menghentikan  penggunaan  obat  tanpa  mmeberitahu  dokter  sebesar  33,3,  tidak membawa  obat  saat  berpergian  sebesar  11,1,  tidak  mengkonsumsi  semua  obat
yang  diberikan  dokter  sebesar  7,4,  berhenti  minum  obat  saat  kondisi  membaik sebesar 11,1, merasa tidak nyaman dalam menjalani pengobatan sebesar 44,4,
tidak tepat waktu dalam konsumsi obat sebesar 55,5. Ketidakpatuhan  dalam  melaksanakan  pengobatan  merupakan  masalah
medis  yang  berat  dan  menjadi  masalah  serius  yang  dihadapi  tenaga  kesehatan profesional. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan atau terapi dapat meningkatkan
risiko  berkembangnya  masalah  kesehatan  atau  dapat  memperpanjang  maupun memperburuk  penyakit  yang  dialami  karena  kadar  gula  dalam  darah  pada
penderita DM tidak normal karena terganggunya metabolisme karbohidrat. Akibat kadar  gula  darah  naik  hingga  mecapai  kadar  yang  lebih  tinggi  dan  proses
kembalinya membutuhkan waktu yang lama Marewa, 2015; Sukardi, 2005. Ketidakpatuhan  pasien  dalam  penggunaan  obat  dapat  memperlama  masa
sakit  atau  meningkatkan  keparahan  penyakit.  Selain  itu  ketidakpatuhan  dapat membuat  dokter  berasumsi  bahwa  diagnosis  penyakit  salah  akibat  buruknya
respon  terhadap  obat  yang  dianjurkan.  Hal  ini  juga  dapat  mengakibatkan  dokter melakukan lebih banyak tes dan memberikan tambahan obat baru.
5.1.15  Hubungan  Antara  Pendapatan  Dengan  Kematian  Pasien  Diabetes Mellitus
Berdasarkan  hasil  penelitian  menunjukan  bahwa  ada  hubungan  yang signifikan antara pendapatan dengan kematian pasien diabetes mellitus  di RSUD
Tugurejo  Kota  Semarang.  Hal  ini  didasarkan  pada  hasil  analisis  dengan  uji
chi
square
yang diperoleh
p  value
= 0,006 dimana itu lebih kecil dari 0,05 0,006 0,05,  artinya  ada  hubungan  antara  pendapatan  dengan  kematian  pasien  diabetes
mellitus.  Dari  hasil  analisis  diperoleh  nilai  OR=  5,714  artinya  pasien  diabetes mellitus  yang memiliki pendapatan rendah memiliki risiko 5,714 kali mengalami
kematian dibandingkan pasien diabetes mellitus yang memiliki pendapatan tinggi. Berdasarkan  hasil  penelitian  dilapangan  menyatakan  bahwa  terdapat
hubungan  antara  pendapatan  dengan  kematian  pasien  DM  di  RSUD  Tugurejo. Hasil penelitian menujukan proporsi pendapatan pada pasien DM yang meninggal
diantaranya  Proporsi  pendapatan  rendah  Rp.  1.909.000  per  bulan  pada kelompok  kasus  sebesar  74,1,  lebih  besar  dari  pada  kelompok  kontrol  yaitu
33,3.  Sedangkan  proporsi  tinggi  ≥Rp.  1.909.000  per  bulan  pada  kelompok kasus 25,9, lebih kecil dari kelompok kontrol 66,7.
Hasil  penelitian  ini  sesuai  dengan  hasil  penelitian  terdahulu  yang dilakukan oleh MC. E wen,
et al
2007 menyatakan bahwa pendapatan keluarga rendah  merupakan  faktor  risiko  yang  signifikan  terhadap  kematian  pasien  DM.
Penderita DM yang memiliki tingkat pendapatan rendah memiliki risiko 1,82 kali mengalami  kematian  dibandingkan  dengan  penderita  DM  yang  memiliki  tingkat
pendapatan  keluarga  tinggi.  Penghasilan  keluarga  yang  rendah  dapat mempengaruhi  kondisi  DM  yang  sudah  ada,  keterbatasan  financial  akan
membatasi  penderita  untuk  mencari  informasi,  perawatan  dan  pengobatan  untuk dirinya.  Hasil  penelitian  ini  juga  sesuai  dengan  teori  Green  1980  menyatakan
salah  satu  faktor  yang  memungkinkan  atau  memfasilitasi  perilaku  atau  tindakan seseorang  termasuk  keikutsertaanpartisipasi  dalam  suatu  paguyuban  kencing
manis adalah prasarana yang bisa berupa uang. Semakin tinggi penghasilan yang dimiliki  akan  semakin  mudah  pula  bagi  mereka  untuk  mengikuti  kegiatan  yang
dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka.
5.1.17  Hubungan  Antara  Ketersediaan  Biaya  Kesehatan  Dengan  Kematian Pasien Diabetes Mellitus