146 | M e n u l i s B e r i t a d a n F e a t u r e s
Majalah Berita Mingguan Gamma, Jakarta, 15 Agustus 2000.
2. Penutup Penyengat
Penutup yang mengagetkan bisa membuat pembaca seolah-olah terlonjak. Penulis hanya menggunakan tubuh
cerita unto menyiapkan pembaca pada kesimpulan yang tidak
terduga-duga. Penutup
seperti ini
mirip dengan
kecenderungan film modern yang menutup cerita dengan mengalahkan orang yang baik-baik oleh orang jahat
Bujono, Hadad, 1997:54. Dalam dunia balap sepeda motor seperti GP500, teknik ini disebut sebagai gaya menyalip di
tikungan. Sering tak terduga, baik untuk yang disalip, maupun untuk publik penonton yang menyaksikannya.
Contoh: a . K i ni ko n di si f is i kn ya p u n ta mp a k mul ai mel ema h .
Bi b ir n ya mengelupas, seperti terbakar panas. Jansom sendiri mengaku bahwa kalau dia banyak bergerak, maka
cepat lelah. Bayang-bayang ajal terasa sudah kian dekat. Sebelum meninggal, Saya ingin menikmati kelezatan
hidup di dunia ini sepuas-puasnya, katanya, seperti bermimpi Mimpi Kaya Sebelum Mati,
Majalah Berita Mingguan Gatra, Jakarta, 1 Juni 1990
b . Membakar karena jengkel pernah terjadi di Palembang. Sumatera Selatan, December silam. Jengkel utangnya
Rp. 50 ribu ditagih melulu, Mardiani membakar rumah pamannya. Tak ada korban jiwa, namun 22 rumah tetangga
ikut gosong. Usai menyulut api, ibu seorang anak itu menyerahkan diri kepada pihak berwajib Api Maut Anak
Durhaka,
Majalah Berita Mingguan Gatra, Jakarta, 1 Jum 1996.
3. Penutup Klimaks
Penutup ini sering ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis. Ini seperti sastra tradisional. Hanya
saja dalam feature, penulis berhenti bila penyelesaian cerita sudah jelas, dan tidak menambah bagian setelah klimaks seperti
cerita tradisional Bujono, Hadad, 1997:54. Dalam teknik penutup klimaks, setiap bagian dan adegan dipersiapkan dengan
147 | M e n u l i s B e r i t a d a n F e a t u r e s
matang untuk mencapai ke satu titik. Tidak boleh terjadi penyimpangan sedikit pun. Titik itu adalah kilmaks.
Dalam cerpen, teknik klimaks menggunakan alur dan pola tradisional dengan menyertakan enam unsur pokok:
pengenalan tokoh
dan penataan
adegan exposition,
pemunculan masalah
dam pertentangan
complication, penekanan pada ketegangan yang mulai memuncak rising
action, penunjukan titik krisis yang paling mendebarkan untuk
mencapai klimaks turning point, dan penjelasan singkat tentang akhir cerita ending. Tarigan, 1933:151. Cerita
feature, bisa mengikuti gaya dan alur yang lazim ditemukan
pada cerpen seperti ini. Contoh .:
a. Sejam kemudian residivis itu ditangkap di rumahnya, di Jalan teluk Tiram. Saya tahu Juminto itu anggota ABRI.
Saya melakukannya dalam keadaan mabuk, kata Udin, 36 tahun, kepada petugas yang memeriksanya. Setelah itu,
barulah dilakukan razia terhadap preman di kota itu
Ekor Tewasnya Sersan Juminto, Majalah Berita Mingguan Gatra,
Jakarta, 27 April 1996. b.
Tes yang dilakukan pada 1989 oleh Dokter Joseph Keul menunjukkan, Steffi memiliki kapasitas paru-paru 38 persen
lebih besar dari ukuran normal, dan memiliki ukuran jantung 40 persen lebih besar dari ukuran normal
wanita. Artirya, Steffi mampu menghirup 4,5 liter udara, yang merupakan hirupan paling dalam dari rata-rata
wanita normal yang hanya 4-5 liter. Walaupun hasil tes ini berkaitan dengan kondisi fisik Steffi, peranan program
latihan yang dilakukan Steffi Graf sqjak kecil adalah salah satu penyebab Steffi mampu mencapai kelebihan itu
Rahasia Permainan Steffi Graf,
Majalah Berita Mingguan Gatra, Jakarta, 31 Agustus 1996.
4. Penutup Menggantung Penulis dengan sengaja mengakhiri cerita dengan menekankan