Kepemimpinan Kepala Sekolah Iklim organisasi mempengaruhi kinerja guru pembimbing

itu sendiri yakni kepribadian orang tersebut dan lingkungan Sobirin: 2007:144. Analog dengan pernyataan tersebut maka kinerja guru pembimbing merupakan interaksi antara pribadi guru dengan lingkungannya. Artinya bahwa suasana kerja yang kondusif, guru dalam bekerja merasa tidak terbebani, memandang segala sesuatu diluar dirinya yang tidak ada gunanya yang dialami oleh guru di masing- masing sekolah akan mempengaruhi kinerja mereka. Diperolehnya kondisi yang demikian berarti adanya rasa puas, senang, tidak terbebani dalam bekerja pada individu pada gilirannya kinerja mereka semakin meningkat. Kebermaknaan pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja guru pembimbing dapat ditelusuri dari indikator-indikator yang menyertainya. Indikator hindrance memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja guru pembimbing sebesar 39.69, artinya semakin baik guru pembimbing dapat mengeliminir pekerjaan yang tidak berguna atau yang tidak ada kaitannya dengan tugas dan fungsinya maka akan semakin baik kinerjanya. Selanjutnya indikator disengagement membverikan pengaruh sebesar 37,21 terhadap kinerja guru pembimbing, artinya bahwa apabila guru dalam melaksanakan pekerjaannya tidak merasa tertekan atau terbebani maka kinerjanya akan semakin baik. Sehubungan dengan hasil penelitian ini maka penciptaan iklim organisasi sekolah perlu mendapatkan perhatian oleh pengelola pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Hal ini karena iklim organisasi sekolah merupakan seperangkat kartakteristik internal suatu sekolah yang membedakannya dengan sekolah yang lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada di sekolah tersebut. Untuk itu Mukiyat 1990:97 mengemukakan bahwa para pemimpin harus dapat menciptakan suatu iklim yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan dalam pada itu perlu memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis dan sosial dari para pegawainya. Demikian pula iklim organisasi yang positif ditandai oleh adanya kegiatan dari pengelola pendidikan yang bersifat mendorong, para guru termasuk guru pembimbing akan menunjukkan semangat kerja yang tinggi, sehingga perilaku guru-guru yang semaunya sendiri akan berkurang.

4.7.2.5 Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru pembimbing

Berdasarkan output LISREL diketahui bahwa nilai t 3.546., t tabel. 2.576, dan nilai r 0.378. Hasil tersebut berarti nilai yang diperoleh signifikan dan memberikan kontribusi sebesar 14.29 terhadap kinerja guru pembimbing. Temuan ini bermakna bahwa kinerja guru pembimbing dipengaruhi oleh budaya organisasi sekolah. Organisasi sekolah sangat tergantung pada perilaku anggota- anggotanya. Seperti diketahui bahwa perilaku anggota satu dengan yang lain berbeda, hal ini terkait dengan bagaimana persepsi seseorang terhadap kerja dan lingkungan kerja yang merupakan suatu sistem organisasi. Pada tataran konsep psikologis. Budaya organisasi adalah suartu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu dan merupakan suatu sistem dan mempunyai makna bersama Robbins:1991:572. Selanjutnya dikatakan bahwa budaya organisasi tidak dapat dilepaskan dari ikatan antara anggota satu dengan anggota yang lain , sehingga nilai-nilai, ideologi, keyakinan, asumsi, dan norma-norma secara bersama-sama dihayati dan dilaksanakan oleh anggota organisasi sebagai perwujudan dan kesepakatan bersama Hoy dan Miskel; 1991:216 Dalam penelitian ini, budaya organisasi meliputi indikator inovasi, perhatian secara detil terhadap karyawan, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, agresivitas, dan stabilitas. Hasil penelitian indikator agresivitas memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja guru pembimbing yaitu sebesar 49, artinya bahwa nilai-nilai, keyakinan, norma-norma bersama yang berupa perilaku yang mengedepankan sifat kompetetif dan suka bekerja keras memberi pengaruh yang besar terhadap kinerja guru pembimbing. Indikator yang kedua dari budaya organisasi yaitu orientasi ke orang memberikan pengaruh yang kedua sebesar 43,76. Makna dari temuan ini berarti bahwa dalam mengambil keputusan organisasi para pimpinan hendaknya memperhitungkan dampak terhadap para guru di sekolah termasuk guru pembimbing. Temuan penelitian ini mendukung penelitian Ouchi 1981 bahwa kesuksesan sebuah lembaga baik di Jepang maupun di Amerika karena mempunyai budaya organisasi . Demikian pula penelitian Deal Kennedy, 1982; Peters Waterman 1982:13 menemukan bahwa organisasi yang sukses menyarankan pentingnya budaya organisasi yang kuat untuk membantu mencapai efektivitas.

