Tujuan Penelitian Penelitian yang Relevan

commit to user dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT Teams Games Tournament menggunakan Macromedia Flash dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi siswa kelas XI IS 4 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 20102011? ”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dirumuskan berdasarkan topik atau masalah penelitian yang akan dipecahkan sebagai jawaban terhadap masalah penelitian. Secara umum, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT Teams Games Tournament menggunakan Macromedia Flash dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi siswa kelas XI IS 4 SMA Batik 1 Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan di dunia pendidikan, baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat di dunia pendidikan dalam pemilihan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan sesuai dengan materi pelajaran. b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi calon peneliti yang lain agar dijadikan dasar pemikiran lebih lanjut dalam dunia pendidikan yang berhubungan dengan hal yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru sebagai masukan dalam menentukan metode pembelajaran yang bermanfaat bagi perbaikan proses belajar mengajar, selain itu guru lebih terampil dalam menggunakan metode pembelajaran TGT. commit to user b. Bagi siswa. Dengan adanya penelitian ini, siswa akan lebih termotivasi untuk mempelajari akuntansi sehingga meningkatkan hasil dan prestasi belajar akuntansinya. c. Bagi sekolah. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran di dalam kelas, peningkatan kualitas sekolah yang diteliti, dan bagi sekolah-sekolah lain. d. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penentuan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT Team Game Tournament yang diperoleh dibangku perkuliahan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran akuntansi selanjutnya. commit to user BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Teams Games Tournament TGT

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya saling mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang beradasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecik yang tingkat kemampuannya berbeda. Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni 2007:12 mengemukakan, “cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk member dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”. Menurut Slavin dalam Isjoni 2007: 12, “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4- 6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Berdasarkan pendapat diatas, belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling memberikan pendapat. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk diterapkan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Selain itu, dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, serta dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. commit to user

b. Ciri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 Setiap anggota memiliki peran 2 Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa 3 Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman sekelompoknya 4 Guru membantu mengembangkan ketrampilan interpersonal kelompok 5 Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif memerlukan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling mnghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Jarolimek Parker dalam Isjoni 2007:24-25 keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: 1 saling ketergantungan yang positif, 2 adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, 3 siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4 suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5 terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan 6 memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam intern dan faktor dari luar extern. Faktor dari dalam yaitu: 1 guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2 agar proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka dibutuhkan dukungan commit to user fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3 selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4 saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

d. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT

Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur-unsur permainan dan reinforcement di dalamnya. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar Agus Suprijono, 2010. Pada mulanya Teams Games Tournament dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam penerapan metode ini para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja- turnamen” dimana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki skor yang sama. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja tournament akan mendapatkan poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Teams Games Tournament TGT terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, game, turnamen dan rekognisi tim. commit to user 1 Presentasi di kelas. Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi juga bisa presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran langsung hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka memainkan game turnamen. 2 Tim. Tim terdiri atas empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya dalam game di meja turnamen agar mendapatkan skor. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur yang paling penting dalam TGT. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan yang penting bagi kelompok dalam kinerja akademik pembelajaran. Selain itu juga untuk memberikan perhatian dan espek yang mutual yang penting yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa- siswa mainstream. 3 Game. Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan commit to user diatas meja dengan tiga orang siswa yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan pemain saling menantang jawaban masing-masing. 4 Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar-lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Setelah turnamen yang pertama, para siswa bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja naik tingkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi. Skor tertinggi kedua tetap tinggal dan yang terendah akan diturunkan. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya. 5 Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Slavin 2008, melaporkan beberapa hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut: 1 Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional. 2 Meningkatkan perasaanpersepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari commit to user kinerja dan bukannya pada keberuntungan. 3 TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka. 4 TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit. 5 Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak. 6 TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.http:hafismuaddab.wordpress.com20100111teams-games- tournaments-tgt diakses pada tanggal 8 Desember 2010.

