Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya

No Dimensi Indikator Pertanyaan No. 4 Kerja sama cooperating a. bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah dan mengerjakan tugas 18 b. saling bertukar pikiran, mengajukan, dan menjawab pertanyaan 19 c. komunikasi interaktif antar sesama siswa, siswa dengan guru, siswa dengan nara sumber 20 d. penghormatan terhadap perbedaan gender, suku, ras, agama, sosio ekonomi, budaya, dan pandangan 21 5 Pengaturan diri self-regulating a. motivasi belajar sepanjang hayati 22 b. motivasi untuk mencari dan menggunakan informasi dengan kesadaran sendiri 23 c. melaksanakan trial-error 24 d. melakukan refleksi 25 e. belajar mandiri 26 6 Asesmen autentik authentic assesment a. penilaian pembelajaran utuh kognitif, afektif, dan psikomotor 27 b. penilaian dilakukan di awal, tengah 28 c. siswa menilai diri sendiri 29 d. siswa menilai orang lain 30 e. penilaian dalam bentuk tertulis pencil paper test 31 f. penilaian berdasarkan perbuatan performance, 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI No Dimensi Indikator Pertanyaan No. penugasan proyek, produk, portofolio 7 Reaching high standard a. mengenal dan dan mencapai standar tinggi 33 Pengukuran instrumen penelitian yang digunakan dalam variabel pembelajaran kontekstual adalah skala Likert. Menurut Sugiyono 2012:93, skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Dalam penelitian ini pilihan jawaban yang digunakan dalam variabel pembelajaran kontekstual adalah: selalu Sl = skor 5, sering Sr = skor 4, kadang-kadang Kk = skor 3, jarang Jr = skor 2, dan tidak pernah Tp = skor 1. 2. Keterampilan berkomunikasi Menurut Johnson Supratiknya, 1995:30, secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas dari sekadar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan sebentuk komunikasi. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk memengaruhi tingkah laku si penerima. Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Berkomunikasi No. Indikator Item Positif Negatif 1. Sikap Percaya Diri 18 27 2. Membuka Diri 6,13,14,15,16,28,30 3. Penerimaan Diri 5,12,21 4. Mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas 10,19,24 5. Memberi dukungan 9,11 6. Memecahkan konflik dengan cara konstruktif 17,20 23,29 7. Menyimak dengan penuh perhatian 1,2,3,4,7,8,25,26,31,32,33,35 22,34 Pengukuran instrumen penelitian yang digunakan dalam variabel keterampilan berkomunikasi adalah skala Likert. Menurut Sugiyono 2012:93, skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Dalam variabel keterampilan berkomunikasi terdapat 2 dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 lima pilihan pendapat dengan mengacu pada skala Likert. Dalam pernyataan positif meliputi: selalu Sl = skor 5, sering Sr = skor 4, kadang-kadang Kk = skor 3, jarang Jr = skor 2, dan tidak pernah Tp = skor 1. Sedangkan dalam pernyataan negatif meliputi: selalu Sl = skor 1, sering Sr = skor 2, kadang-kadang Kk = skor 3, jarang Jr = skor 4, dan tidak pernah Tp = skor 5. 3. Integritas pribadi Menurut Filosof Yunani Aristoteles Lickona, 2008:74 mendefinisikan karakter yang baik sebagai hidup dengan tingkah laku yang benar, tingkah laku yang benar dalam hal berhubungan dengan orang lain dan berhubungan dengan diri sendiri. Terdapat komponen-komponen karakter yang baik yaitu: yang pertama pengetahuan moral yang terdiri dari kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan diri; yang kedua perasaan moral yang terdiri dari dari hati nurani, penghargaan diri, empati, menyukai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati; yang ketiga aksi moral yang terdiri dari kompetensi, kemauan, dan kebiasaan. Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Integritas Pribadi No. Dimensi Indikator Item Positif Negatif 1. Pengetahuan Moral Kesadaran Moral 22 Pengetahuan Nilai-Nilai Moral 21 Pengambilan perspektif Moral 20 Membuat Keputusan Moral 18 19 Pengetahuan Diri sendiri 11 2. Perasaan Moral Hati Nurani 24 Penghargaan Diri 26 Empati 17 Mencintai Kebaikan 13,15,16 Kontrol diri 14 Kerendahan Hati 12 No. Dimensi Indikator Item Positif Negatif 3. Tindakan Moral Kompetensi 2,4,5 1,3 Kehendak 7 8,9,10,23 Kebiasaan 25 6 Pengukuran instrumen penelitian yang digunakan dalam variabel integritas pribadi adalah skala Likert. Menurut Sugiyono 2012:93, skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Dalam variabel integritas pribadi terdapat 2 dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 lima pilihan pendapat dengan mengacu pada skala Likert. Dalam pernyataan positif meliputi: selalu Sl = skor 5, sering Sr = skor 4, kadang-kadang Kk = skor 3, jarang Jr = skor 2, dan tidak pernah Tp = skor 1. Sedangkan dalam pernyataan negatif meliputi: selalu Sl = skor 1, sering Sr = skor 2, kadang-kadang Kk = skor 3, jarang Jr = skor 4, dan tidak pernah Tp = skor 5. 