commit to user
b. Ciri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1 Setiap anggota memiliki peran
2 Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa
3 Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman sekelompoknya 4
Guru membantu mengembangkan ketrampilan interpersonal kelompok 5
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif memerlukan partisipasi
dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar kooperatif adalah agar peserta didik dapat
belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling mnghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Jarolimek Parker dalam Isjoni 2007:24-25 keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: 1 saling
ketergantungan yang positif, 2 adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, 3 siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan
kelas, 4 suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5 terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan 6
memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam intern dan faktor dari luar extern. Faktor
dari dalam yaitu: 1 guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2 agar
proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka dibutuhkan dukungan
commit to user fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3 selama kegiatan diskusi
kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, dan 4 saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
d. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT
Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur-unsur permainan dan
reinforcement di dalamnya. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar Agus Suprijono, 2010.
Pada mulanya Teams Games Tournament dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama
dari Johns Hopkins. Dalam penerapan metode ini para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan,
jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor
timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-
turnamen” dimana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki skor yang sama. Sebuah prosedur “menggeser
kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam
tiap meja tournament akan mendapatkan poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya.
Teams Games Tournament TGT terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, game, turnamen dan rekognisi tim.
commit to user 1
Presentasi di kelas. Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi juga bisa
presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran langsung hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar
berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama
presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka memainkan game turnamen.
2
Tim.
Tim terdiri atas empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan
etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk
mempersiapkan anggotanya dalam game di meja turnamen agar mendapatkan skor. Setelah guru menyampaikan materinya, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur yang paling penting dalam TGT. Pada tiap poinnya, yang
ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya. Tim ini memberikan dukungan yang penting bagi kelompok
dalam kinerja akademik pembelajaran. Selain itu juga untuk memberikan perhatian dan espek yang mutual yang penting yang dihasilkan seperti
hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa- siswa mainstream.
3
Game.
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari
presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan
commit to user diatas meja dengan tiga orang siswa yang masing-masing mewakili tim
yang berbeda. Kebanyakan game hanya nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Sebuah aturan tentang penantang
memperbolehkan pemain saling menantang jawaban masing-masing. 4
Turnamen.
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru
memberikan presentasi kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar-lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru
menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2,
dan seterusnya. Setelah turnamen yang pertama, para siswa bertukar meja
tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja naik tingkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi. Skor
tertinggi kedua tetap tinggal dan yang terendah akan diturunkan. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk
seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.
5 Rekognisi Tim.
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. Skor tim
siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Slavin 2008, melaporkan beberapa hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara
inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut: 1 Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT
memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional. 2 Meningkatkan
perasaanpersepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari
commit to user kinerja dan bukannya pada keberuntungan. 3 TGT meningkatkan harga diri
sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka. 4 TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain kerja sama verbal dan
nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit. 5 Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak. 6
TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan
lain.http:hafismuaddab.wordpress.com20100111teams-games- tournaments-tgt diakses pada tanggal 8 Desember 2010.
2. Hakikat Media Pembelajaran