Proporsi varian HASIL PENELITIAN

Dengan demikian, terdapat enam dari sembilan independent variable yang sumbangan proporsi variansnya signifikan terhadap work-family conflict yaitu, role conflict, role ambiguity, role overload, organizational reward job condition, pendidikan dan masa kerja. 80

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Dalam bagian ini memuat kesimpulan, diskusi, dan saran. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji analisis data yang diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel work stressor role conflict, role ambiguity role overoad, perceived organizational support fairness, supervisor support, organizational reward job condition dan faktor demografi usia, pendidikan masa kerja terhadap work-family conflict. Namun, jika dilihat per variabel, terdapat enam variabel yaitu role conflict, role ambiguity, role overload, organizational reward and job condition, pendidikan dan masa kerja yang memberikan kontribusi signifikan terhadap work-family conflict.

5.2 Diskusi

Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami individu terkait dengan work-family conflict. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti akan membahas diskusi mengenai sembilan independent variable yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu work stressor role conflict, role ambiguity role overload, perceived organizational support fairness, supervisor support, organzational reward job condition, serta faktor demografi usia,pendidikan dan masa kerja terhadap dependent variable yaitu work-family conflict dan juga akan membahas penelitian dan literarur terdahulu mengenai kesembilan independent variable yang dikaitkan dengan dependent variable tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara role conflict, role overload terhadap work-family conflict, sedangkan role ambiguity tidak memiliki pengaruh terhadap work-family conflict. Berbeda dengan variabel work stressor yang hampir semua dimensinya memiliki pengaruh terhadap work-family conflict, variabel perceived organizational support yang memiliki tiga dimensi, tidak ada yang memiliki pengaruh positif terhadap work- family conflict, begitu juga dengan variabel demografi dari ketiga variabel demografi hanya satu variabel yang tidak memiliki pengaruh positif terhadap work-family conflict yaitu, usia pekerja. Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, variabel role conflict, role overload memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap work-family conflict. Berdasarkan hasil koefisien regresi variabel role conflict dan role overload yang bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi role conflict dan role overload yang dirasakan individu, maka akan semakin tinggi pula work- family conflict yang dirasakan. Work stressor menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab munculnya work-family conflict. Hal ini sejalan dengan penelitian Foley et al., 2005; Poelmans, 2001 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh dari work stressor yang terdiri dari tiga dimensi yakni role conflict, role ambiguity dan role overload terhadap work- family conflict. Uniknya, dalam penelitian ini hanya dua dari tiga dimensi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap work-family conflict, yaitu role conflict dan role overload. Role conflict memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict dengan nilai sig Sebesar .030 sig 0.05, yang berarti bahwa role conflict secara positif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Foley et al. 2005 dan Poelmans 2001 yang menyatakan bahwa role conflict memiliki pengaruh terhadap work- family conflict. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi role conflict yang dirasakan individu maka akan semakin tinggi pula work-family conflict yang dialaminya. Namun, hal ini berbeda dengan role ambiguity, dimana dalam penelitian ini role ambiguity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflit hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhevi dan Tharmalingam 2014. Artinya individu yang bekerja dalam perusahaan ini sudah faham dengan tugas tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepadanya, sehingga tidak terjadi kebingungan antara peran atau pekerjaannya. Semakin individu mengerti akan pekerjaannya masing-masing maka akan semakin rendah pula tingkat work-family conflict yang dirasakan. Namun, hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa variabel role ambiguty memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict Foley et al., 2005; Poelmans, 2001. Begitu pula dengan role overload yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict , dengan nilai sig sebesar.0.36 sig 0.05, yang berarti bahwa role overload memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict. Role overload mengacu pada sejauh mana individu diminta untuk melakukan banyak tugas dalam waktu yang singkat. Artinya semakin banyaknya tugas yang dikerjakan individu dengan waktu yang singkat maka akan semakin tinggi pula work- family conflict yang dirasakan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Foley et al. 2005; Poelmans 2001 yang menyatakan bahwa role overload memiliki pengaruh terhadap work-family conflict. Dimensi lain dari Perceived Organizatonal Support seperti fairness, supervisor support dan organizational reward job condition dalam penelitian ini tidak ada satupun variabel yang memiliki pengaruh positif terhadap work-family conflict. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Foley et al., 2005; Kahya Kesen; 2014; Listyanti Dewi, 2014 yang melaporkan bahwa dari ketiga dimensi yang dimiliki variabel perceived organizational support tidak ada yang memiliki pengaruh terhadap work-family conflict, hal ini terjadi karena individu merasa bahwa perusahaan selalu mendukung dengan cara memberikan kebijakan kerja dan bersimpati terhadap masalah yang dialami karyawan baik pribadi ataupun keluarga, sehingga, individu akan merasa adanya peran pendukung dari perusahaan itu sendiri, sehingga muncullah keseimbangan yang baik antara pekerjaan dan keluarga, hal ini juga dipercaya mampu untuk meminimalisir terjadinya work-family conflict bagi karyawan. Kemudian pada penelitian ini terdapat tiga variabel demografi yang diteliti yaitu usia, pendidikan dan masa kerja. Hal ini didukung oleh Cohen dan Liani 2009