2. Hakikat Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi atau penyalur pesan. Media menurut Bringgs 1979 adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan peran serta perangsang peserta didik untuk belajar, contohnya buku, film, kaset. Media pendidikan atau pengajaran didefinisikan Gagne dan Reiser 1983:3 sebagai alat-alat fisik dimana pesan-pesan instruksional dikomunikasikan. Selanjutnya Dinje Borman Rumumpuk 1988:6 mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat, baik hardware maupun software yang dipergunakan untuk media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.

b. Macam-macam Media

Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni: 1 Media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan suara saja, seperti radi, cassette recorder, piringan hitam; 2 Media Visual, adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam, gambar atau symbol bergerak; 3 Media commit to user Audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua.

c. Tujuan Penggunaan Media

Secara khusus, media pengajaran digunakan dengan tujuan, yaitu: 1 Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik bahan. 2 Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar. 3 Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu. 4 Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.

d. Fungsi Media

Media pengajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kepaa peserta didik sehingga peserta didik dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan itu. Secara umum media berfungsi sebagai: 1 Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif 2 Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar 3 Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme. 4 Membangkitkan motivasi belajar peserta didik 5 Mempertinggi mutu belajar mengajar. Menurut Derek Rowntrie 2001:154 fungsi media pendidikan atau pengajaran, yaitu: 1 Engange the student’s motivation membangkitkan motivasi belajar commit to user 2 Recall earlier learning mengulang apa yang telah dipelajari 3 Provide new learning stimuli menyediakan stimulus belajar 4 Activate the student’s response mengaktifkan respon peserta 5 Give speedy feedback memberikan balikan dengan cepat segera 6 Encourage appropriate practice menggalakkan latihan yang serasi

e. Macromedia Flash Sebagai Salah Satu Media Pembelajaran

Ilmu pengetahuan dan teknologi kini berkembang sangat pesat. Proses pembelajaran juga tak lagi didominasi oleh guru di dalam kelas. Siswa dituntut untuk lebih aktif dan partisipatif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan dan partisipasi siswa sangat ditentukan oleh rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru, entah model yang dipilih, maupun sumber dan media yang digunakan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mempresentasikan pelajaran. Agar menarik perhatian siswa, maka guru harus pandai dalam memilih media presentasi yang menarik dan inovatif. Salah satu inovasi tersebut adalah dengan menggunakan software. Program software yang dapat membantu menarik perhatian siswa salah satunya adalah macromedia flash. Menurut Ariasto Hadi Sutopo 2003:60 macromedia flash adalah software aplikasi untuk animasi yang digunakan untuk internet. Dengan macromedia flash, aplikasi web dapat dilengkapi dengan beberapa macam animasi, audio, interaktif animasi dan lain-lain. Pembelajaran berbasis multimedia dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton dan memudahkan dalam penyampaiannya kepada peserta didik. Dengan macromedia flash, guru dapat berinteraksi secara langsung dengan siswa dan materi yang dipelajari akan lebih menarik. Dalam proses pembelajaran dan pemanfaatan program software dengan macromedia flash sebagai alat bantu dan juga media proyeksi berupa Liquid Crystal Display LCD mampu memproyeksikan gambar dari komputer ke layar, dengan demikian dapat dilihat dan diamati oleh peserta didik dalam kelas. commit to user

3. Hakikat Kualitas Pembelajaran

a. Hakikat Proses Belajar Mengajar

Menurut Oemar Hamalik 2010: 12 proses belajar adalah mengalami, berbuat, mereaksi, dan melampaui dengan berjalan melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu yang berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan peserta didik. Proses belajar yang terbaik ialah apabila peserta didik mengetahui status dan kemajuannya. Sementara itu, proses belajar menurut Nana Sudjana 1991: 2 adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran.” Unsur utama dalam proses belajar mengajar ada empat, yaitu 1 tujuan, 2 bahan, 3 metode dan 4 alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pangalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran instruksional, pengalaman proses belajar mengajar dan hasil belajar. Engkoswara dalam Tabrani Rusyan, Atang Kusnandar, dan Zainal Arifin 1989: 10-11 mengklasifikasikan tujuan proses belajar dalam bentuk perilaku yang sistematis sebagai berikut: a Perilaku Kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan intelektual. b Perilaku Afektif, yang berupa sikap, nilai-nilai, dan apersepsi. c Perilaku Psikomotor, terutama kelincahan tangan dan koordinasinya. commit to user Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, disimpulkan proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang berlangsung secara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan saling berhubungan antara proses dan hasilnya.

