g. Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-
gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Indikator yang dipaparkan oleh peneliti menjadi landasan dalam penilaian
prestasi akademik di kampus, apabila seseorang mahasiswa dapat menguasai tiga ranah tersebut maka besar kemungkinan mahasiswa akan mendapatkan nilai yang
optimal.
2.1.4. Pengukuran Prestasi Akademik
Latipah 2010 mengatakan bahwa prestasi akademik menunjukkan pada kinerja belajar seseorang yang pada umumnya ditunjukan dalam bentuk nilai rata-rata
yang diperoleh. Nilai rata-rata selanjutnya dimunculkan dalam bentuk indeks prestasi kumulatif IP. Untuk itu, dalam pengukuran prestasi akademikpada
penelitian ini, peneliti mengambil data indeks prestasi IP semester satu mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013
sebagai tolak ukur tinggi atau rendahnya prestasi akademik mahasiswa.
2.2. Motivasi Akademik 2.2.1. Definisi Motivasi Akademik
Menurut Pintrich dan Zusho dalam Areepattamannil, 2011 motivasi akademik mengacu pada proses internal yang mendesak dan mempertahankan kegiatan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan akademik tertentu. Motivasi akademik juga dikemukakan oleh Plunkett dan Bamaca-Gomez dalam Alfaro, Umana-Taylor
Gomez, 2006 yaitu adalah karakteristik internal dari individu yang meliputi upaya akademik, efikasi diri akademik, kehadiran, aspirasi pendidikan,
pentingnya sekolah, dan ketekunan.
Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi akademik adalah suatu hasrat atau dorongan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang
ingin diraih, demi tercapainya suatu tujuan tertentu pada bidang akademiknya.
2.2.2. Teori Motivasi Akademik
Sebelum mengkaji lebih dalam mengenai motivasi akademik, peneliti mendeskripsikan terlebih dahulu beberapa pendekatan teori yang dirujuk dari
disertasi Areepattamannil 2011, sebagai berikut. a.
Self-determination theory Teori determinasi diri SDT
merupakan teori makro dari motivasi, emosi, dan pengembangan manusia yang mengambil minat pada faktor-faktor yang
memfasilitasi atau mencegah proses asimilatif dan berorientasi pada pertumbuhan seseorang.
SDT melukiskan tiga jenis kebutuhan psikologis dasar, yakni kebutuhan kompetensi, kebutuhan keterkaitan dan kebutuhan otonomi.
Kebutuhan kompetensi merupakan fasilitator dari motivasi intrinsik, yaitu kebutuhan untuk mengalami kepuasan dalam meningkatkan kemampuan
seseorang. Kebutuhan akan keterkaitan merupakan fasilitator lain dari motivasi intrinsik, yaitu kebutuhan untuk merasa terkait dengan orang lain
yang signifikan. Kemudian yang terakhir adalah kebutuhan otonomi, yaitu kebutuhan untuk terlibat dalam perilaku mengatur diri Deci Ryan dalam
Areepattamannil, 2011. Pusat untuk SDT adalah perbedaan antara motivasi yang otonom dan
motivasi yang dikendalikan. Motivasi otonom bertindak dengan penuh rasa kemauan dan pilihan, meliputi keduanya motivasi intrinsik dan baik-
diinternalisasi yaitu, terintegrasi motivasi ekstrinsik. Sedangkan motivasi yang dikendalikan, yaitu bertindak dengan rasa tekanan atau permintaan dan
termasuk regulasi oleh kontinjensi eksternal misalnya, peraturan eksternal dan kontinjensi yang sebagian telah diinternalisasikan yaitu regulasi
introjected Deci Ryan dalam Areepattamannil, 2011. Lebih khususnya, teori determinasi diri SDT adalah sebuah
pendekatan untuk motivasi manusia yang memahami pentingnya kebutuhan psikologis untuk otonomi. Otonomi berarti bahwa individu mengalami pilihan
dalam inisiasi, pemeliharaan, dan regulasi perilaku mereka. Motivasi akademik dalam pendekatan self-determination theory terdiri atas tiga aspek
atau komponen, yakni extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation
Deci Ryan dalam Areepattamannil, 2011, seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Self-Determination Theory
Amotivation Extrinsic Motivation
Instrinsic Motivation
Lack of Motivation
Controlled Motivation Autonomous Motivation
Lack of Regulation
External Regulation
Introjected Regulation
Identified Regulation
Integrated Regulation
Intrinsic Regulation
b. Cognitive evaluation theory
Teori evaluasi kognitif menjelaskan efek dari faktor ekstrinsik atau peristiwa sosial kontekstual misalnya, persaingan, tenggat waktu, evaluasi, menentukan
goal, pujian, penghargaan pada motivasi intrinsik, perilaku, dan pengalaman.
Hal ini paling berguna untuk perilaku belajar seseorang yang menunjukkan minat atau motivasi Deci Ryan dalam Areepattamannil, 2011.
c. Organismic integration theory
Teori integrasi organisme menjelaskan bahwa perilaku regulasi eksternal dapat diubah menjadi perilaku mandiri. Ini disebut konsep internalisasi utama
yang berkenaan dengan perkembangan motivasi ekstrinsik Deci Ryan dalam Areepattamannil, 2011.
d. Causality orientations theory
Teori orientasi kausalitas diformulasikan untuk mengatasi perbedaan individu secara global level kepribadian orientasi motivasi, menggambarkan
bagaimana orang-orang memasukkan pengaruh sosial ke dalam gaya motivasi mereka Deci Ryan dalam Areepattamannil, 2011.
e. Goal contents theory
Teori konten tujuan menjelaskan dampak dari tujuan intrinsik dan ekstrinsik pada motivasi manusia dan kesehatan Kasser Ryan dalam
Areepattamannil, 2011. f.
Basic needs theory Teori kebutuhan dasar menentukan seperangkat kebutuhan psikologis dasar
universal yang merupakan zat-zat gizi penting untuk perkembangan optimal manusia, fungsi-psikologis dan kesehatan fisik serta kesejahteraan sosial Deci
Ryan dalam Areepattamannil, 2011. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan self-determination
theory yang dikemukakan oleh Deci dan Ryan dalam Areepattamannil, 2011