GBI Antiokia di komplek perumahan Tebing Indah Permai, Kel. Bandar Utara Kec. Tebing kota, Tebing Tinggi. Warga setempat merasa keberatan terhadap kegiatan dan keberadaan GBI Antiokia FKUB Kota tebing tinggi telah melakukan dialog dengan perwakilan warga setempat. FKUB kota tebing tinggi memberikan rekomendasi pemanfaatan sementara gedung yang bukan rumah ibadah paling lama dua tahun. Tetapi sesudah dua tahun pun belum juga terealisasi. 05 Pendirian rumah ibadat gereja HKBP resort Binjai Baru kota Binjai Adanya keberatan warga lingkungan II kelurahan Jati Makmur Kota Binjai atas pendirian rumah ibadat gereja HKBP tersebut. Pengurus FKUB dan dewan penasehat FKUB kota Binjai sepakat bahwa penyelesaian permasalahan ini diserahkan kepada pemerintah kota Binjai, sampai hari ini belum selesai. 06 Balai pengobatan yang berfungsi sebagai Vihara di kota Tanjung Balai. Adanya keberatan masyarakat dikarenakan izin pendirian bangunan sebagai balai pengobatan tetapi dijadikan rumah ibadat Permasalahan ini masih dalam proses penyelesaian dan akan dibicarakan lagi pada rapat pengurus FKUB Kota Tanjung Balai 07 Terbakarnya Warga beramai-ramai Permasalahan ini sudah dapt 139 rumah warga yang dijadikan tempat ibadah di lingkungan VI Kelurahan Pasar Sibuhuan Kec. Sibuhuan Kab. Padang Lawas mendatangi lokasi tersebut dan terjadi kebakaran dua unit rumah warga umat kristiani. diselesaikan oleh muspida plus kabupaten Padang Lawas dan pemerintah memfasilitasi kebebasan beribadah bagi umat kristiani dan mencari lokasi yang lebih tepat dan layak serta dapat diterima oleh masyarakat dengan memenuhi prosedur yang berlaku. 08 Pendirian rumah ibadat kuil Balaji Venkateshwara di Jalan Bunga Wijaya Kusuma No 25 A Kel. Padan Bulan selayang II Kota Medan. Warga keberatan atas pendirian rumah ibadah tersebut. Permasalahan ini sudah berhasil diselesaikan oleh FKUB Kota Medan 09 Renovasi gereja HKBP di dusin III Jalan Sumarela Timur Desa Laut Dendang Kec. Perut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Warga keberatan atas kegiatan renovasi gereja HKBP tersebut Permasalahan ini sudah diselesaikan dengan musyawarah oleh FKUB Deli Serdang, FKUB Sumut, pemuka agama Islam dan kristen dan pemda merekoalisi tempat tersebut. 10 Konflik yang rentan terjadi di 2009, di gedung DPRD Sumatera Utara. Yang menyebabkan meninggalnya ketua DPDR Sumut Adanya tuntutan pembentukan provinsi Tapanuli yang berakibat meninggalnya ketua DPRD Provinsi Sumatera Utara Pengurus FKUB Sumatera Utara dengan sigap melakukan mediasi bersama para pemuka agama, berdialog dengan para pimpinan majelis-majelis agama dan SKPD terkait, menyatakan sikap dan kesepakatan bersama bahwa peristiwa tersebut bukan masalah antar agama melainkan peristiwa politik. 11 Pembangunan patung amithaba di Vihara Triratna di Tanjung Balai Masyarakat menuntut agar penenpatan patung itu dipindahkan ketempat yang lebih terhormat FKUB menyerahkan kebijakan kanwil kemenagSU. Dan pemerintah tanjung Balai 12 Pemuatan gambar dewa Ganesha dan Krisna di Sandal yang beredar di Kota Medan Kondisi ini menndapat protes dari masyarakat Hindu dan Parisada Umat Hindu Dharma Indonesia PHDI Sudah diselesaikan secara musyawarah mufakat. Sandal tersebut ditarik dari peredaran. 13 Pelemparan mesjid yang berakibat terbakarnya kios merangkap bengkel sepeda motor milik Telah diselesaikan oleh pemda setempat bersama FKUB, selanjutnya pelaku pelemparan mesjid tersebut diproses secara hukum dan sudah selesai 140 warga yang bernama parlindungan Nababan di Bandar Pulau Asahan 14 Pembakaran mesjid di lumban lobu TobaSamosir. Percobaan pembakaran telah terjadi berulangkali, terakhir pembakaran pada 27 Juli 2010. . FKUB Sumut dan FKUB Tobasa telah melakukan mediasi sehingga masyarakat tidak terpancing, namun sampai saat ini polisi masih belum menahan pelaku pembakarannnya. 15 Terbakarnya dua buah mesjid dalam waktu yang bersamaan di kecamatan Aek Kuasan Kab. Asahan FKUB Sumut dan FKUB Kab. Asahan, pemerintah daerah dan polres setempat bermusyawarah dan sepakat diserahkan kepada pihak yang berwajib, sudah selesai

16. Permasalahan pendirian

masjid Al-Munawar Sarulla di kec. Pahae Jae Kab. Tapanuli Utara Adaya penolakan masyarakat terhadap pendirian masjid tersebut sejak tahun 2010 sampai sekarang belum bisa didirikan. Sudah ditempuh melalui peraturan yang berlaku, serta musyawarah yang digagas oleh pemerintah dan FKUB, namun Izin pendirian bangunan masjid belum dikeluarkan. Sampai hari ini belum selesai. Sumber : Buku Panduan FKUB Sumatera Utara 2014 Upaya Mediasi FKUB; Contoh Kasus Pembangunan Masjid di Pahae Jae, Tapanuli Utara Untuk menilai kinerja FKUB Sumatera Utara dalam memediasi pihak yang berkonflik, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa anggota FKUB Sumatera Utara, pertama Bapak, Jhon. H. Manurung, beliau pernah melakukan mediasi di Pahae Jae, Tapanuli Utara, beliau pernah ikut memediasi pihak yang berkonflik di daerah tersebut, disana ada pembangunan mesjid yang bermasalah karena pembangunannya ditolak oleh masyarakat sekitar, berikut wawancara singkatnya yang peneliti lakukan pada tanggal 9 April 2015. 141 Bagaimana proses pendekatan mediasi yang dilakukan di pahae Jae Itu, apakah dipertemukan kedua pihak yang berkonflik, atau seperti apa? “Tidak dipertemukan keduanya, tetapi satu-persatu kamu temui, kami dialog, dengan cara kekeluargaan, kami bukakan pemahaman, kita tampung cara pandang, masukan dan aspirasi dari masing-masing, lalu setelah kita kumpul masukan dari kedua pihak, kita rekomendasikan ke pemkab. Lalu ke gubernur”. Lalu saat ini bagaimana perkembangan peran FKUB dalam memediasi permasalahan rumah ibadah yang di pahae jae itu? “Kita sudah sampaikan ke Pemkab pemerintah kabupaten tapanuli Utara..red., supaya pemerintah kabupaen dapat segera menyelesaikan”. Dari penjelasan bapak Jhon H. Manurung tersebut bahwa upaya mediasi dilakukan dengan tidak mempertemukan, tetapi menemui satu-persatu dari dua pihak yang berkonflik, kemudian aspirasi dan jalan keluar tersebut ditampung dan disampaikan kepada lembaga eksekutif agar ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan. Batasan FKUB sebagai Forum Strategis hanya datang emndampingi dan memediasi pihak yang berkonflik, hal tersebut pun harus dilakukan dengan upaya damai, FKUB tidak berhak menyatakan kelompk A yang salah, sedangkan B benar, tetapi menampung aspirasi yang berkembang sehingga peran memreka membantu kepala daerah dalam membuat kebijakan yang tepat di bidang keagamaan. Berikutnya, demi menilai lebih jauh kinerja dalam upayanya memediasi pihak yang berkonflik, peneliti mengkajinya dari berbagai aspek mulai. Beranjak dari berbagai dinamika dialog, seperti pernah kah terjadi konflik dalam berdialog, pernahkah terjadi deadlog, apa jalan tengah untuk mencari solusi, hal-hal tersebut perlu dijawab dengan baik, agar kulitas mediasi selama ini dalat dipahami secara benar. Hasil wawancara berikut akan memberi jawaban tentang persoalan tersebut. 142 Ketika FKUB melakukan dialog dengan yang berkonflik, selalu misalnya pihak yang akan dimediasi harus diarakan ke tujuan kerukunan dari FKUB setidaknya harus meloloskan sesuatu, kalaupun misalnya FKUB ingin meloloskan sesuatu, bagaimana mekanismenya? “Yang harus kita loloskan itu bagaimana supaya kedua pihak yang berkonflik bisa berdamai bisa rukun, kan terkadang adanya satu pihak yang mengatakan mereka yang benar dan pihak lainnya salah. Nah,, Kalau dalam kami berdialog, tidak pernah ada voting-votingan, semuanya dilakukan dengan musyawarah, kalau pun ingin meloloskan sesuatu, pertama kita tempuh jalur kekeluargaan, kita ajarkan pemahaman akan damai, tetapi kalau jalur kekeluargaan tidak berhasil, kita pake PBM peraturan atau ketentuan yang tercantum dalam PBM no 9 dan 8 tahun 2006. Tapi itu pun ada juga ketika sudah jalur PBM pun tetap tidak berhasil, setidaknya kita kita upayakan lah ada jalan damai atau kekeluargaan.” Wawanara anggota. FKUB Sumut, Jhon. H. Manurung, 11 Maret 2015 Dari penjelasan diatas ternyata didapati bahwa ada upaya pelolosan sesuatu, kemudian Jawaban saudara Jhon. H. Manurung terebut juga dibenarkan oleh Wakil Sekretaris FKUB Sumut, Dr. Arifinsyah, ketika melakukan wawancara terpisah selama melakukan proses penelitian ini. “Nga pernah terjadi deadlock, musyawarah mufakat, damai-damai saja, dan paling ada sedikit evaluasi lah atau kritik. karena dari awal sebelum dialog kita sudah persiapkan dan kita bertemu tokoh-tokoh antar agama, “nanti kalau ini begini kita buat” dan tokoh antar agama sudah komit, seringnya terjadi mufakat, nga ada voting-votingan, kalau terjadi musyawarah misalnya, ada yang mau kita loloskan, nga pernah pake vooting itu , jadi mufakat mufakat. FKUB Sumut punya prinsip memutuskan suatu masalah lewat musyawarah mufakat. Dan itu terlaksana.” Ketika ditanyakan mengenai proses dialog selama ini, apakah pernah terjadi kegagalan dalam menjalankan dialog dengan masyarakat, beliau mengatakan “Nga pernah gagal, FKUB Sumut punya prinsip memutuskan suatu masalah lewat musyawarah mufakat. Dan itu terlaksana”.wawancara, 11 Maret 2015 143 Dari duap penjelasan narasumber diatas didapati bahwa teknik penyelesaian masalah harus dengan jalur upaya kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, tidak melalui jalur voting dan hal tersebut telah terlaksanan dengan baik, karena berdasakan SK Gubernus Sumatera Utara tahun 2012 tentang kedudukan FKUB pasal 26 tentang pengambilan keputusan menyebutkan harus secara musyawarah dan mufakat dan tidak boleh melalui jalur pemungutan suaravoting.

V.3.2. Eksistensi Internal FKUB Sumatera Utara

Mengkaji eksistensi internal FKUB secara ringkas sesungguhnya peneliti ingin melihat “dapur FKUB Sumut”, karena sesungguhnya kualitas internal mempengarui kualitas eksternal suatu organisasi, dari aspek internal peneliti ingin melihat awal proses pemilihan nama-nama yang duduk di FKUB sumut, dinamika dan proses aktivitas organiasi yang terjadi di internal FKUB Sumatera Utara, ketika terjadi hubungan kerja yang harmonis atara sesama pengurus FKUB maka akan berpengaruh terhadap hasil kerja, terutama dalam upaya mereka menjaga kerukunan diProvinsi Sumatera Utara. Berikut akan disajikan hasil wawancara dengan bapak Jhon H. Maurung, anggota FKUB Sumut tanggal 9 Maret 2015. Sejatinya Para pengurus FKUB merupakan perwakilan dari agama masing- masing, mengenai mekanisme pengutusan para majelis agama untuk diajukan menjadi perwakilan pengurus di FKUB, secara konpherhensif, beliau menjelaskan “Dari masing-masing majelis agama diutus mewakili lembaganya, kalau saya dari PGI. Dari PGI disepakati siapa saja yang dianggap memiliki contoh dan teladan yang baik di masyarakat, lalu dari orang itu menyetujuinya itulah yang nantinya layak diajukan” 144 “Kami bertemu dalam rapat bersama dengan perwakilan dari majeis agama yang lain, lalu membentuk komposisi, siapa ketua, siapa wakil, sekretaris dan anggota”. Berdasarkan konposisi jabatan, sebenarnya ada ketidakseimbangan perwakilan masing-masing agama, mengenai ketidak-seimbangan jumlah perwakilan, misalnya agama A sekian, agama B, tidak sebanyak itu, peneliti menanyakan apakah ada pandangan tidak adil dalam internal FKUB, beliau membantahna sebagai berikut “Itu kan ditentukan dari jumlah penduduk penganut agama, agama yang paling banyak jumlah penduduknya tentu jumlah perwakilannya lebih banyak, kalau dari kita protestan, red ada 5 perwakilan. Meskipun sebenarnya kecil penganut agama, tetapi harus ada perwakilan dari ke enam agama itu. hal itu tidak mempengaruhi kami, hal itu sudah dilakukan secara musyawarah,semua sudah sepakat. Tidak ada ketidak- adilan, karena pun kami sudah saling kenal dan semua hal yang kami putuskan dalam rapat innternal, dilakukan secara sepakat, bisa dilihat komposisinya, siapa ketua, wakil, atau BPH, inilah yang menjadi pimpinan yang memutuskan, lihat saja, terjadi keseimbangan, tidak ada yang miss disitu, jadi hasil rapat yang diputuskan pun telah mewakili semua anggota atau utusan anggota”. Dari wawancara dengan bapak Jhon H. Manurung diatas megenenai keterwakilan FKUB harus majelis agama yang memiliki contoh dan teladan yang baik dalam masyarakat, dan hal tersebut juga senada dengan penjelasan dari ketua FKUB Sumut, bapak Maratua Simanjuntak “Itu makanya yang menjadi anggota FKUB ini adalah perwakilan resmi, bukan kita pilih-pilih harus ada usulan resmi dari sana majeis tinggi agama, red” wawancara 11 Maret 2015. Lalu aktivitas FKUB Provinsi Sumatera Utara akan dikaji juga mengenai kegiatannya melakukan rapat rutin, mengenai keterbiasan rapat rutin akan dipaparkan dalam wawancara berikut ; Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak wakil Sekretaris FKUB Sumut, Arifinsyah, dalam melakukan rapat rutin beliau mengatakan 145 “Rapat pengurus, seminggu sekali, kemudian kalau ada panitia Ad Hock malah hampir tiap hari, misalnya di rapat dibentuk tim, panitia yang bertanggung jawab untuk kegiatan A, dia rapat terus disini untuk mempersiapkan acara yang sudah disepakati. Sehingga kantor ini, hampir tidak ada kosong. Jadi intensif.” Selanjutnya penjelasan dari bapak Arifinsyah dibenarkan oleh dua informan lainnya yakni wakil ketua FKUB Sumut dan Ketua FKUB Sumut, bahwa benar telah sering dilakukan rapat pengurus yang dihadiri lebih dari 50 kehadiran dari pengurus. “Sering, anda boleh cek, dimana ada organisasi yang rapat rutin seminggu sekali begini, ada atau tidak ada isu penting, FKUB tetap lakukan rapat, dari jam 3 sampai jam 5 atau bisa sampai jam 6, tingkat kehadirannya bisa diatas 50 ”