b. Hakikat Kualitas Proses Belajar Mengajar

Penilaian kualitas pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga kepada proses Nana Sudjana, 1991: 56. Penilaian terhadap hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, apabila dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Dalam hal ini perlu disadari, masalah yang menentukan bukan kolot atau modernnya pengajaran, bukan pula konvensional atau progresifnya pengajaran, tetapi pengukuran suksesnya pengajaran, syarat utama adalah hasilnya. Dalam menilai atau mendiskripsikan hasil harus cermat dan tepat, yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya, karena dalam proses tersebut siswa akan beraktivitas dan berkreatifitas. Sebaliknya, proses yang tidak baik atau benar akan menghasilkan capaian yang tidak baik juga atau bisa dikatakan capaian yang semu. Winarno Surakhmad dalam bukunya Pendidikan Nasional, Stategi dan Tragedi 2009 menyatakan bahwa kualitas pembelajaran ditentukan oleh 5 komponen sebagai penentu kualitas: 1 pembelajar peserta didik, 2 program pembelajaran, 3 ekosistem pembelajaran, 4 lembaga pembelajaran, 5 fasilitator pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas memadukan sekurang-kurangnya peserta didik sebagai pembelajar yang berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, dengan dukungan ekosistem pembelajaran yang berkualitas, di dalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas. Hanya pembelajaran yang berkualitas yang mampu memberikan hasil pembelajaran yang berkualitas. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas proses belajar mengajar merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap yang meliputi motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran commit to user dengan memperhatikan bagaimana proses pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Dalam penelitian ini, indikator pencapaian kualitas proses belajar mengajar untuk mata pelajaran akuntansi yaitu motivasi dan partisipasi belajar. Partisipasi belajar yang dimaksud ialah: 1 Keaktifan selama apersepsi, 2 Keaktifan dalam berdiskusi kelompok, 3 Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, 4 Kemampuan dalam mengemukakan pendapat, dan 5 Kemampuan dalam mengerjakan tugas.

c. Hakikat Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana 1991: 22 hasil belajar adalah “kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya ”. Proses belajar mengajar dikelas dapat digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa, maka harus dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap penilaian hasil dan proses belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam mengusai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi terhadap penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar dan materi yang belum dikuasai peserta didik. Horward Kingsley dan Gagne dalam Nana Sudjana 1991:23 membagi tiga macam hasil belajar, yakni a ketrampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kemudian membagi lima kategori hasil belajar, yakni, a informasi verbal, b ketrampilan intelektual, c strategi kognitif, d sikap dan e ketrampilan motoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yng terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada aspek ranah psikomotoris, yakni a gerakan refleks, b ketrampilan gerakan dasar, c commit to user kemampuan perseptual, d keharmonisan atau ketepatan, e gerakan ketrampilan kompleks dan f gerakan ekspresif dan interpretatif. Sementara itu Oemar Hamalik 1989: 13 menjelaskan beberapa pengertian tentang konsepsi hasil belajar sebagai berikut: a Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. b Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. c Hasil-hasil belajar diterima oleh peserta didik apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya. d Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. e Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. f Hasil-hasil belajar yang telah tercapai bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis. Hasil belajar di kalangan peserta didik terdapat perbedaan disebabkan oleh berbagai faktor alternatif, antara lain faktor kematangan akibat kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap dan bakat terhadap bidang mata pelajaran, jenis mata pelajaran yang diberikan, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar yang diperoleh dapat berupa keterampilan, pengetahuan, kebiasaan dan cita-cita. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris yang semuanya sudah terangkum dalam ketuntasan hasil belajar.

4. Hakikat Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Nana Sudjana 1996:27, “Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil belajar yang dicapai tidak akan optimal”. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk commit to user melakukan sesuatu. Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Mc Donald dalam Sardiman 2004:73, motivasi adalah energi da lam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald, motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu: 1 Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. 2 Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, “feeling”, afeksi seseorang 3 Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi dalam hal ini sebenarnya motivasi merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan yang menyangkut soal kebutuhan. Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non- intelektual Sardiman A.M, 2004:75. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga hasil belajar ikut optimal. Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang atau peserta didik dengan timbulnya perasaan dan keinginan yang kuat untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Motivasi belajar dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran, karena hasil belajar akan optimal bila terdapat motivasi belajar yang kuat. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran itu. commit to user

b. Karakteristik Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi yang ada pada diri seseorang dapat diketahui dari perilakunya. Motivasi merupakan kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut Seifert dalam Esa Nur Wahyuni 2009:16, “karakteristik motivasi adalah kecenderungan untuk bertindak, membangkitkan dan mengarahkan, memlihara atau menjaga lebih lama dan motivasi dipelajari atau pembawaan”. Seseorang yang memiliki motivasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut Sardiman AM, 2010:83: a. Tekun menghadapi tugas dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. b. Ulet menghadapi kesulitan tidak lekas putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya. c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “orang dewasa misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak criminal, amoral dan sebagainya. d. Lebih senang bekerja mandiri. e. Cepat bosan pada tugas yang rutin hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. f. Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu. g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

c. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Menurut Oemar Hamalik 2010:161, fungsi motivasi ada tiga, yaitu: 1 Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. 2 Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. 3 Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. commit to user Motivasi bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, Sardiman A.M 2004:85 mengungkapkan bahwa ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 1 Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2 Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan. 3 Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan pencapaian tingkat prestasi belajarnya.

