kontekstual adalah
pengajaran yang
memungkinkan siswa
memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar
sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan
mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah- masalah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab
mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran kontekstual adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh suatu sekolah dengan mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan
nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan
makna materi tersebut bagi kehidupannya.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran yang
lain. Menurut Johnson Kokom, 2011:7 terdapat 8 karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Making meaningful connections membuat hubungan penuh
makna. Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok,
dan orang yang dapat belajar sambil berbuat. b.
Doing significant work melakukan pekerjaan penting. Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai
konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
c. Self-regulated learning belajar mengatur sendiri. Siswa
melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubunganya dengan
penentuan pilihan, dan ada produk atau hasilnya yang sifatnya nyata. Pada akhirnya, peserta didik harus menjadi pelajar
sepanjang hayat, hal ini berarti peserta didik selalu memiliki keinginan dan dapat mencari, meneliti, dan menggunakan
informasi dengan kesadaran sendiri tanpa diawasi. Dalam hal ini dituntut kesadaran tinggi dari peserta didik.
d. Collaborating kerja sama. Siswa dapat bekerja sama. Guru
membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling
memengaruhi dan saling berkomunikasi. e.
Critical and creative thinking berpikir kritis dan kreatif. Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara
kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan bukti-bukti dan logika.
f. Nurturing the individual memelihara individu. Siswa
memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan
memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
g. Reaching high standarts mencapai standar tinggi. Artinya,
siswa mengenal
dan mencapai
standar yang
tinggi: mengidentifikasi
tujuan dan
memotivasi siswa
untuk mencapainya.
h. Using authentic assessment penggunaan penilaian sebenarnya.
Siswa mengenal
dan mencapai
standar yang
tinggi: mengidentifikasi
tujuan dan
memotivasi siswa
untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara
mencapai apa yang disebut “excellence”. i.
Using authentic assessment mengadakan asesmen autentik. Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks
dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka
pelajari untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI