Eksternal EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2012

II - 182 Infrastruktur di Jawa Tengah dalam mendukung dan menunjang pembangunan daerah khususnya infrastruktur perhubungan ditingkatkan dengan pembangunan Jalan Jalur Lingkar Selatan JJLS, Jalan Tol Semarang –Solo, double track kereta api, peningkatan akses Pantura – Pansela di wilayah barat dan timur Jawa Tengah, pengembangan pelabuhan pengumpul dan penumpang, serta pengembangan bandara internasional di Semarang dan Surakarta serta bandara pengumpan di beberapa wilayah Jawa Tengah. Sedangkan infrastruktur lainnya yang juga dikembangkan antara lain penyediaan air baku, air minum dan irigasi dengan pemba- ngunan waduk dan embung. Selain itu juga dikembangkan infrastruktur penyedia energi dengan pembangunan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PLTPB, Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro PLTMH, Pembangkit Listrik Tenaga Solar Home System PLTSHS, serta tidak menutup kemungkinan pengembangan PLTN. Permasalahan pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah diantaranya adalah kesenjangan infrastruktur pengem- bangan wilayah di bagian utara dengan bagian selatan serta keterbatasan jumlah dan kualitas infrastruktur di berbagai wilayah Jawa Tengah, hal tersebut disebabkan salah satunya karena keterbatasan pembiayaan pembangunan infrastruktur. 3 Pengembangan Wilayah Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah di Jawa Tengah menjadi pedoman dalam penyediaan lahan kawasan untuk berbagai kebutuhan daerah, diantaranya telah disediakannya kawasan –kawasan industri sehingga penggunaan lahankawasan lebih jelas dan tertata khususnya bagi dunia industri dan investor yang hendak mena-namkan modal di Jawa Tengah. Posisi wilayah Jawa Tengah yang strategis di tengah Pulau Jawa serta kondusivitas dan stabilitas wilayah yang terus terjaga, menjadikan pengembangan wilayah di Jawa Tengah akan terus meningkat sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan. Selain itu, dengan adanya kerjasama antar wilayah dalam hal kelembagaan, transportasi, SPAM dan persampahan meskipun belum optimal namun diharapkan mampu mengatasi ketimpangan pembangunan antar wilayah di Jawa Tengah.

b. Eksternal

Faktor ekternal yang berpengaruh terhadap pembangunan daerah di Jawa Tengah antara lain : 1 Ekonomi II - 183 Pemberlakuan perdagangan bebas antara Asia Tenggara de-ngan Cina dengan adanya ACFTA 2010 dan AEC 2015 selain menjadi tantangan karena akan meningkatkan impor produk Cina, juga membuka peluang bagi peningkatan pasar ekspor mengingat meningkatnya peluang investasi di Jawa Tengah karena ketergantungan nasional terhadap Jawa Tengah sebagai penyangga pangan, meningkatnya daya saing produk daerah, pemantapan struktur pengembangan industri dan upah buruh di provinsi lain yang lebih tinggi daripada Jawa Tengah serta adanya dukungan program Corporate Social Responsibility CSR dan Program Kemitraan Bina Lingkungan PKBL. Namun demikian masih perlu perhatian atas longgarnya penerapan kebijakan pengurangan subsidi BBM karena mengakibatkan defisit APBN yang akan berpangaruh juga pada pembiayaan pembangunan di Jawa Tengah. Selain itu juga harus diwaspadai pengaruh fluktuasi ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi regional, terutama berlanjutnya krisis ekonomi di Eropa dan perlambatan ekonomi Amerika Serikat. 2 Infrastruktur Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Tengah relatif memiliki lahan yang lebih luas dalam pengembangan infrastruktur. Kepadatan pelabuhan di Jakarta dan Surabaya juga menjadikan sarana pelabuhan di Jawa Tengah sebagai pilihan yang lebih efisien, sehingga perlu akselerasi pembangunan dan peningkatan pelabuhan dan infrastruktur lainnya. Hal ini sesuai dengan kebijakan pusat tentang MP3EI utamanya konektivitas antar wilayah. Walaupun komitmen pusat kepada penyelesaian pembangunan infrastruktur masih belum optimal sehingga menjadi salah satu sebab keterlambatan pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah, namun dengan mulai terbukanya kerjasama antara pemerintah dengan swasta akan dapat meningkatkan penyediaan infrastruktur di Jawa Tengah. 