107
organisasi tokoh
masyarakat dan lainnya.
silaturahmi dengan perguruan tinggi
teologi di Medan.
5 Februari 2013
Audiensidialog dengan Majelis
Ulama Indonesia MUI Prov.
Sumatera Utara Kunjungan kerja yang
dilakukann oleh FKUB Sumatera
Utara, melakukan dialog, dan membahas
perkembangan keagamaan di provinsi
Sumatera Utara Tempat di kantor
MUI Sumatera Utara.
13 Februari 2013
Dialog Dengan Pimpinan Gereja
Protestan Persekutuan GPP
FKUB mengundang pimpinan gereja GPP
untuk membangun komunikasi dan
melakukan dialog Tempat di Kantor
FKUB Sumatera Utara.
14 Februari 2013
Melakukan dialogaudiensi ke
Persekutuan Gereja- Gereja Indonesia
PGI wilayah Sumetera Utara
Pengurus menghadiri kunjungan kerja dan
melakukan dialog dengan para pimpinan
dan pendeta di PGI- Wilayah Sumatera
Utara Tempat di kantor
PGI-Wilayah Sumatera Utara
20 Februari 2013
Dialog dengan pengurus majelis
kelenteng khonghuchu
Indonesia MKKI Sumatera Utara
FKUB Mengundang MKKI Suatera Utara,
mebangun persahabatan, berbagi
informasi dan berdialog dengan
MKKI Sumatera Utara
Tempat di kantor FKUB Sumatera
Utara
28 Mei 2013 Dialog Interaktif
bertemakan “terorisme” dan
hubungannya dengan kondivitas
masyarakat. Dialog diadakan oleh
Deli TV medan bersama ketua FKUB
dengan Kepala badan Nasional
Penanggulangan terorisme, mantan
teroris dan korban teroris
Emerald Garden Hotel, Medan
7 september 2013
Dialog kebangsaan dengan thema
“membangun kepemimpinan
Sumatera Utaraditengah Krisis
Moral” Dialog kebangsaan
PMII bekerja sama dengan FKUB
Provinsi Sumatera Utara, salah satu
pembicara adalah anggota FKUB
Sumatera Utara Tempat di
Madani Hotel Medan.
108
Nispul Khoriri, M.Ag.
19 september 2013
Pertemuan dan dialog dengan tema
Harmonisasi kerukunan umat
beragama berwawasan
bhinneka tunggal ika Dalam dialog tersebut
salah satu pembicara adalah ketua FKUB
Provinsi Sumatera Utara
Graha Kardopa Hotel, Binjai
8 Oktober 2013
Koordinasi tokoh agama dan muspida
plus pemerintah kabupaten karo
tahun 2013 Pengurus FKUB
Provinsi Sumatera Utara menjadi
narasumber dalam kegiatan Koordinasi
tokoh agama dan instansi pemerintahan
kabupaten karo tahun 2013.
Hotel Horison Brastagi-Karo
10 sd 11 oktobe 2013
Mengikuti dialog dengan para tokoh
masyarakat Tema kegiatan :
Optimalisasi peran pemuka agama dalam
mengantisipasi kerawanan
radikalisme Saka International
Hotel, Medan
17 sd 18 oktober 2013
Seminar dan Dialog kemasyarakatan
dengan tema ; Harmonisasi
organisasi keagamaan,
memelihara kerukunan umat
beragama FKUB mengikuti dan
menjadi salah satu narasumber dalam
dialog kemasyarakatan
tersebut Saka International
Hotel, Medan
22 november 2013
Dialog kebangsaan Lemhanas Republik
Indonesia di Provinsi Sumatera Utara
Pengurus FKUB berjumlah 5 orang
mengikuti dialog kebangsaan dari
Lemhanas RI. Gedung Balai
Prajurit Makodam I BB
24 Desember 2013
Talk Show TVRI dengan Thema “
menyambut natal tahun 2013 dan
tahun baru 2014” Talkshow tersebut
dinara sumberi oleh ketua FKUB Provinsi
Sumatera Utara, Ketua PGI-wilayah Sumatera
Utara dan Dilantas Polda Sumut.
Studio 1 TVRI Medan
Tahun 2014
27 januari 2014
Silaturahmi kebangsaan bersama
Silaturahmi dilakukan dalam upaya
Wisma Benteng Medan
109
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh
adat, dan tokoh pemuda serta 34
organisasi kemasyarakatan
tingkat sumatera utara. dengan thema
“sumatera damai, pemilu bermartabat”
membangun komunikasi dan
komitmen dalai untuk pemilu 2014. Ketua
FKUB provinsi Sumatera utara
sebagai pembaca deklarasi masyarakat
sumatera utara dan menyerahkan kepada
guberlur sumatera utara
5 Maret 2014 Pertemuan ketua FKUB dengan
kajatisu, ka.kesbangpolinmas,
MUI, dan kanwil kemenag. Provsu
Pertemuan bersama tersebut membahas
tentang aliran sesat menyimpang di
Sumatera Utara Ruang kerja
kejaksaan negri Sumatera Utara
18 Maret 2014
talkShow Deli TV Medan dengan
thema “ bagaimana sebaiknya memilih
sosok wakil rakyat” Talkshow oleh :
1. Dr. H Maratua Simanjuntak ketua
FKUB 2. Drs. Albert
Pakpahan, MAP wakl ketua I
FKUB
3. Oemar Witaryo, SH wak. Ketua II
FKUB, dialog dilakukan pukul
16.00-17.00 WIB Deli TV Medan.
25 Maret 2014
Mengisi talkshow radio Lite FM
dengan judul “kebersamaan
menuju pemilu damai”
Talkshow oleh : 1. Ketua FKUB
Provsu 2. Kaban kesbang
polinmas Provsu. 3. Ketua pemuda
kamtibmas Sumut 4. Ramadhan Pohan
Studio radio Lite FM di Medan.
29 April 2014
Kontak publik TVRI Sumut ;
harapan bersama pasca pileg 9 april
2014 Pembicara dalam
kontak publik tersebut Ketua FKUB Sumut,
kasubbid Binterma Ditbinmas Poldasu,
dan ketua pemuda mitra kamtibmas
Stasiun TVRI Sumatera Utara.
12 Mei 2014 Diskusicurah
pendapat dengan Diskusi tersebut
dilakukan oleh Ruang kerukunan
Kantor
110
thema “membentuk karakter bangsa dan
jiwa nasionalisme dalam dunia
pendidikan study komparatif di negara
jepang” oleh bakesbang polinmas
provinsi Sumatera Utara
kesbangpolinmas. Provinsi Sumatera
Utara yang bersama FKUB Sumatera
Utara KesbangPolinmas
Prov. Sumatera Utara
Focus Group Discussion dengan
Thema “ meningkatkan
penanggulangan radikalisme guna
mewujudkan sistem keamanan nasional
dalam rangka
ketahanan nasional” Focus Group
Discussion dilakukan oleh badan
kesbangpolinmas Provinsi Sumatera
Utara yan bekerja sama dengan
lemhanas RI, pejabat Lemhanas RI turut
hadir dalam FGD tersebut
17 Juni 2014 Dialog Kebangsaan
oleh Kodam IBB Dialog kebangsaan
dilakukan Kodam demi meningkatkan
kondusivitas masyarakat di
Sumatera Utara Balai prajurit
makodam IBB Medan
19 Juni 2014 Pertemuan tim
kemenkopolhukam RI dengan
pemerintah daerah dan masyarakat
sumatera utara Pertemuan tersebut
dalam rangka koordinasi,
sinkronisasi, pengelolaan harmoni
sosial serta rencana strategis penyelesaian
konflik sosial di Provinsi Sumatera
Utara Ruang Beringin
Lt. 8 Kantor Gubernur
Sumatera Utara
9 Juni 2014 Mengadakan dialog
dengan tokoh lintas agama Dialog lintas
agama dilakukan demi menyongsong
pemilihan presiden 2014 yang aman dan
damai tanpa terpropokasi isu sara.
Dialog dibuka oleh Ka.Kanwil
Kementrian Agama Provinsi Sumatera
Utara sekaligus sebagai keynote
speaker Bina Graha
Pemprovsu. Medan
4 Juli 2014 Forum dialog
dengan tokoh agama Forum dialog diikuti
oleh tokoh agama, Gedung Bina
Graha
111
dan tokoh masyarakat tentang
pemahaman bersama mengenai
pencegahan kekerasan dan
radikalisme tokoh masyarakat dan
akademisi yang berada di Sumatera
Utara PemprovSu.
Medan
18 Agustus 2014
Dialog kerukunan Parsipatif dan
narasumber dalam Dialog kerukunan
dengan Mark Clark consuler US Embassy
Jakarta Kantor konsulat
Uniland Medan
30 Agustus 2014
FKUB sumut Menjadi narasumber
seminar dengan thema “ kerukunan
dan radikalisme” Seminar diadakan
oleh kesbang polinmas kota
Tanjung Balai Tanjung Balai
18 september 2014
Dialog Lintas Agama FKUB Kab.
Labuhan Batu Utara dengan Thema “
konsep kerukunan lintas agama”
Dialog lintas agama berjalan dengan
musyawarah dan kekeluargaan
Labuhan Batu Utara
7 Oktober 2014
FGD dengan Thema “ Pementaan Konflik
di Sumatera Utara” FGD diadakan oleh
sekretariat daerah Provinsi Sumatera
Utara Aula Kesbang
Polinmas Prov. Sumatera Utara
Dialog sesama
pengurus FKUB
Provsu 20 Maret
2013 Diskusi tentang
konsep ketuhanan menurut agama
kristen Kegiatan diskusi
diikuti oleh semua pengurus FKUB
dengan dasar pemikiran untuk
saling memahami antar agama yang
berbeda. Tempat Kantor
FKUB Provinsi Sumatera Utara
3 April 2013 Dialog konsepsi
ketuhanan prespectif agama Islam
Dialog diikuti oleh pengurus FKUB,
narasumber dalam dialog tersebut ; Prof.
Dr. H. Hasan Bakti Nasution, MA
Tempat di kantor FKUB Sumatera
Utara
10 April 2013
Dialog konsepsi ketuhanan prespectif
agama khatolik Dialog diNaraSumberi
oleh Pastor Benno Ola Tage, Pr.
Tempat di Kantor FKUB Sumatera
Utara
9 oktober 2013
dialog tentang konsep ketuhanan
Pengurus FKUB melakukan dialog
Kantor FKUB Sumatera Utara.
112
menurut ajaran agama konghuchu
yang dinarasumberi oleh Bapak Muslim
linggow Konghuchu
30 oktober 2013
Dialog tentang konsep ketuhanan
menurut ajaran agama budha
Pengurus FKUB melakukan dialog
yang dinarasumberi ketut supardi, S.Ag,
M.Si, pembimas Budha Kanwil
Kemenag Prov. Sumut
Kantor FKUB Sumatera Utara
Tahun 2014 5 November 2014
Pemaparan dan dialog tentang
konsep agama menurut ajaran
agama Hindu Dialog di narasumberi
oleh Chandra Bose Kantor FKUB
Sumatera Utara
19 November
2014 Dialog
Membicarakan tentang masalah
tidak adanya pengisian kolom
agama pada Kartu Tanda Penduduk
Dialog dilakukan bersama dengan
pengurus FKUB. Kantor FKUB
Sumatera Utara
Tahun 2015
14 Januari 2015
Diskusi tentang penghafusan kolom
agama dalam KTP -
Kantor FKUB Sumatera Utara
2. Menampung Aspirasi
Beberapa kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam upaya menampung aspirasi dari berbagi intansi, masyarakat, dan organisasi akan
dipaparkan sebagai bebrikut a. Kunjungan sekaligus penampungan aspirasi, memperoleh saran dan
masukan mengenai kinerja FKUB, Ke Uskup Agung Medan, tanggal 30 April 2013 di kantor Keuskupan Agung Medan.
b. FKUB Provinsi Sumatera Utara Menerima Laporan dari Kepala Kantor Kementrian Agama Padang Sidempuan tentang kronologis pembakaran
rumah di desa Tolong Jae Dusin Adian Goti, Kec. Sayurmatinggi Kab. Tapanuli Selatan, kejadian ini dikarenakan adanya kesenjangan sosial dan
sumber daya alam antara warga desa tolong jae dengan warga dusun Adi Goti sehingga terjadilah pembakaran rumah. Dimana kronologinya adalah
:
113
· Pada hari minggu dini hari tanggal 22 Desember 2013 terjadi pembakaran rumah di dusun Adian Goti sebanyak 1 unit rumah
lebih kurang pukul 04.00 WIB. · Pada hari senin tanggal 23 Desember 2013 siang pukul 12.00WIB
terjadi lagi pembakaran sebanyak 6 unit rumah Rumah yang terbakar diperkirakan sebanyak 7 rumah ditambah 3 unit
rumah yang terbakar hanya dapurnya . konflik masyarakat desa tolong jae dan dusun adian goti kecamatan sayurmatinggi kabupaten tapanuli selatan
bukan karena unsur konflik agama sesuai dengan kesepakatan tokoh agama kab. Tapanuli selatan karena ternyata issu adanya gereja terbakar
tidak terbukti, tetapi hanya satu tiang teras depan sebelah kanan mau masuk ke greja AVIE bahasa Nias artinya Jemaat Tuhan.
c. Menerima, membahas dan mentabulasi surat dari Majelis Ulama Indonesia kabupaten tapanuli tengah No. B.65DP K.II-15II2014 Tanggal 27
Februari 2014 tentang penistaan agama dari berita metro Tapanuli tentang tulisan
“Babi Muhammad”. FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah memproses melalui surat yang menegaskan bahwa persoalan ini bukan
masalah agama. d. Menemukan, membahas dan mentabulasi sumber berita dari harian
waspada tanggal 3 sd 4 maret 2014 tentang “ MUI desak pemko padang Sidempuan tertibkan ternak babi dalam kota padang sidempuan” FKUB
Provinsi Sumatera Utara sudah memproses melalui surat yang menegaskan bahwa persoalan ini bukan masalah agama.
e. Pada awal desember 2014 FKUB provinsi Sumatera Utara menerima laporan dari masyarakat tentang adanya pelecehan agama Islam oleh guru
SMPN 2 Sicanang yang dimunculkan di Facebook.
