Peningkatan kinerja guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mimikan Provinsi Papua tahun 2013

(1)

i

PENINGKATAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN MIMIKA

PROVINSI PAPUA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

.

Disusun Oleh: Isep Gwijangge Nim : 081324045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Isep Gwijangge

Nomor Mahasiswa : 081324045

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tahun 2013.”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalitas kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 24 November 2014

Yang menyatakan


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

 Karya tulisan ini kupersembahkan untuk penuntun jalan hidupku Sang pencipta Tuhanku Tuhan Allah dan anak Penyelamatku Yesus Kristus. Karena setiap langka Ia selalu menemaniku, dan dalam hal saya jatu bagun Dia selalu bekerja untukku.

 Ku persembahkan tulisan ini untuk seluruh masyarakat Timika yang sedang mengalalami situasi pendidikan yang paling sulit, namun suatu saat ada cahaya terang yang akan menerangimu, dan nantikanlah cahaya itu setiap saat, dan dalam situasi itu membuatku terinpirasi untuk menulis sebuah tulisan ini.

 Kupersembahkan untuk kalian sahabat-sahabat seperjuangan asal Papua yang di prodi Pendidikan Ekonomi,yakni: Arry Alpred Yupin, Aminus Dollame, Yoseph Werke, dan Obeth Lepitalen, yang mana pemberian semgangat dala m penulisan skripsi dan membuatku teringat akan kalian semua.

 Kupersembahkan tulisan ini, untuk ayahku tercinta, dan ibuku yang membesarkan dan membimbing saya sejak kecil hingga saat ini, saya tidak bisa membahagiakanmu, tapi satu yang membuatku bangga karena engkau melahirkanku untuk membahagiakan mereka -mereka yang membutuhkan pertolonganku, dan aku berjanji bahwa aku akan menyelematkan penderitaan mereka. Untuk itulah aku ada di dunia ini.

 Rekan-rekan seperjuanganku prodi pendidikan Ekonomi Angkatan 2008, karena aku belajar dari semangat kalian menginspirasiku untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Kupersembahkan untuk Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), yang mana membiayai Tingkat Perguruan Tinggi sampai selesai. Penulis mengakaui bahwa LPMAK adalah bagian dari Orangtuaku yang memperhatikan selama menunjang pendidikan.


(6)

vi

nduga (IPMN) kota study yogyakarta yang mendorong dan memberikan motivasi penulisan skripsi ini.


(7)

viii

KATA PENGANTAR

Pertama panjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tahun 2013”

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa ucapan terima kasih dan penghormatan dari hati penulis kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku ketua jurusan pendidikan ilmu sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan sekaligus dosen juga ketua tim penbguji penulis.

3. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai. Penulis, juga ucapan terimakasih besarnya kepada Bapak Teguh yang sebagimana didikan,


(8)

ix

dan ilmunya selama permulaan kuliah sampai terakhir penulisan skripsi ini beliau selalu ada untuk memberikan ilmunya kepada penulis.

4. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga rasa terimakasih karena ilmu-ilmunya yang membuat penulis menjadi manusia berguna bagi kelompok masyarakatku.

5. Bapa Dr. Yohanes Harsoyo selaku doden penguji yang telah menguji dan mengiritik penulis agar kedepannya belih baik lagi.

6. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun dalam mengerjakan skripsi.

7. Kakak Yullyana Gwijangge yang memfasilitasi selalua ada untuk menjawab keluan-keluan penulis saat kuliah sampai dengan membiayai selama penelitian dan selalu membantu, masukan maupun saran untuk penulis selama penulisan skripsi

8. Kakak Enias G dan Kak Ise G, selaku kaka kandung yang dapat mempengaruhi kehidupan penulis dan dalam motivasi belajar.

9. Adik-adikku tersayang Marni Gwijangge, Fonny Gwijangge Bjilly Billal Gwijangge, dan Tarnei Wandikbo yang selalu menemani,menghibur, meringankan beban biaya print dan poto copy penulis selama penulisan skripsi ini.

10.Bapak Siswantanto dan kawan Holap yang membantu penulis dalam koreksi dan edit tulisan skripsi ini.


(9)

x

11.Suadara-saudariku seperjuangan (Aminus Dolame, Arry alfret Yupini, Yoseph Werke), kebersamaanya dan membantu juga mempengaruhi kehidupan Penulis salah satunya dalam penulisan skripsi ini.

12.Kekasih tercinta Maria Natalia P yang selalu medampingi dan memberikan dukungan penulis dan membantu koreksi kata-kata yang kurang tepat dalam penulisan skripsi ini.

13.Ambah-ambah Tuhan di Kabupaten Pati jawa tengah, Bapak Ricardo dan Istrinya beserta kawan-kawan Tim pelayanan Doa yang mendoakan penulis dalam berbagai pergumulan sampai dengan skripsi ini selesai. Penulis tidak akan belas apapun tetapi biarlah yang punya kuasa yang akan membalasnya di kemudian hari.

14.Saudara-saudaraku sedaerah Ikatan Pelajar Mahasiswa Nduga (IPMNI) di Yogyakrta dan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Mimika kota study yogyakarta yang mendorong dan dukungannya untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

15.Seluruh kawan-kawan PE 2008 semuanya tetap semangat menatap masa depan yang cerah dimana pun kalian berada dan menjadi yang terbaik dan lakukan yang terbaik.

16. Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), yang mana membiayai Penulis kuliah sampai dengan skripsi ini selesai. mengakaui bahwa LPMAK adalah bagian dari Orang tuaku yang memperhatikan selama menunjang kuliah.


(10)

xi

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kasih, damai sejahtera Tuhanku Yesus Kristus selalu menyertai setiap saat dan setiap kalian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun sehingga nantinya penulis dapat memperbaikinya.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 24 / November/ 2014


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persetujuan Publikasi ... iv

Halaman Persembahan ... v

Halaman Motto... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi... xi

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xx

ABSTRAK ... xxi

BAB I PENDAULUAN ... 1

A. Judul penelitian ... 1

B. Latar Belakang ... 1

C. Batasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 14


(12)

xii

G. Manfaat Penelitian ... 16

1. Secara Teoritis ... 17

2. Secara Praktis ... 17

a. Untuk Guru ... 17

b. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika... 17

c. Untuk LPMAK ... 18

d. Untuk Mahasiswa yang Akan Meneliti berikutnya ... 18

e. Bagi Penulis... 19

BAB II LANDASAN TEORI ... 20

A. Profesionalisme guru ... 20

1. Profesi Guru ... 20

2. Profesional Guru ... 22

3. Profesionalisme Guru ... 22

B. Tinjauan Kompetensi Guru... 29

1. Kompetensi Profesional Guru ... 30

a. Guru sebagai Tenaga Profesional ... 37

b. Guru sebagai Tenaga Pendidik dan Pembimbing ... 42

c. Beberapa Peranan guru... 49

2. Kompetensi Pedagogis ... 54

a. Pengertian Pedagogik ... 54

b. Strategi Pembelajaran ... 63

3. Kompetensi Sosial ... 68


(13)

xiii

b. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial ... 70

c. Kerangka Berpikir Kompetensi Sosial ... 72

d. Fungsi Kompetensi Sosial ... 72

4. Kompetensi Kepribadian ... 74

a. Kepribadian Manusia ... 74

b. Pengertian Kompetensi Kepribadian ... 75

c. Peran Kompetensi Kepribadian ... 76

d. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian ... 77

C. Kinerja Guru ... 81

1. Pengertian Kinerja Guru... 81

2. Peningkatan Kinerja Guru ... 82

3. Pengukuran Kinerja Guru dan Indikatornya ... 88

D. Pemberdayaan Guru... 91

1. Kebijakan Pemberdayaan Guru ... 91

2. Upah ... 96

3. Memiliki Pengetahuan dan Kenterampilan ... 101

4. Peningkatan Kesejahtran Guru ... 101

5. Kebijakan Reward dan Insentif ... 106

E. Pembinaan Guru-Guru Oleh LPMAK ... 110

F. Hasil Upaya Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan ... 116

1. Pemerintah Daerah ... 118

BAB III METODE PENELITIAN... 121


(14)