3 Pengembangan Wilayah Banyaknya alih fungsi lahan yang tidak sesuai peruntukan di Jawa Tengah telah menyebabkan timbulnya masalah lingkungan, hal tersebut diperparah dengan kebijakan sektoral di tingkat pusat yang tidak sinkron satu sama lainnya sehingga perlu peningkatan komitmen dalam pengembangan wilayah sesuai dengan RTRWN dan potensi wilayah sesuai dengan koridor MP3EI. Wilayah Jawa Tengah juga banyak yang rentan terhadap bencana alam seperti longsor, banjir, kebakaran hutan, letusan gunung berapi dan gempa sehingga perlu dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengembangan wilayah. II - 184 2.6. Permasalahan Pembangunan Daerah Identifikasi permasalahan pembangunan daerah dilakukan dengan berdasarkan hasil gambaran umum kondisi daerah dari aspek geografi, demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah, serta mendasarkan pada hasil evaluasi RKPD Tahun 2012. Hasil proses identifikasi permasalahan ini kemudian dikerucutkan menjadi isu strategis daerah dengan memperhatikan capaian MDGs dan lingkungan strategis daerah. Identifikasi permasalahan tergambarkan secara sederhana dalam Gambar 2.33 berikut. Gambar 2.33 Alur Proses Identifikasi Isu Strategis Daerah Berdasarkan hasil analisis gambaran umum kondisi daerah, serta dengan memperhatikan hasil evaluasi RKPD Tahun 2012, capaian MDG ’s dan lingkungan strategis, maka permasalahan pembangunan daerah Jawa Tengah yang teridentifikasi dilihat dari aspek ekonomi, sosial, infrastruktur, lingkungan hidup, dan pemerintahan adalah : 1 Melambatnya penurunan angka kemiskinan disebabkan masih banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan; rendahnya terhadap akses pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, berusaha dan permodalan. Hal tersebut di ikuti pula dengan masih besarnya beban pemenuhan kebutuhan dasar air bersih, sanitasi, rumah layak huni dan kelayakan kecukupan pangan; 2 Capaian pertumbuhan ekonomi masih di bawah capaian rata-rata nasional; 3 Ketimpangan pendapatan antar masyarakat dan kesenjangan antar wilayah cukup tinggi; 4 Belum optimalnya kualitas, akses, serta cakupan pelayanan KB bagi Pasangan Usia Subur Pra KS dan KS-1; Capaian MDGs Lingstra Permasalahan Isu Strategis Daerah Gambaran Kondisi Daerah :  Geografi dan Demografi  Kesejahteraan Masyarakat  Pelayanan Umum  Daya Saing Daerah Evaluasi RKPD Tahun 2012 II - 185 5 Belum optimalnya peningkatan kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan anak; 6 Belum memadainya kapasitas tenaga kerja sesuai tuntutan pasar kerja, perluasan kesempatan kerja dan berusaha untuk penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja; 7 Belum optimalnya pengelolaan administrasi kependudukan; 8 Belum memadainya keterampilan, kesiapan lahan dan lokasi penempatan calon transmigran, serta alokasi kuota penempatan transmigran yang tidak sebanding dengan animo masyarakat; 9 Masih rendahnya capaian APK SMAMASMK; 10 Masih rendahnya jumlah pendidik yang berkualifikasi S1D4 dan bersertifikasi; 11 Belum optimalnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan; 12 Belum optimalnya upaya pelestarian seni dan budaya daerah, baik upaya perlindungan, pengembangan maupun pemanfaatan; 13 Kurangnya penguasaan ketrampilan dan jiwa kewirausahaan pemuda serta kurang berkembangnya usaha ekonomi produktif dan kreatif di kalangan pemuda; 14 Belum optimalnya pola pembibitan dan pembinaan atlet olahraga serta dukungan penyelenggaraan kompetisi olahraga secara rutin dan berkelanjutan; 15 Belum optimalnya sumber daya dan layanan perpustakaan utamanya bagi masyarakat di pelosok desa; 16 Masih tingginya angka kematian ibu maternal dan angkakasus kematian bayi dan balita; 17 Masih ditemukannya kasus gizi kurang dan gizi buruk di Jawa Tengah; 18 Belum optimalnya cakupan imunisasi karena masih adanya penolakan sebagian kecil masyarakat yang memiliki pemahaman yang salah tentang imunisasi; 19 Masih tingginya kasus penyakit menular AIDS dan HIV serta DBD; 20 Belum optimalnya mutu pelayanan kesehatan dasar PKD, Puskesmas dan rujukan BKPM,BKIM, Badan Labkes dan RSUDRSJD; 21 Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS yang belum tertangani dan diberikan bantuan, yang didukung dengan ren- dahnya kesadaran PSKS dan dunia usaha dalam upaya penanganan PMKS; 22 Kondisi sarana dan prasarana Panti Sosial terutama milik swasta kurang memadai sehingga penanganan PMKS kurang optimal; 23 Belum optimalnya pemanfaatan potensi air baku dan ancaman potensi banjir serta kekeringan; II - 186 24 Belum optimalnya kondisi kinerja pelayanan dan keselamatan transportasi, serta kualitas prasarana jalan dan jembatan untuk mendukung pemerataan pembangunan wilayah dan daya saing daerah; 25 Belum optimalnya intermoda transportasi dan belum selesainya pem- bangunan infrastruktur strategis seperti bandara, pelabuhan, double track, JJLS, serta PLTU; 26 Belum optimalnya promosi potensi investasi, standar pelayanan dan regulasi investasi serta infrastruktur pendukung investasi; 27 Masih lemahnya kualitas SDM dan Kelembagaan KUMKM, belum optimalnya pengembangan KUMKM berbasis sumber daya lokal, akses permodalan dan pemasaran; 28 Belum optimalnya promosi, rendahnya kualitas produk, jasa pariwisata, SDM pengelola obyek dan daya tarik wisata, pramuwisata maupun para pelaku pariwisata lainnya, lemahnya jejaring dan kerjasama serta kurang tersedianya sarana dan prasarana untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan; 29 Masih tingginya penggunaan bahan baku impor bagi IKM dan ren- dahnya sertifikasi kualitas mutu produk serta kurangnya kemitraan usaha besar dengan industri kecil; 30 Rendahnya penduduk yang memiliki akses air minum yang terlindungi dan sanitasi dasar; 31 Masih adanya penduduk yang tinggal di rumah tidak layak huni; 32 Belum optimalnya produksi dan produktivitas pertanian dalam arti luas secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas; 33 Terbatasnya infrastuktur jaringan irigasi, jalan usaha tani, pengetahuan dan ketrampilan petani serta kurang berkembangnya kelembagaan kelompok tani; 34 Perubahan iklim yang sulit diprediksi yang berdampak pada eksplosi hama dan penyakit, pergeseran pola tanam, kekeringan, kebanjiran; 35 Belum optimalnya peningkatan diversifikasi pangan, serta masih tingginya alih fungsi lahan pertanian; 36 Belum optimalnya pemanfaatan energi baru terbarukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik pedesaan; 37 Masih terdapatnya lahan kritis dan kerusakan pesisir serta belum optimalnya pengelolaan kawasan konservasi, serta pemenuhan ruang terbuka hijau; 38 Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mendukung perwujudan reformasi birokrasi; 39 Belum optimalnya penerapan SPM dalam mendukung peningkatan pelayanan publik; 40 Belum optimalnya pengelolaan dan pendayagunaan asset daerah untuk mendukung peningkatan PAD; II - 187 41 Belum optimalnya masyarakat dalam penggunaan hak pilih Pemilukada serta rendahnya kesadaran hukum dan penghormatan HAM; 42 Terbatasnya jumlah personil aparat keamanan, ketentraman dan ketertiban serta masih rendahnya peran serta masyarakat dalam mendukung pemantapan kondusivitas daerah.

2.7. Isu Strategis Pembangunan Daerah