3. Menyalurkan aspirasi
FKUB Provinsi Sumatera Utara menyalurkan aspirasi kepada gubernur dengan tembusan keberbagai instansi terkait, berikut ini akan dipaparkanlaporan
beberapa kegiatan yang telah didapat peneliti langsung dari kantor seketariat FKUB Provins Sumatera Utara. Beberapa penyaluran aspirasi yang dilakukan
adalah : a. Laporan dari Kanwil. Agama Padang Sidempuan tentang apa yang terjadi
di padang sidempuan telah di salurkan kepada gubernur lewat laporan kegiatan bulan Desember 2013 Nomor : 01.0-1FKUB-II2014.
114
b. Menyalurkan Aspirasi yang dilakunan yakni menyampaikan laporan kerja mengenai semua kegiatan FKUB rutin setiap bulan kepada Gubernur
Sumatera Utara, mengenai apa yang dikerjakan, aspirasi yang disampaikan, dan kegiatan menghadiri kegiatan dan lainnya. dengan
tembusan Menteri dalam negeri Cq. Dirjen Kesbangpol di Jakarta, Dewan Penasehat FKUB Provinsi Sumatera Utara, kepala Badan Kesejahteraan
Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara di Medan, kepala Kanwil. Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara di
Medan, dan majelis-majelis agama provinsi Sumatera Utara di Medan.
4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan Dan Pemberdayaan Masyarakat
Laporan data yang menunjang kegiatan sosialisasi UU atau peraturan keagamaan dan perbedaan masyarakatakan dipaparkan dalam beberapa penjelasan sebagai
berikut. a.
Pejabad FKUB Sumatera Utara menjadi narasumber pada kegiatan penguatan empat pilar kebangsaan bagi aparat kesbangpolinmas provinsi
dan kabupaten kota se-Sumatera Utara tahun 2013 di Asean Hotel Medan Sumatera Utara Tanggal 15 April 2013.
b. Sosialisasi pencegahan dan penaganan korban tindak kekerasan dan
pekerja migran bermasalah di lokasi dana dekonsentrasi TA. 2013 tanggal 30 september-2 oktober di Internasional Sibayak Hotel Brastagi,
Karo. Sosialisasi tersebut Dihadiri oleh 4 pengurus angota FKUB sumut.
c. Sosialisasi hasil penelitian potensi terorisme dan pencegahan terorisme di
Sumatera Utara tanggal 20 November 2013 di Grand Kanaya Hotel, Medan.
d. FKUB Provinsi Sumatera Utara Menjadi narasumber pada kegiatan
harmonisasi dan eksistensi pegawai dalam memelihara kerukunan umat beragama berdasarkan pancasila tanggal 7 mei 2014 di Garuda Plaza
Hotel, Medan
e. Melakukan kunjungan pembinaan FKUB Provinsi Sumatera Utara
kepada pengurus FKUB Kabupaten Labuhan Batu Selatan tanggal 20-21 Oktober 2013 di Kota Pinang, kunjungan dilakukan oleh 4 pejabat FKUB
sumut, DR. H. Maratua Simanjuntak, Dr H Arifinsyah M Ag, Dr H M Arifin Umar Bishop Dr J H Manurung.
f. Mengikuti kegiatan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembekalan da’ai
kota medan dan sekitarnya tentang “pencegahan radikalisme dan
terorisme mewujudkan sumatera utara yang damai”. Tanggal 10 desember 2013 di hotel Kanaya Medan.
g. Tanggal 26 dan 27 maret 2014 pengurus FKUB menjadi narasumber
pada diklat teknis substantif peningkatan kompetensi penggerak kerukunan umat beragama angkatan I kementrian agama provinsi
sumatera utara dengan thema :
1. Strategi peningkatan dan pemberdayaan FKUB 2. Tugas kepala daerah dalam memelihara kerukunan
115
Diklat tersebut dinarasumberi dari FKUB : Pdt. DR Elim Simamora, Dr. H. Arifinsyah, M.Ag, Najamuddin S.Ag, M.Ag dan Drs. H. Sarwo edi,
MA.
h. Melakukan kunjungan pembinaan ke FKUB Kabupaten Padang Lawas tanggal 6 desember 2013 dan di padang lawas utara tanggal 7 desember
2013 yang dilaksanakan oleh ketua FKUB provinsi Sumatera Utara, ditemani oleh Dr. H Amas Muda Siregar, MBA, MM, dan Mukhsin
Purba. Kunjungan dilaksanakan karena selain memberikan pembinaan dan pencegahan konflik kepada FKUB padang lawas utara, juga karena
FKUB padang Lawas Utara tidak aktif dan tidak pernah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan FKUB provinsi sumatera Utara.
i. Narasumber pada kegiatan pembinaan mental generasi muda menjaga
kerukunan umat beragama dalam bingkai NKRI oleh Kanwil. Mentri Agama Provinsi Sumatera Utara tanggal 12 dan 13 Mei 2014
j. FKUB provinsi sumatera utara bekerja sama dengan kodam IBB yang
disponsori walikota medan melakukan do’a bersama tanggal 6 februari 2014 di lapangan benteng Medan, doa bersama dilaksanakan dalam
upaya mendoakan bencana alam gunung sinabung dan mendoakan masyarakat yang melanda tanah karo. doa bersama tersebut dipimpin
oleh Drs. Abdul Razak, M,Si Islam, Bishop Dr. JH. Manurung kristen, pastor Bonaventura Hendrikus Gultom OfmConv khatolik,
Pinandita Chandra Bose hindu Bhiksu Khermanto Thera budha, Andy Wiranata, SE konghuchu.
k. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber dalam pelatihan jambore pemuda indonesia JPI dan bakti pemuda antar provinsi BPAP
provinsi Sumatera Utara tahun 2014, tanggal 26 Oktober 2014 di BP- PAUDNI Medan.
l. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber pada orintasi
kebijakan KKB dan sosial ekonomi bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat tingkat Provinsi Sumatera Utara tanggal 10 November 2014
di Grand Antares Hotel Medan.
m. FKUB Provinsi Sumatera Utara menjadi narasumber pada sosialisasi, pembinaan dan koordinasi keagamaan bagi para tokoh agama se-
Sumatera Utara. Tanggal 26 November 2014 di Soechi International Hotel, Medan.
V.1.2.1. Rekapitulasi Kegiatan Kinerja FKUB Prov. Sumatera Utara Dari Januari 2013 Hingga Februari 2015
V.1.2.1.1. Rekapitulasi
Menghadiri Undangan
Dengan InstansiLembaga Terkait
Sangat banyak kegiatan yang dilakukan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara untuk menghadiri dan berpartisipasi untuk mensukseskan acara-acara dari
instansi dan lembaga terkait. Undangan tersebut dihadiri dalam berbagai acara,
116
mulai dari seminar, halal-bihalal, diskusi publik, dialog, talkshow di TV dan radio, menjadi narasumber, pelatihan, acara besar keagamaan, dialog dengan
intansi terkait dan membangun hubungan kerja dengan isntansilembaga lain. Pada tahun 2013 tercatat 75 kali menghadiri kegiatan dan undangan, Tahun2014
tercatat ada 121 kali menghadiri kegiatan dan undangan dan sampai Februari 2015, ada 11 kali menghadiri kegiatan dan undangan. Total kegiatan yang dihadiri
oleh FKUB provinsi Sumaera Utara dari januari 2013 sampai dengan februari
2015 sebanyak 207 kali. V.1.2.1.2. Total Realisasi Acara dan kegiatan yang diprogramkan
FKUB Sumut
Berbagai aktivitas, kegiatan dan acara yang diprogramkan dan telah terealisasi oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara disajikan dalam berbagai jenis,
diataranya adalah sebagai berikut : 1. Rapat rutin dilakukan setiap minggu, 52 kali di tahun 2013, 52 kali ditahun
2014 dan 8 kali sampai buan Februari di tahun 2015. Jumlah rapat rutin dari Januari 2013 samai Februari 2015 sebanyak 112 kali Rapati rutin
membahas tentang surat masuk, aspirasi, dan kegiatan-kegiatan, serta pembagian tugas untuk menghadiri undangan atau kegiatan dengan
instansi lain.
2. Rapat kerja idealnya dilaksanakan sekali dalam setahun, dalam rapat kerja Raker 2013 tanggal 9 April 2013 di kantor FKUB Sumatera Utara, Raker
2014 sayangnya tidak terlaksana, Raker 2015 di hotel Inna Dharma Deli Medan, 31 Januari 2015, dibuka oleh wakil gubernur Sumatera Utara,
Bapak T. Ery Nuradi dan dihadiri oleh majelis-majelis agama Provinsi Sumatera Utara.
3. Kunjungan kerja : FKUB Sumatera Utara Melakukan beberapa kali kunjungan kerja kerja, baik ke FKUB provinsi lain dan turun ke FKUB
kabupatenkota. Total kunjungan kerja yang dilakukan dengan rentan waktu januari 2013 sampai dengan februari 2015 sebanyak 18 kali.
Kunjungan dilakukan dengan pembagian tugas diantara para pengurus FKUB.
4. Menerima silaturamiaudiensi, rentan waktu januari 2013 sampai dengan februari 2015 tercatat ada 9 kali FKUB Provinsi Sumatera Utara menerima
117
tamu dengan tujuan audiensi secara khusus di kantor sekretariat FKUB, silaturahmi dan kunjungan kerja dari berbagai instansi dan lembaga.
5. Kerja FKUB provinsi Sumatera Utara dalam menggelar acara yang diadakan dan dipanitiai sendiri oleh FKUB, sepanjang januari 2013 hingga
februari 2015. dialog bersama dengan masyarakat dan tokoh agama sebanyak 7 kali, dialog keagamaan sesama pengurus dilakukan sebanyak
8 kali. Seminar, doa bersama, temu ramah dan diskusi atau curah pendapat dilakukan sebanyak 3 kali.
Dengan demikian rekaputulasi Total kegiatan kerja yang diakukan dan telah terealisasi oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara sepanjang januari 2013
hingga Februari 2015 adalah sebanyak 159 kali.
V.2. Data Skala Nasional Kondisi Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara
Kerangka sub bab ini penulis tetapkan beranjak dari variabel judul penelitian yakni menjaga kerukunan di sumatera Utara, maka peneliti perlu
memaparkan kondisi kerukunan Provinsi Sumatera Utara dan perkembangannya yang terjadi selama ini. Kemudian beranjak juga dari statement yang selama ini
berkembang dalam masyarakat bahwa “Sumatera Utara adalah Barometer Kerukunan Nasional”, “Sumatera Utara adalah Indonesia Mini, ingin melihat
kerukunan Indonesia, lihat Sumatera Utara” dan masih banyak statement lainnya yang mendukung.
Tidak bisa dipungkiri sesungguhnya Sumatera Utara memiliki banyak suku, etnis, budaya dan agama, hal ini dimungkinkan terjadinya perselisihan antar
masyarakat termasuk kemungkinan akan terjadinya perselisihan antar agama. Jadi sebetulnya Sumatera Utara memiliki potensi konflik yang cukup besar karena
keheterogenitas yang melekat pada masyarakat Sumatera Utara. Oleh karenanya
118
penting untuk menelusuri perkembangkan kerkukunan di Provinsi yang terkenal dengan pluralisme ini.
Untuk menelusuri sumber data mengenai hal-hal yang mendukung informasi tentang perkembangan kerukunan di Sumatera Utara, peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat mengenai kondisi kerukunan di Provinsi Sumatera Utara, selain wawancara, peneliti juga menelusuri media
cetak, media internet, dan buku-buku , serta lembaga-lembaga resmi yang secara konsen memantau kondisi kerukunan di Sumatera Utara ini. Berikut ini akan
dipaparkan hasil penelusuran memalui dua aspek, yakni data primer dan hasil data sekunder.
V.2.1. Data Survei Kerukunan berdasarkan Publikasi Lembaga Nasional dan Regional
Data sekunder tentang kondisi kerukunan umat beragama di Provinsi yang berjuluk “Indonesia mini” ini, peneliti peroleh dari berbagai sumber, baik
majalah, buku, laporan tahunan atau Annual Report dari beberapa organisasi pemerintah maupun non pemerintah yang secara konsen memantau dan meneliti
kondisi kerukunan secara nasional. Berikut ini akan dipaparkan data sekunder yang mendeskripsikan kondisi kerukunan umat beragama di Provinsi Sumatera
Utara yang didapati peneliti dari berbagai Sumber.
