Pembinaan Deskripsi Masjid Jogokariyan 1.

125 Pernyataan tersebut dikuatkan dengan penuturan Bapak “Tj” sebagai berikut: “…disini shalat jamaah selalu ramai, apalagi yang bagian putra, pasti penuh, keculai dzuhur, paling dua sampai tiga baris saja, karena kalo siang kan jamaah pada punya kegiatan diluar, entah kerja atau sekolah dan kuliah”. Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dimasjid Jogokariyan merupakan kegiatan pendidikan nonformal, diantaranya berupa kegiatan pengajian, pelatihan, dan diskusi. Seperti tujuan kegiatan lainnya, kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di masjid Jogokariyan apada intinya dalah kegiatan yang dirancang untuk membentuk sifat religius pada jamaahnya. Hal tersebut sesuai dengan penuturan Bapak “Tj” sebagai berikut; “Apapun bentuk kegiatannya,semua sebenarnya ditujukan untuk mendidik masyarakat maubentuknya adalah pelatihan, kursus, diskusi, talkshow, dan pengajian, atau mungkin jalan, jalan, pentas seni dan sebagainya, itu tujuannya cuma satu untuk membentuk religiuitas masyarakat”. Contoh adanya dampak kemandirian politik dalam jamaah masjid Jogokariyan sebagai hasil dari upaya pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal menuju masyarakat belajar di masjid Jogokariyan adalah adanya pemilihan takmir secara langsung oleh masyarakat Jogokariyan setiap 5 tahun sekali sesuai masa periode jabatan takmir yang ada. Dalam pemilihan tersebut setiap warga kampung Jogokariyan baik yang berstatus jamaah tetap maupun tidak tetap masjid dapat mengikuti pemilihan ketua takmir masjid Jogokariyan yang dilakukan secara terbuka 126 dan langsung. Hal tersebut menandakan adanya suatu kematangan berfikir dalam masyarakat mengenai hak nya sebagai anggota sebuah lembaga kemasyarakatan yang dalam hal ini dalam lingkup kecil yakni dalam kemasyarakatan organisasi masjid Jogokariyan. Kematangan tersebut membawa masyarakat untuk menentukan siapa calon yang akan mereka pilih kemudian melakukan aksi pemilihan. Relevansi adanya kematangan kognisi dan afeksi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Bapak “Dn” selaku salah satu takmir masjid Jogokariyan : “Dengan adanya pemilihan langsung ketua takmir memang dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai hak pilihnya dalam Pemilu Pemilihan Umum presiden nanti Mbak. Lebih luasnya ini sebagai pendidikan politik. Dari sini masyarakat dilatih bagaimana mereka dapat mengetahui visi misi hidup yang ingin dicapai. Dari skala kecil di kalanagan masjid ini diharapkan jamaah nantinya paling gak bisa tau pemimpin negara yang seperti apa yang mereka inginkan. Jadi suara yang mereka berikan nantinya jadi lebih berarti. Gak asala coblos-coblos aja. Kadang-kadang para Ibu-ibu kan sukanya yang penting ganteng.….” Selanjutnya seperti yang terjadi pada ibu “Em”. Ibu “Em” merupakan masyarakat yang tergolong tidak mampu secara ekonomi. Ia adalah seorang tukang jahit. Sebelumnya kemampuannya menjahit tidak dapat menutup kebutuhan rumah tangganya. Karena suaminya hanya seorang satpam dengan gaji pas-pasan. Sedangkan anak-anaknya sudah mulai masuk ke jenjang menengah sekolah. Kemudian Ibu “Em” mengikuti salah satu program pendidikan keterampilan menjahit yang diprakarsai oleh biro pemberdayaan perempuan masjid Jogokariyan. Setelah mengikuti program tersebut Ibu “Em” memiliki kemampuan 127 tambahan. Dengan kemampuan mengembangkan jaringan tersebut Ibu “Em” kini sering mendapat pesanan. Mengenai hal tersebut, berikut penuturan Ibu “Em”: “…dulu saya paling dapet order cuma 3 atau 5 baju sebulan Mbak. Itu aja gak tentu. Kadang gak ada sama sekali. Soalnya waktu itu paling yang minta jasa saya cuma tetangga-tenagga aja. Setelah saya kursus njahit, saya jadi punya banyak kenalan sesama penjahit. Sekarang kita sistemnya borongan Mbak. Kalo teman saya ada borongan saya dikasih jatah bagian mereka dan kayak gitu juga sebaliknya”, “…. waktu itu tempat kursusnya di balai pertemuan balai Desa tapi yang buat para pengurus masjid Jogokariyan”. Kemandirian jamaah dalam ranah ekonomi diantaranya tercermin dengan kemampuan jamaah yang telah dapat mengembangkan usahanya seperti ibu “Em”, atau dapat membuat usaha produktif seperti yang dilakukan ibu “Tk” yakni dengan uang hasil pinjaman di Yayasan Baitul Maal masjid Jogokariyan yang digunakannya untuk membuka usaha berjualan gudeg. Seperti yang di sampaikan oleh ibu “Tk”: “saya dulu pinjam modal di baitu maal masjid Jogokariyan terus saya pakai untuk modal berjualan gudek ini. Alhamdulillah bisa untuk tambahan anak-anak sekolah. “ Secara ekonomi, bukan hanya jamaah yang kini telah mandiri secara finansial, masjid Jogokariyan sendiri dengan adanya gerakan infak mandiri dan wakaf pendanaan masjid menjadi aman dan mandiri. Sehingga pembangunan masjid menjadi Islamic Centre menjadi lancar. Kemudian dalam ranah kesehatan, fasilitas kesehatan d klinik masjid Jogokariyan sudah sangat memadai. Sehingga masjid Jogokariyan dapat secara mandiri memberikan fasilitas kesehatan pada jamaah. Fasilitas kesehatan bagi jamaah masjid Jogokariyan diberikan secara gratis,