4.7.2.6. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru pembimbing.

Berdasarkan output LISREL diketahui bahwa nilai t 5.961., t tabel. 2.576, dan nilai r 0,527. Hasil tersebut berarti nilai yang diperoleh signifikan dan memberikan kontribusi sebesar 27.77 terhadap kinerja guru pembimbing. Temuan ini bermakna bahwa kinerja guru pembimbing dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah memberikan sumbangan yang terbesar terhadap kinerja guru pembimbing dibandingkan dengan iklim organisasi, budaya organisasi maupun kepuasan kerja. Dengan temuan ini maka kepemimpinan kepala sekolah dapat direkomendasikan sebagai salah satu variabel untuk meningkatkan kinerja guru pembimbing. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang cukup menentukan terhadap roda organisasi sekolah. Organisasi sekolah akan mencapai tiujuannya apabila kepala sekolah mampu melaksanakan perannya sebagai pemimpin Untuk itu kepala sekolah hendaknya dapat menampilkan perannya sebagai manajer dan pemimpin dalam bentuk sikap dan perilaku dan gaya kepemimpinan yang mengedepankan konsultatif yaitu kepemimpinan yang memberikan kesempatan pada anggotanya untuk mau mendengar keluhan dan perasaaan anggotanya, menerapkan komunikasi dua arah, dalam pengambilan keputusan melibatkan anggotanya walaupun keputusan akhir ditangan kepala sekolah. Model kepemimipinan situasional yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard lebih menekankan pada penyesuaian gaya kepemimpinan dengan hasrat dan keinginan yang sedang berkembang dari para pengikutnya. Agaknya model inilah yang lebih disukai dan dipersepsi oleh guru dapat meningkatkan kinerja mereka. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa kepemimpinan kepala sekolah dengan indikator konsultatif memberikan memberikan pengaruh sebesar 33.64 terhadap kinerja guru pembimbing dan diikuti oleh indikator delegatif sebesar 32.49, intruktif sebesar 30.25 dan partisipatif. Makna temuan ini adalah bahwa apabila sekolah para gurunya termasuk guru pembimbing ingin sukses atau mempunyai unjuk kerja atau kinerja yang optimal maka harus mengefektifkan kepemimpinan kepala sekolah dengan menampilkan kepemimpinan yang konsultatif dan delegatif

4.7.6. KETERBATASAN PENELITIAN

a. Kinerja guru pembimbing sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam penelitian ini faktor internal baru diungkap tentang kepuasan kerja guru pembimbing, padahal secara teori masih banyak faktor internal seperti, kepribadian, motivasi, sikap dan faktor internal lain yang diduga berpengaruh terhadap kinerja guru pembimbing. Sedangkan faktor eksternal dalam penelitian ini baru mengungkap variabel atau faktor kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, dan budaya organisasi. Secara teori masih banyak variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap kinerja guru pembimbing. Selain itu dari variabel yang diungkap seperti iklim organisasi baru mendasarkan pada empat indikator yairtu, hindrance, intimacy, disengagement, dan esprit, dan masih ada empat indikator lagi yang tidak diungkap dalam penelitian ini, demikian pula tentang iklim organisasi terbuka dan tertutup. Sedangkan budaya organisasi baru mengungkap tujuh indikator dan ,kemungkinan masih ada indikator lain yang perlu diungkap. Selanjutnya kepemimpinan kepala sekolah hanya terfokus pada teori yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard yang mencakup empat indikator yaitu intruktif, konsultatif, partisipatif dan delegatif. Masih banyak tipe kepemimpinan kepala sekolah yang di duga berpengaruh terhadap kinerja guru pembimbing. b. Unit analisis penelitian terbatas pada guru-guru pembimbing tanpa membedakan jenis kelamin, padahal faktor jenis kelamin secara teoritis memberikan pengaruh tehadap kinerja mereka. c. Data yang diperoleh hanya menggunakan instrumen yang diisi berdasarkan persepsi guru pembimbing di sekolah, hal ini kemungkinan adanya subyektivitas dari guru pembimbing. Terhadap kemungkinan kesalahan ini belum dilakukan kegiatan pengatasan kelemahan. Seharusnya perlu dilakukan beberapa kegiatan seperti wawancara, atau instrumen lain sehingga dapat melengkapi data agar lebih komprehensif. d. Kemungkinan lain adanya faktor kelelahan dari guru pembimbing dalam mengisi intrumen penelitian, hal ini karena jumlah butir-butir dalam instrumen relatif banyak. e. Kemungkinan adanya budaya jawa yang masih kental pada guru pembimbing sehingga dalam pengisian kuesioner cenderung memberikan pilihan positif terhadap setiap item. Dan kelemahan dan kendala demikan belum terantisipasi oleh peneliti