1. Survei Setara Institude
SETARA Institute adalah organisasi hak asasi manusia yang menaruh perhatian pada pemajuan kondisi hak asasi manusia di Indonesia. Salah satu
119
elemen hak yang diperjuangkan adalah hak untuk bebas beragamaberkeyakinan bagi warga negara.
Setara Institude adalah organisasi non pemerintah skala nasional, yang secara konsen memantau baik dari media massa dan media lokal, meneliti secara
kualitatif dan melaporkan hasil kondisi kerukunan secara nasional dalam bentuk laporan tahunan. Setara Institude memiliki kontributor di setiap provinsi di
Indonesia, secara khusus di Sumatera Utara adalah saudara Muhrizal Syahputra. Dimana laporan hasil penelitian tersebut dipublikasikan ke publik melalui website
Setara Institude.org, dimana laporan hasil tersebut sebagai pertimbangan data , rekomendasi bagi institusi negara dan mendidik masyarakat mengenai kondisi
nyata kerukunan antar di Indonesia. Gambaran Pelanggaran kebebasan beragama yang biasa dipantau oleh Setara Institude meliputi isu-isu dominan sebagai
berikut: [1] pendirian rumah ibadah; [2] penyesatan keyakinan aliran keagamaan; [3] pengrusakan tempat ibadah; [4]. Pelarangan beribadah
[5].perusakan dan penolakan beribadah, dan [6] peraturan perundangundangan dan kebijakan diskriminatif.
Berikut ini akan disajikan Annual report kondisi ketidakrukunan, atau tepatnya peristiwa pelanggaran kebebasan beragamaberkeyakinan di Sumatera
Utara sejak tahun 2008 hingga 2013.
Perkembangan dari tahun-ketahun, yakni dari tahun 2008 hingga tahun 2013, pada tahun 2008 hingga 2009 Setara Institude menyebutkan kondisi
kerukunan di Sumatera Utara sejak 2008 hingga 2009 “cukup Kondusif”.
19
,
19
Lih. Laporan Kondisi BeragamaBerkeyakinanKBB di Indonesia 2007- 2009, “negara
Harus Bersikap” Publikasi Setara Institude. Hal. 15-16.
120
berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara dan kondisinya dari skala nasional
Grafik 2 Seberan KBB berdasakan Provinsi di Indonesia tahun 2008
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2008 Kemudian laporan KBB tahun 2008 diikuti penurunan pada laporan KBB tahun
2009. grafik kondisi KBB di Sumatera Utara dan kondisinya 2009 dari skala nasional adalah :
Grafik 3 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2009
Sumber : laporan KBB Setara Institude tahun 2009
selanjutnya tahun 2010 kebebasan beragama menunjukkan tren negatif, yakni meningkat dari 8 peristiwa di tahun 2009 menjadi 15 peristiwa ditahun
2010, hal ini meningkat dikarenakan adanya golongan ormas garis keras yang bertindak anarkis dan adanya isu sara mengenai pilkada di kota Medan, serta
bertambahnya konflik-konflik, pada tahun 2010 dapat disimpulkan Sumametera
121
Utara berada pada kondisi “kurang kondusif”.
20
berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara tahun 2010 dan kondisinya dari skala nasional
Grafik 4 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2010
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2010 Pada tahun 2011 bukannya malah membaik dari tahun sebelumnya malah
semakin memburuk, terdapat 24 peristiwa pelanggaran, hal ini terjadi karena banyaknya kasus kekerasan dan pelarangan beribadah serta pembakaran rumah
ibadah yang terjadi sepanjang 2011, pada 2011 dapat disimpulkan Sumatere Utara dalam Kondisi “tidak Kondusif”.
21
berikut akan dipaparkan grafik kondisi KBB di Sumatera Utara tahun 2011 dan kondisinya dari skala nasional
Grafik 6. Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2011
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2011
20
Lih. Laporan tahunan KBB. Publikasi setara Institude 2010. “Negara Menyangkal” hal. 36-38
21
Lih. Laporan tahunan KBB Publikasi Setara Istitude 2011. “politik Diskriminasi Rezim SBY” hal. 21
122
Selanjutnya pada tahun 2012 Sumatera Utara mengalami tren Positif dari tahun sebelumnya, yakni hanya terdapat 3 kasus saja peristiwa pelanggaran yang
didapai Setara Institude dengan demikian kondisi kerukunan di Sumatera Utara tahun 2012 adalah “kondusif”
22
,
Grafik 7 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2012
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2012 pada tahun 2013 kondisi di Sumatera Utara kembali Shifting, naik dari 3
peristiwa menjadi 15 peristiwa, hal ini ditandai dengan banyaknya pelarangan pendirian rumah ibadah, kemudian berbagai kasus intoleransi dan isu sara muncul
karena tahun 2013 ada momentum pemilihan gubernur di Sumatera Utara dan banyaknya tidak dikeluarkannya izin pendirian rumah ibadah oleh pemerintah
daerah, terutama di daerah Binjai dan Tapanuli utara. Kesimpulan kondisi tahun 2013 Sumatera Utara berada pada keadaan “kurang Kondusif”
23
22
Lih. Laporan Tahunan KKB. Publikasi Setara Institude 2010 “kepemimpinan tanpa prakarsa” hal. 36-37
23
Lih. Annual Report Setara Institude 2013 “stagnation on Freedom of religion” hal. 41- 48
123
Grafik 8 Seberan KBB berdassakan Provinsi di Indonesia tahun 2013
Sumber : Laporan KBB Setara Institude 2013 selanjutnya pada tahun 2014 Setara Institude melakukan evaluasi terhadap
berbagai peristiwa yang terjadi di seluruh indonesia, Termasik Sumatera Utara sejak tahun 2008 hingga 2013, hasil evaluasi tersebut sangat mengejutkan,
bahwasannya secara nasional Sumatera Utara masuk dalam
“Zona Merah”
mengenai kebebasan beragama dan berkeyakinan, hal ini didasari oleh, pertama adanya 78 pelanggaran yang terjadi sejak 208 hingga 2013, kondisi ini secara
nasional termasuk kuantitatif tinggi. Selanjutnya alasan dibuatnya zona merah karena “Keengganan Pemerintah Daerah mengatasi kasus rumah ibadah” hal ini
didasari karena banyaknya kasus rumah ibadah yang belum selesai, mulai dari tidak dikeluarkannya izin, pembongkaran dan perobohan rumah ibadah hingga
pelarangan beribadah, untuk kasus ini diakui Setara Institude bahwa belum tampak upaya signifikan Pemerintah setempat untuk penyelesaian masalah yang
muncul di beberapa daerah.
24
24
Lih. Laporan KBB Setara Istitude 2014.”dari Stagnasi menjemput harapan baru”. Hal 123-128.
124
Data tersebut seluruhnya direkapitulasi sehingga jumlahnya tercatat 78 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan KBB di
Sumatera Utara sepanjang 2008 hingga 2013. Berikut ini rekapitulasi kondisi
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Sumatera Utara mulai dari tahu 2008 hingga 2013.
Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015.
2. Survei Aliansi Sumut Bersatu ASB
Aliansi Sumut Bersatu ASB adalah organisasi masyarakat sipil atau LSM yang sejak tahun 2006 melakukan upaya-upaya penguatan untuk mendorong
penghormatan dan pengakuan terhadap keberagaman melalui pendidikan kritis, dialog, advokasi dan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh ASB
berupaya untuk melibatkan aktivis muda lintas agama, mahasiswai, NGO,
5 10
15 20
25
tahun 2008
2009 2010
2011 2012
2013
13 8
15 24
3 15
Grafik 9. Sebaran Laporan KBB Setara Institude di Provinsi Sumatera Utara 2008 Hingga 2013
tingkat KBB
125
jurnalis dan kelompok rentan lainnya dengan semangat kebersamaan dalam keberagaman.
25
. Kegiatan ASB konsen pada pemantauan intoleransi
26
dan merawat pluralisme, artinya apabila ada sikap dan tindakan yang tidak menghargai
hak-hak fundamental pemeluk agama tertentu dalam menjalankan keyakinan agama yang berbeda dengan keyakinannya, ASB akan melakukan publikasi
dan membantu dalam hal advokasi dan pendampingan proses penyelesaian masalah berdasarkan hukum yang berlaku di negeri ini.
Dari beberapa pemantauan yang telah dilakukan baik melalui pemberitaan media massa dan pemantauan di lapangan, ASB telah merekaptulasi kasus
intoleransi yang terjadi di Sumatera Utara, hasil rekapitulasi menunjukkan sepanjang tahun 2010 ada sebanyak 20 kasus intoleransi.
Tabel 14. Kasus Intoleransi di Sumatera Utara hasil pemantauan ASB tahun 2010
No Kategori Kasus
Persentase 1
konflik tempat ibadah 7 kasus 35,
2 penyesatan dan pelaporan kelompom yang
diduga sesat 7 kasus 35,
3 kekerasan dan penyerangan
5 kasus 25 4
kebijakan yang diskriminatif 1 kasus 5
Jumlah 20 Kasus
Sumber : Publikasi ASB 2010.
25
Aliansisumutbersatu.org, diakses 15 maret 2015.
26
Berdaasarkan standar pemahaman ASB defenisi Intoleransi Secara terminologis, adalah sikap dan tindakan yang tidak menghargai hak-hak fundamental pemeluk
agama tertentu dalam menjalankan keyakinan agama yang berbeda dengan keyakinannya. Intoleransi beragama religious intolerance bukan hanya sekedar
sikap tidak toleran terhadap pemeluk agama lain tetapi juga melakukan propaganda hasutan yang berupa ungkapanpernyataan kebencian dan atau bentuk-bentuk lain
yang bisa digunakan untuk menyebarkan faham-faham ideologis diskriminatif.
126
Selanjutnya pada tahun 2011 dari fakta yang ada, dari pantauan ASB jumlah kasus intoleransi beragama cenderung meningkat. Dilihat dari jumlah
kasusnya, ada 63 Kasus intolerance yang intens diberitakan media. Berikut adalah tabel pembagian jenis isu dan pembagian isu kasus intolerance di
Sumut tahun 2011.
Tabel 15. Kasus intoleransi di Sumatera Utara hasil pemantauan ASB tahun 2011
No Jenias Kasus
Jumlah 1
Tuntutan Diskriminatif 24
38 2
Penistaanpelecehan agama 3
5 3
Izin pendirian rumah ibadah 3
5 4
Sweeping 11
17 5
Permasalahan simbol keagamaan 1
2 6
Kebijakan diskriminatif 13
21 7
Pernyataan diskriminatif 3
5 8
Tindakan diskriminaitif 3
5 9
Penolakan rumah ibadah 1
2 Jumah
63 100
Sumber : publikasi ASB 2012.
27
Tren peningkatan intoleransi berlanjut di tahun 2012, pantauan dan publikasi ASB Pada tahun 2012 didapati kasus intoleransi meningkat dari
sebelumnya 63 kasus menjadi 75 kasus, berikut akan dipaparkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 16 Kasus pemantauan media yang menghambat perkembangan pluralisme
tahun 2012
No Kategori Berita Jumlah Kasus
1 Tindakan Diskriminatif
25 kasus 2
Pernyataan negatif terhadap kehidupan beragama 12
3 Tuntutan ormas terhadap pemerintahpenguasapemuka 10
27
Lih. Selengkapnya Laporan pemantauan ASB tahun 2011.”potret Kehidupan beragamaberkeyakinan di Sumatera Utara. Hal 20-21.
127
agama 4
Sweepingupaya pemberantasan lokalisasi PSK 12
5 Pengrusakan dan permasalahan rumah ibadah
8 6
Penistaan dan penyalagunaan simbol agama 5
7 Kekerasan terhadap pemuka agama
3 Jumlah
75 Sumber :publikasi ASB 2012
28
Pada Laporan akhir tahun 2012 memantau lima media besar di Sumatera Utara yakni Analisa, Waspada, Tribun Medan, Sumut Pos dan Sinar
Indonesia Baru SIB. Peristiwa tersebut di dokumentasikan melalui pemantauan pemberitaan media massa khususnya media daerah. Selian itu, ASB juga
melakukan kunjungan langsung outreach. Berdasarkan ketiga data publikasi ASB diatas dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan pemantauan ASB telah terjadi kasus intoleransi di Sumatera Utara sejak 2010 hingga 2012 sebanyak 158 kasus.
Selanjutnya untuk memperbaharui data tersebut ASB telah melakukan launching terahir mengenai laporan kebebasn beragama dan berkeyakinan pada 26
Januari 2015 di Grand Antares Hotel, yang kemudian laungcing tersebut bisa dilihat di website resmiASB. hasil launcing data tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 17 Tabel jumlah kasus intoleransi di Sumatera Utara 2011-2014
No. Kategori
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Total 1
Tuntutan Diskriminatif 24
- -
- 24
2 PenistaanPelecehan Agama
3 -
- -
3 3
Ijin Mendirikan Rumah Ibadah
3 -
- -
3 4
Sweeping 11
- -
- 11
28
Selengkapnya lih. Penjelasan lengkap Publikasi ASB 2012. “Sumatera Utara : rawan Untuk Kemerdekaan beragama dan berkeyakinan
” hal. 4-40
128
5 Permasalahan Simbol
Keagamaan 1
- -
- 1
6 Kebijakan Diskriminatif
13 -
- 1
14 7
Pernyataan Diskriminatif 4
- -
9 13
8 Tindakan Diskriminatif
3 25
16 9
53 9
Penolakan Rumah Ibadah 1
- -
- 1
10 Pernyataan Negatif Terhadap
Kehidupan Beragama -
12 13
6 31
11 Tuntutan Ormas Terhadap
PemerintahPenguasaPemuka Agama
- 10
9 18
37
12 Kekerasan Terhadap Pemuka
Agama -
3 -
- 3
13 Pengrusakan dan
permasalahan Rumah Ibadah -
8 -
- 8
14 Penistaan dan
Penyalahgunaan Simbol Agama
- 5
- 1
6
15 Pengrusakan dan Pencurian
investaris Rumah Ibadah -
- 9
- 9
16 Permasalahan Pendirian
Rumah Ibadah -
- 4
- 4
17 Upaya Pemberantasan
Tempat Maksiat -
- 25
8 33
18 Intimidasi Berbasis Agama
- -
5 1
6 19
PelaranganPenghambat Aktivis Keagamaan
- -
4 -
4 20
Pelarangan Kebebasan Berekspresi
BeragamaBerkeyakinan -
- -
1 1
21 Tuntutan DPRD Terhadap
Pemerintah -
- -
1 1
T O T A L 63
63 85
55 266
Sumber : launching ASB, Januari 2015
Jika dilakukan penggarikan kondisi intoleransi tersebut, maka hasil grafik kondisi intoleransi di Sumatera Utara sejak tahun 2011 hingga 2014 ialah sebagai
berikut :
129
Sumber : Diolah Sabam Manurung, 2015 Data yang tercantum diatas membuka mata bahwa sesungguhnya kondisi
Intoleransi di Sumatera Utara relatif tinggi, kasus tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni 85 kasus, jauh lebih tinggi dari tahun 2010, 2011,2012 dan 2014. Dengan
demikian jika berkaca pada data diatas tidak salah kalau kita berkata jika Sumatera Utara rawan konflik, artinya potensi konflik di provinsi yang berjuluk
“indonesia mini” ini relatif tinggi.
3. Survei Kerukunan Nasional di Indonesia Tahun 2013
29
Survei kerukunan nasional dikeluarkan oleh badan litbang dan diklat Puslitbang Kehidupan Keagaman kementrian agama republik Indonesia tahun
2013. Ada dua alasan mengapa survei ini dilakukan, pertama Studi semacam ini dapat menjadi “pengimbang” dari banyaknya informasi penelitian yang
menekankan pada aspek konflik antar umat beragama konflik keagamaan. Kedua, dilihat dari segi hasil penelitian, informasi yang diberikan dari penelitian
29
Selengkapnya lih. Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, Kemenag. Balitbang RI, Jakarta 2013
50 100
Tahun 2011
2012 2013
2014
63 63
85 55
Grafik 10. Jumlah Intoleransi Sumut pulikasi ASB 2015
Jumlah Intoleransi
130
tentang kerukunan keagamaan ini juga dapat menjadi “penyejuk” dari banyaknya informasi hasil penelitian tentang konflik keagamaan di Indonesia yang terasa
”sumbang”. Survei nasional ini memfokuskan tentang kerukunan keagamaan di Indonesia dengan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan semacam ini
tergolong langka di Indonesia. Metode survei dan penilaian ditinjau dari ketiga dimensi yakni 1 sikap,
2 persepsi dan 3 kerja sama, dimana jenjang skornilai digunakan untuk mengukur tingkat kerukunan seperti diuraikan di atas bisa digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 18 Klasifikasi Penilaian Indeks Kerukunan Nasional
Jenjang SkorNilai Indeks Kumulatif
Arti Indeks dalam konteks Kerukunan
Sebutan Nilai Indeks
1 sd 1.9 “potensi terjadinya konflik dalam
hubungan antaragama sangat besar” Tidak Harmonis
2 sd 2.9 “potensi bagi terjadinya konflik
dalam hubungan antaragama cukup besar
Kurang Harmonis
3 sd 3.9 “kondusif bagi terciptanya
kerukunan hubungan antar umat beragama”
Cukup harmonis
4 sd 5 Kondusif bagi terpeliharanya
kerukunan dalam hubungan antar umat beragama”
Harmonis
Sumber : Balitbang Keagamaan Kemenag. RI, 2013 Kemudian sistematika proses pengambilan sampel terhadap masyarakat yang
tersebuar di semua Provinsi dilakukan dengan alur dan metode sebagai berikut :
131
Gambar 3
Dalam survei nasional tersebut, jumlah responden telah mewakili seluruh agama di setiap daerah provinsi Indonesia, berkikut diagram indeks responden
berdasarkan agama.
Grafik 11. Indeks Responden Nasonal Berdasarkan Agama angka dalam Juta
Sumber : Balitbang Keagamaan Kemenag. RI 2013
132
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden telah diseimbangkan dengan jumlah penduduk berdasarkan agama yang dikeluarkan
oleh BPS
30
, dari diagram tersebut ada responden yang hampir sebanyak jumlah data BPS dan ada juga responden yang melebihi jumlah data statistik
Hasil survei tersebut tercatat secara nasional, mencakup seluruh provinsi yang ada di Indonesia, berikut hasil survei sebaran indeks kerukunan berdasarkan
provinsi di Indonesia secara tahun 2013 berdasarkan provinsi di seluruh Indonesia.
Gambar 4.
30
Badan Pusat Statistik terahir melakukan survei pada tahun 2010, jadi dapat dipastikan data BPS disini mengunakan data penduduk tahun 2010.
133
Dari gambar sebaran indeks kerukunan diatas, Provinsi Sumatera Utara
berada pada jenjang skornilai indeks 3,7. Berdasarkan indeks kerukunan
sumatera utara berada pada kondisi
“kondusif bagi terciptanya kerukunan hubungan antar umat beragama”, dan berdasarkan sebutan nilai indeks
Sumatera Utara berada pada kondisi
“Cukup Harmonis”.
PERWAKILAN KASUS AKTUAL KEAGAMAAN DI SUMATERA UTARA YANG BELUM SELESAI
1. penolakan Pembangunan Gereja HKBP Binjai Baru, Kota Binjai
diawali dari tahun 1999, dibentuk panitia pembangunan gereja HKBP Binjai Baru di area pertapakan PTPN II. Selanjutnya pada tahun 2000
proses pinjam pakai telah diperbolehkan PTPN II tanjung Morawa lahannya untuk dipinjam oleh pihak HKBP untuk dibangun gereja lewat
surat buti dari PTPN II No. II.13.x82000, mengenai pemakaian tanah disini tidak ada masalah karena pihak yang memiliki tanah yakni PTPN II
sudah memberikan izin peminjaman dengan syarat pinjam pakai, tetapi muncul permasalahan ketika melakukan pendekatan dengan masyarakat
lingkungan setempat dan muspida, ada penolakan dari masyarakat lingkungan setempat mengenai proses pendirian gereja ini, berbagai upaya
telah ditempuh, pertemuan dan mediasi telah dilakukan, bahkan tuntutan kepada walikota binjai telah dilayangkan, serta upaya pendekatan dan
komunikasi telah sering dilayangkan surat kepada FKUB, kanwil depag, majelis agama dan uspida lainnya, meskipun ada penolakan tetapi jemaat
134
HKBP tetap membangun gereja tersebut sehingga fisiknya telah kelihatan, sudah ada bangunan, sudah ada atap dan bentuk konstruksi bangunan telah
ada, penolakan terus berlanjut dari elemen masyarakat dan juga dari pemerintah kota Binjai dengan alasan bangunan yang berdiri tersebut tidak
memiliki izin Mendirikan Bangunan IMB, selanjutnya banyak pihak meminta supaya gereja tersebut tidak dipakai untuk kegiatan peribadatan
dengan bukti telah diberi police line. Saat ini pembangunan gereja masih tertahan dan belum diperbolehkan dilanjutkan, pemakaian gereja untuk
ibadah juga tidak diperbolehkan, sehingga warga jelaat HKBP Binjai Baru beribadah dirumah-rumah jemaat secara bergantian.
2. Pembakaran Tempat Ibadah HKBP di Sibuhuan, Kec. Barumun,
Padang Lawas Pada 24 desember 2009 umat kristiani merayakan natal di tempat ibadah
mereka, ibadah tersebut berjalan dengan aman dan damai, lalu malamnya pukul 23.30 beberapa waktu setelah ibadah selesai ada rombongan
masyarakat yang mendatangi rumah ST. J.Sihombing agar tidak boleh dilakukan ibadah di tempat yang dilakukan perayaan natal tadi, selanjutya
agar bangunan yang dipakai tadinya untuk bernatal dibongkar saja. Sejak saat itu warga kristen tidak melakukan kegiatan apa-apa sampai malam
pergantian tahun 2010. Tanggal 21 januari 2010 penatua agama kristiani diundang oleh camat barumun untuk musyawarah dan di dalam
musyawarah tersebut disampaikan agar umat kristiani tidak diperbolehkan melakukan ibadah karena masyarakat kecamatan barumun merasa
keberatan dan resah. Lalu esok harinya tanggal 22 januari 2010 massa
135
datang langsung menuju lokasi gereja HKBP Sibuhuan langsung merobohkan bangunan yang terbut dari kayu dan langsung membakarnya
sehingga hanguslah seluruh bangunan dan impentaris yang ada didalamnya. Saat masalah ini terjadi FKUB belum ada dibentuk di
kabupaten padang lawas ini. Selajutnya pada 23 januari 2010 diadakat rapar puspida plus kabupaten Padang Lawas di ruang kerja Bupati Padang
Lawas, hasil rapat tersebut adalah pertama keamanan independent warga nasrani di Sibuhuan kec. Barumun dijamin oleh tokoh masyarakat melalui
ketua DPRD, kedua oembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Padang Lawas akan dibentuk paling lambat tanggal 15 Pebruari
2010, ketiga pemerintah memfasilitasi kebebasan beribadah bagi umat kristiani dan mencari lokasi yang lebih tepat dan layak serta dapat diterima
oleh masyarakat
dengan memenuhi
prosedur yang
berlaku. Perkemangannya saat ini di tahun 2015 ini jemaat HKBP di Sibuhuan, di
lingkungan VI pasar Sibuhuan belum memiliki gereja untuk tempat ibadah setelah gerejanya terbakar di tahun 2010, jemaat HKBP Sibuhuan
beribadah di rumah-rumah jemaat, tercatat ada 152 orang jemaat yang tergabung dalam jemaat HKBP Sibuhuan ini. Belum ada fasilitas nyata
dari pemerintah kabupaten Padang Lawas untuk mencari lokasi yang tepat dan layak sesuai dengan janjinya di tahun 2010 lalu.
3. penolakan masjid Al-Munawar di Sarulla Desa Nahornop Kec. Pahae
Jae, Tapanuli Utara.
Ada sebuah masjid yang berdiri di areal pemukimanwarga , masuk e dalam gang, dan tidak bisa diakses kendaraan roda empat, masjit tersebut
136
kecil dengan luas kurang lebih 10x10 m, kalau pada saat beribadah gedung tersebut hanya bisa menampung paling banyak 250 orang itupun sudah
sampai diluar pagar, jadi untuk sholat bersama mereka melakukannya di tanah lapang. Lalu dengan kondisi seperti ini pihak masjid merasa kondisi
initidak memungkinkan lagi untuk dipakai, kalau pun mau di perluas tidak bisa lagi karena telah dihimpit oleh rumah warga sehingga mendesak
untuk dipindahkan ke lokasi yang lebih luas. Proses pemindahan awalnya berjalan lancar, ada tanah yang dihibahkan seorang keluarga, lokasinya
strategis dengan loas kurang lebih 24x35 terletak dipinggir jalan, plakat pun telah dibuat bahwa didaerah itu akan dibangun mesjid Al-Munawar.
Tetapi seiring beranjaknya waktu mulai ada penolakan, pertama dari individu masyarakat kemudian maskin banyak masyarakat bahkan
bergabung menjadi aliansi masyarakat pecinta perdamaian berdemo menolak pemindahan mesjid ini. Dialog pun telah dilakukan, mediasi telah
dilakukan, tetapi tetap belum membuahkan hasil, masyarakat saat ini pu masih tetap menolak pemindahan mesjid tersebut. Kondisi saat ini
masyarakat islam dan kristen ada yang mengalami perpecahan, musuhan msekipun masih ada hubungan adat, saat ini umat islam di sarulla masih
menggunakan masjid yang lama untuk melakukan peribadatan.
V.3. Data Eksistensi Kinerja FKUB dalam menjaga kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara
Berdasarkan perkembangan data yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dapat dikatakan bahwa banyaknya kontribusi berbagai elemen di Sumatera Utara,
mulai dari Elemen Pemerintah, Non Pemerintah, dan forum strategis oleh
137
masyarakat. Kontribusi tersebut diupayakan semaksimal mungkin untuk terciptanya kerukunan di Sumatera Utara, salah satunya ialah peran strategis
FKUB Provinsi Sumatera. Eksistensi FKUB dalam sajian berikut ini akan dipaparkan dalam bentuk eksistensi internal, eksternal, dan upaya dan teknik
penyelesaian kasus yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama di Provinsi Sumatera Utara. Eksistensi yang telah ada nantinya akan menjadi bahan evaluasi
oleh peneliti,
V.3.1. Upaya dan Teknik FKUB dalam Penyelesaian Kasus ketidakrukunan di Sumatera Utara
Penting untuk mengkaji upaya dan teknik penyelesaian kasus, dari sini nantinya akan diperoleh analisis efektivitas penanganan masalah yang selama ini
diterapkan oleh FKUB Sumatera Utara, sehingga mampu meemaksimalkan peran untuk menangani kompleksitas kondisi yang mengganggu ketidak rumunan di
Provinsi ini. Dalam buku pedoman yang dikeluarkan FKUB Sumatera Utara salah satu teknik atau kiat utama dalam mengupayakan kerukunan di Sumatera Utara
adalah dengan memetakan faktr-faktor yang mendukung dan dan faktor penghambat kondisi kerukunandi Sumatera Utara, dari faktor pendukungdan
penghambat tersebut akan dicari jalan tengah sehingga diupayakan tetap terjadi musyawarah dan mufakat.
31
Berikut ini akan dipaparkan perkembangan kinerja FKUB, dengan upaya kerjasama FKUB Provinsi dengan FKUB kabupaten Kota
se-Sumatera Utara dalam memediasi Konflik-konfil yang terjadi di Sumatera Utara dan upaya penyelesaiannya.
31
Lih. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerukunan dan ketidakrukunan di Sumatera Utara, Hal.
138
Tabel 19. Konflik di Sumatera Utara dan Upaya Penyelesaiannya
No Bentuk Kasus
Permasalahan Upaya Penyelesaian
01 Pembangunan Gereja
GKPS di Desa Buntu Pane Asahan.
Adanya keresahan masyarakat Di
Desa Buntu
Pane Kecamatan
Buntu Pane
Kabupaten Asahan
karena adanya kegiatan pembangunan
gereja GKPS
yang tidak
memenuhi persyaratan
administrasi Permasalahan
ini sudah
dibicarakan pada rapat pengurus FKUB Kabupaten Asahan dan
untuk selanjutnya kasus ini akan ditangani
oleh pemerintah
kabupaen Asahan.
02 pembangunan gereja
GBKPdi Desa
gunung Pinto
Kecamatan Naman
Teran Kabupaten
Karo. adanya keberatan warga atas
pembangunan gereja tersebut Permasalahan ini sudah dapat
diselesaikan oleh
FKUB kabupaten
Karo secara
musyarawah dan mufakat
03 Pembangunan
Vihara Meireya Jaya di kelurahan Tebing
Kisaran Kec. Kota Kisaran
Barat, Asahan.
adanya surat penolakan dari MUI
Kabupaten Asahan
dikarenakan pendirian vihara ini berdekatan dengan mesjid
agung kisaran FKUB
telah mengeluarkan
rekomendasi pendirian
rumah ibadat, selanjutnya permasalahan
ini masih di kandepag. Asahan dan
belum mengeluarkan
rekomendasi pendirian
rumah ibadat ini.
04 Rumah
yang dijadikan
rumah ibadat Gereja GBI
Antiokia di komplek perumahan
Tebing Indah Permai, Kel.
Bandar Utara Kec. Tebing kota, Tebing
Tinggi. Warga
setempat merasa
keberatan terhadap kegiatan dan keberadaan GBI Antiokia
FKUB Kota tebing tinggi telah melakukan
dialog dengan
perwakilan warga
setempat. FKUB
kota tebing
tinggi memberikan
rekomendasi pemanfaatan sementara gedung
yang bukan rumah ibadah paling lama dua tahun. Tetapi sesudah
dua tahun pun belum juga terealisasi.
05 Pendirian
rumah ibadat
gereja HKBP resort Binjai
Baru kota Binjai
Adanya keberatan
warga lingkungan II kelurahan Jati
Makmur Kota Binjai atas pendirian
rumah ibadat
gereja HKBP tersebut. Pengurus FKUB dan dewan
penasehat FKUB kota Binjai sepakat
bahwa penyelesaian
permasalahan ini diserahkan kepada pemerintah kota Binjai,
sampai hari ini belum selesai.
06 Balai
pengobatan yang
berfungsi sebagai Vihara di
kota Tanjung Balai. Adanya keberatan masyarakat
dikarenakan izin
pendirian bangunan
sebagai balai
pengobatan tetapi dijadikan rumah ibadat
Permasalahan ini masih dalam proses penyelesaian dan akan
dibicarakan lagi
pada rapat
pengurus FKUB Kota Tanjung Balai
07 Terbakarnya
Warga beramai-ramai Permasalahan ini sudah dapt
139
rumah warga yang dijadikan
tempat ibadah
di lingkungan
VI Kelurahan
Pasar Sibuhuan
Kec. Sibuhuan
Kab. Padang Lawas
mendatangi lokasi tersebut dan terjadi kebakaran dua
unit rumah warga umat kristiani.
diselesaikan oleh muspida plus kabupaten Padang Lawas dan
pemerintah
memfasilitasi kebebasan beribadah bagi umat
kristiani dan mencari lokasi yang lebih tepat dan layak serta
dapat diterima oleh masyarakat dengan
memenuhi prosedur
yang berlaku.
08 Pendirian
rumah ibadat kuil Balaji
Venkateshwara di
Jalan Bunga Wijaya Kusuma No 25 A
Kel. Padan Bulan selayang
II Kota
Medan. Warga keberatan atas pendirian
rumah ibadah tersebut. Permasalahan ini sudah berhasil
diselesaikan oleh FKUB Kota Medan
09 Renovasi
gereja HKBP di dusin III
Jalan Sumarela
Timur Desa Laut Dendang Kec. Perut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Warga keberatan atas kegiatan renovasi gereja HKBP tersebut
Permasalahan ini
sudah diselesaikan dengan musyawarah
oleh FKUB Deli Serdang, FKUB Sumut, pemuka agama Islam dan
kristen dan pemda merekoalisi tempat tersebut.
10 Konflik yang rentan
terjadi di 2009, di gedung
DPRD Sumatera
Utara. Yang menyebabkan
meninggalnya ketua DPDR Sumut
Adanya tuntutan pembentukan provinsi
Tapanuli yang
berakibat meninggalnya ketua DPRD
Provinsi Sumatera
Utara Pengurus FKUB Sumatera Utara
dengan sigap melakukan mediasi bersama para pemuka agama,
berdialog dengan para pimpinan majelis-majelis agama dan SKPD
terkait, menyatakan sikap dan kesepakatan
bersama bahwa
peristiwa tersebut bukan masalah antar agama melainkan peristiwa
politik.
11 Pembangunan
patung amithaba di Vihara Triratna di
Tanjung Balai Masyarakat
menuntut agar
penenpatan patung
itu dipindahkan ketempat yang
lebih terhormat FKUB menyerahkan kebijakan
kanwil kemenagSU.
Dan pemerintah tanjung Balai
12 Pemuatan
gambar dewa Ganesha dan
Krisna di
Sandal yang beredar di Kota
Medan Kondisi ini menndapat protes
dari masyarakat Hindu dan Parisada Umat Hindu Dharma
Indonesia PHDI Sudah
diselesaikan secara
musyawarah mufakat.
Sandal tersebut ditarik dari peredaran.
13 Pelemparan
mesjid yang
berakibat terbakarnya
kios merangkap bengkel
sepeda motor milik Telah diselesaikan oleh pemda
setempat bersama
FKUB, selanjutnya pelaku pelemparan
mesjid tersebut diproses secara hukum dan sudah selesai
140
warga yang bernama parlindungan
Nababan di Bandar Pulau Asahan
14 Pembakaran mesjid
di lumban
lobu TobaSamosir.
Percobaan pembakaran
telah terjadi berulangkali,
terakhir pembakaran pada 27 Juli 2010.
. FKUB Sumut dan FKUB Tobasa telah melakukan mediasi sehingga
masyarakat tidak
terpancing, namun sampai saat ini polisi
masih belum menahan pelaku pembakarannnya.
15 Terbakarnya
dua buah mesjid dalam
waktu yang
bersamaan di
kecamatan Aek
Kuasan Kab. Asahan FKUB Sumut dan FKUB Kab.
Asahan, pemerintah daerah dan polres setempat bermusyawarah
dan sepakat diserahkan kepada pihak
yang berwajib,
sudah selesai
16. Permasalahan pendirian
masjid Al-Munawar
Sarulla
di kec.
Pahae Jae
Kab. Tapanuli Utara
Adaya penolakan
masyarakat terhadap
pendirian masjid tersebut sejak tahun 2010 sampai
sekarang
belum bisa
didirikan. Sudah
ditempuh melalui
peraturan yang berlaku, serta musyawarah yang digagas oleh
pemerintah dan FKUB, namun Izin pendirian bangunan masjid
belum
dikeluarkan. Sampai
hari ini belum selesai.
Sumber : Buku Panduan FKUB Sumatera Utara 2014
Upaya Mediasi FKUB; Contoh Kasus Pembangunan Masjid di Pahae Jae, Tapanuli Utara
Untuk menilai kinerja FKUB Sumatera Utara dalam memediasi pihak yang berkonflik, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa anggota FKUB
Sumatera Utara, pertama Bapak, Jhon. H. Manurung, beliau pernah melakukan mediasi di Pahae Jae, Tapanuli Utara, beliau pernah ikut memediasi pihak yang
berkonflik di daerah tersebut, disana ada pembangunan mesjid yang bermasalah karena pembangunannya ditolak oleh masyarakat sekitar, berikut wawancara
singkatnya yang peneliti lakukan pada tanggal 9 April 2015.
141
Bagaimana proses pendekatan mediasi yang dilakukan di pahae Jae Itu, apakah dipertemukan kedua pihak yang berkonflik, atau seperti apa?
“Tidak dipertemukan keduanya, tetapi satu-persatu kamu temui, kami dialog, dengan cara kekeluargaan, kami bukakan pemahaman, kita
tampung cara pandang, masukan dan aspirasi dari masing-masing, lalu setelah kita kumpul masukan dari kedua pihak, kita rekomendasikan ke
pemkab. Lalu ke gubernur”. Lalu saat ini bagaimana perkembangan peran FKUB dalam memediasi
permasalahan rumah ibadah yang di pahae jae itu? “Kita sudah sampaikan ke Pemkab pemerintah kabupaten tapanuli
Utara..red., supaya pemerintah kabupaen dapat segera menyelesaikan”. Dari penjelasan bapak Jhon H. Manurung tersebut bahwa upaya mediasi
dilakukan dengan tidak mempertemukan, tetapi menemui satu-persatu dari dua pihak yang berkonflik, kemudian aspirasi dan jalan keluar tersebut ditampung dan
disampaikan kepada lembaga eksekutif agar ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan. Batasan FKUB sebagai Forum Strategis hanya datang emndampingi
dan memediasi pihak yang berkonflik, hal tersebut pun harus dilakukan dengan upaya damai, FKUB tidak berhak menyatakan kelompk A yang salah, sedangkan
B benar, tetapi menampung aspirasi yang berkembang sehingga peran memreka membantu kepala daerah dalam membuat kebijakan yang tepat di bidang
keagamaan. Berikutnya, demi menilai lebih jauh kinerja dalam upayanya memediasi
pihak yang berkonflik, peneliti mengkajinya dari berbagai aspek mulai. Beranjak dari berbagai dinamika dialog, seperti pernah kah terjadi konflik dalam berdialog,
pernahkah terjadi deadlog, apa jalan tengah untuk mencari solusi, hal-hal tersebut perlu dijawab dengan baik, agar kulitas mediasi selama ini dalat dipahami secara
benar. Hasil wawancara berikut akan memberi jawaban tentang persoalan tersebut.
142
Ketika FKUB melakukan dialog dengan yang berkonflik, selalu misalnya pihak yang akan dimediasi harus diarakan ke tujuan kerukunan dari FKUB
setidaknya harus meloloskan sesuatu, kalaupun misalnya FKUB ingin meloloskan sesuatu, bagaimana mekanismenya?
“Yang harus kita loloskan itu bagaimana supaya kedua pihak yang berkonflik bisa berdamai bisa rukun, kan terkadang adanya satu pihak
yang mengatakan mereka yang benar dan pihak lainnya salah. Nah,, Kalau dalam kami berdialog, tidak pernah ada voting-votingan, semuanya
dilakukan dengan musyawarah, kalau pun ingin meloloskan sesuatu, pertama kita tempuh jalur kekeluargaan, kita ajarkan pemahaman akan
damai, tetapi kalau jalur kekeluargaan tidak berhasil, kita pake PBM peraturan atau ketentuan yang tercantum dalam PBM no 9 dan 8 tahun
2006. Tapi itu pun ada juga ketika sudah jalur PBM pun tetap tidak berhasil, setidaknya kita kita upayakan lah ada jalan damai atau
kekeluargaan.” Wawanara anggota. FKUB Sumut, Jhon. H. Manurung, 11 Maret 2015
Dari penjelasan diatas ternyata didapati bahwa ada upaya pelolosan sesuatu, kemudian Jawaban saudara Jhon. H. Manurung terebut juga dibenarkan
oleh Wakil Sekretaris FKUB Sumut, Dr. Arifinsyah, ketika melakukan wawancara terpisah selama melakukan proses penelitian ini.
