Penelitian lain yang mendukung hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja dlakukan oleh Suryo. Hasil penelitian menunjukan bahwa
ada dampak positif antara kepuasan kerja dengan kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kutai Timur dengan koefisien korelasi 0.936. Hasil ini
bermakna bahwa semakin tinggi kepuasan kerja pegawai maka semakin meningkat kinerja pegawai..www.geocities.comguruvalah.
Penelitian senada dilakukan oleh Koesmono tentang pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja karyawan
pada sub sektor industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa timur menyatakan bahwa kerja berpengaruh terhadap kinerja.
2.7. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian adalah keterkaitan hubungan antara kepemimpinan Kepala Sekolah, iklim organisasi sekolah, budaya
organisasi dengan kepuasan kerja dan kinerja guru pembimbing di Sekolah. Dari kerangka hubungan tersebut pada akhirnya akan diperoleh model mana yang
cocok dan memberi kontribusi yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk itu secara berturut-turut akan dikemukakan model hubungan antar variabel penelitian.
1. Model hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan kepuasan kerja guru pembimbing di sekolah.
Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat stategis dalam upaya untuk mengembangkan dan mencapai tujuan sekolah.
Kepemimpinan Kepala Sekolah yang efektif dapat terwujud apabila
Kepala Sekolah mengaktualisasikan dalam kinerjanya dalam bentuk sikap, perilaku dan pola kepemimpinan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi sekolah. Apabila kepala sekolah dapat menunjukkan kepemimpinan yang efektif pada gilirannya dapat memotivasi para
guru untuk mau bekerja sama dan melaksanakan aktivitas untuk mencapai tujuan sekolah. Kondisi demikian akan berdampak pada
tercapainya tingkat kepuasan kerja para guru di sekolah. Hal ini di dukung oleh penelitian Curties dan Sherlock 2006:121 menyatakan
bahwa kepemimpinan berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan, komitmen organisasi, dan produktivitas dan lebih khusus
lagi bahwa manajemen yang efektif dapat meningkatkan kepuasan kerja konselor. Demikian pula hasil penelitian Rejekiningsih
2002:vii yang menyatakan ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru di
SMU Negeri Demak. Senada dengan hasil penelitian terdahulu, Sutarto 2001:108 menyatakan ada hubungan kemampuan
manajerial dengan kepuasan kerja guru SMU Negeri Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas maka dapat dinyatakan
bahwa model hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru signifikan. Penelitian serupa dilakukan oleh
Ruvendi 2005:23 tentang imbalan dan gaya kepemimpinan pengeruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan di balai besar
industri hasil pertanian Bogor bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan di balai besar industri hasil pertanian Bogor.
2. Model hubungan antara iklim organisasi sekolah dengan kepuasan kerja.
Salah satu hambatan dalam organisasi sekolah adalah perilaku anggota-anggotanya. Perilaku anggota antara satu dengan yang lain
ditunjukkan dengan sikap keterbukaan dari para pelaku anggota organisasi diberikan suatu iklim organisasi yang kondusif. Iklim organisasi yang
kondusif pada gilirannya akan dirasakan oleh para guru termasuk guru pembimbing sangat menyenangkan. Hal ini telah banyak ditemukan bukti
dari berbagai penelitian seperti Indiyaningsih 2001:vii, Maryono 2002:vii, Fatkhurosji;2003:vii. Temuan penelitian tersebut menyatakan
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi sekolah dengan kepuasan kerja guru., Temuan penelitian Thomspson 2003
mennyimpulkan bahwa ada hubungan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja karyawan
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa ada hubungan antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja guru. Analog
dengan itu apakah juga ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi sekolah dengan kepuasan kerja guru pembimbing SMA di Eks
Karesidenan Semarang .
3. Model hubungan antara Budaya Organisasi dengan kepuasan kerja guru pembimbing
Budaya organisasi merupakan cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi para anggota organisasi. Apabila para anggota organisasi
menunjukkan budaya organisasi yang positip akan memberikan kontribusi terhadap timbulnya rasa puas pada anggota organisasi. Di dalam konteks
pemikiran budaya organisasi terdapat budaya organisasi kuat, sedang dan lemah.
Didalam organisasi yang budayanya kuat perilaku para anggotanya dibatasi oleh kesepakatan bersama dan bukan karena perintah atau karena
ketentuan-ketentuan formal, dan ini akan berdampak pada perilaku para karyawan yang enggan pindah berkarya pada organisasi lain. Disamping itu
dengan budaya organisasi yang kuat semakin banyak anggota organisasi yang menerima keterkaitan pada norma-norma dan sistem nilai organisasi yang
berlaku dan semakin meningkat komitmen para anggota organisasi. Berdasarkan pernyataan di atas dapat diberi makna bahwa dengan
budaya organisasi yang kuat akan mampu memberikan tingkat kepuasan pada anggotanya. Hal ini sesuai dengan penelitian Sunarstyanto 2003:114 bahwa
budaya kerja memberi kontribusi terhadap kepuasan kerja guru bimbingan konseling di SLTP Pekalongan.. Demikian pula penelitian Sugiyo 2006;42
menyimpulkan bahwa budaya kerja berhubungan dan memberikan kontribusi terhadap kinerja guru pembimbing di SMP Negeri kota Semarang sebesar
41.47.
