PEDOMAN PEMAKAIAN BAHASA PERS

39 | M e n u l i s B e r i t a d a n F e a t u r e s Pers-pers berkualitas senantiasa menjaga reputasi dan wibawa martabatnya di mata masyarakat, antara. lain dengan senantiasa menghindari penggunaan kata-kata atau istilah yang dapat diasumsikan tidak sopan, vulgar, atau mengumbar selera rendah. Kata-kata vulgar, kata-kata yang menjurus pornografi, biasanya lebih banyak ditemukan pada pers populer lapis bawah dan pers kuning.

d. PEDOMAN PEMAKAIAN BAHASA PERS

Dalam kaftan itu. jugalah, Persatuan Wartawan Indonesia PWI, dalam kegiatan yang digelar di Jakarta, 10 November 1978, mengeluarkan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers; 1. Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Hal ini juga haru diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam Surat kabar sekarang ini ialah kesalahan ejaan. 2. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai. 3. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefix. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam kepala berita mengingat keterbatasan ruangan. Akan tetapi pemenggalan jangan sampai dipukul- ratakan sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita. 4. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat- kalimat pendek. Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan, dan kata tujuan subjek, predikat, objek. Menulis dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip yang harus dipegang ialah satu gagasan atau satu ide dalam satu kalimat. 5. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti kata-kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. Dengan demikian dia 40 | M e n u l i s B e r i t a d a n F e a t u r e s menghilangkan monotoni keadaan atau bunyi yang selalu sama saja, dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa. 6. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah kata kerja kopula, telah penunjuk masa lampau, untuk sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris, dan sebagai terjemahan of dalam hubungan milik, bahwa sebagai kata sambung dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang. 7. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif didengan bentuk aktif me. 8. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yan g t erl al u t ekni s i lm i ah dal am beri t a. Kal aupun t erpaks a menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan maksudnya. 9. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. 10. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang dinilai dari tiga aspek : isi, bahasa, dan teknik persembahan. 41 | M e n u l i s B e r i t a d a n F e a t u r e s

BAGIAN 2 MENULIS BERITA

1. Pengertian Berita

Berita news merupakan sajian utama sebuah media masa di samping views opini. Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan per media massa. Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Bahkan, News is difficult to define, because it involves many variabel factors, kata Earl English dan Clrarence Hach. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup banyak faktor variabel. Berita lebih mudah dikenali daripada diberi batasannya, timpal Irving Resenthall dan Marton Yarmen. Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi batasan pengertian berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang dikandung sebuah berita. Nothclife, misalnya, menekankan pengertian berita pada unsur keanehan atau ketidaklaziman, sehingga mampu menarik perhatian dan rasa ingin tahu curiosity. la mengatakan, Jika seekor anjing menggigit orang, itu bukanlah berita. Tetapi jika orang menggigit anjing, itulah berita If a dog bites a man, it is not news. But if a man bites a dog is news. Kita boleh sepakat dan tidak sepakat atas pandangan Nothclife tersebut. Karena, jika yang digigit anjing itu orang terkenal, misalnya artis populer atau seorang kepala negara, ia tetap merupakan berita menarik. Positifnya, kita menerima penekanannya bahwa berita yang balk dan layak dicari dan dibuat, sekaligus layak muat di media massa antara lain mengandung unsur keanehan itu. Sehingga, berita yang kita buat dibaca orang. Misalnya, informasi tentang kambing berkaki lima, kelahiran bayi berkepala dua, seorang ibu melahirkan saat ibadah haji, dan semacamnya. Pakar lain seperti Dean M. Lyle Spencer, Willard C. Bleyer, William S. Maulsby, dan Eric C. Hepwood, seperti dikutip Djafar H. Assegaff 1983 : 5, sama-sama menekankan unsur menarik