V.3.3. Eksistensi Eksternal FKUB Sumatera Utara

Hubungan eksternal FKUB Sumatera Utara dikaji berdasarkan seberapa pentingnya keberadaan FKUB Sumatera Utara di Provinsi ini, apakah peran nyata mereka selama ini dalam upaya menjaga kerukunan di Sumatera Utara, hal sedemikian dicari peneliti. Salah satu hal pendukungnya ialah hubungan kerja antara FKUB dengan eksternal FKUB, hal ini penting karena FUKUB adalah wadah alat pemerintah daerah dalam upaya menjaga kerukunan, dengan demikian harus memiliki stakeholder dengan pihak lain, berikut akan dipaparkan eksestensi eksternal FKUB Sumatera Utara dalam upaya mereka menjaga kerukunan di Provinsi ini. Berbagai komentar telah didapati peneliti mengenai eksistensi FKUB Sumut dari kacamata stakeholder FKUB Sumut. Pertama bapak Syafaruddin, Kasubbag Hukum dan KUB KandepagSU,sebagaimana diketahui kandepagSu 146 adalahpenasehat FKUB Sumatera Utara, jadi selaku penasehat adalah logis ketika menilai peerkembangan kinerja FKUB. ketika daptanyakan Seberapa membantu keberadaan FKUB Sumut? “Saya kira keberadaan FKUB di Provsu sangat membatu dalam pembinaan kerukunan” hubungan kerja FKUB Sumut dengan kandepagSu begitu harmonis, hal ini dapat dijelaskan dari hasil wawancara. Etika peneliti menanyakan mudah atau tidaknya FKUB Sumut diajak kerja sama untuk saling mensukseskan kegiatan, beliau mejelaskan “Saya pikir dengan bertelepon saja kita “ayok pak ketua begini,begini” kita langsung ketemu tidak perlu harus repot-repot dengan sistem administrasi. Jadi hubungan kerja kita baik” Selanjutnya yang bertindak sebagai sekretaris penasehat FKUB Sumut adalah pihak kepala kesatuan bangsa, Politik dan Perlindungan masyarakat kesbangpolinmas Provinsi Sumatera Utara, ketika saya mengunjungi kantor kesbangpolinmas Provsu saya dilayani oleh bapak Muhammad dan dan ibu Yinita Sari, berasarkan wawancara dengan pihak kesbangpol, didapai eksistensi kinerja FKUB dalam menjaga kerukunan dari kacamata kesbangpolinmas. Berikut hasil wawancaranya. Wawancara dengan kepala bidang pembinaan Ideoligi dan wawasan kebangsaan, kebangpolinmas Prov.Sumatera Utara, bapak Drs. H. Mumammad D. Pada 30 maret 2015. Mengenai Seberapa penting keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB bagi Kesbangpol, beliau menjelaskan “penting, dan dibutuhkan dalam tugas mereka membantu kepala daerah, ” 147 Peneliti juga menanyakan kiprah FKUB Sumut, dalam melakukan dan memfasilitasi dialog, menampung aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi masyarakat dan mensosialisasikan peraturan dan UU yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama, secara singkat beliau hanya menjelaskan. “kinerja mereka baik” Selanjutnya ketika dikantor kebangpolinmas Provinsi Sumatera Utara peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sub bidang pembinaan Ideoligi dan wawasan kebangsaan, kebangpolinmas Prov.Sumatera Utara, ibu Dra. Yunita Sari, MSP. Pada 30 maret 2015. Mengenai sering tidaknya pengurus FKUB Sumut datang ke kator ini, beliau menjelaskan. “Sering, mereka kesini melakukan koordinasi dan komunikasi dengan kesbang” Ketika ditanyakan Pernahkah pihak kesbangpol. ini diundang ke kegiatan yang dilakukan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara, seperti seminar, dialog, diskusi, dan kegiatan lainnya, ditambahkan “pernahlah, dan memang harus kan, karena kesbang ini kan yang membina mereka, terkadang dari kesbang ini ada diundang jadi narasumber di kegiatan mereka” Sejatinya FKUB di setiap daerah memiliki dewan penasehat yang diketuai oleh “orang nomor 2” di kepala pemerintahan daerah. Demikian juga hal nya dengan FKUB Sumut, dewan penasehatnya diketuai oleh wakil Gubernur Sumatera Utara, oleh karenanya dirasa perlu untuk meninjau kinerja FKUB Sumut yang dibinanya. Untuk itu peneliti mencari pandangan serta pernyataan wakil gubernur SumateraUtara, Bapak T. Erry Nuradi. Dalam hal ini peneliti tidak langsung 148 bertemu dengan beliau, tetapi mengutip wawancara para wartawan media massa yang ada dikota Medan yang kemudian disajikan dalam berita di surat kabar mereka. Bapak T.Erry Nuradi, Wakil Gubernur Sumatera Utara mengapresiasi kinerja FKUB Sumut, karena terbukti tingkat kerukunan umat beragama di Sumut terbilang sangat baik, bahkan wagubsu mengatakan Sumut menjadi miniatur kerukunan di Indonesia. “saya berharap provinsi lain bisa mengambil contoh bagaimana menjalani dan saling menghormati antar pemeluk lainnya, perlu kesadaran baru sebagai energi yang mampu membangkitkan potensi kerja dan hubungan kerja yang lebih baik dan harmoni, mengingat FKUB Sumut selama setah un telah memperoleh gelar Sumut Luar Biasa” penjelasan wagubsu dalam kegiatan rapat kerja FKUB Sumut di Dharma Deli, 31 Januari 2015. 32 Dalam melakukan penelitian ini peneliti juga mengkaji dari aspek lain megenai eksistensi FKUB Sumut saya melakukan wawancara dengan sekretaris jendral Gereja Protentan Persekutuan GPP yang saya temui di komplek kantor pusat GPP di medan. Saya melakukan wawancara dengan sekretaris jendral GPP karena FKUB provinsi Sumatera Utara pernah mengadakan pertemuan kerja dengan Pimpinan GPP, peneliti ingin melihat bagaimana respon dan kemanfaatan pertemuan kerja yang di rasakan oleh dalam hal ini pihak Gereja Protestan Persekutuan, respon dan kemanfaatan pertemuan tersebut gunanya ialah untuk memberikan penilaian akan umpan balik atas berbagai program kerja yang telah direalisasikan FKUB Sumut. Kemudian umpan balik tersebut juga akan mendukung penilaian peneliti 32 Dikutip dari : Harian Analisa 2 Februari 2015 “wagubsu : Sumut Barometer Kerukunan Umat Beragama” 149 untuk menilai kinerja FKUB, tidak hanya dari internal FKUB tetapi juga dari eksternal FKUB. Berikut hasil wawancaranya yang dilakukan pada 10 april 2015. Komentar beliau tentang keberadaan FKUB Sumatera Utara ialah “FKUB ini adalah sebagai wadah untuk menjalin kerukunan, bagaimana supaya kerukunan umat beragama di Sumatera utara ini tetap terpelihara. Dan para pengurusnya pun yang duduk di FKUB ini benar-benar adalah seorang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, saya telah rasakan itu ketika bertemu dengan mereka. Tidak bisa sembarangan orang- orang yang duduk disana, harus orang-orang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi untuk terciptanya kerukunan dan itu, saya lihat sudah ditujukka n oleh mereka yang duduk disana”

V.3.4. Hubungan Konsultatif FKUB Provinsi dengan FKUB daerah Kabupaten Kota

Hubungan FKUB provinsi dengan FKUB kabupatenkota tidaklah bersifat struktural yang memiliki garis instruktif, melainkan hubungan yang bersifat konsultatif. Posisi FKUB Provinsi bukanlah atasan dari FKUB kabupaten kota, ataupun sebaliknya. Seperti diketahui, FKUB bukanlah organisasi massa yang memiliki jenjang kepengurusan terstruktur dari pusat hingga daerah. Fungsi konsultatif diperlukan agar adanya kerjasama antar FKUB tingkat I dan tingkat II dalam penanganan masalah-masalah yang terjadi di daerah. Berdasarkan keterangan diatas, berikut ini akan dipaparkan hasis wawancara mengenai proses dan perkembangan serta hal-hal yang terjadi di FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan fungsi Konsultatif Mengenai koordinasi dengan FKUB daerah kabupatenkota, wakil Ketua FKUB, Albert Pakpahan mengatakan 150 “Kalau ada yang nga bisa diselesaikan mereka, mereka komunikasikan ke kita mohon petunjuk, atau datang kemari, minta saran atau bantuan bertanya bagaimana sikap kami mengenai ini, apa bisa bapak-bapak datang kesana membantu kita, ya kita sama-sama dengan FKUB daerah turun”. Selanjutnya bapak ketua FKUB, Maratua Simanjuntak, megnenai koordinasi atau konsultatif ke FKUB daerah abupaten kota, beliau menambahkan “Konsultatif itu kebawah, Nah soal daerah kita sering konsultatif, kita nga ada destruktif, kalau komunikasi dengan FKUB daera kita rutin, kalau mereka minta tolong kita untuk turun, kita turun ke daerah mereka”. Pernyataan selanjutnya disampaikan oleh wakil Sekretars FKUB Sumut, Arifinsyah, mengenai fungsi konsultatif, beliau mengatakan “Koordinasi,itu dia, dia hanya konsultatif, kalau komunikasi sering, karena mereka juga ada hal-hal yang merekapertanyakan yang belum paham, mereka diskusikan kemari lewat media, ya, kadang lewat komunikasi di dunia internet jejaring sosial lewat Hp, jadi tetap dilaksanakan, ya tidak hanya lewat surat aja, ya lewat dunia maya hampir tiap hari .apalagi macam saya dan pak ketua sering menerima itu, karena kami pengurus harian kan, jadi pengurus harian itu tumpuan informasi dari daerah. “Cemana ini pak, kejadiannya begini, oh kalau begini kasusnya buas saja begini, coba jalankan ini dulu”. 33 kabupaten ini satu daerah satu hari sekali saja udah udah putarnya a bis setiap hari. ”. Selanjutnya ketika dilakukan wawancara terpisah dengan anggota FKUB, Bapak Jhon H. Manurung, ketika peneliti menanyakan tentang hal koordinasi ke FKUB daerah kabupatenkota Apakah diwajibkan FKUB daerah kabupatenkota berkonsultasi ke FKUB Provinsi mengenai permasalahan yang dialami di daerah, beliau menambahkan jawabannya. “Itu wajib, artinya FKUB Provinsi memberi masukan atau saran mengenai penanganan suatu masalah, misalnya rumah ibadah....,Jadi kita harus tau perkembangan di daerah selanjutnya mereka berkonsultasi dengan kita, megenai apa, bagaimana, dan berdiskusi untuk penyelesaian solusi atas masalah yang ada di daerah.” 151 Dari penjelasan yang didapatkan dari beberapa narasumber di FKUB Sumut, didapati bahwa sering dilakukan konsultatif ke FKUB daerah kabupatenkota, setidaknya bertukar pikiran mengenai penanganan masalah- masalah yang terjadi di daerah, selanjutnya apabila FKUB daerah kabupatenkota meminta bantuan FKUB Sumut untuk turun ke daerah maka FKUB Sumut langsung turun ke daerah, terahir ketika ditanyakan wajib atau tidaknya FKUB daerah berkonsultasi akan kondisi yang terjadi di daerah, narasumber mengatakan wajib ada konsultasi dari daerah mengenai perkembangan yang ada di daerah. 152

BAB VI ANALISIS DAN EVALUSI KINERJA FKUB PROVINSI SUMATERA

UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Setelah semua data dihimpun dengan berbagai teknik yang telah digunakan sebelumnya, maka pada bagian ini akan dilakukan analisis data dengan mengacu pada variabel penelitian yang digunakan. berikut ini akan dipaparkan analisis peneliti terhadap data yang diperoleh dari lapangan.

