III - 5
volatile foods antara lain: daging ayam ras, bawang merah dan cabe merah. Inflasi tahun 2012, diharapkan tidak akan berpengaruh secara
signifikan pada kondisi perekonomian tahun 2013, dengan catatan daya beli masyarakat tetap terjaga, kenaikan harga kebutuhan pokok
masyarakat dapat dikendalikan administered prices, meskipun ada rencana kenaikan Upah Minimum Kabupaten UMK dan Tarif Tenaga
Listrik TTL. Di sisi lain perlu adanya antisipasi terhadap ekspektasi masyarakat yang berpotensi menyebabkan terjadinya inflasi pada bulan-
bulan berikutnya. Perkembangan inflasi Jawa Tengah dari tahun 2008- 2012 dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS, 2008-2012
Gambar 3.2 Inflasi Jawa Tengah Tahun 2008-2012
d. Nilai Tukar Petani NTP
Tingkat kesejahteraan petani ditunjukkan dengan Indeks Nilai Tukar Petani NTP sebesar 106,37 pada Bulan Desember 2012. Lebih kecil 0,25
bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada Tahun 2011 yaitu sebesar 106,62. Hal ini disebabkan adanya penurunan indeks NTP pada
sub sektor Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat TPR dan Perikanan. Penurunan disebabkan harga pada komoditas hortikultura
pada kelompok buah-buahan mengalami kenaikan, tetapi disisi lain kelompok sayur-sayuran mengalami penurunan. Sedangkan penurunan
pada sub sektor TPR disebabkan turunnya harga komoditas karet, aren dan kelapa. Pada sub sektor perikanan penurunan dikarenakan ada
fluktuasi harga pada komuditas ikan kembung, tengiri, nila dan lele.
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Krisis ekonomi global yang dampaknya diperkirakan makin meluas di wilayah Eropa dan Amerika, masih akan berpotensi terhadap melemahnya
perekonomian dunia pada tahun 2014. Hal ini diperkirakan secara tidak
III - 6
langsung akan berpengaruh pada daya tahan perekonomian Indonesia. Situasi dalam negeri terkait dengan pembatasan BBM bersubsidi,
kenaikan Tarif Tenaga Listrik TTL, serta pelaksanaan pemilihan umum Legislatif, Presiden dan Wakil Presiden 2014 diperkirakan dapat
meningkatkan terjadinya sentimen masyarakat. Hal tersebut dipredik- sikan dapat memicu timbulnya isu distribusi dan ketersediaan barang
kebutuhan primer dan bahan baku produksi sehingga berdampak pada kondisi perekonomian domestik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia pada Tahun 2013 diprediksikan mencapai 6,3 dengan asumsi konsumsi domestik dan
investasi masih bertahan kuat. Angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan pemerintah pada APBN Tahun 2013 sebesar 6,8. Perkuatan
infrastuktur ekonomi nasional terus diupayakan agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan pemerataan kekuatan ekonomi pada semua
wilayah dan sektor usaha.
Impor barang Jawa Tengah pada Tahun 2013 diperkirakan masih akan kembali meningkat sejalan dengan semakin tingginya permintaan
barang produksi dan konsumsi. Di sisi lain, kebijakan impor hortikultura yang mulai berlaku pada tahun 2013 diharapkan dapat mengendalikan
kenaikan harga komoditas hortikultura.
Kondisi perekonomian di Jawa Tengah Tahun 2014 akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia dan kondisi perekonomian nasional.
Sejalan dengan kondisi tersebut, tantangan yang dihadapi Jawa Tengah
dalam perekonomian daerah adalah: Berlakunya perdagangan bebas antara Asia Tenggara dan China
ACFTA 2010 dan Asia Economic Community AEC 2015; Masih tingginya permintaan impor produk bahan baku industri;
Longgarnya penerapan kebijakan pengurangan subsidi BBM; Pengaruh fluktuasi ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi
regional; Keterlambatan penyelesaian pembangunan infrastruktur strategis;
Komitmen dukungan pemerintah Pusat ke Jawa Tengah sebagaimana peran yang ditetapkan untuk Provinsi Jawa Tengah masih belum
optimal; Alih fungsi lahan tidak sesuai peruntukan;
Kerentanan wilayah terhadap bencana; Kebijakan sektoral yang kurang sinkron.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, peluang yang dapat dimanfaatkan adalah:
Meningkatnya peluang pasar ekspor;
III - 7
Meningkatnya dukungan program CSR dan PKBL; Meningkatnya peluang investasi;
Ketergantungan nasional terhadap Jawa Tengah sebagai salah satu
provinsi penyangga pangan; Meningkatnya daya saing produk industri dan pemantapan struktur
pengembangan industri; Relatif lebih tingginya upah buruh di provinsi lain;
Keterbatasan lahan di provinsi lain; Tingginya kepadatan pelabuhan di Jakarta dan Surabaya;
Meningkatnya peluang kerjasama pemerintah dengan swasta; Akselerasi dan komitmen dukungan infrastruktur MP3EI dan
pengembangan potensi wilayah;
Meningkatnya komitmen dalam pengembangan wilayah RTRWN.
Berdasarkan kondisi perekonomian Jawa Tengah saat ini, serta memperhatikan tantangan dan peluang ke depan, maka perekonomian
Jawa Tengah tahun 2014 dan 2015 dapat diprediksikan sebagaimana tertuang dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2011
– 2012, Target Tahun 2013 dan Prediksi Tahun 2014 - 2015
No Indikator
2011 2012
2013 2014
2015
1. PDRB :
Atas dasar harga berlaku Trilyun Rp
Atas dasar harga konstan Trilyun Rp
498,614 198,226
556,479 210,848
568,416 213,412
603,317 221,005
638,219 228,559
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
6,01 6,34
5,8 - 6,2 6,3 - 6,7
6,4-6,8 3.
Inflasi 2,68
4,24 5 ± 1
5 ± 1 5 ± 1
4. PDRBKapita atas dasar harga
berlaku Juta Rp PDRBKapita atas dasar harga
konstan Juta Rp 15,099
6,002 16,726
6,337 17,554
6,591 18,632
6,825 19,569
7,009 5.
Kebutuhan investasi Trilyun Rp.
89,170 110,805
114,401 119,500
124,88 6.
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT
5,93 5,63
5,60 5,60-5,50
5,50-5,40 7.
Kemiskinan 16,21
14,98 13,27
11,58-11,37 10,00-9,80 8.
Nilai Tukar Petani NTP 106,62
106,37 108,67
107,27 107,57
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2012 dan Berita Resmi Statistik BRS, 2013 Keterangan : Tahun 2013 adalah Target RPJMD 2008-2013 RKPD 2013
Angka prediksi Angka prediksi Bappeda Prov. Jateng dan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Jateng - DIY
III - 8
Dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang semakin positif sesuai
dengan target
yang telah
direncanakan, serta
dengan memperhatikan kondisi perekonomian global dan nasional, maka
kebijakan ekonomi Jawa Tengah diarahkan : 1.
Menjaga realisasi investasi yang positif Kegiatan investasi diperkirakan masih akan terus berkembang
sejalan dengan komitmen Jawa Tengah untuk meningkatkan daya saing melalui pengembangan iklim investasi yang kondusif serta
kegiatan perekonomian yang mampu mengedepankan peningkatan keunggulan kompetitif, peningkatan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PTSP, pengembangan berbagai infrastruktur pendukung investasi, optimalisasi sumber energi baru serta pengembangan potensi IKM dan
UMKM disamping tetap mempertahankan kondusivitas keamanan dan politik. Kebutuhan investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
tersebut, diprediksikan sejumlah Rp.119,500 Trilyun.
2. Mendorong pertumbuhan PDRB dengan mengutamakan sektor-sektor
unggulan penyumbang terbesar pada PDRB PDRB Jawa Tengah tahun 2014 diprediksikan akan mencapai
sekitar Rp.603,317 Trilyun berdasarkan harga berlaku. Sektor industri pengolahan diperkirakan masih menjadi sektor ekonomi
utama, sedangkan sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor jasa- jasa serta sektor pertanian, juga mempunyai peran strategis dalam
kontribusi terhadap PDRB. Dari sisi penggunaan, diprediksikan
konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan perekonomian.
3. Mendorong bergeraknya sektor riil yang dapat langsung berdampak
positif pada perekonomian masyarakat. Visit Jawa Tengah 2013 sebagai event pariwisata diharapkan
mampu menarik kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri serta dapat memberikan dukungan pada bergeraknya berbagai sektor riil
Jawa Tengah yang secara langsung dapat memberikan manfaat bagi pelaku usaha dan masyarakat. Hal tersebut secara positif akan
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah serta di dukung pula oleh mulai beroperasinya berbagai infrastruktur
pendukung perekonomian daerah.
4. Menjaga stabilitas harga pada kelompok kebutuhan masyarakat di
pasar. Inflasi Jawa Tengah tahun 2014 diprediksikan pada kisaran
5±1, dengan tekanan inflasi pada kebijakan pemerintah tentang pembatasan BBM bersubsidi, kenaikan TTL, serta pelaksanaan
III - 9
pemilihan umum Legislatif, Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014; Jumlah Uang Beredar; adanya fluktuasi harga pada jenis komoditas
volatile foods dan kemungkinan meningkatnya harga bahan baku produksi.
Pada harga
kelompok barang
administered price
diprediksikan dapat terkendali bila tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga yang dapat memicu terjadinya inflasi, khususnya
pada komponen BBM. Oleh sebab itu upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan BBM dan substitusinya semakin mendesak.
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor
Tahun 2014 ekspor Jawa Tengah diperkirakan masih tertuju pada pasar ekspor antara lain Amerika, Jepang dan China dengan
komoditas berupa tekstil dan produk tekstil, barang kayu dan olahan kayu, hasil manufaktur pabrik serta hasil pertanian, dengan neraca
ekspor diprediksi semakin meningkat. Oleh sebab itu kebijakan dalam strategi pengembangan ekspor difokuskan pada pengembangan pasar
baru dan jenis produk ekspor, terlebih lagi dengan diberlakukannya ACFTA dan AEC Tahun 2015.
Dengan terjaganya tingkat pertumbuhan ekonomi yang konstan serta stabilitas dan ketersediaan barang modal produksi, diharapkan akan
membuka berbagai lapangan kerja, sehingga dapat menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka pada Tahun 2014 menjadi 5,6
– 5,5 dari total jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk miskin menjadi 11,58
– 11,37.
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah