17
III. 2. PENDEKATAN MASALAH
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan berencana. Pendekatan berencana merupakan salah satu pendekatan dalam pemecahan suatu permasalahan
yang mempunyai tujuan yang jelas. Langkah awal dalam pendekatan berencana adalah mengamati permasalahan dengan dukungan fakta-fakta, ide-ide, atau pendapat untuk
mendefinisikan permasalahan selanjutnya. Tahapan-tahapan pendekatan berencana yang dilakukan pada masalah khusus ini adalah
sebagai berikut: 1.
Observasi Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui permasalahan secara nyata. Pada tahap ini
dilakukan pendataan umum terhadap faktor-faktor yang membantu pengembangan permasalahan.
2. Perumusan Masalah
Pada tahap ini ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan, penetapan tujuan, penetapan sasaran yang hendak dicapai, batasan-batasan terhadap penyelesaian masalah, dan
asumsi yang diperlukan dalam pengembangan dan penyelesaian masalah. Gambar 4. Diagram alir tahapan penelitian
Analisa pasar dan pemasaran •
Identifikasi potensi pasar •
Segmenting, targeting, positioning,marketing mix
Analisa manajemen dan organisasi •
Struktur organisasi •
Deskripsi kerja •
Spesifikasi kerja •
Kebutuhan tenaga kerja Analisa lingkungan dan legalitas
• Analisa dampak lingkungan
• Peraturan pemerintah
• Perizinan
Penyusunan Laporan Selesai
A Aspek-aspek lain
Referensi, pustaka
18 3.
Pengembangan Alternatif Penyelesaian Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah, peubah, batasan, dan asumsi. 4.
Pemilihan solusi Pemilihan solusi optimum melalui analisa alternatif-alternatif.
5. Hasil Akhir
Pembuktian penyelesaian optimum melalui tahapan implementasi, kemudian dilakukan pembuatan kendali yang tepat untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi
dan mempengaruhi penyelesaian keputusan.
III. 3. TATA LAKSANA
Tahapan yang harus dilakukan pada analisa teknoekonomi ini adalah melakukan analisa masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perancangan industri tersebut yaitu
aspek teknis dan teknologis, aspek finansial, aspek valuasi dan komersialisasi teknologi, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen operasi dan organisasi, aspek lingkungan, dan aspek
legalitas. Analisa teknoekonomi ini terdiri dari pengumpulan data dan analisa data.
1. Pengumpulan Data dan informasi
Pengumpulan data dan informasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yaitu analisa teknoekonomi.
Data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah pengambilan suatu keputusan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait serta para pakar pada bidang teknis dan teknologis yang sesuai. Untuk data sekunder diperoleh melalui
laporan, artikel, jurnal, dan statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya.
2. Pengolahan Data dan Informasi
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software komputer. Analisa dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang meliputi analisa teknis dan teknologis, analisa finansial,
analisa valuasi dan komersialisasi teknologi, analisa pasar, analisa manajemen operasional, dan analisa lingkungan dan legalitas.
a. Analisa Teknis dan teknologis
Analisa teknis dan teknologis meliputi penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan, neraca massa dan energi, dan perencanaan tata
letak, kebutuhan luas ruang produksi, dan layout dari pabrik tersebut. Aliran proses analisa aspek teknis dan teknologis dapat dilihat pada Gambar 5.
Untuk menentukan lokasi pabrik digunakan teknik multiatribut yaitu Analitycal Hierarchy Process
AHP. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam
19 suatu hierarki, kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara
subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain, dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel
yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut Marimin, 2004.
