Teori Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

4. Kelekatan terhadap universitas Goal-commitment institutional attachment Kelekatan terhadap universitas meliputi dua bagian, yakni secara umum memiliki perasaan dan kepuasan berada di perguruan tinggi dan perguruan tinggi merasakan kepuasan dengan perguruan tinggi di mana mahasiswa mengikuti. Dari keempat dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi dari Baker dan Siryk, akan peneliti pakai sebagai acuan untuk pengembangan alat ukur dalam bentuk blueprint.

2.4.4. Pengukuran Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

Berdasarkan jurnal yang peneliti dapatkan dari penelitian terdahulu, peneliti menemukan dua alat untuk mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut: 1. Adjustment Inventory For College Students AICS yang dikembangkan oleh Sinha dan Singh pada tahun 1995. Alat ukur ini dirancang untuk membedakan yang normal dari penyesuaian buruk pada mahasiswa. Skala memiliki total 102 item yang mengukur penyesuaian mahasiswa pada lima dimensi yaitu, rumah, kesehatan, sosial, emosional, dan pendidikan. Reliabilitas alat ukur ini mencapai koefisien alpha sebesar 0.94. Alat ukur ini pernah dipakai oleh Sharma di India pada tahun 2012 Sharma, 2012. 2. The Student Adaptation to College Questionnaire SACQ yang dikembangkan oleh Baker dan Siryk pada tahun 1989. Alat ukur ini memiliki 67 item kuesioner dan dirancang untuk mengukur efektivitas dalam mengevaluasi dan menerapkan penyesuaian diri dari pelajar ke perguruan tinggi. Alat ukur ini ideal digunakan pada sampel mahasiswa dalam tingkat perguruan tinggi yang berdasarkan empat dimensi, yaitu academic adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional attachment. Reliabilitas alat ukur ini mencapai koefisien alpha mulai dari 0.92-0.95. Alat ukur ini pernah dipakai oleh Fowler pada tahun 2010 dalam penelitian di Negara Afrika Selatan Fowler, 2010. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Baker dan Siryk yang bernama the Student Adaptation to College Questionnaire SACQ. Peneliti memakai alat ukur tersebut dikarenakan alat itu memiliki tingkat reabilitas atau keandalan yang lebih tinggi dibanding dengan Adjustment Inventory For College Students , yakni dengan koefisien alphamulai 0.92-0.95, dan selain itu sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur adjustment .

2.5. Kerangka Berpikir

Dalam kehidupan manusia, prestasi merupakan hal yang ingin dimiliki setiap individu. Prestasi dapat diraih dengan dua hal, yakni prestasi dalam pekerjaan dan prestasi dalam pendidikan atau akademiknya. Pascarella dan Terenzini dalam Kuh, Kinzie, Buckley, Bridges Hayek, 2006 menyimpulkan, nilai yang bagus pada tahun pertama perkuliahan sangat penting untuk keberhasilan akademik selanjutnya dan menyelesaikan gelar akademik. Prestasi akademik yang kuat, tampaknya mengurangi kemungkinan siswa berhenti dan meningkatkan kemungkinan tepat waktu dalam menyelesaikan gelar akademik. Akan tetapi pencapaian dalam meraih prestasi di tingkat jenjang universitas bukan sesuatu yang mudah untuk diraih. Persaingan dalam dunia kampus semakin ketat, mulai dari seleksi masuk perguruan tinggi, kapasitas mata kuliah, sampai kepada kebijakan-kebijakan akademik yang dibuat oleh universitas. Apalagi dengan mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi, yang terkait dengan berbagai perubahan dalam kehidupannya. Selain lingkungan sosial mereka, mahasiswa juga dihadapkan dengan perubahan dalam situasi prestasi bersaing mereka, misalnya peningkatan tingkat kesulitan beradaptasi di lingkungan baru, tuntutan yang lebih tinggi berkaitan dengan pembelajaran mandiri, serta transisi ke jenis kelompok sosial berbeda dibandingkan dengan lingkungan di sekolah menengah Pillay, Ngcobo, Schiefele, Streblow, Ermgassen Moschner, dalam Dresel Grassinger, 2013. Prestasi akademik yang baik dalam tingkat jenjang universitas akan dapat diraih jika individu memiliki motivasi akademik yang kuat. Motivasi akademik ekstrinsik dan intrinsik merupakan pendorong bagi mahasiswa dalam meraih prestasi akademik yang baik. Dengan motivasi akademik itu mahasiswa terdorong untuk lebih bekerja keras dalam memahami pelajaran dan memiliki gairah dalam belajar, masukan materi yang didapat oleh mahasiswa semakin banyak dan memungkinkan mereka menjawab dengan baik saat ujian sehingga membuat nilai mereka baik serta mendapat prestasi akademik yang tinggi. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Turner, Chandler dan Heffer 2009, menunjukkan bahwa motivasi akademik mempengaruhi kinerja akademik, terutama motivasi intrinsik. Dalam hal ini, kinerja adalah hasil belajar mahasiswa atau indeks