“Nga pernah terjadi deadlock, musyawarah mufakat, damai-damai saja, dan paling ada sedikit evaluasi lah atau kritik. karena dari awal sebelum
dialog kita sudah persiapkan dan kita bertemu tokoh-tokoh antar agama, “nanti kalau ini begini kita buat” dan tokoh antar agama sudah komit,
seringnya terjadi mufakat, nga ada voting-votingan, kalau terjadi musyawarah misalnya, ada yang mau kita loloskan, nga pernah pake
vooting itu , jadi mufakat mufakat. FKUB Sumut punya prinsip memutuskan suatu masalah lewat musyawarah mufakat. Dan itu
terlaksana.” Ketika ditanyakan mengenai proses dialog selama ini, apakah pernah
terjadi kegagalan dalam menjalankan dialog dengan masyarakat, beliau mengatakan
“Nga pernah gagal, FKUB Sumut punya prinsip memutuskan suatu masalah lewat musyawarah mufakat.
Dan itu terlaksana”.wawancara, 11 Maret 2015
143
Dari duap penjelasan narasumber diatas didapati bahwa teknik penyelesaian masalah harus dengan jalur upaya kekeluargaan, musyawarah dan
mufakat, tidak melalui jalur voting dan hal tersebut telah terlaksanan dengan baik, karena berdasakan SK Gubernus Sumatera Utara tahun 2012 tentang kedudukan
FKUB pasal 26 tentang pengambilan keputusan menyebutkan harus secara musyawarah dan mufakat dan tidak boleh melalui jalur pemungutan suaravoting.
V.3.2. Eksistensi Internal FKUB Sumatera Utara
Mengkaji eksistensi internal FKUB secara ringkas sesungguhnya peneliti ingin melihat “dapur FKUB Sumut”, karena sesungguhnya kualitas internal
mempengarui kualitas eksternal suatu organisasi, dari aspek internal peneliti ingin melihat awal proses pemilihan nama-nama yang duduk di FKUB sumut, dinamika
dan proses aktivitas organiasi yang terjadi di internal FKUB Sumatera Utara, ketika terjadi hubungan kerja yang harmonis atara sesama pengurus FKUB maka
akan berpengaruh terhadap hasil kerja, terutama dalam upaya mereka menjaga kerukunan diProvinsi Sumatera Utara. Berikut akan disajikan hasil wawancara
dengan bapak Jhon H. Maurung, anggota FKUB Sumut tanggal 9 Maret 2015. Sejatinya Para pengurus FKUB merupakan perwakilan dari agama masing-
masing, mengenai mekanisme pengutusan para majelis agama untuk diajukan menjadi perwakilan pengurus di FKUB, secara konpherhensif, beliau
menjelaskan “Dari masing-masing majelis agama diutus mewakili lembaganya, kalau
saya dari PGI. Dari PGI disepakati siapa saja yang dianggap memiliki contoh dan teladan yang baik di masyarakat, lalu dari orang itu
menyetujuinya itulah yang nantinya layak diajukan”
144
“Kami bertemu dalam rapat bersama dengan perwakilan dari majeis agama yang lain, lalu membentuk komposisi, siapa ketua, siapa wakil,
sekretaris dan anggota”.
Berdasarkan konposisi jabatan, sebenarnya ada ketidakseimbangan perwakilan masing-masing agama, mengenai ketidak-seimbangan jumlah
perwakilan, misalnya agama A sekian, agama B, tidak sebanyak itu, peneliti menanyakan apakah ada pandangan tidak adil dalam internal FKUB, beliau
membantahna sebagai berikut “Itu kan ditentukan dari jumlah penduduk penganut agama, agama yang
paling banyak jumlah penduduknya tentu jumlah perwakilannya lebih banyak, kalau dari kita protestan, red ada 5 perwakilan. Meskipun
sebenarnya kecil penganut agama, tetapi harus ada perwakilan dari ke enam agama itu. hal itu tidak mempengaruhi kami, hal itu sudah
dilakukan secara musyawarah,semua sudah sepakat. Tidak ada ketidak- adilan, karena pun kami sudah saling kenal dan semua hal yang kami
putuskan dalam rapat innternal, dilakukan secara sepakat, bisa dilihat komposisinya, siapa ketua, wakil, atau BPH, inilah yang menjadi
pimpinan yang memutuskan, lihat saja, terjadi keseimbangan, tidak ada yang miss disitu, jadi hasil rapat yang diputuskan pun telah mewakili
semua anggota atau utusan anggota”. Dari wawancara dengan bapak Jhon H. Manurung diatas megenenai
keterwakilan FKUB harus majelis agama yang memiliki contoh dan teladan yang baik dalam masyarakat, dan hal tersebut juga senada dengan penjelasan dari ketua
FKUB Sumut, bapak Maratua Simanjuntak “Itu makanya yang menjadi anggota FKUB ini adalah perwakilan resmi,
bukan kita pilih-pilih harus ada usulan resmi dari sana majeis tinggi agama, red” wawancara 11 Maret 2015.
Lalu aktivitas FKUB Provinsi Sumatera Utara akan dikaji juga mengenai kegiatannya melakukan rapat rutin, mengenai keterbiasan rapat rutin akan
dipaparkan dalam wawancara berikut ; Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak wakil Sekretaris FKUB Sumut, Arifinsyah, dalam melakukan rapat rutin
beliau mengatakan
145
“Rapat pengurus, seminggu sekali, kemudian kalau ada panitia Ad Hock malah hampir tiap hari, misalnya di rapat dibentuk tim, panitia yang
bertanggung jawab untuk kegiatan A, dia rapat terus disini untuk mempersiapkan acara yang sudah disepakati. Sehingga kantor ini, hampir
tidak ada kosong. Jadi intensif.” Selanjutnya penjelasan dari bapak Arifinsyah dibenarkan oleh dua
informan lainnya yakni wakil ketua FKUB Sumut dan Ketua FKUB Sumut, bahwa benar telah sering dilakukan rapat pengurus yang dihadiri lebih dari 50
kehadiran dari pengurus. “Sering, anda boleh cek, dimana ada organisasi yang rapat rutin seminggu
sekali begini, ada atau tidak ada isu penting, FKUB tetap lakukan rapat, dari jam 3 sampai jam 5 atau bisa sampai jam 6, tingkat kehadirannya bisa
diatas 50 ”
V.3.3. Eksistensi Eksternal FKUB Sumatera Utara
Hubungan eksternal FKUB Sumatera Utara dikaji berdasarkan seberapa pentingnya keberadaan FKUB Sumatera Utara di Provinsi ini, apakah peran nyata
mereka selama ini dalam upaya menjaga kerukunan di Sumatera Utara, hal sedemikian dicari peneliti. Salah satu hal pendukungnya ialah hubungan kerja
antara FKUB dengan eksternal FKUB, hal ini penting karena FUKUB adalah wadah alat pemerintah daerah dalam upaya menjaga kerukunan, dengan demikian
harus memiliki stakeholder dengan pihak lain, berikut akan dipaparkan eksestensi eksternal FKUB Sumatera Utara dalam upaya mereka menjaga kerukunan di
Provinsi ini. Berbagai komentar telah didapati peneliti mengenai eksistensi FKUB
Sumut dari kacamata stakeholder FKUB Sumut. Pertama bapak Syafaruddin, Kasubbag Hukum dan KUB KandepagSU,sebagaimana diketahui kandepagSu
146
adalahpenasehat FKUB Sumatera Utara, jadi selaku penasehat adalah logis ketika menilai peerkembangan kinerja FKUB. ketika daptanyakan Seberapa membantu
keberadaan FKUB Sumut? “Saya kira keberadaan FKUB di Provsu sangat
membatu dalam pembinaan kerukunan” hubungan kerja FKUB Sumut dengan kandepagSu begitu harmonis, hal ini dapat dijelaskan dari hasil wawancara. Etika
peneliti menanyakan mudah atau tidaknya FKUB Sumut diajak kerja sama untuk saling mensukseskan kegiatan, beliau mejelaskan
“Saya pikir dengan bertelepon saja kita “ayok pak ketua begini,begini” kita langsung ketemu tidak perlu harus repot-repot dengan sistem
administrasi. Jadi hubungan kerja kita baik” Selanjutnya yang bertindak sebagai sekretaris penasehat FKUB Sumut
adalah pihak kepala kesatuan bangsa, Politik dan Perlindungan masyarakat kesbangpolinmas Provinsi Sumatera Utara, ketika saya mengunjungi kantor
kesbangpolinmas Provsu saya dilayani oleh bapak Muhammad dan dan ibu Yinita Sari, berasarkan wawancara dengan pihak kesbangpol, didapai eksistensi kinerja
FKUB dalam menjaga kerukunan dari kacamata kesbangpolinmas. Berikut hasil wawancaranya.
Wawancara dengan kepala bidang pembinaan Ideoligi dan wawasan kebangsaan, kebangpolinmas Prov.Sumatera Utara, bapak Drs. H. Mumammad D.
Pada 30 maret 2015. Mengenai Seberapa penting keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB bagi Kesbangpol, beliau menjelaskan
“penting, dan dibutuhkan dalam tugas mereka membantu kepala daerah, ”
147
Peneliti juga menanyakan kiprah FKUB Sumut, dalam melakukan dan memfasilitasi dialog, menampung aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi
masyarakat dan mensosialisasikan peraturan dan UU yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama, secara singkat beliau hanya menjelaskan.
“kinerja mereka baik” Selanjutnya ketika dikantor kebangpolinmas Provinsi Sumatera Utara
peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sub bidang pembinaan Ideoligi dan wawasan kebangsaan, kebangpolinmas Prov.Sumatera Utara, ibu Dra. Yunita
Sari, MSP. Pada 30 maret 2015. Mengenai sering tidaknya pengurus FKUB Sumut datang ke kator ini, beliau menjelaskan.
“Sering, mereka kesini melakukan koordinasi dan komunikasi dengan kesbang”
Ketika ditanyakan Pernahkah pihak kesbangpol. ini diundang ke kegiatan yang dilakukan oleh FKUB Provinsi Sumatera Utara, seperti seminar, dialog,
diskusi, dan kegiatan lainnya, ditambahkan “pernahlah, dan memang harus kan, karena kesbang ini kan yang
membina mereka, terkadang dari kesbang ini ada diundang jadi narasumber di kegiatan mereka”
Sejatinya FKUB di setiap daerah memiliki dewan penasehat yang diketuai oleh “orang nomor 2” di kepala pemerintahan daerah. Demikian juga hal nya
dengan FKUB Sumut, dewan penasehatnya diketuai oleh wakil Gubernur Sumatera Utara, oleh karenanya dirasa perlu untuk meninjau kinerja FKUB
Sumut yang dibinanya. Untuk itu peneliti mencari pandangan serta pernyataan wakil gubernur
SumateraUtara, Bapak T. Erry Nuradi. Dalam hal ini peneliti tidak langsung
148
bertemu dengan beliau, tetapi mengutip wawancara para wartawan media massa yang ada dikota Medan yang kemudian disajikan dalam berita di surat kabar
mereka.
Bapak T.Erry Nuradi, Wakil Gubernur Sumatera Utara mengapresiasi kinerja FKUB Sumut,
karena terbukti tingkat kerukunan umat beragama di Sumut terbilang sangat baik, bahkan wagubsu mengatakan Sumut menjadi
miniatur kerukunan di Indonesia. “saya berharap provinsi lain bisa mengambil contoh bagaimana
menjalani dan saling menghormati antar pemeluk lainnya, perlu kesadaran baru sebagai energi yang mampu membangkitkan potensi kerja
dan hubungan kerja yang lebih baik dan harmoni, mengingat FKUB Sumut selama setah
un telah memperoleh gelar Sumut Luar Biasa” penjelasan wagubsu dalam kegiatan rapat kerja FKUB Sumut di Dharma
Deli, 31 Januari 2015.
32
Dalam melakukan penelitian ini peneliti juga mengkaji dari aspek lain megenai eksistensi FKUB Sumut saya melakukan wawancara dengan sekretaris
jendral Gereja Protentan Persekutuan GPP yang saya temui di komplek kantor pusat GPP di medan.
Saya melakukan wawancara dengan sekretaris jendral GPP karena FKUB provinsi Sumatera Utara pernah mengadakan pertemuan kerja dengan Pimpinan
GPP, peneliti ingin melihat bagaimana respon dan kemanfaatan pertemuan kerja yang di rasakan oleh dalam hal ini pihak Gereja Protestan Persekutuan, respon
dan kemanfaatan pertemuan tersebut gunanya ialah untuk memberikan penilaian akan umpan balik atas berbagai program kerja yang telah direalisasikan FKUB
Sumut. Kemudian umpan balik tersebut juga akan mendukung penilaian peneliti
32
Dikutip dari : Harian Analisa 2 Februari 2015 “wagubsu : Sumut Barometer Kerukunan Umat Beragama”
149
untuk menilai kinerja FKUB, tidak hanya dari internal FKUB tetapi juga dari eksternal FKUB. Berikut hasil wawancaranya yang dilakukan pada 10 april 2015.