tidak ya
Gambar 5. Diagram alir proses analisa aspek teknis dan teknologis Selesai
Peningkatan skala scale up Penentuan kapasitas produksi
Pemilihan teknologi proses, mesin, dan peralatan
Penyusunan neraca massa dan energi Penyusunan diagram keterkaitan antaraktivitas,
kebutuhan luas ruang produksi Penyusunan tata letak pabrik
Referensi, pustaka dan mengacu pada kapasitas produksi
Referensi, pustaka, mengacu pada kapasitas produksi dan pemilihan
teknologi proses dan mesin Mengacu pada
kapasitas produksi dan dengan
metode AR-Chart Referensi, dan metode perbandingan
perbesaran skala 1 : 4 skala laboratorium : skala industri
Percobaan dalam skala laboratorium oleh pihak SBRC Mulai
Penyusunan matriks hierarki AHP Penyebaran kuisioner
lokasi pabrik Pengolahan data hasil kuisioner
Konsistensi kurang dari 0,1
20 Pemilihan jenis teknologi proses produksi didasarkan pada kemudahan proses produksi
dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Neraca massa disusun untuk melihat laju alir, jumlah input,
dan jumlah output masing-masing komponen bahan pada setiap proses. Neraca energi disusun untuk melihat kesetimbangan energi di setiap proses dan keseluruhan proses serta menghitung
jumlah energi yang dibutuhkan pada setiap proses dan keseluruhan proses. Di dalam menganalisa dan merancang keterkaitan aktivitas untuk menentukan tata letak
pabrik dapat digunakan bagan keterkaitan antar kegiatan Aktivity Relationship-Chart. Faktor- faktor penting sebagai persyaratan harus dipenuhi untuk kegiatan atau ruang tertentu, juga
karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasannya. Di dalam gambar dapat diberi penilaian keterangan : A adalah “absolute” yang menunjukkan
bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan dan bersebelahan, E adalah “especially important
” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan, I adalah “important” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan, O adalah
“Ordinary” yang menunjukkan letak antara dua kegiatan bersifat netral, U adalah “unimportant” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat, sedangkan
X adalah “undesirable” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak boleh saling berdekatan.
Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran
kerja, penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan
yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi
penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama Apple, 1990. Pada bagan keterkaitan antaraktivitas, alasan-alasan pendukung ini
disesuaikan penempatannya dalam kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antaraktivitas.
Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antaraktivitas adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan. 2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan.
3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya. 4. Menentukan faktor atau sub faktor mana yang menunjukkan keterkaitan produksi, pekerja,
dan aliran informasi. 5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antaraktivitas.
6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisa ke sebelah kiri bagan keterkaitan antaraktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan menurut logika ketergantungan
kegiatan. 7. Memasukkan derajat hubungan antaraktivitas di dalam kotak yang tersedia.
Bagan keterkaitan antaraktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi diagram keterkaitan antaraktivitas.
21
b. Analisa Finansial
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisa finansial meliputi Break Even point, Net Present Value, Internal rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back period
, dan analisa sensitivitas. Kriteria-kriteria ini digunakan untuk melihat kelayakan industri secara finansial.
•
Net Present Value NPV
Net Present Value NPV merupakan selisih dari nilai investasi sekarang dengan nilai
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Menurut Gray et
al. 1993, formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.
dengan Bt
= keuntungan pada tahun ke-t Ct
= biaya pada tahun ke-t i =
tingkat suku
bunga t
= periode investasi t = 0,1,2,3,…,n n
= umur ekonomis proyek Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV 0. Jika NPV 0, maka
proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.
•
Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return IRR atau arus pengembalian internal merupakan tingkat
kemampuan proyek untuk menghasilkan keuntungan dan dapat dinyatakan sebagai tingkat suku bunga pinjaman bank yang menghasilkan nilai NPV aliran kas masuk sama dengan dengan
aliran kas keluar. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. 1999, rumus IRR adalah sebagai berikut.
dengan NPV
+ =
NPV bernilai
positif NPV
- =
NPV bernilai
negatif i+
= suku
bunga yang
membuat NPV
positif i-
= suku
bunga yang
membuat NPV
negative Proyek layak dijalankan bila nilai IRR besar atau sama dengan dari nilai suku bunga
yang berlaku. •
Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net Benefit Cost Ratio Net BC merupakan angka perbandingan antara jumlah present
value yang bernilai negative modal investasi. Perhitungan net BC dilakukan untuk melihat
NPV
IRR [
- ]
22 berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan Gray et al, 1993.