4. Minat belajar siswa Menurut Slameto 2010:180, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Tabel 3.7 Operasional Variabel Minat Belajar Siswa No. Indikator No.Butir Positif Negatif 1. Perasaan sukasenang terhadap pelajaran akuntansi 1,4, 5 2. Perhatian yang besar terhadap materi akuntansi 3,8,9 2,6,7 3. Ketertarikan terhadap materi akuntansi 11,12,20 10,12 4. Partisipasi dalam proses pembelajaran akuntansi 14,15,16 5. Manfaat materi akuntansi dalam kehidupan 17,18,19 Pengukuran instrumen penelitian yang digunakan dalam variabel minat belajar adalah skala Likert. Menurut Sugiyono 2012:93, skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Dalam variabel minat belajar terdapat 2 dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 lima pilihan pendapat dengan mengacu pada skala Likert. Dalam pernyataan positif meliputi: selalu Sl = skor 5, sering Sr = skor 4, kadang-kadang Kk = skor 3, jarang Jr = skor 2, dan tidak pernah Tp = skor 1. Sedangkan dalam pernyataan negatif meliputi: selalu Sl = skor 1, sering Sr = skor 2, kadang-kadang Kk = skor 3, jarang Jr = skor 4, dan tidak pernah Tp = skor 5.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Metode kuesioner dalam bukunya Cholid dan Abu Achmadi 2007:76 merupakan suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Tujuan menggunakan kuesioner adalah memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak. Menurut Sugiyono 2004:135 kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Validitas Menurut Cholid dan Abu Achmadi 2007:147 validitas maksudnya bahwa antara alat pengukur dengan tujuan pengukuran haruslah cocok atau sesuai. Sedangkan menurut Noor 2014:19 uji validitas digunakan untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas dilakukan pada setiap butir soal. Nilai validitas dapat dicari dengan rumus koefisien korelasi product moment yang dikemukakan oleh Noor 2014:19 sebagai berikut: � = NXY − X Y √{NX − X NY − NY  Keterangan: X = Skor yang diperoleh subyek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item X = Jumlah skor dalam distribusi X Y = Jumlah skor dalam distribusi Y N = Banyaknya responden Untuk menetapkan apakah instrumen itu valid atau tidak valid maka ketentuannya yaitu: besarnya koefisien korelasi r dihitung dengan menggunakan korelasi dengan signifikansi 5. Jika r hitung lebih besar daripada r tabel , maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Dalam penelitian ini, pengujian validitas dilakukan secara serentak, maksudnya pengujian validitas dilakukan bersamaan dengan penelitian terhadap sampel responden. Pengujian validitas dilakukan di 5 lima sekolah yang ada di Kabupaten Sleman, yaitu SMA N 1 Depok, SMA N 1 Mlati, SMA N 1 Tempel, SMA N 2 Sleman, dan SMA N 1 Ngaglik. Jumlah responden dalam pengujian validitas ini adalah 295 responden, sesuai dengan jumlah responden penelitian tetapi berbeda dengan jumlah responden sebenarnya yang berjumlah 339 responden, hal ini dikarenakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI adanya responden yang tidak hadir saat penelitian dilakukan. Namun demikian, jumlah responden ini sudah melebihi N sampel sebesar 285 responden. Dari jumlah responden 295, taraf signifikansi 5, maka didapat � � dalam penelitian ini sebesar 0,114 lampiran 6. Jika nilai- nilai � ℎ� �� setiap item lebih besar dari nilai � � = 0,114, maka item pernyataan dapat dikatakan valid. Sebaliknya jika nilai-nilai � ℎ� �� setiap item lebih kecil dari nilai � � = 0,114, maka item pernyataan dapat dikatakan tidak valid. Berikut ini disajikan hasil pengujian validitas instrumen penelitian ini: a. Variabel Pembelajaran Kontekstual Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Pembelajaran Kontekstual No. Item � � � �� Keterangan 1 0,438 0,114 Valid 2 0,421 0,114 Valid 3 0,430 0,114 Valid 4 0,412 0,114 Valid 5 0,512 0,114 Valid 6 0,472 0,114 Valid 7 0,435 0,114 Valid 8 0,508 0,114 Valid 9 0,447 0,114 Valid 10 0,327 0,114 Valid 11 0,499 0,114 Valid 12 0,543 0,114 Valid 13 0,423 0,114 Valid 14 0,521 0,114 Valid 15 0,560 0,114 Valid 16 0,526 0,114 Valid 17 0,358 0,114 Valid 18 0,471 0,114 Valid 19 0,466 0,114 Valid 20 0,497 0,114 Valid

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan

0 2 219

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi Akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di wilayah Kota Yogyakarta.

0 2 199

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada Materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di Kabupaten Gunungkidul.

0 0 211

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupaten Bantul.

0 0 232

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 169

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa

0 0 158