xiv

B. Lokasi Penelitian ... 123

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 125

D. Variabel Penelitian... 128

E. Sumber Data ... 129

F. Teknik Pengumpulan Data ... 132

G. Teknik Analisis Data ... 137

H. Keabsahan Data ... 140

BAB IV GAMBARAN UMUM HASIL OBJEK PENELITIAN ... 142

A. Gambaran Umum Kota Mimika ... 142

1. Kondisi Georafis ... 142

2. Kependudukan ... 143

3. Kinerja Layanan Pendidikan ... 144

4. Rasio Murid Terhadap Guru ... 146

5. Sarana Prasana... 147

6. Kualifikasi dan Sertifikasi Guru ... 148

7. Jumlah Sekolah RSBI dan SSN ... 149

B. Analisis Data ... 150

1. Kondisi Awal Profesionalisme Guru... 150

2. Pemberdayaan Guru oleh Dinas Pendidikan ... 151

3. Pembinaan Guru-Guru Oleh LPMAK... 155

a. Misi dan Visi LPMAK ... 155

b. Program Beasiswa ... 156


(15)

xv

d. Membangun Profesionalisme Guru ... 160

e. LPMAK Fasilitasi Guru Studi Banding ... 162

f. Pemberdayaan dan Pembinaan oleh PLMAK ... 163

4. Hasil Pemberdayaan Guru Oleh Dinas P & K dan LPMAK... 166

a. Hasi Pemberdayaan Guru Oleh Dinas P & K ... 169

b. Hasil Pemberdayaan Guru Oleh LPMAK ... 170

C. Profil Sekolah ... 170

1. SMA Negeri 1 Timika ... 170

2. SMA Advent Timika ... 173

3. SMA YPPGI Timika ... 175

4. Profil Responden ... 177

BAB V HASIL PEMBAHASAN ... 180

A. Hasil Penelitian ... 180

B. Pembahasan ... 192

1. Hasil Pengamatan Dinas Pendidikan Menengah ... 192

2. Hasil Pengamatan dan Wawancara Singkat dengan LPMAK ... 193

3. Hasil Wawancara dengan Para Guru/ Responden ... 196

1. Karakteristik Responden ... 186

a. Masa Kerja ... 196

b. Status Kepegawaian dan Kesejahtraan/ Gaji ... 199

c. Jenis Kelamin ... 201

d. Suku/ Etnis ... 202


(16)

xvi

2. Latar Belakang Memili Profesi Guru ... 207

3. Sikap Responden Terhadap Profesi Guru Ideal ... 209

4. Harapan Guru Kedepan ... 212

5. Motivaasi Guru ... 212

a. Motif Ekonomi ... 213

b. Motif Agama ... 214

c. Motif Sosia ... 215

6. Faktor yang Menghabat Peningkatan Kinerja Guru ... 217

BAB VI PENUTUP ... 220

A. Kesimpulan ... 220

B. Saran ... 224

DAFTAR PUSTAKA ... 229

LAMPIRAN ... A. Pertanyaan Wawancara ... 232 B. Dokumentasi/ Foto... C. Rekomendasi Dinas Pendidikan Menengah Atas Kabupaten Mimika Papua ... D. Surat Inzin Penelitian Dari Program Studi ... 1. Surat Izin Penelitian 020a/Pnlt/Kajur/ PIPS/ II/ 2014 ... 2. Surat Izin Penelitian 020b/Pnlt/Kajur/ PIPS/ II/ 2014 ... 3. Surat Izin Penelitian 020c/Pnlt/Kajur/ PIPS/ II/ 2014 ... ` 4. Surat Izin Penelitian 020d/Pnlt/Kajur/ PIPS/ II/ 2014 ...


(17)

xviii

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Kompetensi Dan Indikator Kompetensi ... 27

Tabel 2.1 Kompetensi Profesional ... 35

Tabel 2.2 Kompetensi Pedagogik ... 66

Tabel 2.3 Kompetensi Sosial ... 73

Tabel 2.4 Kompetensi Kepribadian... 80

Tabel 3.1 Tunjangan Tenaga Kependidikan Terhitung Bulan Oktober 2002 ... 97

Tabel 4.1 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni ... 145

Tabel 4.2 Rasio Murid (M) Terhadap Guru (G) dan Sekolah (S) ... 146

Tabel 4.3 Kondisi Gedung Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan ... 147

Tabel 4.4 Jumlah Guru Menurut Kualifikasi Pendidikan ... 148

Tabel 4.5 Jumlah Guru Bersertifikasi Menurut Jenjang Pendidikan. ... 149

Tabel 4.6 Peserta Beasiswa LPMAK Menurut Suku dan Jenjang Pendidikan ... 157

Tabel 4.7 Daftar Nama Pelatihan Gasyng Tahun 2013... 163

Tabel 4.8 Daftar Nama Pengwas dan Tim di Yogyakarta ... 164

Tabel 4. 9 Daftar peserta worshop inplementasi pandai matematika gasing ... 164

Tabel 4.10 Daftar Peserta beasiswa LPMAK Berdasarkan Tahun ... 166

Tabel 5.1 Jadwal Proses Belajar Mengajar ... 173

Tabel 5.2 Profil Sekolah SMA Advent ... 174


(18)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Pengambilan Sampel ... 130 Gambar 2 komponen dalam Analisis Data... 140


(19)

xxi

ABSTRAK PENINGKATAN

KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN MIMIKA PROVINSI PAPUA TAHUN 2013

Isep Gwijangge 081324045

UniversitasSanata Dharma Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi: 1) kondisi awal profesionalisme guru di Kabupaten Mimika Papua; 2) pemberdayaan guru-guru SMA Negeri I Mimika, Advent, dan YPPGI oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Mimika; 3) pembinaan guru-guru oleh lembaga pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkat kankualitas pendidikan di Mimika, dan 4) hasil pemberdayaan dan pembinaan oleh Dinas P dan K, LPMAK dalam upaya peningkatan kualitas Pendidikan di Mimika.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif, di kabupaten Mimika di Kota Timika,. Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Sekolah Menengah Atas di KabupatenM imika, setiap Kepala Sekolah SMA di Kabupaten Mimika Papua Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). Subjek penelitian pelengkap dalam penelitian ini adalah individu-individu tertentu sebagai kunci informan objek pada penelitian ini adalah Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mimika, maka meneliti semua aspek kehidupan guru-guru Sekolah Menengah Atas di Timika Papua.Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara, medalam studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif model interaktif Miles dan Huberman.

Hasil penelitian antara lain: (1) kodisi awal profesionalisme guru lebih maju. (2) pemerintah daerah (P & K) kabupaten Mimika tidak aktif/ fokus memperdayakan guru; (3) pemerintah daerah (P & K) tidak pernah kontrol dan evaluasi terkait hasil pencapaian kerja guru di kota Mimika; (4) pemerintah daerah (P& K) tidak pernah melengkapi atau memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak dan fasilitas terbatas secara teratur; (5) pemerintah daerah (P & K) tidak menetapkan tujuan manajemen dan strategi yang efektif untuk Pendidikan Sekolah Menengah Atas di Mimika; (6) pemerintah daerah (P & K) tidak pernah memberikan pengawasan yang ketat kepada guru-guru yang ditugaskan di sekolah sehingga guru bertindak semaunya dengan mengajar atau tidak mengajar menjadi hak/ keputusan ditangan guru; (7) setelah perjanjian MoU dengan LPMAK tidak berfungsi kerja sama antara Dinas Pendidikan (P & K) danLembaga Pengembangan Masayarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sebagai pengendali mutu pendidikan dan pusat pembangunan sumber daya manusia tujuh suku di Kabupaten Mimika, (8) Dinas Pendidikan Menengah (P &M) tidak berjinergi dengan Lembaga, Donatur, dan Relawan yang pedulikan pembangunan Pendidikan Daerah tertinggal Kabupaten Mimika sehingga terjadi penghambatan proses pendidikan tersebut (9) Pendidikan di Mimika antara Kota, Distrik dan Desa tidak merata.