Formulasi perhitungan net BC adalah sebagai berikut :
, untuk Bt-Ct0
Jika net BC bernilai lebih dari satu, berarti NPV 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net BC kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan Kadariah et
al., 1999. •
Break Even Point BEP dan Pay Back Period PBP
Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan
biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Kotler 2002, hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus dan grafik berikut :
Gambar 6. Grafik analisa BEP Kotler, 2002 PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal
suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Menurut Rangkuti 2005, Pay back period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanam dalam proyek dapat
kembali dan menggambarkan lamanya waktu agar dana yang telah diinvestasikan dapat dikembalikan. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut:
dengan n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negative yang terakhir
tahun
PBP n
, untuk Bt-Ct0
Net B C
BEP
23 m
= nilai kumulatif Bt-Ct negative yang terakhir Rp Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n Rp
Cn = biaya bruto pada tahun ke-n Rp •
Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah
dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitive terhadap unsur yang
dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitive terhadap
unsur yang dimaksud. Seperti halnya Giatman 2006, yang mengungkapkan bahwa analisa sensitivitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana dampak parameter-parameter
investasi yang telah ditetapkan sebelumnya boleh berubah karena adanya faktor situasi dan kondisi selama umur investasi, sehingga perubahan tersebut hasilnya akan berpengaruh secara
signifikan pada keputusan yang telah diambil. Parameter-parameter investasi yang memerlukan analisa sensitivitas antara lain :
- Investasi
- Benefit atau pendapatan
- Biaya atau pengeluaran
- Suku Bunga i
Gray et al. 1993 menambahkan, analisa sensitivitas diperlukan apabila terjadi suatu kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi
perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilaksanakan, mengingat proyeksi-proyeksi yang ada banyak mengandung unsur ketidakpastian
tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan diketahuinya nilai-nilai sensitivitas dari masing-masing parameter suatu
investasi memungkinkan dilakukannya tindakan-tindakan antisipatif di lapangan dengan tepat.
c. Analisa Valuasi dan Komersialisasi Teknologi
Berdasarkan dari kompetensi dasar dari suatu organisasi digandengkan dengan bisnis model dan sumber daya utama yang tersedia, suatu perusahaan mencoba untuk menciptakan dan
memelihara keuntungan yang kompetitif dan berkelanjutan Richard, 2005. Analisa valuasi dan komersialisasi teknologi meliputi penetapan visi, misi serta business
model dari industri biodiesel dari biji nyamplung yang akan didirikan. Analisa tersebut penting
untuk dilakukan agar industri yang akan didirikan tersebut dapat berkembang dengan visi, misi dan business model yang tepat. Business model merupakan faktor penting sebagai penentu
keuntungan yang dibuat dari inovasi. Sebuah inovasi yang biasa dengan business model yang besar lebih menguntungkan daripada inovasi besar dengan business model yang biasa.
Bisnis desain merupakan langkah awal dalah penetapan bisnis model. Bisnis desain adalah cara untuk menyampaikan value kepada customer dan mendapatkan keuntungan dari
aktivitas tersebut, bisnis design dapat disebut sebagai bisnis konsep. Bisnis desain yang bagus melibatkan keinginan dari perusahaan dan apa yang tidak akan dilakukan dan bagaimana
perusahaan akan menciptakan value preposition, bisnis desain menjawab tiga pertanyaan inti
24 yaitu siapa customer?, bagaimana kebutuhan custumer dapat terpuaskan?, dan bagaimana
keuntungan diperoleh dan keuntungan tersebut terlindungi?. Hasil dari proses bisnis desain adalah bisnis model, yang merupakan deskripsi dari bisnis dan bagaimana bisnis tersebut dapat
berjalan dalam istilah ekonomi Richard, 2005. Aliran proses analisa valuasi dan komersialisasi teknologi dapat dilihat pada Gambar 7.