d. Hubungan Motivasi dengan Belajar

Proses belajar mengajar di kelas selalu menuntut adanya motivasi dalam diri setiap siswa. Keberadaan motivasi dalam proses pembelajaran sangat penting karena mempengaruhi seluruh aspek belajar dan pembelajaran. Siswa yang termotivasi akan menunjukkan minatnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar, merasakan keberhasilan diri, mempunyai usaha- usaha untuk sukses dan memiliki strategi kognitif dan efektif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa untuk menemukan aktivitas belajar yang bermakna dan berharga sehingga mereka merasakan keuntungan dari aktivitas belajar tersebut. Menurut Brophy dalam Esa Nur Wahyuni, 2009:38, “motivasi belajar siswa dibangun dari karakteristik siswa serta situasi dan kondisi tertentu”. Siswa yang tidak tertarik atau tidak termotivasi untuk belajar biasanya menunjukkan sikap commit to user tidak perhatian selama kegiatan belajar, tidak memiliki usaha yang sistematis dalam belajar, tidak melakukan monitoring terhadap pemahaman dan penguasaan dari materi yang telah dipelajari serta kurang memiliki komitmen untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Hamzah B. Uno 2009:27 ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain: 1 Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar, maksudnya motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. 2 Peran motivasi dalam memperjalas tujuan belajar, hal ini erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untu belajar jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. 3 Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.

5. Partisipasi Belajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Semua komponen inti yakni guru dan anak didik melakukan kegiatan dengan tugas dan tanggung jawab dalam kebersamaan berlandaskan interaksi normatif untuk bersama-sama mencapai tujuan pembelajaran. Interaksi belajar mengajar dikatakakan bernilai normatif bila di dalamnya terdapat sejumlah nilai yang bernilai edukatif. Dalam interaksi edukatif, unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental dan perbuatan. Rousseau dalam Sardiman A.M 2010:96 memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri dan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:831, “Partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiata n”. Partisipan adalah orang yang ikut berperan serta dalam suatu kegiatan. Dari pengertian tersebut, partisipasi commit to user belajar dapat diartikan sebagai keikutsertaan siswa dalam kegiatan belajar, baik berupa sikap, mental maupun perbuatan. Menurut Dimyati dan Mudjiono 2002:28, “Partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa adalah keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran, baik sikap, mental maupun perbuatan. Sikap dan perbuatan dapat dilihat saat siswa memperhatikan, membaca, menulis atau bertanya. Sedangkan pertisipasi mental atau emosional terlihat dari bagaimana siswa memecahkan atau menjawab pertanyaan dari guru, dan bekerjasama dengan teman-temannya. Dalam penelitian ini, partisipasi belajar yang dimaksud ialah: 1 Keaktifan selama apersepsi, 2 Keaktifan dalam berdiskusi kelompok, 3 Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, 4 Kemampuan dalam mengemukakan pendapat, dan 5 Kemampuan dalam mengerjakan tugas.

6. Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dalam buku Cooperative Learning 2010:2 beberapa pakar mengemukakan pengertian belajar. Gagne mengemukakan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Sedangkan Harold Spears mengemukakan, learning is to observe, to read, to imitate, to try something commit to user themselves, to listen, to follow direction, atau belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan, belajar adalah suatu proses atau aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan yang terjadi sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Prinsip-prinsip Belajar

William Burton dalam Oemar Hamalik 2010:28, mengemukakan bahwa, a good learning situation consist of a rich an varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment. William Burton menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: 1 Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui under going. 2 Proses itu melampaui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. 3 Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. 4 Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. 5 Prose belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. 6 Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid. 7 Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman- pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. 8 Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. 9 Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. 10 Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. 11 Proses berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. 12 Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap, apresiasi, abilitas dan ketrampilan. commit to user 13 Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya. 14 Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dengan pertimbangan yang baik. 15 Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. 16 Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah adaptable, jadi tidak sederhana dan statis.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas kegiatan yang diisyaratkan dengan beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Slameto 1995:54, faktor-faktor yang memperngaruhi belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1 Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh 2 Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan 3 Faktor kelelahan Sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu, yang terdiri dari: 1 Faktor keluarga, meliputi cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua dan latar belakang kebudayaan. 2 Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajarn, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3 Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kegiatan masyarakat. Faktor-faktor diatas merupakan faktor yang juga mampengaruhi pencapaian prestasi belajar peserta didik, karena kedua faktor tersebut sangat berkaitan erat dan memudahkan siswa mencapai prestasi belajar yang optimal. commit to user

d. Pengertian Prestasi Belajar

Kata “prestasi” belajar dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar berarti hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Zainal Arifin 1991:3 mengemukakan “prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya masing- masing”. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan prestasi belajar adalah suatu hasil yang bersifat perennial yang senantiasa ingin dicapai seseorang atau siswa dalam kegiatan belajar sesuai bidang dan kemampuan masing-masing yang dipelajarinya yang kemudian diwujudkan dalam bentuk angka, simbol maupun kalimat. Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena memiliki beberapa fungsi utama. Zainal Arifin 1991:3-4 mengemukakan lima fungsi prestasi belajar, yaitu: 1 Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki peserta didik 2 Prestasi belajar sebagai lambang pemuasaan hasrat ingin tahu 3 Prestasi belajar sebagi bahan informasi dalam inovasi pendidikan 4 Prestasi belajar daapat dijadikan indicator intern dan ekstern dari institusi pendidikan 5 Pretasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik Prestasi belajar peserta didik berbeda-beda baik secara individual maupun secara kelompok. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yang telah diuraikan sebelumnya. Selain itu, karena fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indicator keberhasilan dalam suatu bidang studi tertentu tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Bagi guru, prestasi belajar peserta didik, bermanfaat untuk pelaksanaan feedback atau umpan balik dalam proses belajar mengajar, apakah perlu diadakan perbaikan atau tidak. commit to user

7. Pengertian Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik tingkat SMA jurusan Ilmu Sosial pada jenjang kelas XI sebelas. Dalam mata pelajaran ini, didominasi dengan hitungan dan pembuatan kolom pada tiap pokok bahasannya. Sehingga sebelumnya peserta didik harus memahami konsep dasar akuntansi itu sendiri untuk dapat menguasai mata pelajaran ini. Menurut Ahmed Belkaoi dalam R.Baswir 1995:4 “Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, dari suatu lembaga atau perusahaan yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi diantara sebagai alternative tindakan. American Accounting Association AAA mendefinisikan “Akuntansi sebagai proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”

B. Penelitian yang Relevan

1. Diyanto 2006 dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Melalui Tipe TGT Teams Games Tournaments dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII6 MTS. Filial Al Iman Adiwerna Tegal Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat. Hasil asil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII6 MTs. Filial Al Iman Adiwerna Tegal pada pokok bahasan bilangan bulat meningkat. Hal ini terlihat pada peningkatan ketuntasan belajar dari 76,6 menjadi 85.3, dan meningkat lagi menjadi 87,7. 2. Sutarto 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pembelajaran Kooperatif Bersifat Konstruktivis Pada Topik Klasifikasi Hewan Arthropoda Pengalaman Dari Lesson Study Di SMP Negeri 1 Paseh”. Kegiatan pembelajaran dilangsungkan dengan cooperative learning, tipe Teams Game Tournament TGT. Kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam pembelajaran ini adalah melakukan pengamatan ciri-ciri hewan Arthropoda dan berdasarkan ciri-ciri yang teramati, siswa mengelompokkan hewan commit to user Arthropoda ke dalam lima kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kegiatan belajar 98 siswa terpacu semangat dan aktivitasnya. Uji dengan TGT umumnya memberikan penguatan yang baik bagi hasil belajar siswa pada topik tersebut. Sedangkan kegiatan lesson study memberikan pengalaman baru bagi guru model dan guru observer. 3. Rosa Dewi 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT Teams Games Tournaments Berbantuan Media Flash Dilengkapi LKS Untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrokarbon di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Kelas X.7 semester genap tahun ajaran 20092010 ”. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa yang mencakup aspek ketuntasan belajar, kepuasan belajar dan afektif siswa meningkat. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, rata-rata ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan hanya 50. Setelah metode TGT berbatuan media flash dilengkapi LKS diterapkan pada materi pokok hidrokarbon, ketuntasan siswa dapat mencapai 77,27 pada siklus I dan 72,72 pada siklus II.

C. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan 2015/2016 Dalam Pelajaran IPA

0 4 10

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MATA PELAJARAN IPS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 15

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi di kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta.

0 0 227

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Sosiologi pada Siswa Kelas X IIS 4 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 1 10