66 Pada kajian ini diperkirakan jumlah sumber daya yang dibutuhkan adalah 26 orang,
dengan rincian pekerja langsung sebanyak 15 orang dan pekerja tidak langsung sebanyak 11 orang dengan upah per bulan sesuai dengan jabatan dan deskripsi perkerjaan masing-masing
bagian dengan mengacu pada upah minimum pekerja daerah Banyuwangi. Pada awal pendirian industri, komposisi tenaga kerja banyak difokuskan pada bagian
pemasaran. Hal ini berkaitan dengan sifat produk yang tergolong produk baru dan masih berada pada tahap pengenalan sehingga pemasaran merupakan satu hal yang penting dalam rangka
pengenalan dan pencarian pasar biodiesel dari biji nyamplung yang telah diproduksi. Untuk perkembangan perusahaan ke depannya tidak menutup kemungkinan dilakukan perubahan
komposisi tenaga kerja maupun dilakukan rotasi kerja.
IV. 6. ASPEK LINGKUNGAN
IV. 6. 1. Studi Aspek Lingkungan
Limbah merupakan hasil dari proses yang terjadi di dalam industri yang dapat bersifat merugikan ataupun menguntungkan. Pencemaran pada setiap proses produksi tidak dapat
dihilangkan atau dihindari tetapi pencemaran ini dapat dikendalikan sehingga menimbulkan dampak yang seminimal mungkin. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengendalian
pada sumbernya. Setelah sumber pencemarnya diketahui, maka dilakukan pengenalan sifat dan karakter pencemar tersebut. Kemudian masing-masing sumber pencemar tersebut dimasukkan
dalam suatu daftar dan dilakukan pengelompokan sesuai dengan karakter pencemarannya. Studi Aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan
hidup rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Studi aspek lingkungan hidup dilakukan dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL.
AMDAL dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyek-proyek industri. AMDAL harus mengacu pada peraturan dan perundangan yang berlaku mengenai
lingkungan hidup setempat studi AMDAL dilakukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17 Tahun 2001, tentang jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang
wajib dilengkapi AMDAL Analisa Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL terdiri dari 4 dokumen, yaitu PIL Penyajian Informasi Lingkungan, KA Kerangka Acuan, AMDAL
Analisa Dampak Lingkungan, RKL Rencana Kelola Lingkungan. Tujuan studi AMDAL adalah untuk meminimumkan dampak negatif dan
mengoptimalkan dampak positif, maka segenap upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan uraian kegiatan yang dilakukan oleh pabrik, maka komponen kegiatan yang
diperkirakan menimbulkan dampak dibagi menjadi tiga tahap. Pada tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, tahap operasional dan tahap pasca operasi. Dari setiap tahap ini dilakukan analisa dan
penanganan terhadap setiap limbah yang dihasilkan. Untuk penyusunan AMDAL perusahaan menggunakan jasa konsultan yang memiliki memiliki sertifikat AMDAL A dasar-dasar
AMDAL atau B penyusun dan perusahaan menggunakan ahli di bidang biodiesel. Pemanfaatan limbah akan dapat menunjang pada peningkatan pendapatan industri. Dalam
tahapan operasinya industri biodiesel ini akan menghasilkan limbah cair, limbah padat, dan limbah udara. Limbah yang akan dibuang di lingkungan harus benar-benar bersih dari bahan
yang berbahaya sehingga tidak menyebabkan kerusakan bagi lingkungan sekitar.
67
1. Limbah yang dihasilkan dan upaya pengelolaan
a. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan industri biodiesel dari biji nyamplung ini umumnya berupa limbah yang berasal dari pengupasan dan pengepresan biji nyamplung yaitu bungkil.
Upaya pengelolaan limbah padat yaitu limbah padat tersebut dapat dimanfaatkan antara lain yaitu :
• Limbah pengepresan biji berupa bungkil yang terdiri dari campuran tempurung, daging biji dan minyak dapat digunakan untuk pembuatan briket arang. Briket arang ini memiliki potensi
untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi daripada menjual limbah secara mentah. Permintaan briket arang dalam negeri 40 ton per bulan dengan daerah tujuan adalah Surabaya
dan Jakarta. Harga arang briket dalam negeri berkisar antara Rp 3.000 – Rp 3.500 per kilogram sedangkan harga ekspor berkisar antara Rp 5.750 – Rp 7.500 per kilogram dengan
Kurs 1 US = Rp 9.000. Keunggulan dari briket arang ini adalah :
- Memperbesar rendemen pada pembuatan arang karena arang yang diperoleh dapat
dipergunakan dalam pembuatan briket arang -
Memiki bentuk yang seragam dan lebih padat -
Kualitas pembakaran lebih baik
Gambar 22. Diagram alir proses pembuatan briket arang • Kulit dan tempurung dari limbah pengupasan dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar tungku
pada proses produksi sehingga mengurangi biaya kebutuhan bahan bakar. b.
