Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kematian Pasien Diabetes Mellitus

DM yang hidup diantaranya 37 tahun sebesar 3,7, 39 tahun sebesar 1,8, 40 tahun sebesar 1,8, 41 tahun sebesar 1,8, 42 tahun sebesar 1,8, 44 tahun sebesar 3,7, 46 tahun sebesar 3,7, 47 tahun sebesar 1,8, 50 tahun sebesar 5,5, 51 tahun sebesar 1,8, 52 tahun sebesar 5,5, 55 tahun sebesar 1,8, 56 tahun sebesar 3,7, 63 tahun sebesar 1,8, 70 tahun sebesar 1,8. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh MC. Ewen et al 2007 menyatakan bahwa usia ≥45 tahun memmiliki risiko 1,04 kali mengalami kematian dibandingkan usia 45 tahun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Noer S 1996 bahwa bertambahnya usia mengakibatkan menurunnya fungsi alat tubuh sehingga menyebabkan gangguan fungsi pankreas dan kerja insulin. Semakin bertambahnya usia penderita DM terjadi menunrunnya sistem kekebalan tubuh.

5.1.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kematian Pasien Diabetes Mellitus

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kematian pasien diabetes mellitus di RSUD Tugurejo Kota Semarang. Hal ini didasarkan pada hasil analisis dengan uji chi square yang diperoleh p value = 0,029 dimana itu lebih kecil dari 0,05 0,029 0,05, artinya ada hubungan antara jenis kelamin dengan kematian pasien diabetes mellitus. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR= 4,038 artinya pasien diabetes mellitus berjenis kelamin laki- laki memiliki risiko 4,038 kali mengalami kematian dibandingkan pasien diabetes mellitus berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kematian pasien DM di RSUD Tugurejo. Hasil penelitian dilapangan proporsi jenis kelamin pasien DM yang meninggal yaitu laki- laki sebesar 70,4 dan perempuan 29,6. Sedangkan proporsi jenis kelamin pada pasien DM yang hidup yaitu laki laki 37 dan perempuan 63. Pasien DM laki laki meninggal sering tidak mematuhi pengobatan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan seperti halnya konsumsi obat, tidak melakukan kontrol kesehatan rutin, tidak menjalani diet, dan kurangnya aktifitas fisik sehingga keadaan gula darah meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh MC. Ewen et al 2007 dengan hasil bahwa penderita DM laki- laki memiliki risiko 1,57 kali mengalami kematian dibandingkan penderita DM perempuan. Penelitian ini sesuai dengan teori Krag 2015 menyatakan bahwa kebanyakan penderita DM yang meninggal adalah laki- laki. Perempuan lebih mudah menerima dan menerapkan saran manajemen penyakitnya dari pada laki- laki seperti halnya perintah penderita DM diminta untuk melakukan pola diet sehat, yang mana rekomendasi tersebut dipatuhi perempuan daripada laki- laki. Sementara saran tersebut berdampak untuk jangka panjang terhadap ketahanan hidup penderita. Maskulinitas laki-laki membuat diabetes sulit tertangani karena pasien laki-laki enggan mengubah gaya hidup mereka. Pada dasarnya, pendekatan terstruktur dari perawatan diabetes bertentangan dengan kebanyakan pria untuk belajar mandiri daripada memanajemen diri. Penderita DM perempuan lebih bertahan hidup dibandingkan penderita DM laki- laki. Pada penderita DM laki laki dapat menyebabkan ereksi pada laki- laki dan mengganggu fungsi seksual sehingga menimbulkan efek ganda yang menyiksa kaum laki- laki Marewa, 2015.

5.1.3 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Kematian Pasien Diabetes Mellitus