Biro Kerumahtanggaan : Deskripsi Masjid Jogokariyan 1.

81 kebutuhan anak-anak. Jika dirasa anak-anak mulai jenuh dengan kegiatan TPA yang monoton maka akan diadakan kegiatan pelatihan tajwid dan atau pesantren sabtu-ahad yang lebih bersifat entertaining namun masih edukatif. TPA masjid Jogokariyan belum dikelola secara formal yang menjamin adanya ijazah kelulusan dan sebagainya. Namun pada pelaksanaanya kegiatan TPA masjid Jogokariyan mengacu pada kurikulum TPA pada umumnya. Selain itu anak-anak di kelompokkan berdasarkan umur kemudian dibagi menjadi beberapa kelas agar materi yang didapat sesuai dengan perkembangannya. Informasi tersebut diperoleh berdasarkan informasi yang disampaikan saudara “Tr” sebagai berikut: “Kalau ijazah kelulusan tidak ada Mbak. Kami bukan TPA formal, kami kegiatannya bebas saja. Tapi seluruh isi kegiatannya sih tetap mengacu ke TPA pada umumnya, kurikulum, silabus dan sebagainya kami mencontoh TPA- TPA yang sudah ada…untuk kegiatan kesehariannya anak- anak dikelompokin sesuai umurnya terus nanti setiap kelompok ada gurunya masing-masing.” Informasi tersebut dikuatkan dengan pendapat Bapak “Tj” sebagai berikut: “Kami kan organisasi masyarakat Mbak, jadi memang kegiatannya disini kebanyakan tidak resmi maksudnya tidak ada izin pemerintah segala dan sebagainya, kami berjalan nonformal saja disesuaikan kebutuhan masyarakat… untuk TPA dan kegiatan lain juga tidak ada yang namannya ijazah atau sertifikat. Kalo sertifikat paling adanya kalu kegiatan seperti seminar atau pelatihan, itu juga tergantung panitianya menyediakan atau tidak.” 82

2. Biro pembinaan RMJ Remaja Masjid Jogokariyan

Biro ini menjadi salah satu biro paling krusial dalam kepengurusan masjid Jogokariyan. Karena melalui biro inilah kader-kader penerus masjid Jogokariyan khususnya dididik dan ditempa. Selain itu masa remaja sendiri merupan fase yang rentan, perlakuan yang baik terhadap remaja akan melahirkan manusia dewasa yang baik begitu pula sebaliknya. Masa remaja merupakan fase pembentukan yang efektif dan efisien. Para remaja sangat semangat dengan isu kebersamaan atau“kongkow-kongkow”. Dengan semangat demikian remaja bisa diarahan untuk menjadi kantong pembinaan generasi muda Islam yang berpengaruh positif terhadap percepatan kebangkitan umat serta pemacu soliditas untuk menegakan amar ma’ruf nahi munkar memerintahkan kebaikan memberantas kejahatan. Untuk menarik remaja agar mau datang kemasjid semata- mata untuk beribadah maupun untuk turut memakmurkannya bukanlah hal yang mudah. Membutuhkan cara-cara khusus untuk melakukannya, yakni: a Pahami kebutuhan remaja, b Penuhi kebutuhan remaja c Buat program yang regulerrutin, d Tingkatkan kualitas dan pemahaman, Peningkatan kualitas suatu produk maupun program harus sentiasa seiring dengan