Dengan berdasarkan pada hasil tersebut, setelah pelaksanaan pembelajaran baik pada siklus I maupun siklus II, terjadi peningkatan rata-rata nilai siswa.
Apabila nilai rata-rata kelas XI IPA tahun ajaran 20102011 dibandingkan dengan nilai hasil post tes siklus I, terdapat selisih sebesar 3,94. Selanjutnya, apabila
dibandingkan dengan nilai hasil post tes siklus II, terdapat selisih rata-rata sebesar 15,88.
Peningkatan prestasi belajar tersebut dapat terjadi karena adanya beberapa faktor antara lain kondisi yang dialami siswa pada saat melaksanakan
pembelajaran, metode pembelajaran dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Penggunaan metode presentasi yang dilakukan oleh guru pada
siswa kelas XI IPA tahun ajaran 20102011 kurang memberikan pemahaman bagi siswa karena siswa tidak diberikan waktu untuk mencari dan mempelajari materi
yang disampaikan. Sedangkan dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament TGT, para siswa diajak untuk lebih
berpikir dan mencari sumber tentang materi yang sedang dipelajari. Dengan begitu, siswa akan mencoba untuk mencari dan membaca berbagai sumber yang
dapat menambah pengetahuannya.
4. Faktor-faktor Pendukung Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Team Games Tournament TGT
Peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat terjadi karena sesuai dengan kelebihan yang dimiliki oleh metode Team Games Tournament TGT.
Metode tersebut dapat mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan diantara para siswa seperti perbedaan kemampuan belajar anggota kelompoknya yang
dapat ditunjukkan oleh para siswa pada saat melakukan diskusi kelompok serta
pertandingan. Selain itu, metode ini juga mendidik para siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain serta meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi diantara para siswa. Dengan adanya pertandingan, membuat para siswa menjadi lebih tertarik dan bersemangat untuk melakukan persaingan sehat dalam
proses pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa siswa yang menjadi narasumber pada saat peneliti melakukan
wawancara. Dengan adanya diskusi kelompok dan pertandingan, siswa juga dapat
menguasai materi secara mendalam dengan waktu yang sedikit. Selain itu, dengan adanya kerja sama yang tercermin dalam kelompok diskusi membuat para siswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan hasil belajarnya. Pembahasan materi yang diuraikan dalam bentuk diskusi kelompok dan diulang kembali dalam
pertandingan membuat para siswa dapat memahami materi dengan baik sehingga siswa memperoleh nilai tes yang baik pula.
Selain karena penerapan metode Team Games Tournament TGT, peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa juga disebabkan oleh beberapa
faktor pendukung baik faktor internal maupun eksternal antara lain, Pertama, faktor kesehatan para siswa pada saat melakukan pembelajaran.
Dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung,para siswa dalam keadaan sehat sehingga menjadi lebih bersemangat untuk belajar. Kedua, faktor kebiasaan
belajar para siswa. Siklus pertama menunjukkan adanya beberapa siswa yang belum menunjukkan aktivitas secara maksimal karena masih terbawa dengan
kebiasaan pola belajarnya sehingga belum dapat menerima pembelajaran dengan baik. Sedangkan pada siklus kedua menunjukkan bahwa siswa yang tadinya masih
melakukan kebiasaan belajarnya sendiri, sudah mulai menunjukkan adanya perubahan dengan menerima proses pembelajaran yang berlangsung.
Ketiga, faktor motivasi para siswa yang ditunjukkan dengan adanya semangat para siswa dalam melakukan pembelajaran. Keempat, faktor sikap siswa
juga mempengaruhi proses pembelajaran yang berlangsung. Sikap siswa untuk mengikuti pembelajaran pada kedua siklus memiliki perbedaan. Kesiapan siswa
pada siklus I belum dapat terwujud dengan maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan beberapa siswa yang masih merasa enggan dan malas untuk
bertindak seperti masuk ke dalam kelompok dan melakukan diskusi kelompok. Sedangkan pada siklus II, sikap siswa sudah menunjukkan hal yang positif.
Kelima, faktor sekolah juga mendukung terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa. Ruang perpustakaan yang digunakan sebagai tempat penelitian
memberikan berbagai manfaat bagi para siswa seperti memudahkan para siswa dalam memperoleh sumber materi, mempermudah para siswa dalam melakukan
diskusi kelompok dan pertandingan. Hal ini disebabkan karena ruang perpustakaan terdiri dari dua ruang yaitu ruangan khusus untuk buku dan ruangan
khusus untuk berdiskusi. Lingkungan sekolah atau ruang belajar yang jauh dari jalan raya menyebabkan proses pembelajaran tidak terganggu. Jumlah siswa kelas
XI IPA yang hanya berjumlah 18 orang juga sangat mendukung proses pembelajaran sehingga para siswa dapat berkonsentrasi dalam mengikuti
pembelajaran serta lebih leluasa untuk melakukan aktivitas belajarnya.
5. Kendala Dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team