c. Keterbatasan Pendekatan Tematik Integratif
Disamping kelebihan, pendekatan tematik integratif memiliki keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya. Menurut Majid,
2014:93-94, keterbatasan dalam pendekatan tematik integratif adalah:
1 Aspek guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki aktivitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang
tinggi, berani mengemas dan mengembangkan materi. 2
Aspek peserta didik Pendekatan tematik integratif menuntut kemampuan
belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan
akademik maupun kreativitasnya. 3
Aspek sarana dan sumber pembelajaran Pendekatan tematik integratif memerlukan bahan bacaan
atau sumber informasi yang cukup banyak yang bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
4 Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik bukan pada pencapaian
target penyampaian materi. 5
Aspek penilaian
Pendekatan tematik integratif membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh komprehensif, yaitu menetapkan keberhasilan
belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
d. Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran tematik sebagai bagian dari pembelajaran terpadu juga memiliki karakter sebagaimana pembelajaran terpadu.
Menurut Depdikbud dalam Trianto, 2014:93-94, pendekatan tematik integratif sebagai suatu proses memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1 holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pendekatan tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang
kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. 2
bermakna Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek
seperti yang sudah dijelaskan di
atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang
berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
3 otentik
Pendekatan tematik
integratif memungkinkan
siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin
dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka
memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh
sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh oleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru
lebih banyak bersifat sebagai fasilitator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru
memberikan bimbingan ke arah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan
tersebut. 4
aktif Pendekatan tematik integratif menekankan keaktifan siswa
dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, dan intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal
dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan
demikian pendekatan tematik integratif bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran
yang saling terkait. Pendekatan tematik integratif bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan
melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajarai secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang mempelajari
berbagai mata pelajaran dengan mengaitkannya dalam satu tema sebagai persiapan siswa untuk mengadapi pelajaran hidup. Pendekatan tematik
memiliki model-model yang menjadikan aktifitas menjadi relevan dan penuh makna. Pendekatan tematik sebagai bagian dari pembelajaran
terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai bagi guru maupun siswa. Secara umum pendekatan tematik memiliki prinsip-prinsip
pembelajaran yang dapat diklarifikasikan menjadi empat prinsip yaitu prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip
evaluasi, prinsip reaksi. Ada empat karakteristik yang dimiliki pendekatan tematik integratif yaitu, holistik, bermakna, otentik, aktif. Pendekatan
tematik integratif juga memiliki kelebihan yang menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih berbobot dan menekankan pada permasalahan
yang sering dijumpai oleh siswa pada kesehariannya. Kelebihan tersebut juga diikuti dengan keterbatasan yang terdapat dalam pelaksanaannya.
3. Pendekatan Saintifik