PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Analisa teknoekonomi pendirian industry biodiesel dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

1

I. PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG

Nyamplung Calophyllum inophyllum L. merupakan tumbuhan yang banyak ditemui di sekitar pesisir pantai. Nyamplung mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Masyarakat biasa memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat, kayunya dimanfaatkan sebagai bahan pembuat perahu, bijinya dimanfaatkan untuk kerajinan tangan dan bahan bakar. Manfaat dari bagian tanaman nyamplung adalah kayunya termasuk kayu komersial, dapat digunakan untuk bahan pembuatan perahu, balok, tiang, papan lantai dan papan pada bangunan perumahan dan bahan konstruksi ringan. Getahnya dapat disadap untuk mendapatkan minyak yang diindikasikan berkhasiat untuk menekan pertumbuhan virus HIV. Daunnya mengandung senyawa costatolide-a, saponin, dan acid hydrocyanic yang berkhasiat sebagai obat oles untuk sakit encok, bahan kosmetik untuk perawatan kulit, penyembuhan luka. Bijinya setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk plitur, minyak rambut, minyak urut, berkhasiat juga untuk obat urus-urus dan rematik. Bunganya dapat digunakan sebagai campuran untuk mengharumkan minyak rambut. Dengan berbagai potensi keunggulannya, nyamplung merupakan tanaman yang memberikan multifungsi dan manfaat kepada manusia diantaranya adalah sebagai tanaman rehabilitasi hutan dan lahan, dan alternatif biofuel, serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Krisis energi dunia yang terjadi pada dekade terakhir memberikan dampak yang signifikan pada meningkatnya kelangkaan bahan bakar minyak BBM telah mendorong pengembangan energi alternatif dengan pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan renewable resources . Secara nasional, konsumsi bahan bakar minyak BBM mengalami peningkatan. Selama tahun 2004 mencapai 26,9 milyar liter, tahun 2010 diperkirakan mencapai 34,71 milyar liter Soerawidjaya et al., 2005. Peningkatan laju konsumsi BBM tidak sejalan dengan produksi minyak bumi di dalam negeri yang semakin menurun, sehingga perlu diambil langkah-langkah untuk mendapatkan sumber energi alternatif. Untuk mendorong pengembangan biofuel, berdasarkan proyeksi kebutuhan bahan bakar nabati, pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional diantaranya dengan menetapkan target penggunaan bahan bakar nabati sekitar 2 dari jumlah konsumsi bahan bakar nasional pada tahun 2010, selanjutnya meningkat menjadi 5 pada tahun 2025 dan penugasan kepada Departemen Kehutanan untuk berperan dalam penyediaan bahan baku biofuel termasuk pemberian izin pemanfaatan lahan hutan terutama lahan yang tidak produktif Badan Litbang Kehutanan, 2008. Terkait dengan hal tersebut diperlukan kesiapan bahan baku, teknologi pengolahan minyak dan pemanfaatannya serta kegiatan pendukung lainnya berupa kebijakan pengembangannya. Minyak tumbuhan dan lemak hewan sebagai sumber energi alternatif dapat diolah menjadi biodiesel. Kelebihan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar diantaranya adalah ramah lingkungan, daya lumas yang baik, emisi gas buang sedikit dan karakter pembakaran yang relatif bersih. Beberapa keunggulan biodiesel yang dihasilkan dari 2 nyamplung adalah rendemen minyak nyamplung tergolong tinggi dibandingkan jenis tanaman lain jarak pagar 40-60, Sawit 46-54 ; dan Nyamplung 50-70 , sebagian parameter telah memenuhi standar kualitas biodiesel Indonesia, minyak biji nyamplung memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah Badan Litbang Kehutanan, 2008. Dalam test untuk mendidihkan air, minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji nyamplung hanya 0,4 ml; mempunyai keunggulan kompetitif di masa depan antara lain biodiesel nyamplung dapat digunakan sebagai pencampur solar dengan komposisi tertentu, bahkan dapat digunakan 100 apabila teknologi pengolahan tepat, kualitas emisi lebih baik dari solar, dapat digunakan sebagai biokerosine pengganti minyak tanah. Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku biodiesel adalah biji memiliki rendemen minyak yang tinggi bisa mencapai 70 dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan. Selain itu, nyamplung memiliki keunggulan ditinjau dari prospek pengembangan dan pemanfaatan lain, antara lain : 1. Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan; 2. Tanaman relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis monoculture atau hutan campuran mixed-forest; 3. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan berbagai macam produk yang memiliki nilai ekonomi; 4. Pemanfaatan biodiesel nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar. Tanaman nyamplung merupakan salah satu bahan baku alternatif biodiesel yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan salah satunya adalah untuk mengatasi masalah kelangkaan BBM Bahan Bakar Minyak, hal ini merupakan peluang besar bagi para investor dan pengusaha untuk mendirikan industri biodiesel dari tanaman nyamplung dalam skala besar. Oleh karena itu untuk melaksanakan pengolahan nyamplung dalam skala industri perlu dilakukan kajian yang spesifik pada beberapa aspek pendirian industri terutama analisa teknoekonomi. Analisa ini dapat dijadikan acuan bagi pengambil keputusan pendirian industri pengolahan tanaman nyamplung menjadi boidiesel. Analisa teknoekonomi adalah analisa yang berkenaan dengan pembangunan proyek yang mencangkup beberapa analisa yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, dan aspek finansial. Teknoekonomi merupakan suatu analisa perencanaan yang sistematis dan mendalam atas setiap faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan proyek mencapai sukses. Semua data, fakta dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam teknoekonomi tersebut akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah proyek yang bersangkutan akan direalisasikan, dibatalkan, atau direvisi. Proyek terdiri dari tahapan prakonstruksi pra investasi, tahapan konstruksi implementasi investasi, dan tahapan operasi.

I. 2. TUJUAN PENELITIAN