VI.1. Analisis Fluktuasi Perkembangan Kerukuan di Sumatera Utara

Perkembangan gambaran data kerukunan di Sumatera Utara yang dikutip peneliti dari berbagai instansi, baik pemerintah maupun non pemerintah, dari regional maupun nasional menunjukkan fakta bahwa kondisi kerukunan di Sumatera Utara yang berlangsung selama ini telah mengalami fluktuasi, data setara Institude sejak 2008 hingga 2013 menunjukkan fluktuasi yang signifikan, tingkat tertinggi yang artinya dalam kondisi tidak rukun terjadi pada tahun 2011 yakni sebanyak 24 peristiwa, tetapi bisa turun drastis menjadi 3 peristiwa di tahun 2012. Demikian juga dengan laporan setara institude, begitu tingginya kasus intoleransi di Sumatera Utara bahkan sampai menembus 85 kasus di tahun 2013. Sedangkan surveri kerukunan nasional sejak 2007 hingga 2015 ini, tercatat baru sekali dilakukan survei nasional yakni di tahun 2013, hasil survei tersebut me ngatakan bahwa kondisi kerukunan di Sumatera Utara “cukup Harmonis” 153 Tentang Fluktuasi kerukunan versi Setara Institude, Mengapa fluktuasi tersebut mengalami kondisi yang significant? Tidak ada faktor tunggal untuk menjawab pertanyaan ini, tetapi dimungkin, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan selama penelitian, setidaknya hal ini diupayakan para tokoh agama semampunya untuk melokalisir permasalahan sehingga tidak berdampak luas. Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015 Data Aliansi Sumut Bersatu ASB empat tahun terahir mencatat terjadi fluktuasi yang tinggi akan intoleransi di Sumatera Utara, dapat juga dilihat dalam publikasi ASB bahwa di tahun 2011 terjadi 63 peristiwa intoleransi di Sumatera Utara. Hal ini diangap mampu memberi warning kepada instansi kepala daerah baik tingkat kabupatenkota dan provinsi di serta semua elemen masyarakat, pemangku moral, majelis-majelias agama, dan pemuka adat yang tersebar di Sumatera Utara untuk bertindak menangani intoleransi di Sumatera Utara. 5 10 15 20 25 tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 13 8 15 24 3 15 Sebaran Laporan KBB Setara Institude di Provinsi Sumatera Utara 2008 Hingga 2013 tingkat KBB 154 Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015 Dari data tercantum diatas baik dari Setara Institude dan ASB peneliti menganggap bahwa Sumatera Utara berada pada rawan intoleransi, hal ini setidaknya didasari dari dinamika sosial, banyaknya suku, agama, etnik dan berbagai isu sara yang berkembang di masyarakat sehingga Sumatera Utara punya potensi besar akan terjadinya intoleransi di Sumatera Utara. Untuk itu selain diperlukannya kedewasaan untuk mampu menahan diri, dan saling memahami diatara masyarakat Sumatera Utara dalam bermasyarakat yang notabene berbeda agama, sangat diperlukan peran pemerintah untuk bertindak terhadap berbagai masalah keagamaan yang belum selesai, serta diperlukan peran strategis para tokoh agama yang notabene lebih dekat ke umatnya, agar menyebarkan pengajaran yang positif, tidak membenci saudara yang berbeda agama, melainkan malah menghargai dan terbuka terhadap masyarakat yang berbeda agama. selain itu tokoh adat dan tokoh masyarakat agagnya dapat diandalkan dalam upaya menjalankan aturan berdasarkan adat-istiadat yang mengajarkan kesetaraan dan kebersamaan diatara masyarakat yang berbeda iman tetapi satu kesatuan dalam adat. 50 100 Tahun 2011 2012 2013 2014 63 63 85 55 Jumlah Intoleransi Sumut pulikasi ASB 2015 Jumlah Intoleransi 155 Selajutnya pada tahun 2013 dilakukan Survei kerukunan nasional oleh badan litbang dan diklat Puslitbang Kehidupan Keagaman kementrian agama republik Indonesia tahun 2013. Selengkapnya pada gambar berikut Sumber Balitbang. Keagamaan Kemenag. RI 2013 Dari gambar sebaran indeks kerukunan diatas, Provinsi Sumatera Utara berada pada jenjang skornilai indeks 3,7. Berdasarkan indeks kerukunan yang telah ditetapkan sebelumnya, Sumatera Utara berada pada kondisi “kondusif bagi terciptanya kerukunan hubungan antar umat beragama”, dan berdasarkan sebutan nilai indeks Sumatera Utara berada pada kondisi “Cukup Harmonis”. Analisis peneliti memaparkan bahwa ada tiga pendekatan yang dapat menggambarkan kondisi fluktuasi indeks kerukunan umat beragama di provinsi Sumatera Utara dalam tujuh tahun terahir, baik dari setara institude ASB dan 156 Survei kerukunan nasional. dari analisis yang dilakukan didapati perbedaan pendekatan latar belakang dan metode penelitian dalam melakukan penelitian, peninjauan atau proses publikasi. Pertama dari segi latar belakang bahwa baik ASB dan Setara Institute bergerak dari adanya masalah, adanya pristiwa atau tepatnya adanya kasus pelanggaran, selanjutnya kasus tersebut didata, direduksi dan dipublikasikan, sedangkan survei kerukunan nasional oleh balitbang RI tidak bergerak dari kasus pelanggaran tetapi melakukan survei langsung ke masyarakat hingga ke kecamatan, dengan tolak ukur kuesioner yang disebar ke masyarakat yang belum tentu di daerah kecamatan yang dipilih tersebut adalah daerah yang penyumbang konflik agama. kedua metode penelitian yang dilakukan juga berbeda, dari setara Institude dan ASB meneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan proses survei kerukunan yang dilakukan balitbang keagamaan RI menggunakan metode penelitian kuantitatif, tetulah hasil metode penelitian kualitatif akan mengalami perbedaan dengan hasil penelitian metode kuantitatif. Tetapi kendatipun demikian peneliti tidak menyalahkan data-data yang telah dipublikasikan oleh lembaga tersebut, tetapi peneliti menerima dan menganggap data tersebut merupakan valid dan berlaku adanya. “Rentan” Berdasarkan beberapa pertimbangan gambaran dari data fluktuasi yang ada, peneliti menilai bahwa kondisi kerukunan di Provinsi Sumatera Utara saat ini berada pada kondisi “rentan”, dengan dasar pemikiran, yakni karena Sumatera Utara ini rentan akan konflik dan rawan intoleransi, karena dinamika sosial kemasyarakatan dan jumlah penduduk yang sangat besar di provinsi ini dimungkinkan besarnya ancaman konflik dan diskriminasi atau masalah yang 157 membawa-bawa agama yang serta-merta bisa saja mencuat, atau bisa saja timbul dari konflik-konflik yang selama ini dilokalisir tetapi bisa saja tiba-tiba meledak ke publik, dan masih tingginya kasus penolakan, pembongkaran, dan masalah lainnya mengenai rumah ibadah di Provinsi ini, tetapi di lain kesempatan juga masyarakat Sumatera Utara sudah makin dewasa dalam menanggapi isu dan Provokasi, mereka tidak mudah disulut dan diadu domba oleh pribadi maupun kelompok yang melakukan provokasi dan malah masyarakat sudah sadar bahwa tidak ada seorangpun yang diuntungkan selain provokator itu sendiri, alasan ini didapat berkaca dari konflik dan demonstrsi yang terjadi di gedung DPRD di tahun 2009 yang membuat ketua DPRD Sumut meninggal dunia. Alasan lain adalah masih dijunjung tingginya budaya adat dan istiadat oleh masyarakat yang tersebar di Sumatera Utara, serta upaya para tokoh agama dalam membina umatnya masing-masing agar tetap mejaga kerukunan, serta juga peran tokoh lintas agama yang tergabung dalam FKUB, baik Provinsi dan kabupaten kota. Hal inilah yang menjadi “pengimbang”. Tetapi kendatipun kondisi kerukunan di Sumatera Utara dihiasi dengan faktor pendukung dan penghambat, tetap saja kondisi ktidakrukunan di Sumatera Utara ini berada pada kondisi “rentan” karena kondisi yang ada memastikan bahwa Sumatera Utara punya potensi besar akan terjadinya ketidakrukunan. VI.2. Analisis Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukuan Antar Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara Forum Kerukunan Umat Beragama merupakan forum strategis yang dibentuk oleh masyarakat, dalam hal ini majelis-majelis agama setingkat Provinsi 158 dan KabupatenKota, dimana tujuan pembentukannya ialah membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tingkatannya. Untuk itu demi peningkatan kinerja FKUB di kemudian hari dirasa perlu untuk dilakukan evaluasi kinerja. Model analisis kinerja FKUB ini akan dilakukan melalui model ruang lingkup lingkup primer dan sekunder dalam bentuk alur skema, alur lingkup primer dan lingkup sekunder memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan saling melengkapi, gunanya untuk mempermudah penetapan posisi dan memantau lingkup aktivitas strategis FKUB Sumut. Analisis evalasi kinerja akan efektif dilakukan apabila dikaji dari hubungan timbal balik suatu organiasasi dengan organisasi yang ada disekitarnya, berdasarkan lingkup primer dikaji evaluasi kinerja berdasarkan aktivitas organisasi di internal organisasi dalam menjalankan peran vitalnya, baik itu tugas pokok, visi-misi hingga eksistensi serta keharmonisan hubungan kerja di internal organisasi. Kemudian dari lingkup sekunder evaluasi kinerja dilakukan berdasarkan hubungan kerja dengan organisasi disekitarnya, berbagai organisasi terutama organisasi sosial tidak akan mampu menjalankan peran vitalnya tanpa membangun kerjasama dengan organisasi disekitarnya, sebuah organisasi hasruslah membangun koneksi dengan stakeholder disekitarnya, agar setiap organisasi bisa sama-sama saling mensukseskan kegiatan. Dari kegiatan timbal balik tersebt nantinya lingkup primer dan lingkup sekunder akan mengalami kombinasi dan variasi yang unik dalam memaiankan perannya dengan organisasi yang menjadi stakeholdernya tersebut. 159 berikut ini akan dipaparkan analisis evaluasi kinerja berdasarkan lingkup primer dan sekunder dengan menggunakan alur skema berikut ini. Alur Skema 3 Model Lingkup analisis Aktivitas FKUB Provinsi Sumatera Utara Tugas Pokok FKUB Provinsi Melakukan Dialog Menampung Aspirasi Sosialisasi Regulasi Pemberdayaan Masyarakat Menyalurkan Aspirasi LINGKUP PRIMER DEWAN PENASEHAT FKUB MAJELIS AGAMA FKUB KABUPATEN KOTA FKUB PROVINSI LINGKUP SEKUNDER PEMERINTAH DAERAH model analisis kinerja FKUB oleh Sabam Manurung keterangan Gambar diatas adalah lingkaran pertama di bagian dalam merupakan lingkup primer FKUB, dimana dalam menjalankan tugasnya FKUB memiliki empat tugas pokok, kemudian dalam melancarkan tugasnya FKUB memiliki posisi strategis yang berada di lingkup luar yakni lingkup sekunder FKUB, garis putus-putus berwarna biru diatas merupakan penjelasan bahwa FKUB hanya bersifat konsultatif dengan instansi terkait disekitarnya dan tidak bersifat wajib sehingga tidak menggunakan garis tegas melainkan garis putus- putus. dimana FKUB Sumut dalam menjalankan tugas pokoknya berkoordinasi 160 dan berkonsultasi serta berkomunikasi dengan beberapa instansi strategis, kemudian istransi strategis tersebut jugalah yang menopang keberadaan FKUB baik pendanaan, dan mensukseskan tugas pokok FKUB. Sejatinya lingkungan primer dan sekunder FKUB sesuai dengan model diatas adalah saling membutuhkan, sehingga analisis yang dilakukan oleh peneliti adalah analisis timbal balik.

VI.2.1. Analisis Lingkup Primer

Kajian Analisis Lingkup Primer menjangkau kinerja suatu organisasi berdasarkan aktivitas kerja yang berlangsung di dalam organisasi, karena setiap organiasi memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai sebuah sistem yang dianggap mampu menjalankan roda organisasi, tugas pokok dan fungsi tersebut dijalankan oleh aktor-aktor organisasi ke arah tujuan yang telah ditetapkan dan ingin dicapai, baik itu visi-misi, rencana strategis jangka pendek maupun jangka panjang dan motto organisasi. Dalam hal lingkup primer forum-forum strategis, semisal FKUB dalam menjalankan peran strategis mereka dibebankan tugas pokok yang selalu harus menjadi pilot project dalam upaya menjaga kerukunan se-tingkat provinsi, tugas mereka yakni melakukan dialog, menampung aspirasi, menyalurkan aspirasi dan sosialisasi regulasi keagamaan dan pemberdayaan masyarakat dengan jangkauan masyarakat setingkat provinsi. Kajian penelitian ini melakukan evalusi kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara berdasarkan tugas pokok organisasi tersebut, berikut ini akan dipaparkan analisis dan evaluasi hasil kerja FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam menjalankan tugas pokoknya. 161

VI.2.1.1. Melakukan Dialog

Kriteria dialog merupakan kinerja FKUB Provinsi SumateraUtara yang paling menonjol dan dianggap penting, karena lewat jalur dialog lah langkah awal FKUB Provinsi bisa dengan lancar menjalankan tugas pokok selanjutnya, apabila dialog dilakukan dengan amat lamban dan tidak mengalami perkembangan, maka akan diikuti juga dengan peran yang lainnya. Kriteria Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai apakah kegiatan dan tujuan dialog, baik sesama pengurus FKUB dan juga FKUB dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang dilakukan FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai, hal ini dilihat dari kualitas dan kuantitas serta efektivitas pelaksanaan dialog, terbangun tali persaudaraan antara sesama pengurus FKUB, tokoh agama, dan tokoh masyarakat sehingga kerukunan tetap terjaga, Kajian pertama analisis dilakukan secara kuantitas dan kualitas, secara kuantitas kepada non korban intoleransi, yani lapisan masyarakat yang tidak langsung mengalami intoleransi telah banyak dilakukan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara, seperti dialog lintas agama menyongsong pemilu, dialog lintas agama menangkal radikalisme, dialog kebangsaan, dan dialog dengan para tokoh dan majelis agama. tetapi ke korban intoleransi masih minim, seperti sudah pernah dialog ke Sarulla Pahae Jae, dialog ke Binjai, dialog ke Lau Dendang. Berdasarkan penyajian data di bab sebelumnya secara kuantitas dialog FKUB Sumut ke non-korban intoleransi jauh lebih banyak dibandingkan dengan dialog ke korban intoleransi. Secara kualitas juga pelaksanaan dialog mengalami paradoks, dialog ke non-korban intoleransi sudah dianggap baik dan berguna bagi 162 perkembangan kerukunan di Sumatera Utara, hal tersebut diakui oleh Pdt E Tambunan, M.Th 33 , bahwa dialog yang telah dilakukan FKUB telah berkualitas dan mampu menangkal deteksi dini akan hal-hal yang mempengaruhi kerukunan di Sumatera Utara kepada peserta dialog, kemudian dialog yang selama ini dilakukan kepada non-korban intoleransi telah bisa mengumpulkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk membangun pemikiran bersama untuk tetap mengedepankan kerukunan. Tetapi kualitas dialog kepada korban intoleransi, terutama masyarakat yang rumah ibadahnya dianggap bermasalah masih belum memuaskan, masih banyak kasus yang meskipun telah didialogkan oleh FKUB Sumatera Utara berkoordinasi dengan instansi terkait dan FKUB kabupatenkota kenyataan di lapangan kasus tersebut belum selesai dan belum ditangani dengan baik, seperti pembangunan masjid Al-Munawar di Pahae Jae dan pembangunan gereja HKBP di binjai Kota. disini timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya mekanisme FKUB dalam melakukan dialog dengan pihak yang berkonflik sudahkah bisa mengakomodir kebutuhan korban intoleransi dan menjalin jembatan damai dengan pelaku intoleransi. Kemudian mengenai efektivitas dialog, beranjak dari data yang ada serta bahwa dialog yang dilakukan selama ini terbilang efektif karena tidak pernah terjadi deadlog dan pertikaian, melainkan terjadinya musyawarah dan mufakat, dan tidak pernah terjadi proses vooting dalam pembuatan keputusan. hal ini sejalan dengan SK FKUB Sumatera Utara mengenai pedoman organisasi FKUB bahwa dalam melakukan dialog harus dengan jalan musyawarah dan mufakat, tidak boleh adanya voting dalam pengambilan keputusan. Kemudian diakui 33 Wawancara dengan Pdt E tambunan, M.Th tanggal 10 April 2015 163 narasumber bahwa dialog diupayakan dengan jalan kekelurgaan dan apabila tidak bisa dengan jalur kekeluargaan ditempuh jalur peraturan, yakni jalur PBM. kemudian efektivitas dialog menurut Syafaruddin 34 bahwa efektivitas dialog yang dilakukan oleh FKUB telah terlaksana dengan baik. Namun yang penting untuk dikemukakan bahwa efektivitas dialog yang dilakukan selama ini hanya dominan menjangkau masyarakat atas, yang nota bene tokoh agama dan tokoh masyarakat serta aparat pemerintah, kemudian dialog selalu dilakukan di hotel-hotel, dan di kantor-kantor pemerintahan, sehingga FKUB Sumut serasa kurang menyentuh ke masyarakat bawah terutama masyarakat yang mengalami konflik agama. selanjutnya kajian mendalam melalui pendekatan kasus, metode musyawarah dan mufakat serta jalur kekeluargaan, dan jalur peraturan yang berlaku atau jalur PBM, metode yang telah ditempuh tersebut terbukti belum mampu mengurai semua kasus, memang setelah dilakukan dialog oleh FKUB ada kasus yang langsung selesai, tetapi lebih banyak kasus yang belum selesai. karena FKUB Sumatera Utara yang berkoordinasi dengan FKUB kabupatenkota belum mampu mengurai masalah, maka efektivitas FKUB Sumatera Utara dalam menjalankan dialog dengan pihak yang berkonflik menimbukan pertanyaan, sudah efektifkah cara FKUB Sumut melakukan metode dialognya kepada pihak yang berkonflik?, memang masalah yang tidak selesai tidak sepenuhnya tanggung jawab FKUB karena kewenangan hanya sebatas koordinatif, tetapi setidaknya dialog dengan metode yang efektif seharusnya menghasilkan titik terang, memang duduk bersama telah dilakukan, tetapi alangkah baiknya dan alangkah indahnya 34 Wawancara dengan Syafaruddin SH,M.Si, kamis26 Maret 2015 164 jika duduk bersama tersebut menghasilkan solusi permanen, terjalin perdamaian dan konflik bisa berakhir.