Limbah Cair Limbah cair dan limbah domestik merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan
proses produksi. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi antara lain metanol, gliserol dan air. Limbah tersebut tidak dibuang akan tetapi di proses kembali untuk digunakan dalam
proses produksi lagi, sehingga akan mengurangi biaya pembelian bahan baku. Pabrik menentukan jadwal pencucian peralatan setiap satu bulan sekali tetapi waktu pencucian ini bisa
diubah sesuai dengan keadaan dilapangan seperti terjadinya tumpahan oli dan kebocoran. Selain itu minyak nyamplung tidak menghasilkan kerak yang bisa merusak mesin. Pencucian peralatan
harus dilakukan setelah proses produksi berakhir agar tidak mengganggu selama kegiatan proses produksi.
Limbah cair dari industri biodiesel dari biji nyamplung yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah :
• Metanol yang dihasilkan dari proses esterifikasi dan transesterifikasi biodiesel dapat diolah kembali dan digunakan untuk proses berikutnya. Proses esterifikasi dengan metanol bekas
terdistilasi sampai dengan 100 baik untuk frekuensi distilasi dan campuran tidak ada perbedaan dengan metanol baru dilihat dari kadar FFA dari produk esterifikasi yang
68 dihasilkan. Begitu pula dengan proses transesterifikasi dengan metanol bekas terdistilasi
sampai dengan 100 baik untuk frekuensi distilasi dan campuran tidak ada perbedaan dengan metanol baru
• Hasil endapan proses pembuatan biodiesel adalah gliserin sebesar 10. Gliserin tersebut dapat digunakan untuk pembuatan sabun rakyat atau sabun transparan
c. Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan oleh industri biodiesel dari biji nyamplung ini berasal dari proses produksi, emisi generator dan kendaraan bermotor. Limbah yang dihasilkan dapat
menyebabkan penurunan terhadap kualitas udara dan debu yang dapat membahayakan lingkungan pabrik dan sekitar pabrik. Pengelolaan limbah gas ini difokuskan untuk menjaga
kualitas udara dan debu di lokasi pabrik dan sekitarnya agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Pada penanganan limbah gas ini pabrik memanfaatkan penggunaan exhaust fan. Exhaust fan ini
berfungsi untuk membuang limbah gas ke udara bebas sehingga limbah gas yang terlepas dapat terurai diudara bebas.
Gambar 24. Contoh exhaust fan yang akan digunakan untuk pabrik
IV. 7. ASPEK LEGALITAS
Pendirian dan beroperasinya suatu industri akan lebih diketahui serta diakui keberadaannya oleh pemerintah apabila telah berbentuk badan usaha. Suatu industi yang layak
untuk direalisasikan, perlu mendapatkan legalitas sehingga dalam perjalanannya dapat melakukan akses keluar yang baik, dan mendapat dukungan serta terikat pada kebijakan yang
berlaku baik di tingkat wilayahdaerah, nasional, maupun internasional.
IV. 7. 1. Badan Usaha
Perusahaan yang ada di Indonesia terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu Perseroan Terbatas PT, Persekutuan Komanditer CV, Koperasi, Firma, Kongsi, Yayasan dan bentuk
usaha tetap. Dalam hal pemilikan, bentuk perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran perusahaan, jenis perusahaan, pembagian laba, resiko yang akan ditanggung,
pembagian pengawasan dan aturan penguasaan perusahaan. Berdasarkan pertimbangan diatas, Gambar 23. Gliserin 10 dapat diolah menjadi sabun transparan
69 maka bentuk perusahaan yang sesuai untuk industri biodiesel ini adalah Perseroan Terbatas PT.
Pemilihan ini dilakukan dengan alasan modal investasi yang dibutuhkan relatif cukup besar.
IV. 7. 2. Perizinan
Untuk mendirikan suatu industri, menurut Keputusan Menteri Negara Investasi Menives No. 38SK1999 pada Bab I tentang Ketentuan Umum, diperlukan izin-izin dan
persyaratan legalitas sebagai berikut : 1.
Persetujuan fasilitas dan izin pelaksanaan penanaman modal yang dikeluarkan MenivesKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal BPKM atau Ketua BPKMD terdiri
dari : • Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk dan fasilitas perpajakan atas
pengimporan barang modal. • Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas pengimporan bahan baku
danatau bahan penolong untuk keperluan produksi 2 dua tahun berdasarkan kapasitas terpasang.
• Persetujuan pemberian fasilitas pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemerintah untuk usaha industri tertentu.
• Angka Pengenal Importir Terbatas APIT. • Keputusan tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja warga Negara asing pendatang
RPTK. • Keputusan tentang Izin Kerja Tenaga Kerja Warga Negara Asing pendatang IKTA.
• Izin Usaha Tetap IUT, Izin Usaha Perluasan dan Pembaharuan IUT. 2.
Izin pelaksanaan penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah KabupatenKota terdiri dari :
• Izin lokasi • Izin Undang-undang Gangguan UUGHO
• Izin Mendirikan Bangunan IMB
Menurut Ariyoto 1990, minimal diperlukan persyaratan legalitas sebagai berikut : • Persetujuan prinsip mendirikan industri
• Surat Izin Umum Perusahaan SIUP • Tanda Daftar Perusahaan TERDAPAT
• Akta Pendirian Perusahaan
Persyaratan izin Undang-undang gangguan HO dan izin tempat usaha adalah : • Mengisi formulir permohonan dan materai Rp.3000 sebanyak 2
• Surat persyarataan tidak keberatan dari tetangga • Rekomendasi pertimbangan dari Camat
• Berita acara pemeriksaan lapangan dari kecamatan setempat • Gambar lokasi ruangan yang akan dipergunakan
• Keterangan Kartu Tanda Penduduk KTP • Pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 6 lembar
• Akta Pendirian Perusahaan, bagi yang berbadan hukum • Surat keterangan tanda bukti pemilikanpenyewaan bangunan
70 • Pajak Bumi dan Bangunan PBB
• Izin Mendirikan Bangunan IMB • Surat Keterangan SEKRI bagi keturunan asing
• Rekomendasi dari instansi yang sesuai dengan jenis yang dimohon
Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Perseroan memperoleh status sebagai badan hukum setelah akta pendirian persero
disyahkan oleh menteri kehakiman Republik Indonesia. Berdasarkan UU Republik Nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas PT, pasal delapan menyatakan bahwa akta pendirian
memuat anggaran dasar dan keterangan lain, seperti : • Nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri
• Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama kali diangkat
• Nama pemegang saham yang mengambil bagian saham pada saat pendirian Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan, direksi perseoan wajib mendaftarkan perusahaan. Hal-hal yang harus didaftarkan :
• Akta pendirian beserta surat pengesahan menteri kehakiman RI • Akta perubahan Anggaran Dasar beserta laporan kepada menteri kehakiman RI
Untuk mendirikan suatu industri juga diperlukan izin lokasi usaha, untuk memperoleh izin lokasi, pemohon menyampaikan permohonan secara tertulis kepada gubernur kepala daerah
melalui Kanwil BPN dengan dilengkapi : • Rekomendasi BupatiWalikota Kepala Daerah
• Akte pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbadan hukum atau Surat Izin Usaha bagi
perusahaan perseorangan • Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP
• Lay out pabrik • Garis besar uraian proyek
• Pernyataan kesanggupan memberikan ganti rugi dan atau menyediakan tempat penampungan
bagi pemilik tanah • Pertimbangan aspek penatagunaan tanah
• Peta rencana tata ruang lokasi yang bersangkutan
Dewasa ini, pemerintah masih membuka kesempatan lebar bagi perusahaan yang bermaksud mendirikan industri yang dapat meningkatkan nilai tambah pada bahan baku,
memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan pendapatan daerah. Oleh karena itu, selama persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi, maka tidak akan ada kesulitan untuk memperoleh
perizinan tersebut.
IV. 7. 3. Peraturan Pemerintah