Teori Motivasi Akademik Motivasi Akademik 1. Definisi Motivasi Akademik

untuk menjelaskan lebih dalam tentang motivasi akademik. Pendekatan tersebut mengacu kepada cara seseorang dalam memperoleh sesuatu dengan dorongan yang berasal dari dalam diri individu yaitu intrinsic motivation dan juga dari luar yaitu extrinsic motivation. Jika kedua dorongan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka individu akan menolak untuk melanjutkan meraih sesuatu, disebutnya amotivation .

2.2.3. Dimensi-dimensi Motivasi Akademik

Berdasarkan teori-teori mengenai motivasi akademik, peneliti memakai dimensi yang dikemukakan oleh Deci dan Ryan dalam Vallerand, Fortier, Pelletier, Tuson, Briere Blais, 1995 yang menyebutkan bahwa ada tiga dimensi penting dalam motivasi akademik, yakni sebagai berikut: 1. Motivasi ekstrinsik Extrinsik motivation Bertentangan dengan motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik itu berkaitan dengan berbagai perilaku yang terlibat sebagai alat untuk mencapai tujuan dan bukan untuk kepentingan mereka sendiri. Motivasi ekstrinsik dibedakan menjadi lebih spesifik ke dalam 3 jenis, yaitu: a. Pengaturan eksternal External regulation Jenis motivasi ekstrinsik yang mengacu pada perilaku yang dikendalikan oleh sumber eksternal, seperti imbalan atau kendala yang dikenakan oleh orang lain. b. Introyeksi Introjection Dengan introyeksi, sumber eksternal sebelumnya dari motivasi telah diinternalisasi sehingga kehadirannya sebenarnya tidak lagi diperlukan untuk memulai perilaku. Sebaliknya, perilaku ini diperkuat melalui tekanan internal seperti rasa bersalah atau kecemasan. Misalnya seperti mahasiswa yang hadir tepat waktu dan tidak pernah terlambat pada mata kuliah tertentu karena dia takut dimarahi oleh dosennya dan takut nilai yang diberikan rendah, akhirnya dia rajin datang tepat waktu. c. Identifikasi Identification Jenis motivasi ekstrinsik yang ketika individu datang untuk menghargai dan menilai perilaku penting dan juga karena individu melakukan itu dari pilihan. Kegiatan tersebut masih dilakukan untuk alasan ekstrinsik misalnya, untuk mencapai tujuan pribadi, namun secara internal diatur dan ditentukan sendiri. Misalnya seperti mahasiswa yang mengejar prestasi yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi. 2. Motivasi intrinsik Intrinsik motivation Secara umum, motivasi intrinsik mengacu dalam kegiatan murni untuk kesenangan dan kepuasan yang berasal setelah melakukan aktivitas. Ketika seseorang termotivasi secara intrinsik atau dari dalam dirinya, ia akan melakukan perilaku sukarela, tanpa adanya imbalan materi atau kendala dari luar. Motivasi intrinsik dibedakan menjadi lebih spesifik ke dalam 3 jenis, yaitu: a. Motivasi intrinsik untuk mencari tahu Intrinsic motivation to know Jenis motivasi intrinsik yang berkaitan dengan beberapa konstruksi seperti eksplorasi, rasa ingin tahu, tujuan pembelajaran. Motivasi intrinsik untuk belajar dan epistemik untuk mengetahui dan memahami. Dengan demikian, motivasi intrinsik untuk mencari tahu dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk kesenangan dan kepuasan pada satu pengalaman sambil belajar, menjelajahi, atau mencoba untuk memahami sesuatu baru. b. Motivasi intrinsik terhadap prestasi Intrinsic motivation toward accomplishments Individu berinteraksi dengan lingkungan untuk merasa kompeten dan untuk menciptakan prestasi yang unik. Dengan demikian, motivasi intrinsik terhadap prestasi dapat didefinisikan sebagai suatu yang terlibat dalam kegiatan untuk kesenangan dan kepuasan yang dialami ketika seseorang mencoba untuk mencapai atau menciptakan sesuatu. Mencoba untuk menguasai teknik pelatihan yang sulit tertentu untuk mengalami kepuasan pribadi. c. Motivasi intrinsik untuk pengalaman stimulasi Intrinsic Motivation to Experience Stimulation Motivasi intrinsik untuk pengalaman stimulasi terjadi ketika seseorang terlibat dalam suatu kegiatan untuk mengalami rangsangan sensasi misalnya, kesenangan indra, pengalaman estetika, serta kegembiraan dan kesenangan yang berasal dari keterlibatan seseorang dalam kegiatan tertentu.

3. Amotivation

Bentuk dari ketidakberdayaan yang dipelajari, artinya termotivasi individu tidak merasakan kontingensi antara tindakan mereka dan hasil dari tindakan mereka. Mereka mengalami perasaan ketidakmampuan dan kurangnya kontrol. Mereka tidak termotivasi secara intrinsik maupun ekstrinsik. Mahasiswa yang memiliki motivasi akademik yang kuat motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam mengerjakan suatu tugas di kampus, akan terus bertahan dalam menghadapi dan mengatasi masalah apapun meskipun banyak menghadapi tantangan. Sebaliknya, mahasiswa dengan motivasi yang lemah akan lebih mudah frustasi dalam menghadapi berbagai rintangan atau hambatan yang muncul bahkan bisa mundur dari tantangan yang dihadapi di kampus atau mahasiswa tersebut tidak termotivasi lagi. Dari ketiga dimensi motivasi akademik seperti intrinsic motivation, extrinsik motivation dan amotivation akan peneliti gunakan sebagai acuan dalam mengukur motivasi akademik.

2.2.4. Pengukuran Motivasi Akademik

Pada penelitian terdahulu tentang motivasi akademik, peneliti menemukan dua alat untuk mengukur motivasi akademik, yaitu sebagai berikut: 1. The Motivated Strategies for Learning Questionnaire MSLQ yang dikembangkan oleh Pintrich, Smith, Garcia, dan McKeachie pada tahun 1993 untuk mengukur validitas prediktif dari prestasi sekolah yang meliputi dua jenis skala, yaitu motivation dan learning. Skala motivation meliputi: intrinsic goal orientation , extrinsic goal orientation, task value, control beliefs about learning , self-efficacy, dan test anxiety. Skala learning meliputi: rehearsal, elaboration, organization, critical thinking, peer learning, help seeking, metacognition, effort management, time and study