148
bertemu dengan beliau, tetapi mengutip wawancara para wartawan media massa yang ada dikota Medan yang kemudian disajikan dalam berita di surat kabar
mereka.
Bapak T.Erry Nuradi, Wakil Gubernur Sumatera Utara mengapresiasi kinerja FKUB Sumut,
karena terbukti tingkat kerukunan umat beragama di Sumut terbilang sangat baik, bahkan wagubsu mengatakan Sumut menjadi
miniatur kerukunan di Indonesia. “saya berharap provinsi lain bisa mengambil contoh bagaimana
menjalani dan saling menghormati antar pemeluk lainnya, perlu kesadaran baru sebagai energi yang mampu membangkitkan potensi kerja
dan hubungan kerja yang lebih baik dan harmoni, mengingat FKUB Sumut selama setah
un telah memperoleh gelar Sumut Luar Biasa” penjelasan wagubsu dalam kegiatan rapat kerja FKUB Sumut di Dharma
Deli, 31 Januari 2015.
32
Dalam melakukan penelitian ini peneliti juga mengkaji dari aspek lain megenai eksistensi FKUB Sumut saya melakukan wawancara dengan sekretaris
jendral Gereja Protentan Persekutuan GPP yang saya temui di komplek kantor pusat GPP di medan.
Saya melakukan wawancara dengan sekretaris jendral GPP karena FKUB provinsi Sumatera Utara pernah mengadakan pertemuan kerja dengan Pimpinan
GPP, peneliti ingin melihat bagaimana respon dan kemanfaatan pertemuan kerja yang di rasakan oleh dalam hal ini pihak Gereja Protestan Persekutuan, respon
dan kemanfaatan pertemuan tersebut gunanya ialah untuk memberikan penilaian akan umpan balik atas berbagai program kerja yang telah direalisasikan FKUB
Sumut. Kemudian umpan balik tersebut juga akan mendukung penilaian peneliti
32
Dikutip dari : Harian Analisa 2 Februari 2015 “wagubsu : Sumut Barometer Kerukunan Umat Beragama”
149
untuk menilai kinerja FKUB, tidak hanya dari internal FKUB tetapi juga dari eksternal FKUB. Berikut hasil wawancaranya yang dilakukan pada 10 april 2015.
Komentar beliau tentang keberadaan FKUB Sumatera Utara ialah “FKUB ini adalah sebagai wadah untuk menjalin kerukunan, bagaimana
supaya kerukunan umat beragama di Sumatera utara ini tetap terpelihara. Dan para pengurusnya pun yang duduk di FKUB ini benar-benar adalah
seorang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, saya telah rasakan itu ketika bertemu dengan mereka. Tidak bisa sembarangan orang- orang
yang duduk disana, harus orang-orang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi untuk terciptanya kerukunan dan itu, saya lihat sudah
ditujukka
n oleh mereka yang duduk disana”
V.3.4. Hubungan Konsultatif FKUB Provinsi dengan FKUB daerah Kabupaten Kota
Hubungan FKUB provinsi dengan FKUB kabupatenkota tidaklah bersifat struktural yang memiliki garis instruktif, melainkan hubungan yang bersifat
konsultatif. Posisi FKUB Provinsi bukanlah atasan dari FKUB kabupaten kota, ataupun sebaliknya. Seperti diketahui, FKUB bukanlah organisasi massa yang
memiliki jenjang kepengurusan terstruktur dari pusat hingga daerah. Fungsi konsultatif diperlukan agar adanya kerjasama antar FKUB tingkat I dan tingkat II
dalam penanganan masalah-masalah yang terjadi di daerah. Berdasarkan keterangan diatas, berikut ini akan dipaparkan hasis
wawancara mengenai proses dan perkembangan serta hal-hal yang terjadi di FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan fungsi Konsultatif
Mengenai koordinasi dengan FKUB daerah kabupatenkota, wakil Ketua FKUB, Albert Pakpahan mengatakan
150
“Kalau ada yang nga bisa diselesaikan mereka, mereka komunikasikan ke kita mohon petunjuk, atau datang kemari, minta saran atau bantuan
bertanya bagaimana sikap kami mengenai ini, apa bisa bapak-bapak datang kesana membantu kita, ya kita sama-sama dengan FKUB daerah
turun”. Selanjutnya bapak ketua FKUB, Maratua Simanjuntak, megnenai koordinasi atau
konsultatif ke FKUB daerah abupaten kota, beliau menambahkan “Konsultatif itu kebawah, Nah soal daerah kita sering konsultatif, kita
nga ada destruktif, kalau komunikasi dengan FKUB daera kita rutin, kalau mereka minta tolong kita untuk turun, kita turun ke daerah mereka”.