(20)

xxii

THE IMPROVEMENT OF HIGH SCHOOL TEACHER’S PERFORMANCE IN MIMIKA REGENCY PAPUA PROVINCE IN 2013

Isep Gwijangge 081324045

Sanata Dharma University Yogyakarta

2014

This research aims to identify: 1) The initial condition of professionalism of teacher in Mimika regency Papua; 2) The empowerment of SMA Negeri I Mimika, Advent, dan YPPGI’s teachers done by the Department of Education and Culture in the Mimika Regency; 3) Training of teachers done by Amungme and Kamoro community development agency (LPMAK) in improving the quality of education in Mimika; and 4) The result of the empowerment and training of teachers done by the Department of Education and Culture, LPMAK in improvery the quality of education in Mimika.

This research applied a qualitative method with descriptive exploratory approach, in Mimika regency in the town of Timika. The main research subject is the every principle of the Department of Education and Culture of High Schools in Mimika Regency, Amungme and Kamoro Community Development Agency (LPMAK). Complementary research subject as particular individuals and the key informants the object of this research were the High School Teacher Performance, and Mimika all aspects of the lives of High School Teachers, in Timika Papua.The primary data collection technique are participant observation, interviews, deep documentation study, and combined three or triangulation. Data were analysed by applying qualitative analysis Miles and Huberman interactive model.

The results of the research are: (1) The initial condition of professionalism of teacher is more advanced. (2) Local government (Department of Education and Culture) Mimika Regency is not active in empowering the teachers; (3) Local government (Department of Education and Culture) never controls and evaluates the achievement of teachers’ work in Mimika; (4) Local government (Department of Education and Culture) never renovates schools which were damaged and never completes the limited facilities properly; (5) Local Government (Department of Education and Culture) is not setting up management objectives and effective strategy for high school education in Mimika; (6) Local government (Department of Education and culture) never gives strict observation for the teachers who have been given tasked in the school, therefore the teachers do as they pleased with teaching or not teaching is their own decision; (7) After MoU is done the cooperation between LPMAK and Department of Education and culture is not functioning as a controlling medium for the quality of education and centre for human resources development for seven tribes in Mimika Regency; (8) The Department for High School Education is not working well with agencies, donators, and voluntary people who care for educational development in Mimika Regency which hampered the process of education; (9) The Education in Mimika among towns, districts and villages is not equality.


(21)

1

BAB I

PENDAULUAN

A. Judul Penelitian

Peningkatan kinerja guru sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Mimika Provinsi Papua tahun 2013.

B. Latar Belakang

Pentingnya kinerja guru dalam dunia pendidikan khususnya di kabupaten Mimika Papua. Kinerja guru adalah perilaku atau respon yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas. Kinerja tenaga pengajar menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang di alami guru, jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil dan tujuan. Terkadang kinerja guru hanya berupa respon, tetapi biasanya memberi hasil. Dalam kaitan kinerja guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada dasarnya, demikian pula perihal efektivitas tenaga guru adalah sejauh mana kinerja tersebut dapat memberikan pengaruh kepada peserta didik dan pada umumnya kepada masyarakat.

Kinerja guru pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk membina dan mengembangkan guru profesional yang dilakukan dari guru, oleh guru, dan untuk guru. Hal ini penting terutama untuk melakukan pemetaan terhadap kompetensi dan kinerja guru tersebut memberikan


(22)

2

layanan kepada masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui kinerja guru.

Perubahan pola pikir guru tersebut diharapkan dapat menjadi titik tolak peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika. Kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Guru mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan kualitas pendidikan perlu, memberikan perhatian besar kepada peningkatan kinerja guru yang baik dalam segi jumlah maupun kualitasnya. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakantenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, penilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal dan pada umumnya karena siswa sering guru dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelengaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan guru dalam


(23)

3

mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.

Guru adalah orang pertama yang mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan penanaman nilai-nilai budaya, agama terhadap anak didik dalam proses pendidikan guru memang peran penting setelah orangtua dan keluarga di rumah. Di lembaga pendidikan guru menjadi orang pertama yang bertugas membimbing, mengajar, dan menilai anak didik mencapai kedewasaan. Untuk mengetahui perkembangan tersebut membutuhkan profesionalisme guru dalam menjalankan tugas sebagai guru pengajar dan guru pendidik.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah. Tentang kedudukan guru dan dosen pasal 2 ayat (1): “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, di ayat (2) mengatakan bahwa pengakuan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidikan.


(24)

4

Prinsip profesionalitas Pasal 7 ayat (1), profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: 1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; 2). memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia; 3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang dan tugas; 4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara keberlanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; 9)memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru (Yamin 2011: 198).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Akademik guru dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa: “Kualifikasi akademik guru SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1)”. (BSNP, 2007c: 6). Dalam PMPN ini juga disebutkan “Guru harus menguasai empat kompetensi utama, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Ke-empat kompentensi ini terintegrasi dalam kinerja guru”. (BSNP, 2007c. 8). Kenyataan dari hasil pendidikan di Kabupaten Mimika Papua tentang profesionalitas guru terdapat beberapa kesenjangan yang sangat


(25)

5

memperiatinkan, diantaranya adalah kurangnya menguasai landasan mengajar, kurangnya menekuni ilmu yang diajarkan kurangnya mengenal dan mengasihi siswa, kurangnya teori motivasi, dan kurangnya mengenal lingkungan masyarakat.Disisi lain kenerja profesional guru pun dipersoalkan ketika membicarakan masalah peningkatan kualitas pendidikan di Papua khususnya Kabupaten Mimika. Kontroversi ideal yang harus dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab yang munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut, bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan prilaku dapat meningkat dari waktu ke waktu.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28, ayat (3) yang dimaksud dengan kompetensi profesional ialah “kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional pendidikan” pendidikan di Papua, kualitas pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan pendidikan tingkat menengah atas masih rendah. Faktor yang


(26)

6

mempengaruhi terhadap peningkatan kualitas pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), ternyata sama, yaitu faktor keterbatasan profesionalisme guru, kompetensi guru, pemberdayaan guru, peningkatan sertifikasi guru.

Kualitas pendidikan belum seperti yang diharapkan. Menurut (Sukmadinata 2006:203), “Selain masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar adalah faktor guru. Pertama, guru belum bekerja dengan sungguh-sungguh. Kedua, kemampuan profesional guru masih kurang”. Menurut Sanusi (2007:17), “Guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek kinerjanya yang standar, karena ia belum memiliki keahlian dalam isi dari bidang studi, pedagogik, didaktik, dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya berdisiplin dan bermotivasi, kerja tim antara sesama guru, dan tenaga kependidikan lain”.

Rendahnya kualitas pendidikan guru disebabkan oleh beragam faktor.

Pertama, rendahnya kesejahteraan guru. Gaji guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, sehingga tidak ada alokasi dana untuk melanjutkan pendidikan. Kedua, rendahnya kualitas kualifikasi, dan kompetensi guru. Kompetensi guru yang rendah sering menjadi kendala dalam mendidik. Jika kualitas guru rendah maka mereka akan sulit dan atau kalah berkompetensi dengan guru yang lebih berkualitas, sehingga berakibat hilangnya kesempatan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Selain itu, penguasaan guru terhadap materi pelajaran yang diajarkan kepada murid-muridnya juga lemah. Ketiga, rendahnya komitmen guru untuk meraih


(27)

7

pendidikan yang lebih tinggi. Keempat, rendahnya motivasi guru untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Motivasi yang tinggi dapat mengalahkan segala kendala yang melekat pada guru.

Menurut UUD Nomor 14 tahun 2005 Pasal 34 (1) Pemerintah dan pemerintah daerahwajib membina dan mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi guru padasatuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/ataumasyarakat. (2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajibmembina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. (3)Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk meningkatkanprofesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan olehPemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Selain itu juga Ketentuanumum UUDpasal 1 menyatakan bahwa: 1. Lembaga pendidikan tenaga kependidikan adalah perguruan tinggi

yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.