d. Analisa Pasar dan Pemasaran
Aspek-aspek yang dikaji pada analisa pasar dan pemasaran meliputi analisa potensi pasar dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa pasar tersebut. Semua aspek tersebut diukur
dengan teknik yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan sumber data yang diperoleh. Setelah diketahui potensi pasar yang dapat diraih, maka diperlukan strategi pemasaran,
diantaranya dengan segmentasi segmenting, penentuan target pasar targeting, dan penentuan posisi di pasar positioning, serta bauran pemasaran marketing mix. Langkah-langkah dalam
analisa pasar dan pemasaran dapat dilihat pada Gambar 8.
Tidak
Ya
Gambar 8. Diagram alir proses analisa pasar dan pemasaran Mulai
Penentuan visi Penentuan misi
Penentuan the value proposition Penentuan business model
Mulai Referensi,
pustaka
Gambar 7. Diagram alir proses analisa valuasi dan komersialisasi teknologi
Mulai Pencarian data
Data cukup
?
Analisa potensi pasar Penentuan strategi pembentukan dan
pengembangan pasar Penentuan strategi bauran pemasaran
Selesai referensi,
pustaka
25
e. Analisa Manajemen dan Organisasi
Kajian terhadap manajemen dan organisasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, dan deskripsi dan spesifikasi kerja. Alir
analisa manajemen dan organisasi dapat dilihat pada Gambar 9.
f. Analisa Lingkungan dan legalitas
Analisa lingkungan meliputi sejauh mana keadaan tingkat lingkungan dapat menunjang perwujudan pendirian industri, terutama sumber daya yang diperlukan, seperti air, energi,
manusia, dan ancaman alam sekitar, serta analisa mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pendirian industri ini. Analisa legalitas meliputi mekanisme perizinan dan
peraturan-peraturan yang berlaku. Gambar 9. Diagram alir analisa aspek manajemen dan organisasi
Mulai Menentukan tujuan perusahaan
Mempertimbangkan: •
Data perkiraan investasi yang diperlukan dari penggunaan mesin dan bahan baku
• Data kapasitas produksi
• Teknologi proses yang digunakan
Menentukan bentuk usaha yang dipilih Menentukan struktur organisasi, deskripsi dan
spesifikasi kerja, dan kebutuhan tenaga kerja
Selesai Referensi, pustaka, dan
mengacu pada aspek teknis dan teknologis
serta aspek finansial
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS
IV. 1. 1. Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu unsur penting dalam proses produksi, dengan tersedianya bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan memperlancar proses produksi
dalam perusahaan, sehingga diharapkan dengan lancarnya proses produksi tersebut dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen baik jumlah dan waktunya.
Bahan baku yang digunakan pada industri biodiesel ini adalah biji nyamplung. Tanaman nyamplung Calophyllum inophyllum L. merupakan jenis tanaman yang
sudah sangat umum dikenal di Indonesia. Tanaman nyamplung dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu tanaman yang memiliki manfaat yang banyak
Kendala yang dihadapi untuk memproduksi biodiesel skala industri adalah ketersediaan bahan baku tingkat produksi. Keunggulan biji nyamplung yang dijadikan bahan baku untuk
produk biodiesel adalah produksi nyamplung sangat tinggi apabila dibandingkan dengan jarak pagar dan sawit, produksi biji nyamplung dapat mencapai 20 tonhatahun dan kandungan
minyak relatif tinggi yaitu antara 50-70 sedangkan produksi biji jarak rata-rata sebesar 5 tonhatahun dan kandungan minyak antara 40-60. Sawit mencapai 6 tonhatahun dan
kandungan minyak antara 46-54. Bahan baku pengolahan minyak nyamplung sangat mudah diperoleh dan tanaman nyamplung memiliki tingkat produksi yang tinggi apabila dibandingkan
dengan yang lainnya Badan Litbang Kehutanan, 2008.
IV. 1. 2. Kapasitas Produksi