Komentar beliau tentang keberadaan FKUB Sumatera Utara ialah “FKUB ini adalah sebagai wadah untuk menjalin kerukunan, bagaimana
supaya kerukunan umat beragama di Sumatera utara ini tetap terpelihara. Dan para pengurusnya pun yang duduk di FKUB ini benar-benar adalah
seorang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, saya telah rasakan itu ketika bertemu dengan mereka. Tidak bisa sembarangan orang- orang
yang duduk disana, harus orang-orang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi untuk terciptanya kerukunan dan itu, saya lihat sudah
ditujukka
n oleh mereka yang duduk disana”
V.3.4. Hubungan Konsultatif FKUB Provinsi dengan FKUB daerah Kabupaten Kota
Hubungan FKUB provinsi dengan FKUB kabupatenkota tidaklah bersifat struktural yang memiliki garis instruktif, melainkan hubungan yang bersifat
konsultatif. Posisi FKUB Provinsi bukanlah atasan dari FKUB kabupaten kota, ataupun sebaliknya. Seperti diketahui, FKUB bukanlah organisasi massa yang
memiliki jenjang kepengurusan terstruktur dari pusat hingga daerah. Fungsi konsultatif diperlukan agar adanya kerjasama antar FKUB tingkat I dan tingkat II
dalam penanganan masalah-masalah yang terjadi di daerah. Berdasarkan keterangan diatas, berikut ini akan dipaparkan hasis
wawancara mengenai proses dan perkembangan serta hal-hal yang terjadi di FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan fungsi Konsultatif
Mengenai koordinasi dengan FKUB daerah kabupatenkota, wakil Ketua FKUB, Albert Pakpahan mengatakan
150
“Kalau ada yang nga bisa diselesaikan mereka, mereka komunikasikan ke kita mohon petunjuk, atau datang kemari, minta saran atau bantuan
bertanya bagaimana sikap kami mengenai ini, apa bisa bapak-bapak datang kesana membantu kita, ya kita sama-sama dengan FKUB daerah
turun”. Selanjutnya bapak ketua FKUB, Maratua Simanjuntak, megnenai koordinasi atau
konsultatif ke FKUB daerah abupaten kota, beliau menambahkan “Konsultatif itu kebawah, Nah soal daerah kita sering konsultatif, kita
nga ada destruktif, kalau komunikasi dengan FKUB daera kita rutin, kalau mereka minta tolong kita untuk turun, kita turun ke daerah mereka”.
Pernyataan selanjutnya disampaikan oleh wakil Sekretars FKUB Sumut, Arifinsyah, mengenai fungsi konsultatif, beliau mengatakan
“Koordinasi,itu dia, dia hanya konsultatif, kalau komunikasi sering, karena mereka juga ada hal-hal yang merekapertanyakan yang belum
paham, mereka diskusikan kemari lewat media, ya, kadang lewat komunikasi di dunia internet jejaring sosial lewat Hp, jadi tetap
dilaksanakan, ya tidak hanya lewat surat aja, ya lewat dunia maya hampir tiap hari .apalagi macam saya dan pak ketua sering menerima itu, karena
kami pengurus harian kan, jadi pengurus harian itu tumpuan informasi
dari daerah. “Cemana ini pak, kejadiannya begini, oh kalau begini kasusnya buas saja begini, coba jalankan ini dulu”. 33 kabupaten ini satu
daerah satu hari sekali saja udah udah putarnya a bis setiap hari. ”.
Selanjutnya ketika dilakukan wawancara terpisah dengan anggota FKUB, Bapak Jhon H. Manurung, ketika peneliti menanyakan tentang hal koordinasi ke
FKUB daerah kabupatenkota Apakah diwajibkan FKUB daerah kabupatenkota berkonsultasi ke FKUB Provinsi mengenai permasalahan yang dialami di daerah,
beliau menambahkan jawabannya. “Itu wajib, artinya FKUB Provinsi memberi masukan atau saran
mengenai penanganan suatu masalah, misalnya rumah ibadah....,Jadi kita harus tau perkembangan di daerah selanjutnya mereka berkonsultasi
dengan kita, megenai apa, bagaimana, dan berdiskusi untuk penyelesaian
solusi atas masalah yang ada di daerah.”
151
Dari penjelasan yang didapatkan dari beberapa narasumber di FKUB Sumut, didapati bahwa sering dilakukan konsultatif ke FKUB daerah
kabupatenkota, setidaknya bertukar pikiran mengenai penanganan masalah- masalah yang terjadi di daerah, selanjutnya apabila FKUB daerah kabupatenkota
meminta bantuan FKUB Sumut untuk turun ke daerah maka FKUB Sumut langsung turun ke daerah, terahir ketika ditanyakan wajib atau tidaknya FKUB
daerah berkonsultasi akan kondisi yang terjadi di daerah, narasumber mengatakan wajib ada konsultasi dari daerah mengenai perkembangan yang ada di daerah.
152
BAB VI ANALISIS DAN EVALUSI KINERJA FKUB PROVINSI SUMATERA
UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Setelah semua data dihimpun dengan berbagai teknik yang telah digunakan sebelumnya, maka pada bagian ini akan dilakukan analisis data dengan
mengacu pada variabel penelitian yang digunakan. berikut ini akan dipaparkan analisis peneliti terhadap data yang diperoleh dari lapangan.
VI.1. Analisis Fluktuasi Perkembangan Kerukuan di Sumatera Utara
Perkembangan gambaran data kerukunan di Sumatera Utara yang dikutip peneliti dari berbagai instansi, baik pemerintah maupun non pemerintah, dari
regional maupun nasional menunjukkan fakta bahwa kondisi kerukunan di Sumatera Utara yang berlangsung selama ini telah mengalami fluktuasi, data
setara Institude sejak 2008 hingga 2013 menunjukkan fluktuasi yang signifikan, tingkat tertinggi yang artinya dalam kondisi tidak rukun terjadi pada tahun 2011
yakni sebanyak 24 peristiwa, tetapi bisa turun drastis menjadi 3 peristiwa di tahun 2012. Demikian juga dengan laporan setara institude, begitu tingginya kasus
intoleransi di Sumatera Utara bahkan sampai menembus 85 kasus di tahun 2013. Sedangkan surveri kerukunan nasional sejak 2007 hingga 2015 ini, tercatat baru
sekali dilakukan survei nasional yakni di tahun 2013, hasil survei tersebut me
ngatakan bahwa kondisi kerukunan di Sumatera Utara “cukup Harmonis”
153
Tentang Fluktuasi kerukunan versi Setara Institude, Mengapa fluktuasi tersebut mengalami kondisi yang significant? Tidak ada faktor tunggal untuk
menjawab pertanyaan ini, tetapi dimungkin, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan selama penelitian, setidaknya hal ini diupayakan para tokoh
agama semampunya untuk melokalisir permasalahan sehingga tidak berdampak luas.
Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015 Data Aliansi Sumut Bersatu ASB empat tahun terahir mencatat terjadi
fluktuasi yang tinggi akan intoleransi di Sumatera Utara, dapat juga dilihat dalam publikasi ASB bahwa di tahun 2011 terjadi 63 peristiwa intoleransi di Sumatera
Utara. Hal ini diangap mampu memberi warning kepada instansi kepala daerah baik tingkat kabupatenkota dan provinsi di serta semua elemen masyarakat,
pemangku moral, majelis-majelias agama, dan pemuka adat yang tersebar di Sumatera Utara untuk bertindak menangani intoleransi di Sumatera Utara.
5 10
15 20
25
tahun 2008
2009 2010
2011 2012
2013
13 8
15 24
3 15
Sebaran Laporan KBB Setara Institude di Provinsi Sumatera Utara 2008 Hingga 2013
tingkat KBB
154
Sumber : diolah Sabam Manurung, 2015 Dari data tercantum diatas baik dari Setara Institude dan ASB peneliti
menganggap bahwa Sumatera Utara berada pada rawan intoleransi, hal ini setidaknya didasari dari dinamika sosial, banyaknya suku, agama, etnik dan
berbagai isu sara yang berkembang di masyarakat sehingga Sumatera Utara punya
potensi besar akan terjadinya intoleransi di Sumatera Utara. Untuk itu selain
diperlukannya kedewasaan untuk mampu menahan diri, dan saling memahami diatara masyarakat Sumatera Utara dalam bermasyarakat yang notabene berbeda
agama, sangat diperlukan peran pemerintah untuk bertindak terhadap berbagai masalah keagamaan yang belum selesai, serta diperlukan peran strategis para
tokoh agama yang notabene lebih dekat ke umatnya, agar menyebarkan pengajaran yang positif, tidak membenci saudara yang berbeda agama, melainkan
malah menghargai dan terbuka terhadap masyarakat yang berbeda agama. selain itu tokoh adat dan tokoh masyarakat agagnya dapat diandalkan dalam upaya
menjalankan aturan berdasarkan adat-istiadat yang mengajarkan kesetaraan dan kebersamaan diatara masyarakat yang berbeda iman tetapi satu kesatuan dalam
adat.
50 100
Tahun 2011
2012 2013
2014
63 63
85 55
Jumlah Intoleransi Sumut pulikasi ASB 2015
Jumlah Intoleransi
155
Selajutnya pada tahun 2013 dilakukan Survei kerukunan nasional oleh badan litbang dan diklat Puslitbang Kehidupan Keagaman kementrian agama
republik Indonesia tahun 2013. Selengkapnya pada gambar berikut
Sumber Balitbang. Keagamaan Kemenag. RI 2013 Dari gambar sebaran indeks kerukunan diatas, Provinsi Sumatera Utara
berada pada jenjang skornilai indeks 3,7. Berdasarkan indeks kerukunan yang telah ditetapkan sebelumnya, Sumatera Utara berada pada kondisi “kondusif bagi
terciptanya kerukunan hubungan antar umat beragama”, dan berdasarkan sebutan nilai indeks Sumatera Utara berada pada kondisi “Cukup Harmonis”.
Analisis peneliti memaparkan bahwa ada tiga pendekatan yang dapat menggambarkan kondisi fluktuasi indeks kerukunan umat beragama di provinsi
Sumatera Utara dalam tujuh tahun terahir, baik dari setara institude ASB dan
156
Survei kerukunan nasional. dari analisis yang dilakukan didapati perbedaan pendekatan latar belakang dan metode penelitian dalam melakukan penelitian,
peninjauan atau proses publikasi. Pertama dari segi latar belakang bahwa baik ASB dan Setara Institute bergerak dari adanya masalah, adanya pristiwa atau
tepatnya adanya kasus pelanggaran, selanjutnya kasus tersebut didata, direduksi dan dipublikasikan, sedangkan survei kerukunan nasional oleh balitbang RI tidak
bergerak dari kasus pelanggaran tetapi melakukan survei langsung ke masyarakat hingga ke kecamatan, dengan tolak ukur kuesioner yang disebar ke masyarakat
yang belum tentu di daerah kecamatan yang dipilih tersebut adalah daerah yang penyumbang konflik agama. kedua metode penelitian yang dilakukan juga
berbeda, dari setara Institude dan ASB meneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan proses survei kerukunan yang dilakukan balitbang
keagamaan RI menggunakan metode penelitian kuantitatif, tetulah hasil metode penelitian kualitatif akan mengalami perbedaan dengan hasil penelitian metode
kuantitatif. Tetapi kendatipun demikian peneliti tidak menyalahkan data-data yang telah dipublikasikan oleh lembaga tersebut, tetapi peneliti menerima dan
menganggap data tersebut merupakan valid dan berlaku adanya.
“Rentan”
Berdasarkan beberapa pertimbangan gambaran dari data fluktuasi yang ada, peneliti menilai bahwa kondisi kerukunan di Provinsi Sumatera Utara saat ini
berada pada kondisi “rentan”, dengan dasar pemikiran, yakni karena Sumatera Utara ini rentan akan konflik dan rawan intoleransi, karena dinamika sosial
kemasyarakatan dan jumlah penduduk yang sangat besar di provinsi ini dimungkinkan besarnya ancaman konflik dan diskriminasi atau masalah yang
157
membawa-bawa agama yang serta-merta bisa saja mencuat, atau bisa saja timbul dari konflik-konflik yang selama ini dilokalisir tetapi bisa saja tiba-tiba meledak
ke publik, dan masih tingginya kasus penolakan, pembongkaran, dan masalah lainnya mengenai rumah ibadah di Provinsi ini, tetapi di lain kesempatan juga
masyarakat Sumatera Utara sudah makin dewasa dalam menanggapi isu dan Provokasi, mereka tidak mudah disulut dan diadu domba oleh pribadi maupun
kelompok yang melakukan provokasi dan malah masyarakat sudah sadar bahwa tidak ada seorangpun yang diuntungkan selain provokator itu sendiri, alasan ini
didapat berkaca dari konflik dan demonstrsi yang terjadi di gedung DPRD di tahun 2009 yang membuat ketua DPRD Sumut meninggal dunia. Alasan lain
adalah masih dijunjung tingginya budaya adat dan istiadat oleh masyarakat yang tersebar di Sumatera Utara, serta upaya para tokoh agama dalam membina
umatnya masing-masing agar tetap mejaga kerukunan, serta juga peran tokoh lintas agama yang tergabung dalam FKUB, baik Provinsi dan kabupaten kota. Hal
inilah yang menjadi “pengimbang”. Tetapi kendatipun kondisi kerukunan di Sumatera Utara dihiasi dengan faktor pendukung dan penghambat, tetap saja
kondisi ktidakrukunan di Sumatera Utara ini berada pada kondisi “rentan” karena kondisi yang ada memastikan bahwa Sumatera Utara punya potensi besar akan
terjadinya ketidakrukunan.
VI.2. Analisis Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukuan Antar Umat Beragama
Di Provinsi Sumatera Utara
Forum Kerukunan Umat Beragama merupakan forum strategis yang dibentuk oleh masyarakat, dalam hal ini majelis-majelis agama setingkat Provinsi
158
dan KabupatenKota, dimana tujuan pembentukannya ialah membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tingkatannya. Untuk itu demi peningkatan kinerja FKUB di kemudian hari dirasa perlu untuk dilakukan evaluasi
kinerja. Model analisis kinerja FKUB ini akan dilakukan melalui model ruang
lingkup lingkup primer dan sekunder dalam bentuk alur skema, alur lingkup primer dan lingkup sekunder memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan
saling melengkapi, gunanya untuk mempermudah penetapan posisi dan memantau lingkup aktivitas strategis FKUB Sumut.
Analisis evalasi kinerja akan efektif dilakukan apabila dikaji dari hubungan timbal balik suatu organiasasi dengan organisasi yang ada disekitarnya,
berdasarkan lingkup primer dikaji evaluasi kinerja berdasarkan aktivitas organisasi di internal organisasi dalam menjalankan peran vitalnya, baik itu tugas
pokok, visi-misi hingga eksistensi serta keharmonisan hubungan kerja di internal organisasi. Kemudian dari lingkup sekunder evaluasi kinerja dilakukan
berdasarkan hubungan kerja dengan organisasi disekitarnya, berbagai organisasi terutama organisasi sosial tidak akan mampu menjalankan peran vitalnya tanpa
membangun kerjasama dengan organisasi disekitarnya, sebuah organisasi hasruslah membangun koneksi dengan stakeholder disekitarnya, agar setiap
organisasi bisa sama-sama saling mensukseskan kegiatan. Dari kegiatan timbal balik tersebt nantinya lingkup primer dan lingkup sekunder akan mengalami
kombinasi dan variasi yang unik dalam memaiankan perannya dengan organisasi yang menjadi stakeholdernya tersebut.
159
berikut ini akan dipaparkan analisis evaluasi kinerja berdasarkan lingkup primer dan sekunder dengan menggunakan alur skema berikut ini.
Alur Skema 3 Model Lingkup analisis Aktivitas FKUB Provinsi Sumatera Utara
Tugas Pokok FKUB Provinsi
Melakukan Dialog
Menampung Aspirasi
Sosialisasi Regulasi
Pemberdayaan Masyarakat
Menyalurkan Aspirasi
LINGKUP PRIMER
DEWAN PENASEHAT
FKUB MAJELIS AGAMA
FKUB KABUPATEN
KOTA
FKUB PROVINSI
LINGKUP SEKUNDER
PEMERINTAH DAERAH
model analisis kinerja FKUB oleh Sabam Manurung keterangan Gambar diatas adalah lingkaran pertama di bagian dalam
merupakan lingkup primer FKUB, dimana dalam menjalankan tugasnya FKUB
memiliki empat tugas pokok, kemudian dalam melancarkan tugasnya FKUB
memiliki posisi strategis yang berada di lingkup luar yakni lingkup sekunder
FKUB, garis putus-putus berwarna biru diatas merupakan penjelasan bahwa FKUB hanya bersifat konsultatif dengan instansi terkait disekitarnya dan tidak
bersifat wajib sehingga tidak menggunakan garis tegas melainkan garis putus- putus. dimana FKUB Sumut dalam menjalankan tugas pokoknya berkoordinasi
160
dan berkonsultasi serta berkomunikasi dengan beberapa instansi strategis, kemudian istransi strategis tersebut jugalah yang menopang keberadaan FKUB
baik pendanaan, dan mensukseskan tugas pokok FKUB. Sejatinya lingkungan primer dan sekunder FKUB sesuai dengan model diatas adalah saling
membutuhkan, sehingga analisis yang dilakukan oleh peneliti adalah analisis timbal balik.
VI.2.1. Analisis Lingkup Primer
Kajian Analisis Lingkup Primer menjangkau kinerja suatu organisasi berdasarkan aktivitas kerja yang berlangsung di dalam organisasi, karena setiap
organiasi memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai sebuah sistem yang dianggap mampu menjalankan roda organisasi, tugas pokok dan fungsi tersebut dijalankan
oleh aktor-aktor organisasi ke arah tujuan yang telah ditetapkan dan ingin dicapai, baik itu visi-misi, rencana strategis jangka pendek maupun jangka panjang dan
motto organisasi. Dalam hal lingkup primer forum-forum strategis, semisal FKUB dalam
menjalankan peran strategis mereka dibebankan tugas pokok yang selalu harus menjadi pilot project dalam upaya menjaga kerukunan se-tingkat provinsi, tugas
mereka yakni melakukan dialog, menampung aspirasi, menyalurkan aspirasi dan sosialisasi regulasi keagamaan dan pemberdayaan masyarakat dengan jangkauan
masyarakat setingkat provinsi. Kajian penelitian ini melakukan evalusi kinerja FKUB Provinsi Sumatera Utara berdasarkan tugas pokok organisasi tersebut,
berikut ini akan dipaparkan analisis dan evaluasi hasil kerja FKUB Provinsi Sumatera Utara dalam menjalankan tugas pokoknya.
161
VI.2.1.1. Melakukan Dialog
Kriteria dialog merupakan kinerja FKUB Provinsi SumateraUtara yang paling menonjol dan dianggap penting, karena lewat jalur dialog lah langkah awal
FKUB Provinsi bisa dengan lancar menjalankan tugas pokok selanjutnya, apabila dialog dilakukan dengan amat lamban dan tidak mengalami perkembangan, maka
akan diikuti juga dengan peran yang lainnya. Kriteria Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat
dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai apakah kegiatan dan tujuan dialog, baik sesama pengurus FKUB dan juga FKUB dengan tokoh agama dan tokoh
masyarakat yang dilakukan FKUB Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai, hal ini dilihat dari kualitas dan kuantitas serta efektivitas pelaksanaan dialog,
terbangun tali persaudaraan antara sesama pengurus FKUB, tokoh agama, dan tokoh masyarakat sehingga kerukunan tetap terjaga,
Kajian pertama analisis dilakukan secara kuantitas dan kualitas, secara kuantitas
kepada non korban intoleransi, yani lapisan masyarakat yang tidak langsung mengalami intoleransi telah banyak dilakukan oleh FKUB Provinsi
Sumatera Utara, seperti dialog lintas agama menyongsong pemilu, dialog lintas agama menangkal radikalisme, dialog kebangsaan, dan dialog dengan para tokoh
dan majelis agama. tetapi ke korban intoleransi masih minim, seperti sudah pernah dialog ke Sarulla Pahae Jae, dialog ke Binjai, dialog ke Lau Dendang.
Berdasarkan penyajian data di bab sebelumnya secara kuantitas dialog FKUB Sumut ke non-korban intoleransi jauh lebih banyak dibandingkan dengan dialog
ke korban intoleransi. Secara kualitas juga pelaksanaan dialog mengalami
paradoks, dialog ke non-korban intoleransi sudah dianggap baik dan berguna bagi
162
perkembangan kerukunan di Sumatera Utara, hal tersebut diakui oleh Pdt E Tambunan, M.Th
33
, bahwa dialog yang telah dilakukan FKUB telah berkualitas dan mampu menangkal deteksi dini akan hal-hal yang mempengaruhi kerukunan
di Sumatera Utara kepada peserta dialog, kemudian dialog yang selama ini dilakukan kepada non-korban intoleransi telah bisa mengumpulkan para tokoh
masyarakat dan tokoh agama untuk membangun pemikiran bersama untuk tetap mengedepankan kerukunan. Tetapi kualitas dialog kepada korban intoleransi,
terutama masyarakat yang rumah ibadahnya dianggap bermasalah masih belum memuaskan, masih banyak kasus yang meskipun telah didialogkan oleh FKUB
Sumatera Utara berkoordinasi dengan instansi terkait dan FKUB kabupatenkota kenyataan di lapangan kasus tersebut belum selesai dan belum ditangani dengan
baik, seperti pembangunan masjid Al-Munawar di Pahae Jae dan pembangunan gereja HKBP di binjai Kota. disini timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya
mekanisme FKUB dalam melakukan dialog dengan pihak yang berkonflik sudahkah bisa mengakomodir kebutuhan korban intoleransi dan menjalin
jembatan damai dengan pelaku intoleransi. Kemudian mengenai efektivitas dialog, beranjak dari data yang ada serta
bahwa dialog yang dilakukan selama ini terbilang efektif karena tidak pernah terjadi deadlog dan pertikaian, melainkan terjadinya musyawarah dan mufakat,
dan tidak pernah terjadi proses vooting dalam pembuatan keputusan. hal ini sejalan dengan SK FKUB Sumatera Utara mengenai pedoman organisasi FKUB
bahwa dalam melakukan dialog harus dengan jalan musyawarah dan mufakat, tidak boleh adanya voting dalam pengambilan keputusan. Kemudian diakui
33
Wawancara dengan Pdt E tambunan, M.Th tanggal 10 April 2015
163
narasumber bahwa dialog diupayakan dengan jalan kekelurgaan dan apabila tidak bisa dengan jalur kekeluargaan ditempuh jalur peraturan, yakni jalur PBM.
kemudian efektivitas dialog menurut Syafaruddin
34
bahwa efektivitas dialog yang dilakukan oleh FKUB telah terlaksana dengan baik. Namun yang penting untuk
dikemukakan bahwa efektivitas dialog yang dilakukan selama ini hanya dominan menjangkau masyarakat atas, yang nota bene tokoh agama dan tokoh masyarakat
serta aparat pemerintah, kemudian dialog selalu dilakukan di hotel-hotel, dan di kantor-kantor pemerintahan, sehingga FKUB Sumut serasa kurang menyentuh ke
masyarakat bawah terutama masyarakat yang mengalami konflik agama. selanjutnya kajian mendalam melalui pendekatan kasus, metode
musyawarah dan mufakat serta jalur kekeluargaan, dan jalur peraturan yang berlaku atau jalur PBM, metode yang telah ditempuh tersebut terbukti belum
mampu mengurai semua kasus, memang setelah dilakukan dialog oleh FKUB ada kasus yang langsung selesai, tetapi lebih banyak kasus yang belum selesai. karena
FKUB Sumatera Utara yang berkoordinasi dengan FKUB kabupatenkota belum mampu mengurai masalah, maka efektivitas FKUB Sumatera Utara dalam
menjalankan dialog dengan pihak yang berkonflik menimbukan pertanyaan, sudah efektifkah cara FKUB Sumut melakukan metode dialognya kepada pihak yang
berkonflik?, memang masalah yang tidak selesai tidak sepenuhnya tanggung jawab FKUB karena kewenangan hanya sebatas koordinatif, tetapi setidaknya
dialog dengan metode yang efektif seharusnya menghasilkan titik terang, memang duduk bersama telah dilakukan, tetapi alangkah baiknya dan alangkah indahnya
34
Wawancara dengan Syafaruddin SH,M.Si, kamis26 Maret 2015
164
jika duduk bersama tersebut menghasilkan solusi permanen, terjalin perdamaian dan konflik bisa berakhir.
VI.2.1.2. Menampung Aspirasi
Tugas pokok kedua yang serangkai juga dengan tugas pokok lainnya adalah menampung aspirasi dari masyarakat terkait dengan kerukunan, kegiatan
ini sebagai tindak lanjut dari FKUB ketika melakukan dialog dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, atau sekretariat FKUB membuka diri untuk
menampung aspirasi yang berasal dari organisasi agama, tokoh agama,instansi pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat umum
Untuk melakukan evaluasi kinerja dalam kegiatan menampung aspirasi, hal ini dapat dilihat dari Kegiatan rutin dalam penampungan aspirasi, baik secara
aktif maupun pasif, Kemudahan Proses dan tata cara menampung aspirasi dan Responsivitas, atau tanggapan FKUB atas inisiatif masyarakat.
Kegiatan rutin FKUB Sumut dalam menampung aspirasi memiliki dua cara, pertama aktif dan kedua pasif. secara aktif, FKUB turun kelapangan, ada
berbagai variasi, mulai dari turun ke pihak yang berkonflik lakukan mediasi lalu ditampung aspirasi, kemudian mengikuti kegiatan dialog dan melakukan
sosialisasi bersama seluruh elemen masyarakat, disana nantinya akan didapati aspirasi oleh masyarakat, kemudian melakukan kunjungan kerja, muhibah, atau
audiensi ke majelis agama ke organisasi pemerintah maupun non pemerintah dari sana nantinya diperoleh berbagai aspirasi. Secara pasif bahwa kantor FKUB
sumut terbukan setiap hari kerja menerima segala aspirasi dari seluruh masyarakat, kemudian semua anggota FKUB yang berjumlah 21 orang