2. Masyarakat adalah kelompok warga negara indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.


(28)

8

Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas pendidikan Kabupaten Mimika Papua, maka Pemerintah Daerah bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sepakat tingkatkan mutu pendidikan Mimika, LPMAK bersama Dinas

Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Mimika menandatangani

Momerandum of Understanding (MoU) untuk program perbaikan mutu pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Mimika. Namun sepertinya pemerintah tidak peduli dengan peningkatan kualitas pendidikan, hal ini jelas bahwa semenjak tergulirnya otonomi khusus papua tahun 2001 pemerintah Kabupaten Mimika tidak berhasil dalam peningkatan pendidikan. Fakta saja kita bisa melihat langsung bahwa Permerintah Mimika tidak pernah mendirikan asrama permanen bagi pelajar dan mahasiswa di setiap kota studi, pengiriman siswa IPDN di Bandung tidak sesuai dengan UUD OTSUS, dan tidak ada pembiayaan sisiwa, maupun mahasiswa perguruan tinggi. Seperti dokter, pilot, guru, teknisi, pengacara dan lain dalam jumlah volume yang besar. Melalui kerja sama ini LPMAK dan Pemerintah dapat menjalankan program dengan lebih sinkron, sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Namun beban ini ditanggung oleh LPMAK dan beberapa Lembaga mitra lainnya guna meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut. Dengan mengambil alih turus berupaya menwujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas diantaranya sosialisasi pendidikan, pembangunan gedung sekolah, pengadaan sarana-prasarana, pemberian beasiswa bagi siswa asli


(29)

9

(pribumi tuju suku), pengiriman siswa di luar Papua dan pengontrakan guru-guru dan memfasilitasi guru-guru-guru-guru ikut sertifikasi guru-guru. Berbagai upaya telah dilakukan unuk mengangkat para lulusan SMA di Mimika mampu bersaing dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan juga bekerja di daerahnya sendiri serta dalam ruang lingkup nasional maupun internasional.

Sementara itu menurut Uno (2008) dalam Yamin, Maisah (2010: 87) tenaga pengajar atau guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan kehalian khusus sebagai guru dan tidak dapat melakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut diluar bidang pendidikan. Dengan demikian tenaga pengajar dengan kinerjanya adalah menyangkut seluruh aktivitas yang ditunjukan oleh tenaga pengajar dalam tanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu peserta didik.

Guru merupakan kunci tenaga profesional yang mempunyai peran sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan tanggung jawab dan bermoral. Peran guru sangat penting dalam pembentukan karakter dan sikap murid, karena murid membutuhkan contoh di samping pengetahuan tentang nilai baik-buruknya, benar-salah, dan indah-tidak indah. Dibutuhkan guru yang berkompeten profesional karena


(30)

10

perannya dalam pengembangan intelektual, emosional, dan spritual murid. Kualitas guru merupakan komponen penting bagi pendidikan yang sukses dalam (Mustafah 2011:10). Menurut Killen (1998) pengetahuan kemampuan, dan kejakinan guru memiliki pengaruh penting terhadap apa yang dipelajari siswa.

Peningkatan kualitas pendidikan di Mimika Papua ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Namun selama ini masyarakat Mimika-Papua merasakan bahwa adanya ketertinggalan didalam pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Hal tersebut diperoleh dari perbandingan kinerja guru meningkatkan kualitas pendidikan Mimika dan kota-kota lain di Papua dan pada umumnya di Indonesia. Pendidikan telah menjadi terobosan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Mimika Papua yang tidak kalah bersaing dengan kualitas sumber daya manusia di kota-kota lain.

Jika profesionalitas guru rendah, maka layak diajukan pertanyaan tentang profesionalitas guru dan sekolah bagi pencapaian keberhasilan siswa. Sebab bisa jadi, kecerdasan intelektual, kehidupan keluarga, kawan bermain, dan kelas sosial siswa yang merupakan faktor penting bagi pencapaian keberhasilan siswa. Jika guru tidak dapat membuat perubahan pada peningkatan prestasi siswa, menurut Ornstein (1990), paling tidak harus ada tiga hal berikut yang harus menjadi perhatian guru. Kebutuhan minimal untuk fokus pada kompetensi (sebelum mengajar), kebutuhan mimimal untuk fokus pada kompetensi guru, dan guru harus bertanggung


(31)

11

jawab pada prestasi siswa.Sehingga peran seorang guru profesional itu mengenalkan siswa tentang pintu dunia menuju keberhasilan serta menjawab persoalan yang ada di dunia pendidikan dan profesionalistas guru akan menciptakan kualitas peserta didik yang handal dan siap dipakai dalam dunia pendidikan maupun di dunia bisnis.

Namun rendahnya kualitas kinerja guru disebabkan oleh beragam faktor. Faktor yang pertama adalah rendahnya kesejahteraan guru, gaji guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari sehingga tidak bisa untuk melanjutkan pendidikan demi memperdalami ilmu pengetahuan. Kedua, rendahnya sertifikasi kompetensi guru. Ketiga, faktor kultur budaya setempat. Selain itu tampak jelas bahwa masalah yang serius kinerja guru profesional meningkatkan kualitas pendidikan berbagai jenjang pendidikan baik, formal maupun informal masih sangat rendah itulah disebabkan kualitas pendidikan yang menghambat ketersediaan sumber daya manusia yang mempunyai kenterampilan dan keahalian untuk memenuhi pembangunan Kabupaten Mimika diberbagai bidang masih terlantar. Dengan demikian peneliti akan mengeksplorasi kinerja guru SMA untuk beberapa indikator antara lain yaitu bagimana kondisi awal profesionalisme guru-guru di Kota Mimika, bagaimana pembinaan peran pemerintah daerah dan lembaga pengembangan masyarakat Angmungme dan Kamoro dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika, serta bagimana upaya pemberdayaan guru-guru SMA Kota Mimika dan, hasil bagimana ada peningkatan ataukah tidak ada peningkatan. Berdasarkan latar belakang


(32)

12

masalah di atas maka penulis akan berfokus pada masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat kabupaten Kota Mimika dengan berdasarkan hasil sosialisasi pendidikan. Maka berdasarkan penjelasan di atas peneliti akan meneliti dengan judul penelitian merumuskan judul proposal (Peningkatan Kinerja Guru SMA Di Kabupaten Mimika Provinsi Papua).

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah kinerja guru SMA untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Kota Mimika Papua. Untuk itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMA perlu dipandang untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam agar dapat memberikan gambaran yang jelas faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMA tersebut adalah bagimakondisi awal kompetensi profesionalisme guru, bagimana peminaan pemberdayaan guru-guru di Kota Mimika dan fasilitas sekolah, dukungan seluruh lapisan masyarakat, dukungan pemerintah daerah, juga pembinaan dukungan lembaga pengembangan masyarakat Angmungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Mimika, selain itu ada juga pengaruh geografis, pengaruh lingkungan dan rendahnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan.

Namun peneliti hanya meneliti tentang kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika Provinsi Papua dengan beberapa indikator di antaranya adalah bagimana kondisi awal


(33)

13

kompetensi profesionalisme guru di Mimika, serta bagaimana pembinaan pemberdayaan guru-guru SMA, dan bagimana upaya pembinaan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro meningkatkan kemampuan kinerja profesionalisme guru di Kota Mimika Provinsi Papua serta bagimana hasil peningkatan kualitas pendidikan di Kota Mimika. Peneliti akan meneliti beberapa guru dari beberapa sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA), di Kota Mimika. Dan Disini tidak ada pembatasan masalah tentang peningkatan kinerja guru sekolah menengah atas di kota Mimika, dan penelitian ini meneliti secara eksploratif atau deskriptif kualitatif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi awal profesionalisme guru di Kabupaten Mimika Papua?

2. Bagaimana pemberdayaan guru-guru SMA Negeri I Mimika, Advent, dan YPPGI oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Mimika?

3. Bagaimana pembinaan guru-guru oleh lembaga pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Mimika?

4. Bagaimana hasil pemberdayaan dan pembinaan oleh Dinas P dan K, LPMAK dalam upaya peningkatan kualitas Pendidikan di Mimika ?


(34)

14

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja guru SMA. Kinerja guru yang dimaksud adalah unjuk kinerja guru yang ditunjukkan dalam penampilan, nilai dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sehubungan dengan pengertian tersebut, penilaian kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu upaya memperoleh gambaran tentang pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya (Mulyasa, 2013:88).

