Definisi work family conflict

b Konflik yang berasal dari keluarga. Studi menunjukan bahwa orang tua dari anak yang masih kecil dapat merasakan konflik yang lebih besar dibandingkan dengan orang tua yang memiliki anak yang lebih tua Beutell Greenhaus; Greenhaus Kopelman; Pleck et al.,. Memiliki keluarga yang besar juga diasumsikan cenderung lebih banyak tuntutan dari pada keluarga kecil dan hal ini juga berhubungan positif dengan tingginya work-family conflict Cartwright, Keith Schafer dalam Greenhouse Beautell, 1985. Keluarga yang besar menyebabkan tingginya tingkat konflik peran khususnya pada perempuan dimana mereka memiliki suami pekerja keras dan hanya memiliki sedikit waktu untuk keluarga Greenhouse Beautell, 1982.

2. Strain- based conflict

Strain-based conflict terjadi ketika tekanan dari salah satu peran yang mempengaruhi kinerja seseorang dalam peran lainnya. Contohnya seorang karyawan yang mengalami depresi akan merasakan kesulitan menjadi partner yang perhatian atau mencintai orang tuanya. Strain based conflict ini dapat berkontribusi terhadap work family conflict di kedua arah Haar Spell dalam Copur, 2003. Terdapat dua sumber yang dapat memicu terjadinya strain based conflict. a. Sumber konflik yang berasal dari pekerjaan. Peran pekerjaan yang tidak jelas ambiguity memiliki hubungan yang positif dengan work-family conflict Jones Butler; Kopelman et al., dalam Greenhouse Beautell, 1985. Kurangnya dukungan dari atasan juga dapat menyebabkan work-family conflict Jones Butler, dalam Greenhouse Beautell, 1985. b. Sumber konflik yang berasal dari keluarga. Memiliki pasangan yang mendukung satu sama lain dapat mengurangi terjadinya work-family conflict Holahan Gilbert, dalam Greenhouse Beautell, 1985. Menurut Greenhouse Beautell, 1982 wanita yang orientasi kariernya berbeda dengan suami, akan merasakan konflik peran yang lebih tinggi.

3. Behaviour-based conflict

Behaviour-based conflict terjadi ketika perilaku yang diharapkan muncul pada saat menjalankan peran yang lainya, dan bertentangan dengan ekspektasi dari peran lainnya. Misalnya ibu yang bersikap mandiri, emosinya stabil, agresif, dan objektif dalam bekerja Schein dalam Greenhouse Beautell, 1985. Namun disisi lain, khususnya dalam keluarga dia juga diharapkan untuk memiliki sikap yang hangat, peka saat berinteraksi dengan mereka dan penuh kasih sayang. Ketiga dimensi work-family conflict yang dijelaskan ini sangat berkaitan dengan para pekerja wanita buruh yang jam kerjanya panjang dan jadwal shift kerja yang dapat memicu terjadinya time-based conflict, dengan banyaknya pekerjaan dapat menghasilkan ketegangan strain-based conflict yang nantinya akan mempengaruhi pola perilaku individu disaat menjalankan perannya dalam keluarga behavior-based conflict.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi work-family conflict

Work-family conflict tidak hanya disebabkan oleh faktor pekerjaan, namun terdapat beberapa faktor lain yang menjadi pemicu terjadinya work-family conflict yaitu; faktor keluarga, individu dan demografi. Dalam domain pekerjaan, Greenhaus Beuteull 1985 menemukan bahwa work-role stressors role conflict, role ambiguity role overload merupakan sumber utama penyebab stress dalam urusan pekerjaan keluarga. Begitu juga dengan tipe pekerjaan yang dipercaya menjadi faktor pemicu work-family conflict Ahmad, 2005. Sesuai dengan penelitian di Malaysia yang melaporkan ada beberapa jenis pekerjaan seperti; operator, panitera, sekretaris, perawat dan dokter, yang memiliki resiko tinggi mengalami work-family conflict. Sedangkan, menurut Foley et.al., 2005 kurangnya perceived organizational support juga dapat memicu terjadinya work-family conflict. Ahmad 2008 melaporkan bahwa faktor yang memicu work-family conflict pada urusan keluarga meliputi, family structure dimana mereka harus mengasuh anak dan orang tua yang sudah renta. Selain itu adanya tekanan dalam pernikahan, usia dan jumlah anak juga termasuk faktor pemicu work-famiy conflict Bellavina Frone, 2005. Dan yang terakhir ialah faktor personal individu. Menurut Bellavina dan Frone 2005 faktor yang berasal dari individu yaitu; status keluarga, usia pekerja memiliki pengaruh terhadap work-family conflict. Sedangkan Cohen dan Liani; Gordon et al. 2009 menyebutkan usia, pendidikan dan masa kerja karyawan memiliki pengaruh terhadap work-family conflict. Dari ketiga faktor yang memicu terjadinya work-family conflict, faktor terkait pekerjaan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah work stressor yang terdiri dari role conflict, role ambiguity, role overload dan perceived organizational di