4. Model hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan kinerja guru pembimbing
Kepala Sekolah mempunyai peran yang cukup menentukan terhadap roda organisasi sekolah. Organisasi sekolah akan mencapai tujuannya apabila
kepala sekolah mampu melaksanakan peranya sebagai pemimpin. Untuk itu kepala sekolah perlu mengaktualisasikan perannya sebagai pemimpin dalam
bentuk sikap dan perilaku dan gaya kepemimpinan yang situasional agar potensi yang ada pada guru termasuk guru pembimbing dapat muncul dalam
bentuk kinerja. Secara teoretis kepala sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru pembimbing.
Beberapa penelitian yang membuktikan teori tersebut : a. Sri Sunarto 2003:81 mengemukakan bahwa ada hubungan antara gaya
kepemimpinn kepala sekolah dengan kinerja karyawan. b. Heck 2002:25 kepemimpinan kepala sekolah instruksional berpengaruh
pada kinerja sekolah di Sekolah Menengah pertama dan Sekolah Dasar. c. Sugiharti dan Aryani 2002:16 mengemukakan bahwa keepemimpinan
transformasional berpengaruh terhadap kinerja karyawan. d. Jung dan Avolio 199:2137 mengemukakan dalam hasil penelitiannya
bahwa kepemimpinan transformasional menyebabkan kayawan dapat mengemukakan ide-idenya.
e. Hasanah 2002 kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru SMP di Kota Bandung
5. Model hubungan antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru pembimbing
Iklim organisasi sekolah merupakan seperangkat karakteristik internal suatu sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain dan karakteristik itu
akan mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada di sekolah tersebut. Secara eksplisit di sekolah pernyataan tersebut dapat berarti seperangkat karakteristik
internal sekolah yang datang dari kepala sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung dirasakan oleh para guru disekolah.
Berikut ini beberapa penelitian yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru :
a. Masrokan 2002:vii ada hubungan antara iklim organisasi dengan kinerja guru Madrasah Aliyah Swasta se kabupaten Demak.
b. Sutarto 2002:vii ada hubungan antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru SMK Negeri kelompok Teknologi dan Industri se Kota
Semarang c. Ali Mursaeni 2003:vii iklim kerja memberi kontribusi sebesar 43
terhadap kinerja guru SMU Swasta di Kabupaten Tegal d. Djumiati 2003 iklim sekolah memberi kontribusi terhadap kinerja guru
SMU di Kabupaten Pati e. Syairi 2003:vii ada hubungan antara iklim organisasi sekolah dengan
kinerja guru SLTP di Kabupaten Batang f. Fatkuroji 2003:vii ada hubungan antara iklim sekolah dengan kinerja guru
SMU Negeri se Kabupaten Kendal
6. Model hubungan budaya organisasi dengan kinerja guru pembimbing.
Budaya organisasi merupakan cara-cara berpikir, berperasaan, dan bereaksi para anggota organisasi. Apabila anggota organisasi menunjukkan
budaya organisasi yang positif akan memberikan pengaruh terhadap kinerja para anggotanya. Di dalam konteks budaya organisasi terdapat budaya
organisasi yang kuat, sedang dan lemah. Budaya organisasi yang kuat perilaku anggotanya dibatasi oleh kesepakatan bersama dan bukan karena
perintah atau ketentuan-ketentuan formal. Dan ini akan berdampak pada perilaku para karyawannya. Disamping itu dengan budaya organisasi yang
kuat maka akan semakin adanya peningkatan komitmen anggota-anggotanya pada organisasi atau lembaga.
Berdasarkan konsep di atas maka dengan adanya budaya organisasi yang kuat maka akan dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi. Hal ini
sejalan dengan penelitian Sunarstyanto 2003:115 yang menyimpulkan bahwa budaya kerja memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja
guru pembimbing di SMP Pekalongan dan Sugiyo 2006:42 bahwa budaya kerja memberi kontribusi terhadap kinerja guru pembimbing sebesar 41.47
di SMP Negeri dan Swasta di Kota Semarang.
7. Model hubungan kepuasan kerja dengan kinerja guru pembimbing
Hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja telah diteliti oleh Robbins 2003:103 yang menemukan bahwa dalam organisasi dengan
karyawan yang lebih puas cenderung menjadi lebih efektif daripada organisasi dengan karyawan yang kurang puas. Petty,M,M. Dkk menemukan bahwa ada
hubungan antara kepuasan diri dengan penampilan kerja pribadi.Apabila hasil penelitian tersebut dianalogkan pada hubungan antara kepuasan kerja guru
pembimbing dengan dengan kinerja guru pembimbing, maka semakin guru pembimbing dalam organisasi sekolah merasa puas maka akan semakin efektif
dan produktif dalam bekerja, demikian pula sebaliknya apabila guru dalam organisasi sekolah merasa tidak puas maka akan kurang efektif dalam bekerja
dan cenderung mangkir dalam bekerja,serta mungkin merasa tidak nyaman dalam bekerja.
2.8 Pengembangan Model Kinerja Guru Pembimbing Sekolah