Pengolahan Mie Aceh Oservasi Enam Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan Pada Industri

binatang pengganggu seperti lalat, dan sebagainya.Penyimpanan bahan makanan bertujuan untuk mencegah bahan makanan agar tidak lekas rusak. Menurut Depkes 2004, tempat penyimpanan bahan baku makanan harus dalam keadaan bersih, kedap air dan tertutup, serta penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi. Menurut Prabu 2009, lokasi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri, virus, parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan.

5.3.3 Pengolahan Mie Aceh

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa penilaian dalam prinsip pengolahan bahan baku makanan mie aceh yang memenuhi syarat kesehatan pada hasil industri pengolahan mie aceh diantaranya adalah semua industri 100 penjamah makanan tidak menderita penyakit menular, misal: batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya, dan pada saat menjamah makanan tidak bercakap-cakap saat menangani makanan mie aceh tersebut.Menurut asumsi peneliti hal ini sangat memenuhi syarat kesehatan dari higiene sanitasi pengolahan karena tingginya pengetahuan penjamah makanan dalam hal memperhatikan kebersihan dirinya.Sehingga makanan yang diolah tidak terkontaminasi. Menurut Depkes RI 2006 penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan.Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain staphylococcus areus, ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Universitas Sumatera Utara Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadaan sehat dan terampil. Selain itu, Sirait 2009 menemukan 10 usaha kecil yang penjamah makanan menggunakan celemek, tutup kepala, sarung tangan dan penutup mulut pada saat pengolahan minuman dan makanan.Pada observasi yang peneliti lakukan di industri pengolahan mie aceh, peneliti tidak menemukan industri pengolahan mie aceh yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap seperti celemek, tutup kepala, sarung tangan, dan penutup mulut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada industri pengolahan mie aceh, di temukan penjamah makanan merokok, menggaruk anggota badan hidung, telinga, mulut dan bagian lainnya pada sewaktu melakukan pengolahan mie aceh sebesar 50. Menurut asumsi peneliti hal ini sangat berpengaruh pada tenaga penjamah lain yang bekerja pada industri tersebut. Juga sangat fatal terhadap hasil produksi mie aceh yang akan dihasilkan nantinya, karena asap dan puntung rokok tersebut bisa saja terkontaminasi terhadap mie aceh yang akan di olah. Apabila hal ini dilakukan secara terus menerus dapat membahayakan para konsumen karena rokok tersebut mengandung bahan kimia yang berbahaya. Karyawan terutama yang bekerja langsung dengan bahan pangan dapat mencemari bahan pangan tersebut, baik berupa cemaran fisik, kimia maupun biologis.Oleh karena itu, kebersihan karyawan dan hygiene karyawan merupakan salah satu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan industri pangan agar produk pangannya bermutu dan aman untuk dikonsumsi.Menurut BPOM, 2002 Universitas Sumatera Utara Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa pekerja yang kontak langsung dengan pangan tidak menjadi sumber pencemaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada industri pengolahan mie aceh, juga masih di temukan penjamah makanan yang tidak mencuci tangan setiap kali hendak menjamah makanan dan juga ada beberapa penjamah yang tidak menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaiannya.Menurut asumsi peneliti, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan penjamah makanan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat PHBS, diantaranya cuci tangan dan tidak menjaga kebersihan tubuh. Hal ini sangat bernahaya bagi makanan yang diolahnya karena akan terkontaminasi oleh kuman dari tangan, kuku, rambut dan pakaian penjamah makanan mie aceh tersebut. Menurut Chenliyana 2007, pada tahap pengolahan bahan makanan yang perlu diperhatikan adalah pengawasan perilaku sehat para pekerja dan pakaian pekerja, pengolahan makanan, pencucian alat dan pembersihan ruangan.

5.3.4 Penyimpanan Mie Aceh Yang Sudah Jadi

Dokumen yang terkait

Hygiene Sanitasi Pengolahan Makanan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli (E.Coli) Pada Pecel Yang Dijual Di Pasar Petisah Tahun 2015

4 58 78

Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Hasil Industri Pengolahan Tempe Yang Dijual di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012

26 125 90

Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Analisa Kandungan Zat Pewarna Merah Pada Makanan Kipang Pulut Di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011

0 77 97

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 19

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 2

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 7

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 1 46

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

1 1 4

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 49

Hygiene Sanitasi Pengolahan Makanan Dan Pemeriksaan Escherichia Coli (E.Coli) Pada Pecel Yang Dijual Di Pasar Petisah Tahun 2015

0 2 12