VI.2.1.2. Menampung Aspirasi

Tugas pokok kedua yang serangkai juga dengan tugas pokok lainnya adalah menampung aspirasi dari masyarakat terkait dengan kerukunan, kegiatan ini sebagai tindak lanjut dari FKUB ketika melakukan dialog dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, atau sekretariat FKUB membuka diri untuk menampung aspirasi yang berasal dari organisasi agama, tokoh agama,instansi pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat umum Untuk melakukan evaluasi kinerja dalam kegiatan menampung aspirasi, hal ini dapat dilihat dari Kegiatan rutin dalam penampungan aspirasi, baik secara aktif maupun pasif, Kemudahan Proses dan tata cara menampung aspirasi dan Responsivitas, atau tanggapan FKUB atas inisiatif masyarakat. Kegiatan rutin FKUB Sumut dalam menampung aspirasi memiliki dua cara, pertama aktif dan kedua pasif. secara aktif, FKUB turun kelapangan, ada berbagai variasi, mulai dari turun ke pihak yang berkonflik lakukan mediasi lalu ditampung aspirasi, kemudian mengikuti kegiatan dialog dan melakukan sosialisasi bersama seluruh elemen masyarakat, disana nantinya akan didapati aspirasi oleh masyarakat, kemudian melakukan kunjungan kerja, muhibah, atau audiensi ke majelis agama ke organisasi pemerintah maupun non pemerintah dari sana nantinya diperoleh berbagai aspirasi. Secara pasif bahwa kantor FKUB sumut terbukan setiap hari kerja menerima segala aspirasi dari seluruh masyarakat, kemudian semua anggota FKUB yang berjumlah 21 orang 165 merupakan perwakilan dari majelis tinggi agama masing-masing, dari majelis tinggi agama tersebut sering menitipkan aspirasi kepada utusannya yang duduk di FKUB, aspirasi tersebut setela sampai di FKUB, kemudian ditabulasi, dipelajari, dicarikan solusi, serta bertindak, baik menyalurkan ke kepala daerah dan jajarannya atau mengkonsultasikannya ke dewan penasehat dan juga FKUB di daerah kabupatenkota. Selanjutnya Proses dan tata cara menampung aspirasi berlangsung dua cara pertama jika mendesak bisa melakukan telepon atau Sms, tetapi kalau tidak mendesak bisa melalui surat. Kemudahan proses tata caranya tidak memerlukan waktu lama segera bisa ditindaklanjuti oleh FKUB Sumut. dan Responsivitas, atau tanggapan FKUB atas inisiatif masyarakat berlangsung positif, artinya bahwa tidak sulit untuk melakukan kerjasama dengan FKUB Sumut, tidak perlu repot- repot dengan sistem administrasi, apa dan hal apa yang akan diaspirasikan ke FKUB telah berhasil ditampung FKUB dengan baik. Secara teknis kinerja FKUB Sumut dalam menampung aspirasi dari berbagai pihak telah berjalan dengan baik. Tetapi sebagai warning adalah FKUB Sumut lebih banyak berperan secara pasif, seolah menunggu adanya aspirasi dari berbagai pihak. Sedangkan berperan aktif turun ke lokasi rawan konflik atau ke lokasi yang berkonflik dan mendeteksi potensi dini akan terjadiya konflik masih minim.

VI.2.1.3. Menyalurkan Aspirasi

Setelah FKUB melakukan dialog dengan masyarakat dari dialog tersebut tentunya didapatkan aspirasi dan usul masyarakat kepada FKUB, selanjutnya 166 FKUB menyusun laporan, dan melanjutkannya kepada gubernur atau tepatnya kepala daerah untuk rekomendasi kebijakan yang akan dieksekusi kepala daerah, sehingga dengan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat ke FKUB dan FKUB meneruskan ke kepala daerah diharapkan mampu membantu kepala daerah dalam mengambil dan mempertimbangkan referensi yang disampaikan oleh FKUB. untuk Mengevaluasi peranan dan keaktifan FKUB dalam menyalurkan atau tindak lanjut aspirasi dari masyarakat peneliti akan mengkaji seberapa sering, apa saja, bagaimana prosesnya dan seperti apa Kemudahan serta tata cara penyaluran aspirasi. Mengenai penyampaian aspirasi, telah sering disampaikan aspirasi kepada gubernur Sumatera Utara, terutama laporan kerja bulanan, dimana peneliti menemukan bahwa FKUB Sumatera Utara setiap bulan melaporkan kegiatan, program kerja, aspirasi dan hal-hal yang terjadi di FKUB Provinsi kepada Gubernur Sumatera Utara, yang ditembuskan ke kantor wilayah departemen agama Provinsi Sumatera Utara dan kantor Kesbangpolinmas Sumatera Utara. Kemudian tingkat kemudahan menyalurkan aspirasi tidak mengalami problem yang serius, dimana tidak ada kesulitan ataupun kendala-kendala apa pun yang menghalangi penyampaian aspirasi ke gubernur. Ketika aspirasi tersebut dalam keadaan mendesak, ketua FKUB Sumut bisa langsung menempon gubernur dan jajarannya agar segera menurunkan aparat ke lokasi dan melakukan tindakan selanjutnya, dan apabila tidak terlalu mendesak, FKUB Sumut hanya menyampaikan aspirasi dengan membuat laporan bulanan. Oleh karena itu, kinerja FKUB dalam menyalurkan aspirsi secara admnistrratif dan kominikatif lembaga telah berjalan dengan baik, hal ini 167 dikarenakan juga eratnya komunikasi dan hubungan organisasi FKUB Sumut dengan jajaran lembaga pemerintah daerah provinsi Sumut, dewan penasehehat dan majelis agama se-tingkat provinsi yang memiliki hubungan, baik langsung- maupun tidak langsung dengan FKUB Sumut. Tetapi kinerja FKUB dalam mengakomodir perkembangan kasus konflik agama yang belum selesai masih terbilang minim, laporan bulanan mulai dari Januari 2013 hingga Februari 2015 kepada gubernur selama ini masih banyak dihiasi dengan kegiatan-kegiatan teknis organisasi seperti menghadiri acara-acara instansi terkait, rapat rutin, dan kegiatan-kegiatan yang boleh dikatakan belum menyinggung kepada korban intoleransi, tetapi tidak memberi warning kepada gubernur agar memprioritaskan kasus-kasus keagamaan yang belum selesai di provinsi ini. sehingga perkembangan dilapangan yang dialami korban intoleransi tidak di-update perkembangannya.

VI.2.1.4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat

Selain tugas pokok menampung dan menyalurkan aspirasi, tugas pokok FKUB di tingkat provinsi Sumatera Utara adalah mensosialisasikan segala bentuk peraturan perundang-undangan, regulasi, peraturan menteri, surat edaran dari kementrian agama, hasil musyawarah nasional, dan infomasi serta hal lainnya yang penting yang berkenaan dengan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. Kajian peneliti dalam melakukan evaluasi kinerja dalam point ke empat ini, yaitu Melihat secara kualitas dan kuantitas pelaksanaan sosialisasi oleh FKUB, kemudian Mengkaji kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan melihat kualitas dan kuantitas kegiatan yang dilakukan serta 168 mengkaji keamanfaatan kegiatan yang dilakukan FKUB provinsi Sumatera Utara dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Ada problem serius mengenai kinerja FKUB Sumut dalam upayanya melakukan sosialisasi mengenai regulasi yang berhubungan dengan keagamaan kepada masyarakat, secara kuantitas, FKUB jarang melakukan sossialisasi ke masyarakat, dilain kondisi juga masih banyak lapisan masyarakat, terutama masyarakat bawah akar Rumput belum tahu apa itu FKUB, karena memang diakui bahwa FKUB Sumut jarang turun ke masyarakat bawah melakukan dialog, mensosialisasikan regulasi keagamaan dan pemberdayaan. Meski demikian secara kualitas, tidak terlalu sulit bagi FKUB Sumut untuk melalukan sosialisasi tersebut, karena pengetahuan, ilmu dan kompetensi pengurus FKUB Sumut sudah unggul, mereka adalah para majelis agama yang unggul di tingkat provinsi, jadi sudah pasti mereka memahami betul regulasi yang ada dan tidak susah untuk mensosialisasikannya ke masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat Dari berbagai wawancara yang ada, bahwa pemberdayaan masyarakat belum maksimal dilakukan, selama ini FKUB melakukan pemberdayaan masyarakat pernah menerbitkan media kerukunan yang menanamkan pesan positif dan membuka pengertian akan pentingnya kerukunan, namun media tersebut sejak 2014 hingga hasil penelitian ini dikeluarkan mereka tidak menerbitkannnya lagi dikarenakan minimnya dana. 169 kemudian dalam melakukan fungsi pemberdayaan, maupun sosialisasi regulasi keagamaan FKUB Sumut mengandalkan kegiatan yang dilakukan instansi lain, seperti kesbangpolinmas, kanwil kemenag-SU, swasta dan pemerintah provinsi melakukan seminar, pelatihan, dan pembinaan, maka FKUB Sumut diundang menjadi narasumber, dan juga media massa yang mengundang FKUB Sumut unuk berpartisipasi dalam dialog interaktif. disinilah kesempatan FKUB Sumut dalam menyampaikan semangat akan pentingnya kerukunan di Sumautera Utara. Kendatipun demikian belum maksimalnya sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dilakukan, semata karena kendala utamanya adalah soal dana, karena dana yang minim FKUB Sumut belum mampu bergerak bebas menjangkau lapisan masyarakat, hingga ke masyarakan bawah untuk memaksimalkan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat. Dampak dari minimnya dana Segala program kerja FKUB Sumut tidak berjalan mulus, cukup banyak program kerja dalam upaya sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat ke daerah rawan konflik tidak terealisasi, karena dana yang minim membuat FKUB Sumut tidak bisa bergerak bebas. Kalaupun ingin bergerak mengelilingi daerah, melakukan banyak hal untuk upaya kerukunan, maka harus bersiap mengeluarkan dana pribadi untuk biaya pengeluaran yang ada. Tak jarang FKUB Sumut dalam merealisasikan program kerja harus mengeluarkan dana pribadi dengan cara patungan sesama pengurus untuk mensukseskan sebuah kegiatan, karena anggaran belanja daerah tidak kunjung cair. Jadi selain para pengurus FKUB Sumut korban ilmu, waktu dan pikiran, tetapi juga dana. 170

VI.2.1.5. Eksistensi Internal Eksternal dan FKUB Provinsi Sumatera Utara A.

Eksistensi Internal FKUB Sumatera Utara Kualitas internal mempengarui kualitas eksternal suatu organisasi, dari aspek internal peneliti ingin melihat awal proses pemilihan nama-nama yang duduk di FKUB sumut, dinamika dan proses aktivitas organiasi yang terjadi di internal FKUB Sumatera Utara, ketika terjadi hubungan kerja yang harmonis atara sesama pengurus FKUB maka akan berpengaruh terhadap hasil kerja, terutama dalam upaya mereka menjaga kerukunan di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan tinjauan lapangan, baik melauli wawancara dan observasi terlihat adanya hubungan yang harmonis di internal FKUB Sumut, semua anggota terlihat saling mengenal dan selalu bertemu setiap minggu dalam kegiatan rapat rutin ataupun dialog sesama pengurus, meskipun secara proporsional jumlah perwakilan agama yang menjadi pengurus didalamnya tidak seimbang, namun hal tersebut tidak menghalangi mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya, baik berdasarkan komposisi jabatan dalam rapat-rapat organisasi tidak terjadi percekcokan, semua berjalan dengan musyawarah dan mufakat. Mengenali komposisi jabatan di Internal FKUB juga terjalin musyawarah dan terbentuk variasi dalam pimpinan FKUB Sumut, dari Badan pengurus Harian BPH yang berjumlah 8 orang, semua BPH telah mewakili masing-masing agama, kemudian komposisi ketua umum, bendahara umum dan sekretaris umum juga berasal dari perwakilan agama yang berbeda, sehingga komposisi seperti ini telah dianggap tepat dan efektif, karena pertama BPH ini bertindak sebagain pimpinan rapat dan karena variasi yang terjadi di BPH menjadikan proses pengambilan keputusan terjalin secara musyawarah dan mufakat, serta yang kedua 171 menghilangkan rasa saling sikut-sikutan atau bertindak meloloskan atau mengedepankan kepentingan agamanya atau umat seagamanya. Tetapi berdasarkan wawancara yang ada, indikasi seperti itu tidak terjadi di internal FKUB.

B. Eksistensi Eksternal FKUB Sumatera Utara

Eksistensi eksternal FKUB Sumut memiliki fariatif yang luas, hal ini dikarenakan keberadaan FKUB sebagai forum strategis yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah daerah, majelis agama, media massa, dewan penasehat, dan lapisan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, peneliti hanya mengkaji lingkup sekunder yang nota bene lebih dekat dengan aktivitas FKUB selama ini, yakni dewan penasehat, majelis agama, FKUB daerah, media massa dan masyarakat umum. Dengan demikian eksistensi eksternal FKUB Sumut memiliki fariatif yang paradoks, di lingkungan masyarakat atas, baik di jajaran pemerintah daerah provinsi, di dewan penasehat FKUB Sumut , majelis tinggi agama, media massa, dan FKUB kabupatenKota, komunikasi, koordinasi kerja, dan hubungan kerja berjalan dengan baik, harmonis dan dekat, dan diantaranya sering saling bekerja sama untuk mensukseskan kegiatan. Namun demikian eksintensi FKUB Sumatera Utara belum banyak dikenal di masyarakat bawah, baik masyarakat umum, mahasiswa, dan lapisan masyarakat yang masuk kategoti awam, belum mengenal keberadaan FKUB Sumut ini, ini adalah sesungguhnya tugas FKUB Sumut kedepan agar lebih banyak mengarahkan posisi kerja ke seluruh lapisan masyarakat yang ada di Sumatera Utara, minimal mereka mengenal apa itu FKUB 172 dan mereka paham apa tugas FKUB, sehingga masyarakat juga bisa memanfaatkan FKUB untuk peningkatan kerukunan antar umat beragama di daerahnya masing-masing. Di aspek lain juga bahwa FKUB Sumut posisi strategisnya merupakan tingkatan tertinggi dalam ranah provinsi, artinya posisi strategisnya memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang besar dan luas, sebagaimana tingkat provinsi seyogyanya merupakan kewenangan dekonsentrasi atas FKUB yang ada di daerah kabupatenkota. FKUB Sumut adalah tumpuan informasi dari daerah, pastilah FKUB Provinsi mengetahui perkembangan kasus yang terjadi diberbagai daerah, lalu kalaupun mengetahui sebaiknya tindak lanjutnya adalah penanganan kasus, lakukan dialog bersama, mediasi sehingga permasalahan daerah tersalurkan kepada pemerintah.

VI.2.2. Analisis Lingkup Sekunder 1.

Majelis agama Keanggotaan FKUB Sumut merupakan perwakilan dari majelis-majelis agama se tingkat provinsi di Sumatera Utara, kemudian dalam menjalankan tugasnya FKUB Sumut dapat meminta usul atau meyampaikan usul, saran dan pendapat kepada majelis-majelis agama dalam rangka pemeliharaan hubungankerukunan antarumat beragama dan majelis-majelis agama dapat mengajukan pertanyaan, saran dan pendapat tentang pelaksanaan tugas FKUB. FKUB Sumut dalam menjalankan peran strategisnya tentu sangat membutuhkan keberadaan para majelis agama untuk memaksimalkan program kerjanya, dari tinjauan lapangan dan tinjauan kepustakaan yang telah dilakukan, 173 sinergitas FKUB Sumut dengan para pemuka agama di tingkat provinsi berjalan dengan baik dan harmonis. Baik kegiatan tukar pikiran, saling memberi saran dan pendapat telah berlangsung dengan baik, tidak hanya berdasarkan kelembagaan tetapi secara pribadi juga erat. Sinergitas ini dianggap strategis karena para pemuka agama tersebut notabene dekat dengan umatnya, apabila FKUB Sumut mengadakan pertemuan, sosialisasi atau pemberdayaan, kepada para majelis agama sepeti yang telah dilakukan kunjungan kerja atau silaturahmi ke MUI- Sumut, Uskup Agung Medan, dewan Konghuchu Sumut, PGI-Sumut, Walubi-Su dan PHDI-Su, dan organisasi agama lainnya seperti FPI Front Pembela Islam dari organisasi Islam dan GPP Gereja Protestan Persekutuan dari organisasi Kristen, pertemuan tersebut selama ini telah dilakukan, dan diharapkan hasil pertemuan tersebut disampaikan ke umatnya masing-masing, hal ini dianggap mampu membangun deteksi dini potensi konflik yang mungkin terjadi diantara para umat dibawah tuntunan majeis tinggi agama masing-masing. Apabila ada potensi konflik yang terjadi diantara para umat ini, majelis agama ini telah mudah membangun komunikasi dengan FKUB Sumut, kemudian antara FKUB Sumut dan majelis agama intens untuk saling menghadiri kegiatan-kegiatan hari besar keagamaan dan kegiatan lainnya yang berkenaan dengan kerukunan. hal inilah yang membuat sinergitas FKUB Sumut dan para majelis agama di tingkat provinsi telah berjalan dengan baik hingga saat ini. Sebagai tindak lanjut hubungan kerja dan proses pembinaan para pemuka agama se Sumatera Utara, FKUB Sumut bekerja sama dengan majelis agama se sumatera Utara, telah mengadakan simposium di Gedung Walubi Sumut dengan tema menyoroti peran pemangku moral dan tokoh agama, hal ini penting untuk 174 membuka refleksi sudah bagaimana para pemangku moral dan tokoh agama di Sumatera Utara ini bisa menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat. Sebaiknya harus sesering mungkin FKUB Sumut bekerjasama dengan para pemuka agama se-Sumut mengadakan kegiatan seperti ini supaya pembinaan umat, baik secara langsung-maupun tidak langsung bisa efektif dilaksanakan.