Pernyataan selanjutnya disampaikan oleh wakil Sekretars FKUB Sumut, Arifinsyah, mengenai fungsi konsultatif, beliau mengatakan
“Koordinasi,itu dia, dia hanya konsultatif, kalau komunikasi sering, karena mereka juga ada hal-hal yang merekapertanyakan yang belum
paham, mereka diskusikan kemari lewat media, ya, kadang lewat komunikasi di dunia internet jejaring sosial lewat Hp, jadi tetap
dilaksanakan, ya tidak hanya lewat surat aja, ya lewat dunia maya hampir tiap hari .apalagi macam saya dan pak ketua sering menerima itu, karena
kami pengurus harian kan, jadi pengurus harian itu tumpuan informasi
dari daerah. “Cemana ini pak, kejadiannya begini, oh kalau begini kasusnya buas saja begini, coba jalankan ini dulu”. 33 kabupaten ini satu
daerah satu hari sekali saja udah udah putarnya a bis setiap hari. ”.
Selanjutnya ketika dilakukan wawancara terpisah dengan anggota FKUB, Bapak Jhon H. Manurung, ketika peneliti menanyakan tentang hal koordinasi ke
FKUB daerah kabupatenkota Apakah diwajibkan FKUB daerah kabupatenkota berkonsultasi ke FKUB Provinsi mengenai permasalahan yang dialami di daerah,
beliau menambahkan jawabannya. “Itu wajib, artinya FKUB Provinsi memberi masukan atau saran
mengenai penanganan suatu masalah, misalnya rumah ibadah....,Jadi kita harus tau perkembangan di daerah selanjutnya mereka berkonsultasi
dengan kita, megenai apa, bagaimana, dan berdiskusi untuk penyelesaian
solusi atas masalah yang ada di daerah.”
151
Dari penjelasan yang didapatkan dari beberapa narasumber di FKUB Sumut, didapati bahwa sering dilakukan konsultatif ke FKUB daerah
kabupatenkota, setidaknya bertukar pikiran mengenai penanganan masalah- masalah yang terjadi di daerah, selanjutnya apabila FKUB daerah kabupatenkota
meminta bantuan FKUB Sumut untuk turun ke daerah maka FKUB Sumut langsung turun ke daerah, terahir ketika ditanyakan wajib atau tidaknya FKUB
daerah berkonsultasi akan kondisi yang terjadi di daerah, narasumber mengatakan wajib ada konsultasi dari daerah mengenai perkembangan yang ada di daerah.
152
BAB VI ANALISIS DAN EVALUSI KINERJA FKUB PROVINSI SUMATERA
UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Setelah semua data dihimpun dengan berbagai teknik yang telah digunakan sebelumnya, maka pada bagian ini akan dilakukan analisis data dengan
mengacu pada variabel penelitian yang digunakan. berikut ini akan dipaparkan analisis peneliti terhadap data yang diperoleh dari lapangan.
VI.1. Analisis Fluktuasi Perkembangan Kerukuan di Sumatera Utara
Perkembangan gambaran data kerukunan di Sumatera Utara yang dikutip peneliti dari berbagai instansi, baik pemerintah maupun non pemerintah, dari
regional maupun nasional menunjukkan fakta bahwa kondisi kerukunan di Sumatera Utara yang berlangsung selama ini telah mengalami fluktuasi, data
setara Institude sejak 2008 hingga 2013 menunjukkan fluktuasi yang signifikan, tingkat tertinggi yang artinya dalam kondisi tidak rukun terjadi pada tahun 2011
yakni sebanyak 24 peristiwa, tetapi bisa turun drastis menjadi 3 peristiwa di tahun 2012. Demikian juga dengan laporan setara institude, begitu tingginya kasus
intoleransi di Sumatera Utara bahkan sampai menembus 85 kasus di tahun 2013. Sedangkan surveri kerukunan nasional sejak 2007 hingga 2015 ini, tercatat baru
sekali dilakukan survei nasional yakni di tahun 2013, hasil survei tersebut me
ngatakan bahwa kondisi kerukunan di Sumatera Utara “cukup Harmonis”