Faktor yang mempengaruhi work-family conflict

kesehatan mental, terjadinya sakit punggung, penyakit jantung, gangguan pencernaan, serta beberapa penyakit ringan lainnya seperti, sesak nafas, sakit kepala dll Aamir Hira, 2011. Selain itu, work stressor juga dapat menurunkan produktivitas, kecelakaan kerja, meningkatkan kesalahan dan meningkatkan konflik Pflanz Ogle, 2006. Dari penjelasan diatas, pada skripsi ini memakai definisi work stressor menurut Kahn et.al. 1964 bahwa work stressor merupakan sebagai tekanan yang dialami oleh individu sebagai akibat dari adanya tuntutan pekerjaan dan organisasi.

2.2.2 Dimensi work stressor

Dimensi work stressor terdiri dari role conflict, role ambiguity dan role overload.

1. Role Conflict

Secara umum role conflict dapat didefinisikan sebagai adanya dua tekanan atau lebih secara simultan sehingga pemenuhan terhadap salah satu tuntutan akan membuat pemenuhan terhadap tuntutan lainnya menjadi sulit. Role conflict, muncul ketika ada berbagai tuntutan dari banyak sumber yang menyebabkan karyawan menjadi kesulitan dalam menentukan tuntutan apa yang harus dipenuhi tanpa mengabaikan tuntutan lain Rizzo, House, Lirtzman, 1970. Biasanya role conflict terjadi karena adanya perbedaan konsep antara karyawan dengan supervisor atasan mengenai pentingnya tugas-tugas pekerjaan yang dibutuhkan. Sedangkan menurut, Sculthz Ellen 1994 role conflict terjadi karena adanya perbedaan antara aturan perusahaan dengan aturan yang dianut karyawan. Berbeda dengan Levy 2006 yang menjelaskan bahwa role conflict dapat terjadi ketika adanya ketidak konsistenan dari suatu harapan.

2. Role Ambiguity

Role ambiguity merupakan keadaan dimana suatu pekerjaan memiliki kekurangan dalam memprediksikan suatu respon terhadap perilaku lain dan kejelasan mengenai perilaku yang diharapkan Rizzo et al., 1970. Sedangkan menurut Peterson et al., 1995 role ambiguity merupakan ketidak-pastian mengenai tindakan apa yang harus dilakukan dalam meyelesaikan suatu peran. Namun berbeda dengan Sculthz dan Ellen 1994 role ambiguity terjadi ketika ruang lingkup dan tanggung jawab pekerjaan karyawan tidak terstruktur. Psikologi industri-organisasi telah mengusulkan tiga komponen bagi role ambiguity:  Ambiguitas kinerja: ketidak-pastian tentang standar yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja pekerjaan pekerja  Ambiguitas metode kerja: ketidak-pastian tentang metode atau prosedur yang sesuai dengan kinerja.  Ambiguitas penjadwalan: ketidak-pastian mengenai waktu atau urutan kerja Berdasarkan teori klasik, setiap posisi dalam struktur organisasi formal harus memiliki serangkaian tugas atau tanggung jawab posisi yang jelas. Kewajiban yang terspesifikasi dengan jelas, atau definisi formal dari persyaratan peran, maka akan memberikan kemudahan bagi pihak manajemen dalam mengendalikan kinerja tertentu dari atasannya. Jika seorang pekerja tidak mengetahui wewenangnya untuk mengambil suatu keputusan, tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tidak mengetahui bagaimana dia akan dinilai, maka dia akan ragu-ragu dalam membuat keputusan dan akan menggunakan pendekatan trial error dalam memenuhi ekspektasi atasannya Rizzo et al., 1970. Ketika seseorang tidak puas dengan perannya, maka akan mengalami kecemasan, mendistorsi realitas, dan tidak efektif dalam menyelesaikan sesuatu. Rizzo et al., 1970. Role Ambiguity terjadi karena adanya rencana atau tujuan yang tidak jelas, kurangnya kejelasan tugas dan ketidak-pastian tentang kewenangan yang diberikan untuk melakukan tugas Rizzo et al., 1970. Dari berbagai penjelasan diatas, dapat di cirikan bahwa orang yang mengalami role ambiguity;  Tidak memahami dengan jelas tujuan peran yang dilakukan  Tidak memahami apa yang diharapkan darinya

3. Role Overload

Role overload didefinisikan terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan dalam satu waktu. Beehr, Walsh, Taber 1976. Beban kerja berkaitan dengan banyaknya tugas-tugas yang harus dilaksanakan, ketersediaan waktu, serta ketersediaan sumber daya. Apabila proporsi ketiganya tidak seimbang, kemungkinan besar tugas tersebut tidak bisa diselesaikan dengan baik dan adanya ketidak-seimbangan ini bisa menyebabkan seseorang mengalami stres. Role overload dianggap sebagai persepsi terhadap ketidak-cukupan waktu dan sumber daya untuk menyelesaikan berbagai kegiatan seseorang Caplan, Cobb, Prancis, Harrison, Pinneau, 1975 dalam Tatman 2001. Sedangkan menurut Rizzo et al., 1970 role overload menggambarkan situasi dimana karyawan merasa terlalu banyaknya tanggung jawab serta tugas yang diharapkan