Guru sekolah menengah atas kabupaten kota Mimika-Papua menjadi masalah, maka penelitian ini akan mengarahkan ke sana, dalam arti masalah apa yang terjadi pada guru-guru sekolah menengah atas di Kota Mimika. Tujuannya adalah bagimana guru-guru yang bertugas di Kota Mimika benar-benar berkompeten dalam bidangnya masing-masing dengan mampu meningkatkan dan menciptakan perubahan-perubahan melalui pendidikan sekolah menengah atas tersebut.

Untuk menghindari salah pengertian atau penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penegasan definisi operasional yang berhubungan dengan istilah-istilah yang dimaksud, sebagai berikut:

1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan


(35)

15

mengevaluasi peserta didik pada SMA, dalam hal ini guru SMA di Kota Mimika.

2. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu dan kompetensi tertentu serta memerlukan pendidikan profesi yang dipersyaratkan.

3. Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus miliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

4. Kinerja guru adalah kemampuan pencapaian hasil kerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru SMA negeri maupun swata dalam melaksanakan kompetensi tugasnya, dalam hal ini mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar serta menilai hasil evaluasi belajar siswa.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan hal pokok yang harus ada dan harus ditetapkan terlebih dahulu, sebelum seseorang melakukan kegiatan tertentu yang terdiri dari beberapa tahap yang sering berhubungan atau sama lainnya dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti. Dalam penelitian yang peneliti lakukan dapat menjelaskan masalah-masalah yang terjadi di


(36)

16

Kabupaten Mimika provinsi Papua, mengenai kualitas pendidikan. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengeksplorasikan bagimana kondisi awal kompetensi profesionalisme guru Sekolah menengah atas di Kota Mimika Provinsi Papua tahun 2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan profesionalisme guru SMA di kota Mimika tahun 2013.

3. Untuk mengetahui bagimana pembinaan oleh Lembaga

Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Mimika Papua.

4. Untuk menjelaskan bagimana hasil pemberdayaan dan pembinaan guru-guru oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan lembaga Pengembangan masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah menengah Atas di Kota Mimika.

G. Manfaat Penelitian

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh peneliti selalu ada kegunaannya, demikian juga dengan penelitian yang peneliti akan melakukan penelitian, di SMA Kabupaten Mimika Provinsi Papua guru memberikan informasi kepada berbagai pihak yang membutukan diantaranya sebagai berikut:


(37)

17

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan pengetahuan yang berkaitan dengan tinjuan kinerja guru SMA yang baik untuk menemukan konsep atau teori-teori yang berkaitan dengan tinjauan kenerja guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kinerja guru profesional yang bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah menengah atas.

2. Secara praktis

a. Untuk Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan mengajar, memperbaiki kinerja guru, dan meningkatkan kompentensi keprofesionalisme guru. Dan juga mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih dalam sesuai dengan bidang studi masing-masing.

b. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap tingkat kinerja guru sebagai dampak dari keberhasilan atau kegagalan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan untuk menilai sejauh mana pencapaian kinerja atau proses pembelajaran di sekolah kearah pencapaian kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Dan masukan dalam membuat keputusan mengenai penempatan guru, pengawasan guru, dan pengontrolan guru dalam hal peningkatan


(38)

18

kualias pendidikan. Dan juga pemerintah daerah berfokus sehingga kualiatas pendidikan akan lebih baik dan bersaing dengan kota-kota lainnya.

c. Untuk Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan

Kamoro

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur tentang kondisi kinerja guru, untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja guru melalui fasilitasi sertifikasi guru, sesuai dengan visi-misi biro pendidikan yang ingin tercapai, dan dapat mendorong untuk menggangkat kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika.

d. Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian merupakan kegiatan usaha yang mengembangkan. Usaha yang membutuhkan waktu dan sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang semangat dalam rangka meraih cita-citanya. Maka jadilah peneliti baik dan memberikan informasi-informasi yang terbaik dari hasil penelitian berikut yang akan menjelaskan kondisi pendidikan di Kabupaten Mimika nantinya dan miliki keterampilan-keterampilan lebih khususnya dalam penelitian dibidang apapun, karena data dan fakta yang peneliti temukan dapat bermanfaat bagi generasi yang kemudian hari ikut jejak kami berikutnya.


(39)

19

e. Bagi Penulis

Bagi penulis dalam kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada penulis dibidang penelitian dan dapat memecahkan masalah-masalah yang penulis ingin menyampaikan informasi kepada semua pihak yang peduli tehadap pendidikan dalam hal ini tentang kondisi pendidikan di seluruh Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat khususnya Kabupaten Mimika. Dengan latar belakang ini penulis memohon agar dapat membantu penulis dalam hal kegiatan penelitian sehingga dapat memberi informasi kepada mereka yang membutuhkan salah satunya adalah peneliti sendiri.


(40)

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Profesionalisme Guru

1. Profesi Guru

Kata profesi indentik dengan kata kehalian, demikian juga Javis (1983) dalam Yamin (2011:3) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang yang ahli (expert). Pada sisi lain profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas. Hal demikian padat dibaca pula pendapat Volmer dan Mills (1966), McCully (1969), dan Kommer (dalam Sagala, 2000:195-196), mereka sama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan traning, bertujuan menciptakan keterampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga keterampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa bayaran, upah, dan gaji (payment).

Berbagai pengertian profesi di atas menimpulkan makna, bahwa profesi yang dipandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, kenterampilan, kemampuan, keahlian, dan kedisiplinan untuk menciptakan anak memiliki prilaku sesuai yang diharapkan.


(41)

21

Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Tetapi itu harus diterapkan kepada masyarakat untuk untuk kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan individual, kelompok, atau golongan tertentu. Dalam melaksanakan pekerjaan itu harus melalui norma-norma itu. Orang yang melakukan pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki daya pikir, ilmu dan kenterampilan yang tinggi. Disamping itu ia juga dituntut dapat mempertanggung-jawabkan segala tindakan dan hasil karyanya yang menyangkut profesi itu.

Pengembangan profesi guru memiliki hubungan fungsional dan pengaruh terhadap kinerja guru karena memperkuat kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pekerjaan. Pola pengembangan profesi yang dapat dilakukan antara lain 1) program tugas belajar, 2) program sertifikasi dan 3) penempatan dan workshop. Pengembagan seperti ini mampu menempatkan guru dalam bekerja secara baik. Kerena sangat tidak mungkin seorang guru yang memiliki pengetahuan sangat sempit dan menghasilkan dan memberikan pencerahan kepada siswa yang baik. Jika seorang guru memiliki pendidikan yang baik maka ada kemungkinan dalam bekerja akan selalu mempertahankan dan memperhatikan profesionalismenya karena merasa malu dengan guru yang lain yang berpendidikan rendah tetapi kinerjaanya lebih baik. Perasaan ini memupuk dan mengacu guru untuk lebih baik dalam bekerja.


(42)

22

2. Profesional Guru

Guru yang profesional dipersyaratkan mempunyai: (1) Dasar ilmu yang kuat sebagai pengetahuan terhadap masyarakat teknologi dan msyarakat ilmu pengetahuan, (2)Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praktis pendidikan masyarakat,

(3) Pengembangan kemampuan profesional berkeseimbangan, profesi merupakan profesi yang berkembang turus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program preservice dan inservice karena pertimbangan birokrasi yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.

3. Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profesionalism yang secara Leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisme mengacu kepada sikap dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi.

Menurut akadum bahwa ada lima penyebab rendahnya

profesionalisme guru yaitu: (1). Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2). Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap


(43)

23

norma dan etika profesi keguruan, (3). Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruanan masih stengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, (4). Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5). Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal peningkatan profesionalisme anggotanya.

Menurut ketentuan umum pasal 1 Undang-undang kompetensiadalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dalam profil guru terdapat empat kompetensi yang mendasar yakni:

1. Kompetensi pedagogik 2. Kompetensi profesional 3. Kompetensi pribadi dan 4. Kompetensi sosial

Menurut Sardiman (dalam Yamin, Dan Maisah 2010:12) yang ada kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru:

1. Menguasahi bahan

Sebelum guru tampil di depan kelas mengelola interaksi belajar-mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang


(44)

24

dikontrakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang mendukung jalannya proses belajar-mengajar.

2. Mengelola program belajar-mengajar

Guru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru.

3. Mengelola kelas

Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar. Kalau belum kondusif, guru-guru harus berusaha se-optimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu kegiatan mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pembelajaran” dan menciptakan iklim belajar- mengajar yang serasi.

