Potensi Dana Masjid Kajian Teori Tentang Masjid a.

54 penyengggara pendidikan nonformal hanya mengandalkan perintah dari pemerintah. Oleh karena itu seringkali terdapat program pendidikan yang mati suri berhenti jika dana sudah habis dan dapat berjalan kembali jika mendapat suntikan dana, bahkan ada yang kemudian mati sama sekali karena tidak ada dana untuk melanjutkan. Hal-hal tersebut membuat kredibilitas pendidikan nonformal dipertanyakan. Sesungguhnya pendidikan nonformal sendiri sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pendidikan nonformal dapat melengkapi, menambah dan atau mengganti fungsi jalur pendidikan lainnya. Dengan adanya permasalahan tersebut dan kesadaran akan potensi yang dapat digali dalam pendidikan nonformal seluruh penggerak pendidikan nonformal tertantang untuk senantiasa mengembangkan diri dan bertindak lebih kreatif. Diantaranya adalah dengan mengadakan pendidikan nonformal yang lebih terintegrasi dengan kehidupan masyarakat. Salah satu yang kini sedang berkembang pesat adalah penyelenggaraan pendidikan nonformal berbasis keagamaan. Pertumbuhan masjid di Indonesia semakin meningkat, Namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan upaya pengembangannya. Padahal Masjid pada zaman nabi Muhammad SAW yang merupakan penyeru agama Islam tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah semata, namun 55 masjid juga merupakan institusi sosial tempat kepedulian sosial, distribusi kekayaan dan kebersamaan manusia dibangun demi terciptanya kesejahteraan bangsa pada umumnya dan masyarakat Islam khususnya. Sayangnya potensi ini belum tergarap dengan baik. Masih banyak kendala yang dihadapi oleh pengelola masjid, diantaranya adalah masalah sumber daya manusia dan manajemen. Proses pemberdayaan membutuhkan wadah di mana masyarakat dapat berkumpul untuk saling menyatukan pikiran dan mengembangkan diri secara nyaman dan dinamis. Masjid yang merupakan salah satu institusi kemasyarakatan agama Islam yang merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk negara Indonesia tentunya dapat dijadikan wadah yang prospektif bagi perkembangan proses pemberdayaan. Ditengah-tengah masalah kemunduran fungsi masjid, masjid Jogokariyan yang bertempat di kampung Jogokariyan Mantrijeron Yogyakarta justru dapat mengadakan kegiatan- kegiatan yang dapat membangun masyarakat sekitarnya. Kegiatan yang diprogramkan oleh masjid Jogokariyan tidak hanya berkisar pada kegiatan keagamaan semata, seperti shalat jama’ah lima waktu, pengajian rutinan bagi majelis taklim masjid Jogokariyan dan kegiatan semacamnya. 56 Selain itu masjid Jogokariyan telah mampu menciptakan learning society dalam lingkungan jamaahnya. hal tersebut dapat dilihat dari program dan pelaksanaan kegiatan pengurus masjid Jogokariyan sangat responsif terhadap perkembangan masyarakat, sehingga mampu menarik masyarakat untuk turut serta dalam pemakmuran masjid, disisi lain masyarakat pun turut belajar untuk mengembangkan diri dan masyarakat disekitarnya. Masjid Jogokariyan tidak hanya menjadi wadah belajar bagi masyarakat sekitarnya, bahkan mampu membawa perubahan kepada masyarakat dari segi budaya, maupun perekonomian. Dengan itu masjid Jogokariyan dapat dikatakan telah turut serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat belajar learning society . Karena learning society merupakan sebuah proses pemberdayaan. Proses pemberdayaan tersebut mencakup proses merubah sikap dan perilaku budaya dari masyarakat yang tidak gemar belajar menjadi masyarakat gemar belajar learning society . Dengan bercermin kepada masjid Jogokariyan diharapkan muncul masjid-masjid lainnya di Indonesia yang dapat menjadi pusat belajar dan pengembangan pemberdayaan masyarakat.