Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
atau Kota untuk Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan atau Kantor Depag untuk Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.
Keuntungan yang dapat diraih guru dengan kurikulum 2006 atau KTSP ini adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik
diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Dalam kurikulum 2006 hanya dideskripsikan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga guru sendiri yang mesti menentukan indikator dan materi pokok pelajaran yang disesuaikan
dengan situasi daerah dan minat anak didik. Dengan kurikulum 2006 diharapkan peserta didik dapat lebih nyaman dalam menuntut ilmu serta
dapat mengembangkan kemampuan, minat, dan bakatnya secara konsisten. Dalam kurikulum 2006 KTSP terdapat acuan operasional
penyusunan kurikulum 2006 Mulyasa, 2007:168, acuannya tersebut antara lain Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua
mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, dan acuan lainya yaitu Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman
potensi, minat, kecerdasan, intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dengan salah satu keuntungan guru apabila menggunakan kurikulum 2006 seperti yang sudah dijelaskan di atas yaitu guru mempunyai
keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan
minatnya. Maka strategi atau alternatif yang dapat digunakan oleh guru yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Selain itu,
dalam salah satu prinsip pengembangan kurikulum 2006 yaitu dijelaskan bahwa relevan dengan kebutuhan kehidupan, yang artinya pengembangan
kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalam kehidupan kemasyarakatan. Hal ini mencerminkan bahwa dalam pengembangan
kurikulum 2006
dibutuhkan adanya
pendekatan pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran
kontekstual merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Dalam
pembelajaran kontekstual terdapat tujuh prinsip atau tujuh pilar dalam pembelajarannya,
yaitu: konstruktivisme,
menemukan, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Salah satu tujuan pembelajaran kotekstual yaitu peserta didik
diharapkan dapat melakukan kerjasama yang baik dengan temannya, hal tersebut juga terdapat dalam salah satu prinsip dalam pembelajaran
kontekstual yaitu masyarakat belajar atau learning community. Kerjasama dapat terjalin apabila peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik
kepada lawan bicara atau memiliki keterampilan berkomunikasi. Apabila peserta didik tidak dapat berkomunikasi dengan baik, maka kerjasama
tersebut tidak akan terjalin dengan maksimal. Keterampilan berkomunikasi merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan relasi atau
komunikasi dengan lawan bicara, sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh lawan bicara. Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik
harus mampu mengakaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata sehari- hari, maka setelah menemukan hal-hal atau fakta baru, peserta didik
diharapkan dapat menyalurkan atau mengkomunikasikan kepada teman- temannya. Maka dari itu keterampilan berkomunikasi perlu untuk terus
ditingkatkan dalam pembelajaran kontekstual. Dalam proses pembelajaran, tentunya tidak hanya menekankan pada
aspek akademik saja, melainkan juga harus menekankan pada aspek kepribadian. Pendidikan karakter anak sangat menentukan kepribadian
anak tersebut, sehingga sedini mungkin kepribadian seorang anak sangatlah penting untuk diperhatikan. Hal tersebut juga tercermin dalam
acuan operasional penyusunan kurikulum 2006 yaitu meningkatkan iman dan takwa serta akhlak mulia. Terdapat beragam akhlak mulia atau
kepribadian anak yang harus diperhatikan dan dikembangkan sejak dini, salah satu kepribadian anak yang cukup memprihatinkan yaitu mengenai
kejujuran. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya tindak kecurangan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadi saat Ujian Akhir Semester. Menurut pengalaman penulis saat SMA, banyak peserta didik yang berbuat curang saat UAS berlangsung, misalnya
mencontek temannya, membawa ringkasan buku, searching di sosial media, dan lain-lain. Perilaku demikian mereka lakukan hanya karena
ingin mendapatkan nilai yang terbaik, meskipun tanpa mereka sadari, hal tersebut akan merusak kepribadian mereka. Seburuk apapun nilai UAS,
namun apabila mereka mengerjakannya dengan jujur dan dengan kemampuan sendiri maka mereka akan mendapatkan kepuasan hati
tersediri dan perilaku tersebut dapat membentuk kepribadian yang positif pada dirinya. Dalam pembelajaran kontekstual prinsip yang paling inti
atau utama yaitu Menemukan atau inquiry. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri. Dengan demikian maka pembelajaran kontekstual akan membentuk integritas pribadi peserta didik yaitu kejujuran. Dengan prinsip
ini, peserta didik diharapkan dapat mengolah hasil pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka temukan, tidak mengada-ada atau memalsukan
sebuah fakta atau pernyataan. Jadi peserta didik akan mengakaitkan materi pembelajaran dengan apa yang sesungguhnya mereka amati dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual dengan mengacu pada prinsip menemukan ini akan menumbuhkan atau
mendorong kejujuran peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat terjadi interaksi yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru tidak hanya ceramah
saja, namun juga harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, misalnya dengan melakukan diskusi, presentasi, dan lain-
lain. Sehingga dengan demikian peserta didik akan merasa senang dan lebih bersemangat dalam belajar. Hal tersebut terdapat dalam ciri-ciri
pembelajaran kontekstual yaitu: menyenangkan, tidak membosankan, dan belajar dengan bergairah, maka diharapkan dapat meningkatkan minat
mereka dalam belajar, peserta didik akan semakin giat belajar dan mengembangkan ilmunya. Maka dengan demikian, guru dapat
meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan acuan
operasional penyusunan kurikulum 2006. Berdasarkan beberapa uraian dan fenomena-fenomena di atas, maka
penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan
tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi,
integritas pribadi, dan minat belajar siswa”. Dan penelitian ini akan
dilakukan pada beberapa SMA di wilayah Kabupaten Sleman yang menerapkan kurikulum 2006.