4. Mengunakan media atau sumber

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu:

a. Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media. Hal ini perlu selektif, karena dalam menggunakan suatu media itu juga harus mempertimbangkan komponen-komponen yang lain dalam proses belajar-mengajar, misalnya apa meteri dan bagimana metodenya.


(45)

25

b. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.

c. Memggunakan mengelola laboratorium dalam rangka proses pembelajaran. Misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen, dan lain-lain.

d. Menggunakan buku pegangan/ buku sumber. Buku sember perlu lebih dari satu dan kemudian ditambah buku-buku lain yang menunjang.

e. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar. Bahkan dalam hal ini juga dituntut dapat mengelola perpustakaan agar dapat memberikan kemudahan bagi anak didiknya.

f. Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan. Hal ini menempati posisi yang cukup strategis.

g. Menguasai landasan-landasan pendidikanPendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa dapat diwujutkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa.

5. Mengelola interaksi belajar-mengajar.

Lima kompetensi sebagaimana telah diuraikan di atas adalah merupakan dasar dan sarana pendukung bagi guru dalam melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar.


(46)

26

6. Untuk memperlancar kegitan pengelolaan intraksi belajar-mengajar, diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 7. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

Dalam tugas dan perannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor/ penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.

8. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

Guru di sekolah disamping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai administrator. Dengan demikian maka guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.

9. Memahami prisip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Pendapat di atas senada dengan apa yang di kemukakan oleh Churmain 2008 dalam (Yamin, Dan Maisah 2010:15) mengemukakan sepuluh kemampuan dasar guru seperti (1) menguasai bahan pelajaran; (2) mengelola program belajar mengajar; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media sumber; (5) menguasai ladasan-landasan pendidikan; (6) mengelola interaksi belajar-mengajar; (7) menilai prestasi siswa untuk


(47)

27

kepentingan pengajaran; (8) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan; (9) mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah; dan (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

Untuk lebih jelasnya rincian komponen kompetensi guru menurut Majid yang dikutip Sardiman kemudian (dalam Yamin, dan Maisah 2010:15-18) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Kompetensi Dan Indikator Kompetensi

Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi Indikator

1. Penusunan

rencana pembelajaran

1. Mampu mendeskripsikan tujuan/ kompetensi pembelajaran

2. Mampu memlih/ menentukan materi 3. Mampu mengorganisir materi

4. Mampu menentukan metode/ strategi pembelajaran 5. Mampu menentukan sumber belajar/ media/ alat

praga pembelajaran.

6. Mampu menyusun perangkat penilaian. 7. Mampu menetukan teknik penilaian. 8. Mampu mengalokasikan waktu.

2. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar

1. Mampu membuka pelajaran 2. Menyajikan materi

3. Mampu mengunakan metode/ strategi

4. Mampu mengunakan bahasa yang komunikatif 5. Mampu menggunakan bahasa yang komunikatif 6. Mampu motivasi siswa

7. Mampu mengorganisasi kegiatan

8. Mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif


(48)

28

10. Mampu memberikan umpan balik

11. Mampu melaksanakan penilaian

12. Mampu menggunakan waktu

3. Penilaian prestasi belajar peserta didik

1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesuksesan

2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda.

3. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid. 4. Mampu memeriksa jawaban.

5. Mampu mengklasifikasi hasil-hasil penelitian. 6. Mampu mengelolah dan menganalisis hasil

penilaian.

7. Mampu membuat mengelolah hasil penilaian. 8. Mampu membuat interpretasi kecederungan

hasil penilaian.

9. Hasil mampu korelasi antar soal berdasarkan penilaian.

10.Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian

11.Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis.

4. Pelaksaan tindak lanjut hasil penilaian

1. Menyusun laporan tidak lanjut hasil penilaian 2. Mengklasifikasikan kemampuan siswa

3. Mengindentifikasi kebutuhan tidak lanjut hasil penilaian

4. Melaksanakan tidak lanjut 5. Mengevaluasi hasil tidak lanjut

6. Menganalisis hasil evaluasi program tidak lanjut hasil penilaian.

Komponen Kompotensi Pengembangan Potensi

Kompetensi Indikator

5. Perkembangan

potensi

1. Mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mengandung potensi melalui bebagai kegiatan ilmiah

2. Mengalih bahasan buku pelajaran/ karya ilmiah


(49)

29

pembelajaran 4. Menulis makalah

5. Menulis/ menyusun diklat pelajaran 6. Menulis buku pelajaran

7. Menulis modul 8. Menulis karya ilmiah

9. Melakukan penelitian ilmiah (action research)

10.Menemukan teknologi tepat guna 11.Membuat alat perangkat/ media 12.Menciptkan karya seni

13. Mengikuti pelatihan kualifikasi 14.Mengikuti pendidikan kualifikasi 15.Mengikuti kegiatan

Komponen Kompetensi Akademik

6. Pemahaman

wawasan

1. Memahami visi dan misi

2. Memahami hubungan pendidkan dan pengajaran

3. Memahami konsep pendidikan dasar 4. Memahami fungsi sekolah

5. Mengindentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil pendidikan

6. Membangun sisten yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah

7. Penguasaan

bahan kajian akademik

1. Memahami struktur pengetahuan 2. Menguasai subtansi materi

3. Menguasai subtansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa

B. Tinjauan Kompetensi Guru

Menyangkut berbisacara profil guru sebernarnya kompetensi itu sendiri. Dalam profil guru terdapat empat kompetensi yang mendasar yakni: 1) Kompetensi profesional


(50)

30 2) Kompetensi pedagogik

3) Kompetensi sosial dan 4) Kompetensi pribadian.

1. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional mengacu pada pengertian kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik/ siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional perlu dimiliki oleh seorang guru, sehingga selayaknya menjadi bahan/ materi ajar (Agung 2012: 101-108). Menghasilkan guru kompetensi & profesional selain itu sejumlah aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan diantaranya:

1) Kode etik profesi

Profesi guru merupakan pekerjaan/ jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusu, kehalian dan kentrampilan untuk melayani dan memberikan advice pada orang lain dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu. Eksplisit, profesi berarti pekeerjaan yang memerlukan kompetensi khusus dan kemampuan intelektual tinggi berupa penguasan yang didasari pengetahuan tertentu. Karasteristik profesi mengacu pada kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, memiliki pengetahuan spesialisasi, memiliki pengetahuan peraktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien, memiliki teknik kerja


(51)

31

yang dapat dikomunikasikan, memiliki kemampuan dan kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri, mementingkan kepentingan orang lain, memiliki kode etik, memiliki sangsi dan tanggung jawab komunitas, serta mempunyai sistem upah dan budaya profesional.

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 (pasal 7 ayat 1) ditegaskan, bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional, yaitu: (i). memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; (ii) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang dan tugasnya; (iii) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya; (iv) mengetahui kode etik profesi; (v) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (vi) memperoleh penghasilan yang yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (vii) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan; (viii) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya; dan (ix) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.

Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa seorang guru yang menjalankan profesinya dengan dilandasi norma-norma yang berlaku secara benar disebut profesional. Profesi yang didasar atas kehalian, pengetahuan dan kode etik tertentu sering desebut dengan profesionalme. Dalam kaitan itu banyak pihak berpendapat, bahwa profesionalisme guru merupakan suatu hal yang cukup penting diperhatikan. Artinya, agar guru menjalankan profesinya secara profesional haruslah memiliki penguasaan pengetahuan,


(52)

32

keahlian, dan keterampilan yang memandai, serta didasari atas kode etik guru.

2) Pengembangan penguasaan materi

Ilmu pengetahuan teknologi mengalami perkembangan yang pesat, yang mau tidak mau menuntut guru untuk mengembangkan penguasaan materi oleh guru terkait dengan mata pelajaran yang diampunya. Perkembangan ini baru dapat dilakukan guru apabila dirinya turus-menerus mewujudkan kemauan, kemampuan, dan upaya mencari, menemukan, dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan dari dari berbagai sumber. Melalui penguasan itu guru pun akan berusaha untuk meningkatkan bahan/ materi ajar dalam pelaksanaan tugas pembelajaran. Guru yang kurang

memperlihatkan kemampuan mengembangkan penguasaan materi

cenderung terjebak kedalam pola dan materi ajar yang tidak memahami perubahan, menonton, menjenuhkan, dan kurang membangkitkan gairah belajar peserta didiknya. Bukan itu semata, guru yang kurang mampu mengembangkan penguasaan materi akan mengalami ketertinggalan per-kembangan iptek, sehingga tidak mustahil akan mempengaruhi pengelolaan pembelajaran yang diisi dengan teori, konsep, dan lain-lainnya yang sudah usang.

3) Pengembangan penguasaan kompentensi mata pelajaran

Kompetensi guru bukan merupakan suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis dalam arti mengandung harapan untuk dikembangkan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. Perkembangan kompetensi terhadap


(53)

33

mata pelajaran yang diampu oleh seorang guru tidak hanya mencakup materi semata, tetapi segenap hal yang berhubungan dengan pelaksaan tugas pembelajaran, berupa mamfaat metode, teknologi pembelajaran, dan lain-lainnya. Dalam lingkup makna kompetensi di sini, tetapi juga kepribadian, profesional, dan sosial.

Salah satu pendukung pengembangan penguasaan kompetensi adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dapat dilakukan seorang guru dengan membatasi pada objek kajian tertentu terkait dengan pelaksaan tugas pembelajaran, mulai dari pemberian perhatian pada peserta didik, materi pembelajaran, pengembangan dan penguasaan metode pembelajaran tertentu dan sebagainya. Penguasaan dan penerapan PTK pada dasarnya dapat menjadi pintu masuk bagi guru dalam upaya pengembangan kompetensi dan profesional kerja.

4) Pengembangan materi/ bahan ajar

Pada dasarnya pekembangan materi/ bahan ajar oleh guru dipengaruhi penguasaan teori terhadap mata pelajaran yang diampunya. Seorang guru akan terkedala mengembangkan materi/ bahan ajar dalam pembelajaran apabila tidak diimbangi dengan penguasaan teori yang memadai. Sebaliknya, penguasaan materi cenderung kurang memberikan dampak positif terhadap hasil belajar peserta didiknya, apabila guru kurang mampu mengembangkannya dalam pengelolaan pembelajaran, melainkan diduga hanya akan menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang setengah-setengah atau tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.


(54)

34 5) Pengembangan diri (potensi)

Dalam meneliti jenjang karir profesi guru, seorang guru diwajibkan untuk memenuhi persyaratan angka kredit yang ditentukan fenomena yang muncul, masih banyak guru di jenjang pendidikan dasar dan menengah mengalami kesulitan dalam memenuhi angka kredit untuk kenaikkan golongan atau kepangkatan. Bahkan dalam menyiapkan materi/ bahan ajar, banyak guru yang mengambil jalan pintas dengan cara meng-copypaste milik rekan sejawat dari bidang studi yang sama ataupun yang diperoleh dari KKG/MGMP. Kemandirian akan kreatifitas guru tidak tampak dalam pengembangan materi/ bahan ajar, padahal apa yang disalinnya itu belum tentu sesuai dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan tugas pembelajaran.

Menurut (Yamin, dan Maisah, 2010:10) kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Setiap sub-kompetensi tersebut memiliki

indikator esensial sebagai berikut:

1. Sub-kompetensi menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial; memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.


(55)

35

2. Sub-kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial; menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/ materi dibidang studi secara profesional dalam konteks global.

Secara ringkas kompetensi guru dapat digambarkan sebagai berikut:

Profesional:

1. Konsep struktur dan metode keilmuan/ teknologi/ seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar

2. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah 3. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

4. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan 5. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional.

Menurut Sanusi (1990) sepuluh kemampuan dasar guru sebagai standar unjuk kerja guru. Yamin, Dan Maisah yang dikutip Sanusi, merincikan kesepuluh kemampuan dasar itu menjadi 17 gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar profesional, yang kemudian dibagikannya menjadi tiga gugus kemampuan profesional, dan terbagi jenis kegiatan profesional seperti tabel berikut:

Tabel 2.1 Kemampuan-kemampuan profesional guru

Gugus pengetahuan dan penguasaan teknis dasar

profesional

Guru kemampuan profesional

Jenis kegitan profesional

1. Pengetahuan tentang disiplin

1. Merencanakan program belajar-mengajar

2.1 merumuskan tujuan-tujuan intruksional


(56)

36 2. Ilmu pengetahuan

sebagai sumber bahan studi (structure, consepts, dan ways of knowing)

3. Pengetahuan tentang karakteristik/

perkembangan belajar. 4. Pengetahuan tentang berbagai model teori belajar (umum maupun khusus) 5. Pengetahuan dan

belajar umum dan khusus

6. Pengetahuan tentang karakteristik dan kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik sebagai latar belakang dan konteks berlangsungnya proses belajar.

7. Pengetahuan tentang proses sosialisasi dan & kulturalisasi. 8. Pengetahuan dan

penghayatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.

9. Pengetahuan

penguasaan berbagai media sumber belajar. 10.Pengetahuan tentang

sebagai jenis informasi

kependidikan dan manfaatnya.

11.Penguasaan teknik mengamati proses belajar-mengajar 12.Penguasaan berbagai

metode mengajar 13.Penguasaan teknik

menyusun instrumen penilaian kemajuan belajar.

14.Penguasaan teknik peresanan dan pengembangan

2. Melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar.

2.2 menguraikan

deskripsi satuan bahasan

2.3 merancang kegiatan belajar-mengajar 2.4 memilih media dan

sumber belajar 2.5 menyusun instrumen

evaluasi

a. memimpin dan membimbing proses belajar mengajar. b. Mengatur dan

mengubah suasana belajar-mengajar c. Menetapkan dan

mengubah urutan kegiatan belajar


(57)

37 program

belajar-mengajar.

15.Pengetahuan tentang dinamika hubungan interaksi antara manusia, terutama dalam proses belajar-mengajar

16.Pengetahuan tentang sistem pendidikan sebagai bagian terpadu dari sistem sosial negara-bangsa 17.Penguasaan teknik

memperoleh informasi yang diperlukan untuk kepentingan proses pengambilan

keputusan.

a. Guru sebagai tenaga profesional

Berbicara soal kedudukan guru sebagai tenaga profesional, akan lebih tepat kalau diketahui terlebih dahulu mengenai maksud kata profesi. Pengertian profesi memiliki banyak konotasi, salah-satu diantaranya pendidikan, termasuk guru. Secara umum profesi diartikan sebagai pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjutan di dalam ilmu dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasinya, menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental dari pada yang besifat manual work. Pekerjaan profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang bepijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi kemaslahtan orang lain.


(58)

38

Seorang pekerja profesional, khususnya guru dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena disamping menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional juga ditandai adanya informasi responsitiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari objek kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang pekerja profesional atau guru harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. Kalau kompetensi seorang teknisi lebih bersifat mekanik dalam arti sangat mementingkan kecermatan, sedang kompetensi seorang guru sebagai tenaga profesional pendidikan, ditandai dengan serententan diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus-menurus. Dalam hal ini disamping kecermatan untuk menentukan langkah, guru harus juga sabar, ulet dan “telaten” serta tangap terhadap setiap kondisi, sehingga diakhir pekerjaannya akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan.

Sehubungan dengan profesional seseorang, Wolmer dan Mill mengemukakan bahwa pekerjaan itu baru dikatakan sebagai suatu profesi, apabila memenuhi kriteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut:

1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya:

a. Memiliki pengetahuan umum yang luas; b. Memiliki keahlian khusus yang mendalam.

2. Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya: a. Adanya keterikatan dalam suatu organisasi profesional;


(59)

39 b. Memiliki otonomi jabatan; c. Memiliki kode etik jabatan;

d. Merupakan karya bakti seumur hidup.

3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional, maksudnya:

a. Memperoleh dukungan masyarakat;

b. Mendapat pengesahan dan perlindungan hukum; c. Memiliki persyaratan kerja yang sehat;

d. Memiliki jaminan hidup yang layak.

Selanjutnya Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesional di bidang pendidikan sebagai berikut:

1. Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagaisuatu profesi.

