BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Dalam pertanian maju, benih berperan sebagai penghantar teknologi yang terkandung dalam potensi genetik varietas kepada petani. Benih yang sampai ke
tangan petani harus bermutu dan memiliki sifat unggul. Salah satu hal penting dalam proses produksi benih adalah pengemasanpengepakan benih. Selain untuk
kemudahan pemasaran, pengemasanpengepakan benih juga berfungsi untuk menjaga kualitas benih. Benih sangat rentan terhadap keadaan lingkungan baik
suhu, kelembaban udara, hama dan lain-lain sehingga harus dikemas untuk menjaga kualitas benih yang akan dipasarkan tersebut.
PT. Sang Hyang Seri Persero merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi benih unggul dan bersertifikat. Fokus utama perusahaan ini
adalah memproduksi benih unggul yang bersertifikat. Keseragaman mutu produk, baik jumlah dan kualitas harus tetap dipertahankan, agar brand image perusahaan
tidak buruk dimata konsumen. Proses produksi benih pada PT. Sang Hyang Seri dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengeringan, pembersihan inspeksi,
penggudangan “simpan kemas” dan pengepakan. Proses pengepakan berlangsung setelah benih yang lulus pengujian dan telah bersertifikat keluar dari gudang
simpan kemas. Metode pengepakanpengemasan berbagai varian benih padi yang dilakukan pada PT. Sang Hyang Seri Persero adalah secara manual dan fully
automatic . Pada proses pengepakan secara manual, operator berperan langsung
Universitas Sumatera Utara
terhadap proses pengepakan karena seluruh peralatan yang digunakan masih manual, tanpa ada bantuan mesin sehingga mudah dilakukan penggantian ukuran
kemasan. Kemasan yang digunakan pada proses pengepakan mempunyai dimensi 35 x 30 cm, dengan berat netto yang ditentukan perusahaan sebesar 5 kg. Pada
proses pengepakan fully automatic, operator hanya bertindak sebagai pekerja panel. Kapasitas mesin pengepakan fully automatic adalah sebesar 3,5 tonjam.
Setelah melakukan observasi langsung ke lapangan, ditemukan masalah baik pada pengepakan secara manual maupun pengepakan fully automatic. Pada
pengepakan secara manual, masalah yang terjadi yaitu berat netto benih yang telah dikemas tidak sesuai tidak homogen dengan ketentuan perusahaan yaitu
sebesar 5 kg. Hal ini disebabkan karena fasilitas kerja pada kegiatan pengisian dan penimbangan tidak sesuai dengan operator tidak ergonomis, ditambah
dengan jumlah produksi yang banyak. Selain berat netto produk tidak homogen, kondisi kerja yang tidak ergonomis ini juga mengakibatkan operator mengalami
keluhan sakit pada bagian tubuh seperti bahu, leher, pergelangan tangan, lengan atas dan bawah, dan punggung. Ketidakergonomisan kondisi fasilitas kerja
merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap homogenitas berat produk yang dihasilkan. Berdasarkan kondisi kerja tersebut, maka filosofi ergonomi yang
menyatakan “penyesuaian pekerjaan dengan operatorpekerja”, belum dilakukan oleh pihak perusahaan. Kondisi aktual pada bagian pengepakan manual saat ini
adalah operator mengalami kesulitan untuk melihat indikator timbangan karena indikator berada dibelakang hopper, menjangkau kemasan kosong dengan jarak
jangkauan 84 cm, dan memindahkan produk seberat 5 kg dengan jarak
Universitas Sumatera Utara
pemindahan 90 cm. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang selama melakukan kegiatan pengisian dan penimbangan. Apabila kondisi saat ini tetap
dipertahankan, maka diyakini perusahaan, operator dan konsumen akan mengalami kerugian. Jika teknik pengepakan secara manual dirancang sedemikian
rupa maka penyesuaian kerja terhadap manusia dapat dicapai. Pengepakan secara fully automatic
jarang dilakukan oleh perusahaan, karena dibutuhkan syarat yang berat dalam proses pengoperasian mesin. Syarat tersebut yaitu, dibutuhkan
konsumsi listrik dan bahan bakar yang besar, penyetelan alat yang rumit apabila jenis kemasan dan berat produk yang diinginkan berubah-ubah. Hal ini
disebabkan karena mesin yang ada merupakan given tersedia apa adanya, sehingga tidak sesuai dengan jumlah produksi perusahaan. Mesin fully automatic
sebenarnya dirancang untuk volume produksi yang tinggi, sedangkan volume produksi pada perusahaan sedikit sehingga mengakibatkan mesin fully automatic
yang ada saat ini under capacity. Oleh karena itu, dilakukan studi untuk menentukan teknik pengepakan
yang tepat serta dapat melengkapi dan menutupi kelemahan dari masing-masing teknik pengepakan yang sudah ada pada perusahaan berupa konsep perencanaan
mesin semi otomatis berbasis PLC Programmable Logic Controller yang sesuai dengan dimensi tubuh operator dan fleksibilitas produk.
1.2. Rumusan Permasalahan