22
Dari langkah-langkah diatas tentunya media komik dapat digunakan dalam pengajaran bahasa Jerman, sehingga media komik tentunya bermanfaat dalam
pembelajaran bahasa Jerman. Menurut Pringgawidagda 2002: 145 keuntungan menggunakan media pembelajaran adalah sebagai berikut. 1 pembelajaran
bahasa lebih menarik atau menumbuhkan rasa cinta terhadap pembelajaran bahasa, 2 menambah minat belajar pembelajar, minat belajar yang baik akan
menghasilkan mutu yang baik pula prestasi belajar, 3 mempermudah dan memperjelas materi pelajaran, 4 memperingan tugas pengajar, 5 merangsang
daya kreasi, dan 6 pembelajaran tidak monoton. Sudjana 2002: 2 mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses
belajar peserta didik sebagai berikut. 1 Pengajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik dan dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik; 2 Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami peserta didik dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran; 3 Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru yang membuat peserta didik menjadi tidak bosan, dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru
mengajar pada setiap jam pelajaran; 4 Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Jadi media pembelajaran yang bermanfaat adalah media pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam memahami pelajaran serta dapat
membantu pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran secara sederhana tetapi dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Media pembelajaran
mampu membuat peserta didik mudah dalam menyerap materi, dikarenakan
23
kemasannya yang mudah dipahami dan tidak monoton. Dalam hal ini media komik dalam pembelajaran bahasa Jerman merupakan media yang menarik,
karena informasi ditunjukan melalui gambar-gambar dalam rangkaian cerita yang menarik.
5. Media Komik
Komik dalam etimologi bahasa Indonesia berasal dari kata “comic” yang kurang lebih secara semantik berarti “lucu”, “lelucon”, atau kata kōmikos dari
k ōmos ‘revel’ bahasa Yunani yang muncul sekitar abad ke- 16. Pada awalnya,
komik memang ditunjukkan untuk membuat gambar-gambar yang menceritakan secara semiotic simbolis maupun secara hermeunistic tafsiran tentang hal-hal
lucu.Gumelar 2011: 2 Menurut Sudjana dan Rivai 2002: 63 komik dapat didefinisikan sebagai
suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk
memberikan hiburan kepada pembaca. McCloud dalam Gumelar 2011: 6 mendefinisikan komik sebagai berikut.
“Juxtaposed pictorial and other images in delibrate sequence, inteded to convery information andor produce an aesthetic response in the reader.
” McCloud menekankan bahwa komik adalah gambar yang berjajar dalam urutan yang
disengaja, dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan respons estetik dari pembaca.
24
Kemudian Gumelar 2011: 7 menyimpulkan bahwa komik adalah urutan- urutan gambar yang ditata sesuai tujuan dan filosofi pembuatnya hingga pesan
cerita tersampaikan, komik cenderung diberi lettering yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
Waluyanto 2005: 51 berpendapat bahwa : Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai
kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini memungkinkan karena komik memadukan kekuatan
gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi mudah diserap.
Dari beberapa teori di atas, peneliti menyimpulkan 2 pendapat dari Mc Cloud dan Waluyanto. Komik adalah suatu gambar yang disusun secara urut
mengikuti yang mengikuti alur cerita. Komik dikemas dalam tampilan yang bagus agar pembacanya lebih tertarik dalam mengikuti alur tiap cerita. Komik juga dapat
membuat pembacanya lebih terhibur dengan bentuk visualisasi tokoh yang dibuat lucu. Dalam pembelajaran bahasa, tentunya komik dapat digunakan sebagai media
pengajaran yang dapat menunjang peserta didik mengenai inti dalam sebuah cerita. Penggunaan komik dalam pembelajaran bahasa Jerman tentunya dapat
menambah minat peserta didik untuk membaca teks berbahasa Jerman. Kemunculan komik diawali dengan penggunaan komik sebagai pengobar
dari peristiwa perang surat kabar antara William Randolph Hearts dengan Josep Pulitzer pada pertengahan tahun 1890-an. Bagian penting dalam persaingan ini
dimainkan dengan gambar-gambar lucu yang meliputi perwatakan terkenal dengan The Yellow Kid. Pada tahun 1930-an komik mulai dibaca oleh anak-anak
25
tingkat menengah dan hampir setengahnya dari peserta didik SMA, dan 13 dari penduduk Amerika pada rentang usia 18 dan 30 tahun juga mulai menyukai
membaca komik. Sudjana, 2002: 64-65 Berdasarkan jenisnya Ranang 2010: 8 menuturkan komik dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu comic strips dan comic books. Comic strips merupakan komik bersambung yang dimuat pada surat kabar atau majalah,
sedangkan comics books merupakan kumpulan cerita bergambar yang terdiri dari satu atau lebih judul dan tema cerita, atau disebut buku komik. Akan tetapi
seiiring perkembangan jaman, kini komik sudah merambah ke dunia internet, komik ini biasanya disebut dengan webcomic, e-comic, mobile comic, dan
sejenisnya. Komik yang akan dipakai adalah comic strips dimana komik tersebut
adalah komik yang sengaja dibuat bersambung agar peserta didik penasaran akan kelanjutan cerita. Tidak hanya cerita yang ditonjolkan dalam komik tersebut akan
tetapi juga materi yang dikemas secara menarik sehingga peserta didik tidak terkesan bosan. Selain dapat membuat pelajaran menjadi menarik, tulisan
bergambar juga dapat merangsang otak untuk suka membaca. Penggunaan comic strips juga nantinya akan disesuaikan dengan strategi
bahasa Jerman dalam membaca, yaitu membaca keseluruhan dari isi komik tersebut, kemudian mulai membaca detail mengenai pemahaman kosakata dan
struktur, kemudian dilanjutkan dengan membaca selektif.