2. Dewan penasehat

Posisi Dewan penasehat FKUB Sumut diketuai oleh wakil Gubernur Sumatera Utara, wakil ketua yakni kepala kandepag-SU dan sekretaris yakni kepala Kesbangpolinmas-SU, fungsinya dewan penasehat ialah sebagai fasilitator dan mitra pengurus FKUB Sumut dalam upayanya membangun, memelihara dan memberdayakan kerukunan umat beragama. Kemudian dewan penasehat bertanggungjawab untuk menyediakan anggaran bagi kelangsungan program kerja FKUB Sumut. Hubungan kerja FKUB Sumut dengan dewan penasehatnya berjalan dengan intens. Banyak kegiatan kerja yang dilakukan dan telah disukseskan karena kerjasama yang intens dan erat dengan para dewan penasehatnya, baik program kerja yang dilakukan di kantor kesbangpollinmas, kantor wilayah kemenag, kantor gubsu dan kantor FKUB Sumut. Setiap program kerja yang dilakukan seperti seminar, dialog dan kunjungan kerja FKUB Sumut selalu didampingi oleh dewan penasehatnya. Hal ini mendukung pembuktian juga bahwa keberadaan dewan penasehat sebagai mitra kerja FKUB Sumut telah terjalin erat. 175 Keberadaan dewan penasehat sebagai fasilitator FKUB Sumut juga telah dianggap mampu mensukseskan program kerja FKUB Sumut, koordinasi kerja baik FKUB Sumut dengan kandepang-Su dan kesbangpolinmas-Su sedikitnya sebulan sekali intens dilakukan setidaknya hanya bertemu, menanyakan perkembangan, apakah ada masalah atau ada kendala sehinga dilakukan upaya bersama untuk menangani kendala tersebut. Keberadaan dewan penasehat sebagai fasilitator FKUB Sumut adalah misalnya FKUB Sumut ingin mengadakan pertemuan kerja, seminar atau menyambut kunjungan kerja dari FKUB provinsi lain, apabila tida memungkinkan atau tidak memadainya dilakukan di kantor FKUB Sumut maka bisa memakai aula atau gedung yang ada di kesbangpolinmas, kandepag, dan kantor gubsu. Kemudian dalam menjalankan tugasnya FKUB Sumut selalu didampingi oleh dewan penasehatnya. Namun Keberadaan Dewan Penasehat belum berfungsi secara maksimal di sektor lain, seperti Kurangnya waktu bagi wakil gubernur Sumatera Utara selaku ketua dewan penasehat untuk memberikan perhatian dan monitoring langsung bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan program FKUB Sumut, seolah hanya melimpahkan semua pekerjaan dewan penasehat kepada wakil ketua dewan penasehat dan anggota dewan penasehat lainnya, memang secara kewenangan regulasi, hal ini sah-sah saja dilakukan mengingat banyaknya kegiatan kerja yang harus diemban wakil gubernur Sumatera Utara. Kemudian dilain kondisi Ketua, wakil dan sekretaris dewan penasehat kurang memiliki kekuatan otoritatif dalam menentukan pemberian anggaran FKUB. Hal ini berdampak buruk bagi FKUB Sumut, bahwa sangat minim dana APBD maupun APBN yang turun dari dewan penasehatnya, hal ini terjadi karena 176 berbagai alasan mulai dari penghematan anggaran hingga tidak menetapnya jumlah anggaran akan dialokasikan. sehingga karena minimnya dana membuat banyak kegiatan kerja FKUB Sumut tidak terlaksana. Dengan demikian keberadaan secara organisasional fungsi dewan penasehat FKUB Sumut sebagai fasilitator dan mitra kerja FKUB Sumut terjalin erat, namun masih cukup pelit dalam memberi dukungan alokasi anggaran untuk keberlangsungan dan kelancaran kinerja FKUB Sumut.

3. konsultatif FKUB Provinsi dan FKUB KabupatenKota

Hubungan FKUB provinsi dengan FKUB kabupatenkota tidaklah bersifat struktural yang memiliki garis instruktif, melainkan hubungan yang bersifat konsultatif . Posisi FKUB Provinsi bukanlah atasan dari FKUB kabupaten kota, ataupun sebaliknya. Seperti diketahui, FKUB bukanlah organisasi massa yang memiliki jenjang kepengurusan terstruktur dari pusat hingga daerah. FKUB dibentuk dengan semangat kebersamaan antar umat beragama untuk menyelesaikan masalah-masalah keagamaan di wilayahnya. Maka, hubungan dengan FKUB di level lainnya hanyalah bersifat konsultatif. Fungsi konsultatif diperlukan agar adanya kerjasama antar FKUB tingkat I dan tingkat II dalam penanganan masalah-masalah yang terjadi di daerah. FKUB Sumut adalah tumpuan informasi dari seluruh daerah kabupatenkota di Sumatera Utara, pastilah FKUB Sumut mengetahui mengenai hal apa yang terjadi didaerah, FKUB daerah dapat berkonsultasi dengan FKUB provinsi. Perkembangan komunikasi dan hubungan kerja antara FKUB daerah 177 dengan provinsi selama ini telah berjalan baik, bahkan menurut wakil sekretaris FKUB Sumut, hampir setiap hari FKUB Sumut melakukan komunikasi dengan FKUB yang ada didaerah, baik melalui telepon, Sms, dan dunia maya, atau juga melalui surat, dan media massa. hal yang dibahas yakni ketika ada hal-hal yang mereka belum paham, mereka tanyakan dan diskusikan, kemudian ketika ada masalah di FKUB daerah mereka meminta saran untuk solusi permasalahannya, dan ada juga yang sekedar menjalin tali silaturahmi atau sekedar menanyakan kabar. Hal tersebut berlangsung intens, selain FKUB Sumut sebagai kewenangan dekonsentrasi sebagai tumpuan informasi daerah, tetapi juga sebagai pionir bagi FKUB yang ada di daerah kabupatenkota. Kemudian Sejatinya FKUB, baik tingkt I dan II bertindak berdasarkan perintah dasar kebijakan, baik Peraturan Bersama Menteri PBM, maupun SK FKUB, apabila kebijakan itu pun bersifat rancu maka diikuti juga dengan implementasi yang rancu, demikian halnya juga dalam fungsi konsultatif FKUB Sumatera Utara, fungsi konsultatif FKUB berdasarkan SK FKUB Sumatera Utara tahun 2012 tentang FKUB pasal 27 ayat 3 menyebutkan a. FKUB Kabupatenkota dapat menyampaikan usul dan aspirasinya kepada FKUB Provinsi b. FKUB provinsi dapat memberikan masukansaran kepada FKUB kabupatenKota tentang permasalahan yang timbul dalam hubungan antar umat beragama di tingkat kabupatenKota. Berdasarkan SK FKUB diatas menyebutkan bahwa tidak jelas apakah diwajibkan atau tidak FKUB kabupatenkota berkonsultasi dengan FKUB provinsi, karena seyogyanya permasalahan yang terjadi itu berada pada FKUB tingkat kabupatenKota. Sementara berdasaarkan wawancara dengan bapak Jhon Hasiholan, salah seorang Pengurus FKUB Sumut, konsultasi dengan FKUB 178 kabupatenkota itu adalah wajib, “Itu wajib, artinya FKUB Provinsi memberi masukan atau saran mengenai penanganan suatu masalah, misalnya rumah ibadah. Jadi kita harus tau perkembangan di daerah selanjutnya mereka berkonsultasi dengan kita, mengenai apa, bagaimana, dan berdiskusi untuk penyelesaian solusi atas masalah yang ada di daerah ” pungkasnya ketika ditemui pada kamis 9 april 2015. Berdasarkan kondisi yang bertentangan diatas bisa saja dari 33 FKUB kabupatenkota ada yang enggan mengkonsultasikan atau tidak melaporkan permasalahan keagamaan yang terjadi di daerah, atau bisa saja FKUB provinsi pun enggan membantu FKUB daerah, karena tidak ada kewajiban untuk membantu, kondisi ini membuat FKUB provinsi dengan daerah seolah tidak kompak, mereka seolah berjalan sendiri-sendiri. Hal ini membuat seolah SK FKUB tersebut hanya memberi saran kepada masing-masing FKUB agar dilakukan, bukan memerintah agar wajib untuk dilaksanakan. Dengan demikian dalam melakukan fungsi konsultatif oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara diidapati masalah bahwa Pola hubungan antara FKUB Provinsi dengan KabupatenKota kurang terarah karena kurang jelasnya implementasi konsep konsultatif antara FKUB Provinsi dengan FKUB KabupatenKota. Meskipun demikian Dari wawancara dengan beberapa informan di internal FKUB Provinsi Sumatera Utara didapati jawaban yang mampu memperbaiki kejelasan SK FKUB Tersebut. Wakil ketua FKUB Drs Albert Pakpahan menyebutkan FKUB provinsi akan turun ke daerah apabila jikalau ada masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh FKUB tingkat II dan mereka meminta FKUB tingkat I untuk membantu. “ Kalau ada yang nga bisa diselesaikan mereka, 179 mereka komunikasikan ke kita mohon petunjuk, atau datang kemari, minta saran atau bantuan bertanya bagaimana sikap kami mengenai ini, apa bisa bapak- bapak datang kesana membantu, ya kita sama-sama dengan FKUB daerah turun”. Selanjutnya ketua FKUB Sumut Bapak Dr. Maratua Simanjuntak juga menerangkan hal yang sama bahwa “kalau komunikasi dengan FKUB daera kita rutin, kalau mereka minta tolong kita untuk turun, kita turun ke daerah mereka .”.untuk meluruskan kondisi yang ada bahwa ternyata FKUB Sumut akan turun ke daerah apabila ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh FKUB kabupatenkota dan jikalau diminta untuk turun, maka FKUB Sumut turun ke daerah untuk selanjutnya bersama-sama menyelesaikan masalah. Selanjutnya ada kerancuan berikutnya dimana FKUB sumut tidak hierarki terhadap FKUB kabupaten Kota tapi hanya sebatas koordinasi dan konsultasi, sehingga FKUB Sumut tidak bisa memerintah kalau ada kejadian yang terjadi di daerah hal ini diakui oleh wakil sekretaris FKUB Sumut Dr Arifinsyah “FKUB sumut tidak langsung bisa memerintah, tapi hanya konsultasi dan koordinasi, memperingatkan, mereka mau lakukan atau tidak nga sanksi sama kita. nah.. jadi, itu kesulitan untuk percepatan penyelesaian atau win-win solution ditengah masyarakat bawah ” Pungkasnya. Jadi disini terjadi kendala dimana cara pandang FKUB provinsi dalam melihat permasalahan bisa saja berbeda dengan cara pandang FKUB kabupatenkota, dalam kesempatan tersebut beliau menyarankan supaya “saran saya untuk ini, seharusnya FKUB kedepannya ini harusnya hierarki dengan kabupaten kota, supaya ada kerjasama, tindak lanjut dan sanksi. Ini kan, jalan sendiri, FKUB sumut jalan sendiri, kabupaten kota jalan sendiri. Jadi FKUB nampak dia jadi kompak, inikan jadi nga kompak kesannya, FKUB 180 Sumut melihat itu permasalahan di daerah,red urgent, FKUB kabupaten bilang, “ahh ga ada masalah itu” katanya, padahal udah berat.” dari penjelasan diatas dapat dimengerti bahwa dalam implementasinya fungsi konsultatif mengalami kendala, yakni bisa saja adanya perbedaan cara pandang antara FKUB Provinsi dengan FKUB kabupatenkota., kemudian karena FKUB provinsi tidak Hierarki dengan FKUB kabupatenKota sehingga tidak bisa memberikan sanksi, atau bisa saja saran win-win solution yang disampaikan oleh FKUB Sumut diabaikan oleh FKUB kabupatenkota. Untuk mencari kejelasan mengenai duduk perkara fungsi konsultatif FKUB Sumatera Utara, saya menemui bapak Syafaruddin, kasubbag hukum dan KUB KandepagSU. Dalam sesi wawancara pada tanggal 26 Maret 2015 saya mengkomunikasikan kendala-kendala FKUB Sumut dalam menjalankan fungsi konsultasi. Mengenai permintaan dari wakil sekretaris FKUB Sumut bapak Arifinsyah agar FKUB Sumut sebaiknya Hirarki, bapak Syafaruddin menolaknya, beliau mengatakan “Kalau hierarki, itu dia sepertinya struktural, sementara ini kan forum, kalau forum masyarakat nga mungkin kita strukturalkan, kalau dia namanya forum-forum yang didirikan oleh masyarakat tidak mungkin hierarki ”, jelasnya dengan tegas. Mengenai hal ini beliau menjelaskan agar kiranya tidak hierarki tetapi tetap hanya konsultatif, tetapi beliau memberikan solusi yakni “saya pikir, hubungan konsultatif ini tetap dipertahankan, cuman, komunikasi lebih diperbanyak... ,Sudah pas lah itu dengan jalur koordinasi, tetapi komunikasi diperbanyak atau lebih intens ”. Jelasnya. menurut beliau bahwa sudah tepat sifatnya tidak hirerki hanya komunikasi atar FKUB yang di daerah sejatinya harus ditingkatkan. 181 Dapat disimpulkan bahwa secara konsultatif, komunikasi FKUB Sumut dengan FKUB diberbagai daerah kabuaten kota intens dilakukan dan bahkan hampir setiap hari ada komunikasi dengan FKUB kabupatenkota, namun di lain kondisi, dalam implementasinya telah terjadi kerancuan fungsi konsultatif FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan konsultasi dengan FKUB kabupatenKota se-Sumatera Utara, pertama Pola hubungan antara FKUB Provinsi dengan KabupatenKota kurang terarah karena kurang jelasnya implementasi konsep konsultatif antara FKUB Provinsi dengan FKUB KabupatenKota, terutama mengenai apakah diwajibkan atau tidak FKUB daerah mengkonsultasikan semua permasalahan yang terjadi di daerah. Kemudian kedua, ternyata ketidak-hirarkian FKUB Provinsi Sumatera Utara dengan FKUB kabupaten Kota dikeluhkan bahwa FKUB sumut tidak hierarki terhadap FKUB kabupaten Kota tapi hanya sebatas koordinasi dan konsultasi, Meskipun beberapa kerancuan tersebut telah dicoba diluruskan tetapi amat penting untuk dilakukannya perbaikan mengenai kejelasan dan ketegasan fungsi konsultatif FKUB, meskipun ini hanya kendala teknis yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan sifat diskretif, tetapi ini penting untuk perbaikan kinerja FKUB kedepan, tidak hanya di tingkat provinsi tetapi juga kabupatenkota. Karena Sejatinya FKUB Provinsi Sumatera Utara sebagai Pionir kepada FKUB daerah, sebagai “bapak pembimbing” yang membuka jalan, memberi masukan dan solusi atas penyelesaian berbagai masalah yang terjadi di 33 daerah kabupatenkota di Sumatera Utara, untuk itu kejelasan konsultatif FKUB perlu diluruskan sehingga tidak mengalami kerancuan. 182

4. Pemerintah daerah

“FKUB dibutuhkan untuk membantu kepala daerah” ungkap kabid ideologi dan wasbang kesbangpolinmas provinsi Sumatera Utara, bapak Muhammad 30315. Hal ini menegaskan bahwa FKUB Sumut dibutuhkan oleh kepala daerah sebagai “bamper” untuk membantu kepala daerah dalam menangani, menyelesaikan dan menerapkan kebijakan yang tepat mengenai hal- hal, konflik atau permasalahan yang menyangkut keagamaan. Dimana FKUB Sumut dapat memberikan rekomendasi kebijakan bahkan warning mengenai tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga permasalahan agama bisa selesai dan masyarakat bisa tetap rukun. Hubungan kerja FKUB Sumut dengan jajaran pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Mulai dari gubernur sampai bawahannya terjalin erat, bahkan intensitas kegiatan FKUB Sumut dengan jajaran pemerintah daerah provinsi cukup tinggi, mulai dari dialog bersama melalui dialog kebangsaan dan dialog terbatas, musrembang, mengikuti atau menghadiri undangan silaturami lewat dinamika acara yang dihelat oleh jajaran pemprovsu, menjadi narasumber di beberapa seminar yang dilakukan oleh jajaran pemprovsu, dan hubungan lainnya. Hal tersebut intens dilaksanakan, sehingga eksistensi FKUB Sumut tidak asing atau setidaknya telah dikenal di jajaran SKPD satuan kerja perangkat daerah Pemprovsu. Dari aspek FKUB Sumut dalam mengemban tanggungjawabnya kepada Gubernur Sumatera Utara telah dilakukan dengan intens, ada dua cara yang sering dilakukan FKUB Sumut, apabila ada permasalahan keagamaan yang terjadi 183 di daerah jika dianggap mendesak, para pengurus FKUB Sumut bisa langsung menelepon gubernur dan jajarannya untuk bertindak cepat turun ke lokasi, lalu ditangani bersama-sama, kemudian jika keadaan tidak mendesak FKUB Sumut hanya menyampaikan laporan bulanan dalam bentuk laporan kerja, mengenai apa yang telah dilakukan dalam sebulan, mengenai rekomendasi kebijakan, dan berita lainnya disampaikan kepada gubernur dalam bentuk laporan kerja bulanan, hal tersebut telah rutin bahkan setiap bulan dilaksanakan oleh FKUB Sumut, sehingga setiap bulannya kegiatan FKUB Sumut dapat dipantau oleh Gubernur Sumatera Utara. Dari aspek Gubernur Sumatera Utara dan jajarannya telah sering membangun komunikasi dan hubungan kerja dengan FKUB Sumut, pemerintahan Provinsi Sumatera Utara telah memanfaatkan keberadaan FKUB untuk bersama- sama saling mensukseskan kegiatan untuk menciptakan kerukunan di Sumatera Utara. Namun, Jika dikaji dari umpan balik akan tanggung jawabnya untuk menangani masalah keagamaan, peran pemerintah daerah, baik koordinasi pemerintah provinsi Sumatera Utara dengan pemerintah daerah kabupatenkota masih dianggap buruk, terutama penyelesaian berbagai kasus rumah ibadah, seolah pemerintah daerah melakukan pembiaran terhadap permasalahan rumah ibadah yang tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara, terutama pemerintah daerah Tapanuli Utara, kendatipun pendirian rumah ibadah telah direkomendasikan oleh FKUB kabupatenkota tetapi rekomendasi itu seolah tidak digubris oleh pemerintah daerah, akibatnya banyak rumah ibadah di daerah yang sejatinya izin pendirinya sudah direkomendasikan oleh FKUB tetapi pemerintah daerah tidak juga mengeluarkan izin pendirian rumah ibadah. Disinilah letak 184 masalahnya. Hal ini diakui oleh SETARA Institude, dalam laporannya pada tahun 2014, dalam laporan tersebut amat mengejutkan bahwa Sumatera Utara yangsering disebut barometer kerukunan ternyata masuk zona merah karena keengganan pemerintah daerah mengatasi kasus rumah ibadah. 35 koordinasi pemerintah provinsi Sumatera Utara dengan pemerintah kabupatenkota se- sumatera utara mengenai penanganan kasus keagamaan terutama kasus rumah ibadah menimbulkan tanda tanya besar, keseriusan dan ketegasan mereka amat diperlukan karena masih banyak persoalan rumah ibadah yang belum terselesaikan di provinsi ini.

VI.3. Analisis Lingkup Sasaran Kinerja FKUB Sumatera Utara

Kemudian untuk jangkauan lingkup yang lebih luas lagi peneliti mengembangkan berdasarkan model analisis dibawah ini. Alur Skema 4. analisis Lingkup sasaran tugas Pokok FKUB Provinsi Tugas Pokok FKUB Provinsi Melakukan Dialog Menampung Aspirasi Sosialisasi Regulasi Pemberdayaan Masyarakat Menyalurkan Aspirasi LINGKUP PRIMER DEWAN PENASEHAT FKUB MAJELIS AGAMA FKUB KABUPATEN KOTA PEMERINTAH DAERAH FKUB PROVINSI LINGKUP SEKUNDER NGO, Swasta, LSM dan universitas Tingkatan Masyarakat Bawah Akar Rumput Tokoh agama, Tokoh masyarakat dan akademisi Media massa pers Model Analisis Sasaran kinerja FKUB, Oleh Sabam Manurung 35 lih. Publikasi setara institude 2014. Hal 124-128. 185 Keterangan gambar diatas adalah bahwa FKUB Sumatera Utara dalam menjalankan tugas pokoknya dan segala aktivitasnya dalam menjaga kerukunan di Sumatera Utara harus menargetkannya dengan lapisan masyarakat luas, dapat dilihat alur garis kuning diatas. Target capaian tugas pokok diarahkan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, NGO, Swasta, universitas dan berbagai tingkatan masyarakat, kemudian media masssa atau Pers dibutuhkan untuk publikasi dan pemberitaan kinerja FKUB Sumut, dengan demikian masyarakat yang tidak secara langsung mendapat layanan FKUB Sumut dapat memahaminya lewat media massa, selain itu juga sebagai membangun citra positif FKUB Sumut ditengah masyarakat. Berikut ini paparan analisis sasaran kinerja FKUB Sumut ke berbagai lapisan masyarakat.

1. Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Akademisi

Tugas pokok pertama FKUB adalah melakukan dialog kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat. Proses yang berlangsung selama ini, bahwa Sasaran tugas pokok FKUB Sumut dalam menjalankan tugas pokoknya ke tokoh agama, tokoh masyarakat dan para akademisi di tingkat provinsi telah berlangsung dengan baik, ada banyak intensitas kegiatan tugas pokok yang menyasar ke aktor ini, mulai dari para tokoh agama dilakukan kunjungan kerja, dialog simposium dan sosialisasi ke daerah-daerah, ke seluruh tokoh perwakilan agama masing- masing, kemudian ke tokoh masyarakat telah dilakukan banyak dialog, seperti dialog kebangsaan, dialog harmonisasi organisasi keagamaan memelihara kerukunan antar umat, silaturahmi kebangsaan, dialog menyongsong pemilihan umum dan dialog-dialog teologis lainnya, lalu para akademisi baik dekan kampus 186 hingga para dosen di Sumatera Utara selalu diikut sertakan dalam kegiatan dialog kebangsaaan seperti thema umum menangkal radikalisme, dan bahaya radikalisme, seminar bahaya narkoba, FGD dengan tema peta kerukunan di Sumut, forum dialog bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang pemahaman bersama mengenai pencegahan radikalisme, pembinaan dan koordinasi keagamaan bagi para tokoh agama se-Sumatera Utara dan diskusi lainnya. Menurut para narasumber, telah sering upaya program kerja dilakukan menyasar ke tiga aktor ini, bahkan karena seringnya susah menghitungnya, lalu kemanfaataannya kepada target sasaran ini telah memberi respon positif dan membangun bersama pemahaman akan pentingnya hidup rukun dan berdampingan ditengah perbedaan, pemahaman ini sejatinya diharapkan FKUB bisa disampaikan oleh ketiga aktor ini ke instansi atau masyarakat yang ada dibawahnya.

2. NGO, SWASTA, LSM dan Universitas

Dalam perjalanannya selama ini FKUB Sumatera Utara dalam memainkan peran strategisnya dianggap membuka diri terhadap instansi non pemerintah, sejatinya memang harus demikian, karena sesunguhnya road map kerukunan harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga bisa membangun sinergitas dan kerjasama yang erat agar pilot project kerukunan bisa tersebar ke berbagai lapisan masyarakat. 187 Namun keterbukaan FKUB Sumut kepada aktor sasaran ini, utamanya kepada LSM dan NGO perlu ditinjau ulang, pasalnya sedikit target kerja menyasar ke aktor ini, hal ini terjadi mungkin karena dua hal, Pertama FKUB mungkin kurang menjalin hubungan komunikasi atau silaturahmi yang lebih luas dengan NGO Non Goverment Organization atau LSM Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Sumut ini, kedua, mungkin dari berbagai LSM dan NGO yang tersebar di Sumut kurang mengenal FKUB atau tidak menganggap kerukunan merupakan sesuatu yang penting sehingga tidak membangun relasi dengan FKUB. Kemudian ke istansi swasta dan ke ranah universitas relatif lebih baik dibanding ke NGO dan LSM, walaupun relatif lebih baik dari NGO atau LSM tetapi tidak terlalu intens kinerja FKUB menyasar ke kampus dan instansi swasta. Tercatat beberapa kinerja FKUB dalam membangun komunikasi diantaranya, ke pihak swasta melakukan dialog kerukunan dan silaturahmi dengan PT. Jamsostek di tahun 2013, lalu dialog kerukunan dengan marc clarc consuler US Embassy Jakarta di Uniland medan, ke universitas telah melakukan dialog kerukunan lintas agama dengan perguruan tinggi teologi dimedan. Kemudian ke universitas seperti Alwaslyah, Muhammadiah, STT Teologi HKBP Siatar, Nomensen, pertemuan dengan pejabat USU dan Unimed, kegiatan yang dilakukan yakni berdialog lintas agama atau sekedar menanamkan nilai-nilai kerukunan di lingkungan kampus. kemudian FKUB bekerjasama dengan PMII membuat dialog kebangsaan dengan thema membangun kepemimpinan sumatera utara ditengah krisis moral. Sedangkan ke pihak LSM atau NGO lainnya mungkin membangun relasi secara tidak langsung seperti bertemu dan berdiskusi bersama dalam dialog 188 kebangsaan, dialog lintas agama atau diacara umum lainnya. Peneliti tidak mendapatkan data pendukung mengenai relasi aktif, atau hubungan kerja langsung antara FKUB dengan beberapa LSM atau NGO di Sumut.

3. Media massa pers

Keberadaan media massa, mulai dari koran, media tv dan radio sesunggunya amat efektif membantu FKUB Sumut dalam membangun image dan melancarkan program kerjanya, dimana hasil kerja, hasil pertemuan atau hasil tugas pokok bisa dipublikasikan lewat media sehingga bisa membangun citra di masyarakat dan bisa dipublikasikan hasil seminar tentang kerukunan, juga hasil dialog lintas agama, sehingga masyarakat yang tidak terlibat langsung mengikuti dialog tersebut dapat mengikutinya lewat berita koran. disinilah perlunya keberadaan media atau pers bagi FKUB Sumut, sebagai penyambung lidah FKUB Sumut, selanjutnya media masssa juga diperlukan FKUB baik radio dan tv sebagai jalan melakukan sosialisasi, pendidikan masyarakat lewat talkshow, dialog interaktif, dan sarahsehan di studio tv yang tersebar di Sumatera Utara. Tercatat cukup intens hubungan FKUB Sumut dengan beberapa Media di Sumatera Utara. Diantaranya Dialog interaktif di Deli TV, dengan tema “terorisme dan hubungannya dengan kondusivitas mayarakat”. Talkshow TVRI dengan tema “menyambut natal dan tahun baru”, talkshow TV dengan tema “bagaimana sebenarnya memilih wakil rakyat”. Talkshow radio lite fm temanya “kebersamaan menuju pemilu damai”, kontak publik di TVRI dengan thema 189 “kondivitas masyrakatpasca pilpres”, sesungguhnya masih banyak lagi kegiatan dan hubungan FKUB dengan berbagai media, mulai media koran, TV dan Radio. Hubungan FKUB Sumut dengan berbagai media atau pers di Sumatera Utara amat baik, bahkan tidak pernah peneliti menemukan pers mengangkat berita negatif mengenai kinerja FKUB Sumut , hal ini sebaiknya ditingkatkan untuk membangun citra yang baik ditenga-tengah masyarakat. Kendati pun demikian amat baik, perlu juga ditinjau ulang apakah pemberitaan media tentang kinerja FKUB Sumut telah diatur demi kepentingan pemilik media, semoga saja tidak demikian, harapannya media atau pers di Sumatera Utara dalam memberitakan kinerja FKUB Sumut benar-benar berimbang dan faktual.

4. Tingkatan masyarakat bawah akar rumput

Ada sebuah kondisi yang kurang efektif yang penting untuk dikemukakan, bahwa berdasarkan data laporan kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara sejak januari 2013 hingga Februari 2015 dan berdasarkan hasil wawancara menyebutkan bahwa sangat minim dialog, sosialisasi, dan pemberdayaan masyarakat dilakukan ke masyarakat bawah, dialog, sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dominan dilakukan hanya ke masyarakat atas 36 , yakni para tokoh agama, aparat pemerintah dan tokoh masyarakat, dialog pun dilakukan kebanyakan di hotel-hotel, gedung pemerintahan dan kantor organisasi keagamaan, kondisi demikian membuat efektivitas tugas pokok FKUB Sumut 36 Istilah masyarakat atas dalam bagian bab ini adalah para majelis agama, tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah di tingkat provinsi. 190 seolah tidak memberi manfaat langsung ke masyarakat bawah, hal ini juga dibenarkan oleh Anggota FKUB, bapak Jhon Hasiholan, ketika wawancara pada 9415. Kondisi ini menjelaskan tidak secara spesifik FKUB misalnya turun ke pesisir untuk membangun dialog dengan nelayan-nelayan, kemudian ke desa-desa membangun dialog dengan petani dan ke lapisan masyarakat lainnya, Urgensi problematika rentan terjadi di tingkat masyarakat bawah, merekalah tepatnya disebut akar rumput, yakni masyarakat di tingkat bawah yang tidak terikat intansi,organisasi, atau jabatan strategis, seperti para nelayan, para buruh, pentani, karyawan, rakyat biasa, dan sederajat lainnya. mengapa demikian urgentnya, karena potensi besar terjadinya konflik di Sumatera Utara sebahagian besar datanganya dari masyarakat tingkat bawah yang secara dangkal memahami ajaran agamanya dan memandang fanatik agama selain dari ajaran agamanya, rentan penolakan pembangunan rumah ibadah, masih tingginya prespektif mayoritas dan minoritas, serta masih rendahnya pendidikan mereka membuat rentan tersulut emosi apabila agamanya disinggung oleh orang lain, oleh kondisi ini tidak jarang terjadi diskriminasi dan konflik agama yang membuat keresahan masyarakat. Untuk itu seharusnya bukan hanya di tingkat atas saja FKUB Sumut rutin melakukan dialog, sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat, meskipun hal tersebut penting untuk upaya membina, mengarahkan dan mendeteksi dini potensi konflik di kalangan masyarakat atas, tetapi ke tingkat bawah ini juga jauh lebih penting terutama kepada korban intoleransi atau kepada pihak yang sedang berkonflik, Karena belum tentu dialog yang disampaikan ke kalangan atas efektif disalurkan ke masyarakat bawah, atau mungkin malah tidak disampaikan. Kondisi 191 inilah yang perlu ditinjau ulang dan harus benar-benar dipertimbangkan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara. Mengenai keberadaan akar rumput, kasubbag Hukum dan KUB KandepagSU, bapak Syafaruddin menyebutnya itu adalah sesuatu yang penting untuk dikerjakan “Sebenarnya itu Penting, karena di tingkat masyarakat bawahlah sebetulnya yang penting ditanamkan kerukunan, ya selama ini bapak-bapak kita di FKUB kurang menyentuh mereka, tapi setidaknya sudah menyentuh walaupun belum secara langsung, seperti membina guru-guru, misalnya guru agama tentang kerukunan, selanjutnya nantinya diharapkan akan disapaikan ke siswanya, membina pimpinan majelis agama, pimpinan tokoh masyarakat yang selanjutnya disalurkan ke bawahhannya masing-masing,wawancara 26315 ” Ada dua sisi sasaran kerja FKUB Sumut dalam menjalankan perannya pertama menyasar ke masyarakat atas, notabene tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah yang bukan korban intoleransi, sasaran kedua adalah masyarakat tingkat bawah atau akar rumput atau korban intoleransi, sisi pertama telah efektif dilakukan dan berjalan dengan baik karena selain pemahaman pengurus yang dianggap telah unggul tetapi juga proses manajemenya tertata rapi, tetapi menjadi terbalik di sisi kedua, sangat minim kinerja FKUB Sumut dalam menyentuh masyarakat bawah, dampaknya secara tidak langsung keberadaan FKUB Sumut seolah sebagai “pemadam kebakaran”, ketika ada konflik agama yang menyulut di daerah barulah kemudian sibuk berkordinasi dengan instansi daerah, turun ke lokasi melakukan tindakan. alangkah efektifnya jika dilakukan deteksi dini di masyarakat bawah, sebelum potensi “kebakaran” tersebut meluap. 192 Realita dan problematika FKUB Provinsi . 37 Secara realita, tingkatan masyarakat di Sumatera Utara berdasarkan aspek teritorial pemerintahan sangat kompleks, ada yang disebut dengan masyarakat provinsi, masyarakat kabupatenkota, dan masyarakat kecamatan hingga desa. Masyarakat provinsi yakni para pejabat se-tingkat provinsi, mulai dari pejabat gubernur dan jajarannya, para majelis agama se-tingkat provinsi, tokoh agama dan tokoh masyarakat se-tingkat provinsi, serta pimpinan organisasi se-tingkat provinsi, kemudian di tingkat kabupatenkota, ada jajaran bupati maupun walikota, majelis agama, tokoh agama dan tokoh masyarakat se-tingkat kabupaten dan organisasi tingkat kabupaten, serta di kecamatan, ada jajaran camat, jajaran kepala lurah, kepala desa, tokoh adat dan masyarakat luas. Kalau dikaji secara realitas, FKUB Sumut yang notabene berjumlah 21 orang pengurus tidak akan mungkin bisa memberdayakan umat yang sebanyak ini dan melayani semua tingkatan ini, masih ada FKUB daerah kabupatenkota, masih ada juga para tokoh agama di lingkungan bawah. Dengan demikian hal yang paling mungkin dilakukan adalah membina masyarakat tingkat provinsi, atau memperkuat konsultatif ke setiap FKUB yang ada di kabupaten.kota. Inilah realita yang harus dipahami bersama. Namun problematikanya adalah, masalah ketidak rukunan, lebih banyak disumbang dari masyarakat bawah, bukan masyarakat atas, karena memang, masyarakat atas, utamanya tingkat provinsi sudah dianggap lebih dewasa untuk menyikapi perbedaan agama, menyikapi konflik antar agama, karena latar belakang pendidikan mereka rata-rata sudah dianggap unggul. Kemudian, 37 Sumbangan pemikiran Pribadi. 193 pengetahuan dan pemahaman kerukunan antar umat beragama di FKUB tingkat provinsi dimungkinkan lebih unggul dari para pengurus di FKUB kabupatenKota. Jadi disini seharusnya ada tanggung jawab moral pengurus FKUB tingkat provinsi untuk membina dan menyamakan persepsi tentang kerukunan kepada FKUB kabupatenKota, terutama daerah rawan konflik. Kemudian probematika lain muncul dari pemuka agama yang nota bene dekat dengan umatnya, dimungkinkan adanya pemuka agama ketika membina umatnya atau sedang menebarkan ajaran-ajaran agamanya ada menyinggung agama lain, atau menjelekkan agama lain dan menganggap agama yang dianutnya sudah benar, sehingga ajaran itu tertanam kepada umat menjadikan umat yang dibinanya fanatik terhadap agama yang ada diluarnya, mungkin persepsi ini ada benarnya bahwa umat yang semakin mencintai agamanya dan ajaran-ajarannya maka semakin rentan menganggap agama yang diluar yang dia yakini adalah sesat dan tidak menyelamatkan dan diajak untuk mengikuti agama yang dia anut. Kalau hal ini terjadi maka benih konflik itu sesungguhnya sudah mulai tumbuh. Win-win solution selalu ada ditengah peliknya suatu kondisi. Bergerak dari pemahaman bersama bahwa masyarakat atas hingga masyarakat bawah harus bisa rukun, maka harus ada win-win solution untuk ini. Saya merangkup beberapa tawaran solusi untuk ini, pertama mengenai orientasi pelayanan untuk masyarakat tingkat provinsi yang notabene telah dianggap unggul, dewasa dan mampu menyikapi ketidak-rukunan dan konflik antar agama, sebaiknya hanya koordinatif saja, atau tepatnya hanya menjalin komunikasi saja, mungkin ada suatu kondisi yang belum searah jalan pemikirannya, ketika dilakukan pertemuan, dijalin koordinasi sehingga terjadi kesepakatan bersama. Hal seperti ini dirasa 194 cukup untuk membangun sinergi dengan masyarakat tingkat provinsi. Kedua Untuk FKUB kabupatenkota selain rutin membangun komunikasi, baik personal maupun secara forum, FKUB daerah tingkat II ini perlu di bina, mereka dibina untuk membina para tokoh agama dan tokoh masyarakat di tingkat kabupaten. Kemudian membangu koordinasi yang matang dengan FKUB kabupaten Kota dan para tokoh yang ada di daerah untuk melakukan pembinaan langsung ke para petani, nelayan, buruh atau sejelisnya. Konsep pendekatan “dibina untuk membina yang lain ”, rasanya efektif dilakukan mulai dari lapisan atas hingga lapisan masyarakat bawah. Ketiga ketika mengetahui ada kasus konflik di daerah maksimalkan korrdinatif dengan FKUB daerah secepatnya untuk hadir disana memfasilitasi, membangun mediasi dan melayani mereka sehingga pelayanan FKUB Sumut dirasakan oleh lapisan masyarakat bawah.