2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi dibidang kedokteran, harus pula mempelajari, anatomi, bakteriologi, dan sebagainya. Juga profesi dibidang keguruan misalnya harus mempelajari psikologi, metodik dan lain-lain.

3. Diperlukan kesiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan profesional.

4. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja.


(60)

40

5. Memiliki organisasi prefesional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat.

Pengertian profesi dengan segala ciri dan persyaratannya tersebut akan membawa konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan, terutama yang berkenan dengan komponen tenaga pendidikan. Salah satu konsekuensi itu diantaranya adalah berkenaan dengan accountability dari program pendidikan itu sendiri. Hal ini sebagai suatu petunjuk bahwa keberhasilan program pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peranan masyarakat secara keseluruhan, baik sumber asal dan sumber daya, maupun sebagai pemakai hasil. Jadi kompetensi lulusan tidak semata-mata tanggung jawab pengajar/ guru, akan tetapi juga ditentukan oleh pemakai lulusan serta masyarakat pada umumnya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung akan terkena akibat dari adanya lulusan tersebut. Hal semacam ini harus dipahami oleh setiap unsur manusiawi yang terlibat di dalam program pendidikan, termasuk guru.

Bagi guru yang merupakan tenaga profesional dibidang pendidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memandai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. Yang pertama

adalah tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan kentampilan serta sikap yan lebih mantap dan


(61)

41

memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki kompeten terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. Kemudian tingkat yang ketiga adalah guru sebagai developer. Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua, dalam tingkatannya sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke dapan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem.

Sebagai pencerminan dari perbedaan-perbedaan individual, maka logis kalau dikatakan setiap guru itu pun memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal kualifikasi kemampuan. Kualifikasi pada tingkat pertama tentunya merupakan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru, untuk kemudian menuju pada tingkat kesempurnaan yakni inovator dan developer. Oleh karena itu, ada sementara pendapat bahwa yang berperan sebagai inovator dan developer itu biasanya guru-guru angkatan yang sudah agak lama, dengan alasan mereka sudah memiliki banyak pengalaman kerja. Tetapi sebaliknya ada juga pendapat yang menyatakan justru dari kelompok guru-guru mudalah yang kinerjanya lebih banyak mengambil peran dalam soal pembaruan. Alasan yang dikemukaan adalah bahwa tenaga-tenaga muda itu masih cukup potensial dan biasanya lebih responsif di dalam


(62)

42

mensifati ide pembaruan. Persoalan ini memangsulit dijawab, tetapi masih memerlukan kajian yang lebih lanjut. Hanya yang perlu diingat bahwa ukuran yang lebih tepat untuk upaya reformasi itu tidak sekedar banyaknya pengalaman kerja, tetapi persoalannya cukup kompleks, sebab menyangkut sikap mental dan kultur masing-masing. Dengan demikian, jelas bahwa untuk melihat seberapa besar tingkat kualifikasi kemampuan guru tidak dapat dipisahkan sikap dan perilaku guru itu sendiri.

Sehubungan dengan itu maka perlu ditegaskan bahwa selain faktor-foktor pengetahuan, kecakapan, kenterampilan dan tangap terhadap ide pembaruan serta wawasan yang lebih luas sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya masih memerlukan persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus itu adalah faktor yang menyebabkan seseorang itu merasa senang, karena merasa terpangil hati nuraninya untuk menjadi seorang pendidik/guru. Oleh Waterink, faktor khusus itu disebut dengan istilah rouping atau “panggilan hati nurani”. Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seorang guru untuk melakukan kegiatannya. Sardiman (2010: 133,137).

b. Guru Sebagai Pendidik Dan Pembimbing

Seorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertamakali ia harus merupakan seorang yang memiliki “kepribadian Guru” dengan segala ciri tingkat kedewasaannya.


(63)

43

Dengan kata lain untuk menjadi pendidik atau guru, seorang harus memilki kepribadian.

Masalah yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai “pendidik”. Guru memang seorang “pendidik”, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya “mengajar” seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. “mendidik” sikap mental seseorang tidak cukup hanya “mengajarkan” sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan, dengan guru sebagai idolanya.

Dengan “mendidikkan” dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada bebagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan tingkah laku gurunya, diharapkan anak didik/siswa dapat menghayati kemudian menjadikan hak miliknya, sehingga dapat menumbuhkan sikap mental. Jadi tugas seorang guru bukan sekedar menumpahkan semua ilmu pengetahuan tetapi juga “mendidik” seseorang menjadi warga negara yang baik, menjadi seseorang yang berpribadi baik dan utuh. Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada siwanya. Nilai-nilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Mendidikkan adalah memanusiakan manusia. Dengan demikian, secara esensial dalam proses pendidikan, guru itu bukan hanya berperan sebagai “ pengajar” yang transfer of knowledge tetapi juga “pendidik” yang transfer of values. Ia bukan saja pembawa ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia.


(64)

44

Sebagai seorang pendidik, guru harus memenuhi beberapa syarat khusus. Untuk mengajar ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seperangkat latihan kenterampilan keguruan, dan pada kondisi itu pula, ia belajar memersonalisasikan beberapa sikap keguruan yang diperlukan. Semuanya itu akan menyatu dalam diri seorang guru sehingga merupakan seorang pribadi khusus, yakni ramuan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan keguruan serta penguasaan beberapa ilmu pengetahuan yang akan ia transformasikan pada anak didik/ siswanya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa itu.

Dilihat dari segi perkembangannya, pada zaman kuno guru seringkali diberi peringkat “pendidik” yang jauh lebih kuat. Para siswa atau anak didik diarahkan menjadi manusia-manusia yang taat pada Maha Pencipta, sopan, tunduk kepada ketentuan serta adat-istiadat yang berlaku, walaupun kadang-kadang hal itu tidak rasional.

Kemudian pada zaman kolonial, fungsi guru sebagai “pengajar” lebih menonjol. Hal ini disesuaikan dengan maksud kaum kolonial untuk menghasilkan orang-orang yang dapat bekerja untuk kaum kolonial. Soal pribadi dan etika serta sikap mental kurang mendapatkan perhatian.

Dalam perkembangan masa berikutnya secara tidak disadari dalam berbagai praktik dan pelaksanaan dalam kegiatan belajar-mengajar khususnya proses pendidikan pada umumnya, fungsi guru sebagai “pengajar” (penyampai ilmu pengetahuan) masih cederung menonjol. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari bahwa guru pada umumnya


(65)

45

akan memberikan kriteria keberhasilan anak didiknya melalui nilai-nilai pelajaran yang diajarkan setiap harinya, serta kurang memperhatikan sikap dan tingkah laku anak sehari-harinya. Dalam kaitan ini guru dianggap sebagai seorang yang hanya lebih dan tinggi soal ilmu pengetahuan saja. Akibatnya eksistensi guru hanya akan dihormati siswanya sewaktu mengajar di sekolah, sedang di luar sebagai yang sama saja dengan manusia pada umumnya.

Sungguh suatu sikap belajar yang salah kalau memandang bahwa guru adalah sekedar berilmu pengetahuan yang tinggi. Perlu ditegaskan bahwa tidak cukup untuk menjadi guru hanya dengan bermodal pengetahuan. Banyak persoalan atau unsur-unsur yang harus dipelajari dan dikuasai. Guru adalah sebagai seorang yang memiliki kiat. Dalam hubungannya dengan fungsi sebagai pendidik, maka guru berarti menjadi pribadi yang terintegrasi.

Selanjutnya sebagai kelanjutan atau penyempurnaan fungsi guru sebagai pendidik, maka harus berfungsi sebagai pembimbing. Pengertian pendidik dalam hal ini lebih luas dari fungsi “membimbing”. “Bimbingan” adalah termasuk sarana dan serangkaian usaha pendidikan.

Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi pembimbing. Sebgai contoh guru yang berfungsi sebagai “pendidik” dan “pengajar” seringkali melakukan pekerjaan bimbingan, misalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang sesuatu keterampilan dan sebagainya. Jadi yang


(1)

Lampiran C : Lokasi Penelitian

Gedung Pemerintahan Dinas Pendidikan Menengah Mimika

Gedung SMA Negeri 1 Mimika

Gedung SMA YPPGI MIMIKA

Gedung SMA Advent Mimika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI