i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum harus
mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional utuk memperkuat keutuhan bangsa dalam NKRI.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum harus
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya. k.
Kesetaraan Gender. Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan
yang berkeadilan
dan mendorong
tumbuh kembangnya kesetaraan gender.
l. Karakteristik
satuan pendidikan.
Kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
7. Tujuan Kurikulum 2006
Dalam bukunya Mulyasa 2007:22, secara umum tujuan diterapkannya kurikulum 2006 adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan otonomi kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya
kurikulum 2006 atau KTSP adalah untuk: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
B. Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Keterlaksanaan berasal dari kata laksana, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007:627 berarti sifat, laku, atau perbuatan.
Imbuhan keter-an menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, maka keterlaksanaan berarti sesuatu hal
atau peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan menurut Blanchard, Berns, dan Erickson Kokom, 2011:6 pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja. Sementara itu Hu
ll’s dan Sounders Kokom, 2011:6 menjelaskan di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam
konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual
menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat kerja, maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru
mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan
menurut Johnson Kokom, 2011:6 pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks
kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan makna. Elaine
B. Johnson
Rusman, 2013:187
mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak
untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu
sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri
tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.
The Washington State Consortium For Contextual Teaching and Learning
Kunandar, 2008:295,
mengartikan pembelajaran