VI.4. Simpulan analisis

Dengan demikian, kesimpulan analisis data oleh peneliti akan merangkumnya berdasarkan model analisis yang telah dirancang oleh peneliti, model ini mencakup jangkauan primer dan sekunder lingkup kerja FKUB Provinsi Sumatera utara. 195 Tabel 20 Tabel analisis Kinerja FKUB Sumatera Utara dalam menjaga kerukunan di Sumatera Utara N o Lingkup Kinerja Kriteria tugas Hasil evaluasi Keterangan Harapan Prospek ke depan 1 Lingkup primer  Dialog tokoh agama dan tokoh masyarakat Kurang baik Kualitas dan kuantitas kondisinya telah baik dilakukan kepada non korban intoleransi, tetapi secara efektivitas kurang menyentuh akar rumput masyarakat kelas bawah dan pihak yang berkonflik. Dialog juga belum bisa mengurai tuntas permasalahan konflik agama sehingga konflik tersebut masih tetap ada meskipun telah didialoggkan. Diharapkan FKUB Sumatera Utara lebih konsen melakukan dialog ke lapisan masyarakat bawah akar rumput terutama korban intoleransi atau pihak yang berkonflik, karena mereka juga adalah pengguna layanan. Kemudian memperbaiki metode pelaksanaan dialog agar dialog yang dilakukan efektif dan terbangun jalin perdamaian antara kedua pihak yang berkonflik.  Dialog sesama pengurus FKUB Sumatera Utara Amat Baik Dialog sesama pengurus telah intens dilakukan dengan tema yang berbeda-beda. Hal ini mampu menumbuhkan rasa saling mengerti dan memahami akan ajaran agama masing-masing sehingga terjadi kerukunan di internal pengurus FKUB Sumut. Dialog sesama pengurus FKUB Sumut tetap intens dilakukan, minimal saling berkomunikasi, agar tetap saling memahami dan tidak berburuk sangka ditengah perbedaan ajaran agama yang dimungkinkan adanya perbedaan ajaran. Menampung asprasi Kurang Baik Penampungan aspirasi tidak begitu sulit karena mengedepankan fungsi strategis FKUB dan diharapkan FKUB jangan terlalu sering hanya menunggu aspirasi yang ada dari masyarakat, tetapi lebih membuka diri 196 sinergitas FKUB bagi lapisan masyarakat, terutama para majelis agama. tetapi FKUB Sumut lebih banyak pasif menunggu aspirasi, keaktifan FKUB Sumut dalam menampung aspirasi terutama dari pihak yang berkonflik menguptade perkembangannya masih minim. Sehingga konflik agama yang belum selesai seolah tidak ditindaklanjuti tetapi seolah didiamkan. untuk sering mencari aspirasi yang berkembang di daerah, melalui hubungan komunikasi yang intens dengan FKUB daerah dan majelis agama di daerah. Kemudian penampungan aspirasi harus mengakomodir kepentingan semua agama, baik yang dianggap minoritas maupun mayoritas. Sehingga semua agama mendapatkan layanan yang yang sama dari FKUB Sumut Menyalurkan aspirasi Baik Kegiatan meyalurkan aspirasi intens dilakukan dan dapat dipantau setiap bulan melalui laporan kerja bulan kepada Gubernur Sumatera Utara. Aspirasi yang disampaikan telah sering diterima gubernur Sumut. Dalam menyalurkan aspirasi FKUB Sumut tidak hanya menyampaikan laporan bulanan saja, tetapi lebih sering me warning pemerintah daerah mengenai tindak lanjut permasalahan keagamaan yang belum selesai penanganannya di Sumatera Utara. Mensosialisasikan regulasi keagamaan Kurang baik Tidak sering melakukan sosialisasi ke masyarakat umum akan pentingnya kerukunan, baik ssosialisasi PBM, pendirian rumah ibadah dan regulasi lainnya. Lebih intens melakukan sosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat yakni secara khusus ke masyarakat bawah, serta memanfaatkan media massa untuk publikasi, pendidikan masyarakat, sosialisasi 197 kerukunan dan menjaga citra organisasi. Pemberdayaan masyarakat Kurang baik Belum maksimalnya dilaksanakan pemberdayan masyarakat, hal ini dikarenakan dana yang minim. Melanjutkan penerbitan media kerukunan yang telah berhenti, dan mempercepat proses pembangunan proyek yayasan pusat kerukunan yang telah dibentuk dan diporogramkan, agar segera dapat membari manfaat yang besar bagi pemberdayaan masyarakat agar pilot Project kerukunan nyata dampaknya kepada masyarakat Sumatera Utara 2 Lingkup Sekunder Konsultatif FKUB daerah KabupatenKota baik Secara komunikasi, konsultasi berjalan dengan baik, dimana FKUB Sumut adalah tumpuan informasi dari daerah, namun terdapat “kerancuan” mengenai teknis fungsi konsultatif tersebut. FKUB Sumatera Utara dan FKUB kabupatenKota agar lebih intensif dalam melakukan komunikasi, ada atau tidak ada masalah di daerah, sebaiknya komunikasi harus tetap berjalan, kemudian diperlukannnya sikap diskresif dari pengurus FKUB ditengah adanya indikasi “kerancuan” pada fungsi konsultatif FKUB. Konsultatif Majelis-majelis agama Baik Kegiatan Dengar pendapat, usul, saran, sering dilakukan FKUB Sumut bersama dengan majelis agama, selain kemunikasi organisasi, FKUB Sumatera Utara lebih sering berkomunikasi baik secara organisasi maupun pribadi dengan majelis- majelis agama di Sumatera Utara, lalu sebaiknya sering 198 hubungan pribadi dengan majelis agama tingkat provinsi juga harmonis. melakukan kunjungan kerja ke kantor majelis tinggi agama, lakukan dialog, sosialisasi dan dengar pendapat. Kerjasama Dewan Penasehat Kurang Baik Dewan penasehat sebagai Fasilitator, hub. Komunikasi dan Kerjasama, penyedia anggaran, hubungan kerja dan komunikasi terjalin dengan baik dan intens. Hanya saja, dewan penasehat seolah pelit menurunkan anggaran dana untuk penguatan kinerja FKUB Sumut. Tetapi mereka masih sibuk melakukan kegiatan bersama dewan penasehat dan FKUB Sumut di tingkat provinsi yang sasaran kerjanya bukan kepada korban intoleransi. Komunikasi secara organisasi tentunya sudah berjalan dengan erat, namun yang perlu ditingkatkan adalah pogram kerja FKUB bersama dewan penasehat harus sering turun ke daerah yang bengalami konflik yang belum selesai di Sumatera Utara. Dan kegiatan organisasi bersama dengan dewan penasehat lebih diarahkan ke tugas pokok FKUB. Kerjasama dan konsultatif Pemerintah daerah Kurang Baik Laporan kerja dan hubungan kerja FKUB Sumut dengan gubernur berjalan erat, dan intens melakukan komunikasi, namun yang masih kurang adalah FKUB kurang me warning pemerintah daerah untuk penyelesaian kasus yang dianggap mendesak FKUB Sumut mendata beberapa kasus keagamaan atau rumah ibadah yang belum selesai permasalahannya lalu mewarning pemerintah daerah jika pemerintah daerah dianggap seolah membiarkan atau mendiamkan aspirasi yang telah disampaikan FKUB selama ini. Agar permasalahan di daerah tersebut tidak 199 berlarut-larut dan bisa diselesaikan. 3 . Sasaran Tugas Pokok Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Akademisi Baik Jika di cover ke arah tokoh Masyarakat tingkat provinsi, sasaran tugas pokok FKUB secara keseluruhan berjalan dengan baik, kemudian didukung juga oleh keberadaan tokoh masyarakat di tingkat provinsi yang telah dewasa dalam menyikapi masalah-masalah yang menyangkut agama dan cendrung mencari solusi lewat jalur kekeluargaan. Tetap menjaga sinergitas dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat di Sumatera Utara, dan diharapkan FKUB Sumut mampu menjadi pionir bagi forum-forum strategis yang ada di Sumatera Utara, baik forum berbasis agama, maupun forum masyarakat, bangun kerja sama, agar deteksi dini potensi terjadinya konflik di masyarakat dapat efektif dilakukan. NGO, LSM, swasta dan universitas Kurang baik Berdasarkan data yang didapat peneliti, FKUB sumut kurang begitu aktif membangun komunikasi dengan NGO, dan LSM, , tetapi sasaran kerja ke pihak swasta dan universitas yang tersebar di Sumut intensitasnya lebih baik daripada LSM dan NGO, meskipun masih jarang. FKUB Sumut agar semakin membuka diri terhadap instansi non pemerintah, karena sesunguhnya road map kerukunan harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga bisa membangun sinergitas dan kerjasama yang erat agar pilot project kerukunan bisa tersebar ke berbagai lapisan masyarakat. Media Massa pers Amat baik Sasaran tugas pokok FKUB bukan membina para pers atau instansi media massa, melainkan perpanjangan tangan untuk Untuk memperoleh pengakuan dan dukungan dari masyarakat dan instansi Pemerintah Daerah, FKUB perlu lebih meningkatkan 200 menyampaikan informasi atau kegiatan kerja FKUB kepada Hubungan FKUB Sumut dengan berbagai media atau pers di Sumatera Utara amat baik, bahkan tidak pernah peneliti menemukan pers mengangkat berita negatif mengenai kinerja FKUB Sumut, citranya dengan menjalin komunikasi dan memanfaatkan secara maksimal kehadiran media massa. Dan Pengurus FKUB Sumut perlu sering menyosialisasikan gagasan dan informasi bidang kerukunan beragama melalui tulisan di media massa, termasuk sosialisasi dalam bentuk pembuatan iklan atau pariwara berkenaan dengan kerukunan hidup beragama di media cetak, televisi dan radio. Tingkatan masyarakat bawah akar Rumput Kurang baik minim dialog, sosialisasi, dan pemberdayaan masyarakat dilakukan ke masyarakat bawah, dialog pun dilakukan kebanyakan di hotel-hotel, gedung pemerintahan dan kantor organisasi keagamaan, kondisi demikian membuat efektivitas tugas pokok FKUB Sumut seolah tidak memberi manfaat langsung ke masyarakat bawah FKUB Sumut diharapkan intens Membina FKUB daerah tingkat II. mereka dibina untuk membina para tokoh agama dan tokoh masyarakat di tingkat kabupaten. Kemudian melakukan pembinaan langsung ke para petani, nelayan, buruh atau sejelisnya. Karena Konsep pendekatan “dibina untuk membina yang lain”, rasanya efektif dilakukan mulai dari lapisan atas hingga lapisan masyarakat bawah 201 Paparan analisis diatas adalah hasil evaluasi FKUB Sumut berdasarkan kinerja mereka yang tampak, tetapi kajian mendalam mengenai keberadaan FKUB Sumut perlu dikemukakan bahwa secara umum dapat di tarik pemahaman bahwa keberadaan FKUB Sumut yang hanya memiliki kewenangan sebagai koordinatif terbukti belum bisa mengurai semua masalah keagamaan. Setelah melakukan evaluasi kinerja Kinerja FKUB Sumut berdasarkan tugas pokoknya secara umum sebenarnya telah dikerjakan dengan penuh tanggung jawab, tetapi apalah arti pekerjaan yang penuh tanggung jawab itu, tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang efektif pula, justru malah pekerjaan yang baik itu yang telah dilakukan terbukti tidak mampu menangani atau menuntaskan masalah konflik agama yang ada di Sumatera Utara. Efektivitas FKUB dalam memediasi Pihak yang berkonflik 38 Permasalahan keagamaan di Sumatera Utara didominasi oleh permasalahan atau kasus rumah ibadah, mulai dari ketidakjelasan izin, penolakan, pengrusakan, dan pelarangan beribadah, Dari berbagai masalah rumah ibadah yang tersebar di Sumatera Utara tercatat ada 15 rumah ibadah yang bermasalah sudah didatangi dan dimediasi oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara dengan berkoordinasi dengan FKUB kabupatenKota, dari 15 itu diantaranya mediasi pembangunan gereja GKPS di desa Buntu Pane, Asahan, karena sebelumya pembangunan gereja dini dianggap meresahkan masyarakat sekitar, kemudian mediasi permasalahan mesjid di daerah Pahae Jae, Taput, adanya masalah pendirian masjid yang tidak berkomunikasi secara kekeluargaan dengan masyarakat sekitar yang notabene adalah non muslim, memediasi penolakan 38 Sumbangan pemikiran 202 pendirian masjid Al-munawar di Sarulla kec. Pahae Jae, Taput, yang sampai sekarang belum didirikan karena izinnya belum dikeluarkan pemerintah daerah. dari 15 rumah ibadah yang telah dimediasi kondisinya ada rumah ibadah yang setelah dimediasi permasalahan langsung selesai yakni seperti di Asahan, dimana terbakarnya dua masjid dalam waktu yang bersamaan di kec. Aek Kuasan, lalu masalah yang sudah selesai pendirian rumah ibadat kuil Balaji Venkateshwara di kel. Padang bulan, selayang II kota Medan, tetapi masih banyak juga yang walaupun sudah dimediasi FKUB masih tetap belum selesai masalahnya, misalnya permasalahan mesjid yang di Pahae Jae, permasalahan gereja HKBP yang ada di binjai karena adanya keberatan dari masyarakat dikarenakan izinnya tidak jelas. sejatinya mediasi telah dilakukan FKUB Provinsi di banyak daerah di provinsi Sumatera Utara, kehadirannya telah nyata dan mereka sudah melakukan tugasnya dengan baik. Lalu pertanyaannya mengapa persoalannya belum selesai, mengapa masih ada rumah ibadah yang walaupun sudah dimediasi tetapi masalah belum juga tuntas. Permasalahannya muncul pertama dari FKUB dan kedua dari pemerintah daerah. Dari FKUB provinsi Sendiri sejatinya memang telah dilakukan mediasi dengan pihak yang berkonflik, tetapi tidak melakukan mediasi ulang, misalnya saja permasalahan mesjid yang ada di Pahae Jae, sampai saat ini belum selesai, kendatipun sudah disampaikan ke pemerintah kabupaten untuk diberikan izin pendirian mesjid itu, disini FKUB provinsi tidak turun kembali ke Pahae Jae, menanyakan ulang bagaimana perkembangannya dan seperti apa solusi tambahan. Selanjutnya FKUB provinsi maupun FKUB kabupaten Tapanuli utara mungkin saja tidak mendesak pemerintah daerah untuk mengingatkan kembali atau 203 memberi warning ke pemerintah daerah agar dikeluarkannya izin pendirian rumah ibadah, demikian juga kasusnya dengan di HKBP yang di binjai tersebut. Padahal sejatinya FKUB apabila melakukan mediasi ulang akan dipastikan akan membawa titik terang percepatan suatu masalah, dan sejatinya pun FKUB memiliki hak untuk mendesak atau memberi warning kepada pemerintah daerah, tetapi ini pun seolah tidak dilakukan. Jika dikaji dari pemerintah daerah, seolah pemerintah daerah melakukan pembiaran terhadap permasalahan rumah ibadah yang tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara, terutama pemerintah daerah Binjai dan Tapanuli Utara kendatipun pendirian rumah ibadah telah direkomendasikan oleh FKUB kabupatenkota tetapi rekomendasi itu seolah tidak digubris oleh pemerintah daerah, akibatnya banyak di rumah ibadah di daerah yang sejatinya izin pendirinya sudah direkomendasikan oleh FKUB tetapi pemerintah daerah tidak juga mengeluarkan izin pendirian rumah ibadah. Disinilah letak masalahnya. Hal ini diakui oleh SETARA Institude, dalam laporannya pada tahun 2014, dalam laporan tersebut amat mengejutkan bahwa Sumatera Utara yang sering disebut barometer kerukunan ternyata masuk zona merah karena keengganan pemerintah daerah mengatasi kasus rumah ibadah. 39 Berdasarkan kondisi yang disebutkan diatas, sejatinya FKUB Sumatera Utara dengan berkoordinasi dengan FKUB daerah Kabupaten kota telah melakukan tugasnya memediasi pihak yang berkonflik. Namun efektivitasnya setelah ditinjau ulang ternyata pekerjaannya belum maksimal dilakukan, karena 39 lih. Publikasi setara institude 2014. Hal 124-128. 204 ketika sudah selesai melakukan mediasi mereka lepas tangan dan menyerahkan semuanya ke pemerintah daerah untuk penyelesaiannya. Yang penting telah dikerjakan aspirasi saran-saran untuk solusi dan rekomendasi telah disampaikan oleh FKUB ke pemerintah daerah. Tetapi apa yang terjadi setelah sampai di pemerintah daerah, aspirasi tersebut seolah diabaikan, sejatinya keengganan yang dialami di pemerintah daerah membuat pekerjaan FKUB seolah tidak ada artinya, toh juga permasalahan rumah ibadah banyak yang tidak tuntas karena pemerintah daerah tidak serius menindaklanjuti hasil mediasi yang dilakukan oleh FKUB. Setidaknya keberadaan kasus ini membuktikan bahwa keberadaan FKUB, baik provinsi maupun daerah ternyata belum bisa menyelesaikan konflik agama sampai ke akar-akarnya, karena memang tidak memiliki kewenangan untuk menyelesaikan berbagai konflik yang ada tetapi hanya membangun dialog dan menampung aspirasi serta menyampaikannya kepada yang berwenang untuk mengeksekusi permasalahan. Kemudian keberadaan FKUB dalam upayanya melakukan dialog terbukti belum bisa menyelesaikan apalagi memusnahkan masalah, tetapi setidaknya hanya melokalisir dan meredam, misalnya masalah konflik agama di ibaratkan sebuah penyakit, FKUB tidak bisa mencegah penyakit itu agar tidak timbul lagi di kemudian hari, tetapi hanya mengobati, sudah pasti kalau sebuah penyakit hanya diberi obat, penyakit itu memang sembuh, tetapi tidak lama kemudian penyakit itu kemungkinan besar bisa muncul lagi. Maka bisa ditarik kesimpulan keberadaan FKUB tidak bisa diandalkan untuk “mencegah” ketidarukunan di Sumatera Utara sampai ke akar-akarnya, tetapi hanya bisa diandalkan untuk “mengobati”. 205

VI.5. Umpan Balik. Keberlangsungngan FKUB Sumut Kedepan

Potensi ketidakrukunan rentan terjadi di provinsi ini, untuk itu sangatlah tidak efektif jika menututut FKUBSumut untuk menyelesaikan segala bentuk konflik yang ada di provinsi ini, karena kewenaganyya b ukan untuk “mencegah” tetapi lebih kepada “mengobati”. FKUB Sumut setidaknya dengan adanya evaluasi ini menstimulus FKUB Sumut agar berkarya lebih baik lagi dalam melayani umat di sumut ini, setidaknya dalam kedepan ada banyak tatangan di sumut diantaranya, 1. masih banyaknya kasus rumah ibadah yang belum selesai penanganannya di provinsi ini, hal ini tidak menutup kemungkinan memunculkan kembali konflik yang selama ini sudah diupayakan untuk diredam, dilokalisir dan dimediasi permasalahannya. 2. Tahun ini adalah tahun pemilu serentak, termasuk di sumut, sedikitnya ada 23 kabupatenkota yang bersiap untuk ikut pilkada serentak, itu lebih dari 50 persen dari jumlah kabupaten kota se-sumut, hal ini pasti menimbulkan pergesekan dimasyarakat hingga memungkinkan adanya isu sara atau isu yang membawa-bawa agama, perlu deteksi dini untuk kondisi ini. 3. Banyaknya aliran yang diangap sesat tersebar di sumut ini, seperti balai saksi-saksi, sekte-sekte atau yang lebih ekstrim ada ISIS yang mengancam keberadaan masyarakat sumut, terutama muslim, bangun sinergitas dengan masyarakat guna meringankan pekerjaan meminimalisir upaya paham ISIS ini agar masyarakat sumut lebih paham bahwa ISIS tersebut adalah salah. 206 Umpan balik kedepan yanng penting dan efektif untuk dilakukan adalah menanamkan nilai-nilai universal yang hidup dan diterima oleh semua masyarakat agama, yakni adanya nilai-nilai yang disepakati besama, yaitu kejujuran, tidak mencela ajaran agama, tidak mencuri, hidup damai dalam berdampingan dan tidak membuat kekacauan. apabila masyarakat melanggar itu, berarti mereka telah melanggar agama, karena agama telah mengajarkan nilai kebaikan terebut. Demikianlah hasil analisis kinerja FKUB Sumatera Utara, yang dicover dari aspek internal dan eksternal FKUB Sumut, hal ini dikarenakan posisi FKUB yang adalah forum strategis. Analisis kinerja tersebut diharapkan mampu membuka kekurangan dan memperbaiki kekurangan tersebut agar dikemudian hari tercapati kondisi “Sumut luarbiasa” agar kerukunan di Sumatera Utara ini dapat di contoh oleh provinsi lain. Dari hasil analisis tersebut jika dibandingkan dengan “antara harapan dan kenyataan” keberadaan kerukunan di Sumatera Utara “ belum sesuai harapan ”, karena kondisi kerukunan di Sumatera Utara saat ini “rentan” akan terjadinya kasus konflik agama. kemudian upaya FKUB Sumatera Utara dalam menjaga kerukunan di Sumatera Utara juga masih “belum sesuai harapan”, dapat diakui bahwa kegiatan telah dilakukan dengan intensitas tinggi dengan segala upaya dan daya FKUB Sumut memang telah melayani masyarakat Sumatera Utara untuk terciptanya kerukunan di Sumatera, Utara namun perannya dalam menjaga kerukunan masih minim untuk melayani pihak yang berkonflik atau korban intoleransi. 207

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sumatera Utara adalah forum strategis yang beranggotakan perwakilan mejelis agama yang diaggap memiliki teladan ditengah-tengah masyarakat, selanjutnya keberadaan mereka dianggap strategis untuk membina, memberdayakan dan menjaga agar terjalin kerukunan ditengah-tengah masyarakat. FKUB Sumatera Utara telah memiliki kegiatan organisasi yang berintensitas tinggi, ada banyak variasi kegiatan yang dilakukan FKUB Sumatera Utara untuk menjaga kerukuan di Sumatera Utara, baik yang dilakukan sendiri oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara maupun instansi lain yang bekerja sama dengan FKUB Sumut. Tercatat hasil kinerja sejak januari 2013 sampai dengan Februari 2015 ada 366 kegiatan yang telah dilakukan, dengan pembagian 207 kali berpartisipasi dan menghadiri kegiatan ke istansi lain dan 159 kali melakukan kegiatan organisasional sendiri. namun intensitas yang tinggi tersebut belum banyak menyentuh kepada korban intoleransi atau pihak yang berkonflik. Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari evaluasi kinerja FKUB yang telah dipaparkan sebelumnya, kesimpulan ini telah mencakup selruh isi dalam penelitian ini. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut 208 A. Kesimpulan mengenai kinerja FKUB berdasarkan tugas pokok dalam menjaga kerukunan di Sumatera Utara secara umum sudah berjalan dengan baik, berikut kesimpulan lengkapnya berdasarkan indikator.

1. Melakukan Dialog

Dialog yang dilakukan FKUB Sumatera Utara baik antara sesama pengurus maupun dengan masyarakat telah berulangkali dilakukan, dialog juga telah memberikan manfaat kepada peserta dialog lintas agama di tingkat provinsi tetapi umumnya bukan korban intoleransi. namun secara efektivitas, dialog selama ini belum efektif, yakni belum menjangkau ke masyarakat bawah akar Rumput terutama kepada pihak yang berkonflik, tetapi hanya menjangkau masyarakat atas, dan dialog pun seringnya di laukan di kantor pemerintah dan di hotel-hotel, sehingga efeknya secara langsung belum terasa ke masyarakat bawah.

2. Menampung Aspirasi

Aspirasi yang datang dari berbagai sumber telah ditampung dan ditabulasi dengan baik oleh FKUB, dan beberapa yang memerlukan pencarian solusi juga dibahas dan di-followup dengan baik oleh FKUB Sumatera Utara, kemudian Proses Penampungan aspirasi juga tidak sulit, melainkan fleksebel, boleh dalam bentuk surat, media massa hingga bertelepon langsung dengan pengurus FKUB Sumut. tetapi FKUB Sumut lebih banyak pasif menunggu aspirasi, keaktifan FKUB Sumut dalam menampung aspirasi terutama dari pihak yang berkonflik meng-uptade perkembangannya masih minim. Seihingga konflik agama yang belum selesai seolah tidak ditindaklanjuti.

Dokumen yang terkait

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 16 98

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 1

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

1 1 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 3

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAN II.1. Kerangka Teori II.1.1. Organisasi - Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah - Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

0 1 15

EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

0 0 20