II - 180
d. Kuadran IV : pertumbuhan PDRB cukup tinggi tetapi IPM rendah
yaitu di Kabupaten Boyolali, Batang, Brebes, Kendal, dan Sragen. Hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 2.32.
Gambar 2.32 Analisis Pertumbuhan PDRB KabupatenKota Tahun 2011 dengan IPM
KabupatenKota Tahun 2011
Pengembangan wilayah pada hakekatnya ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, melalui upaya peningkatan
keterpaduan program pembangunan antar wilayah dan antar sektor yang berdimensi keruangan, diarahkan untuk mengurangi kesenjangan
aspek pemerataan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah aspek pertumbuhan, dan mewujudkan kelestarian lingkungan aspek
keberlanjutan, yang didasarkan pada pemanfaatan potensi sumberdaya unggulan secara terpadu dan komprehensif.
Namun, dengan melihat kondisi pembangunan KabupatenKota dengan beberapa indikator di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
permasalahan pengembangan wilayah di Jawa Tengah yaitu antara lain :
a. Pemerataan pembangunan ekonomi yang belum merata yang diindikasikan dengan tidak meratanya pertumbuhan ekonomi serta
tingkat kemiskinan antar wilayah; b. Pengembangan wilayah belum didasarkan pada potensi yang dimiliki;
c. Kondisi infrastruktur yang belum memadai.
2.5. Lingkungan Strategis
a. Internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap pembangunan daerah di Jawa Tengah antara lain :
I II
III IV
II - 181
1 Ekonomi
Jawa Tengah memiliki jumlah penduduk usia produktif yang cukup besar sebanyak 21.986.712 jiwa dan memiliki etos
kerja masyarakat yang relatif baik serta nilai upah yang kompetitif dibandingkan daerah lain di Indonesia. Di sisi lain,
angka kemiskinan dan pengangguran di Jawa Tengah masih tinggi, secara nasional jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah
menduduki peringkat kedua terbanyak setelah Jawa Timur. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di Jawa Tengah
pada Agustus 2012 sebesar 5,63 lebih rendah dari TPT nasional sebesar 6,32, dikarenakan jumlah penduduk di Jawa
Tengah termasuk terbesar di Indonesia, sehingga jika dilihat dari angka absolutnya maka TPT di Jawa Tengah masih tergolong
besar yaitu 962,10 ribu orang. Selain itu, penduduk Jawa Tengah yang sudah bekerja sebagian besar masih berpendidikan
dasar sehingga berpengaruh pada pilihan lapangan kerja dan peningkatan karir serta pendapatan masyarakat.
Kondisi tanah yang subur menjadikan pertanian sebagai sektor utama mata pencaharian penduduk, sehingga secara
nasional Jawa Tengah menjadi salah satu lumbung pangan dengan kontribusi surplus beras yang semakin meningkat, dan
berperan dalam pencapaian Surplus Beras 10 Juta ton Nasional pada tahun 2014. Potensi peningkatan di sektor pertanian masih
terus dikembangkan dengan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian yang ada, melalui berbagai
cara
dan kebijakan
guna peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Selain pertanian, sektor lain yang semakin berkembang adalah industri pengolahan serta perdagangan, hotel dan
restoran. Subsektor yang turut berperan di dalamnya adalah Industri Kecil dan Menengah IKM serta Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah UMKM. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor tersebut dalam Produk Domestik Regional Bruto PDRB Jawa
Tengah yang semakin meningkat. Peningkatan tersebut ditunjang oleh kebijakan penyederhanaan pelayanan investasi
dianta-ranya melalui One Stop Service OSS dan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
SPIPISE.
Industri di Jawa Tengah saat ini masih tergantung pada bahan baku produksi impor, terutama industri tekstil dan
produk tekstil yang merupakan salah satu industri padat karya dengan serapan tenaga kerja yang besar. Selain itu ketiadaan
standar pelayanan investasi yang sama di tiap daerah di Jawa Tengah telah menyebabkan tidak meratanya investasi yang
masuk ke Jawa Tengah.
2 Infrastruktur
II - 182
Infrastruktur di Jawa Tengah dalam mendukung dan menunjang pembangunan daerah khususnya infrastruktur
perhubungan ditingkatkan dengan pembangunan Jalan Jalur Lingkar Selatan JJLS, Jalan Tol Semarang
–Solo, double track kereta api, peningkatan akses Pantura
– Pansela di wilayah barat dan timur Jawa Tengah, pengembangan pelabuhan
pengumpul dan penumpang, serta pengembangan bandara internasional di Semarang dan Surakarta serta bandara
pengumpan di beberapa wilayah Jawa Tengah. Sedangkan infrastruktur lainnya yang juga dikembangkan antara lain
penyediaan air baku, air minum dan irigasi dengan pemba- ngunan waduk dan embung. Selain itu juga dikembangkan
infrastruktur penyedia energi dengan pembangunan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU,
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PLTPB, Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro PLTMH, Pembangkit Listrik Tenaga Solar Home System PLTSHS, serta tidak menutup kemungkinan pengembangan
PLTN.
Permasalahan pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah diantaranya adalah kesenjangan infrastruktur pengem-
bangan wilayah di bagian utara dengan bagian selatan serta keterbatasan jumlah dan kualitas infrastruktur di berbagai
wilayah Jawa Tengah, hal tersebut disebabkan salah satunya karena keterbatasan pembiayaan pembangunan infrastruktur.
3 Pengembangan Wilayah
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah di Jawa Tengah menjadi pedoman dalam penyediaan lahan
kawasan untuk berbagai kebutuhan daerah, diantaranya telah disediakannya kawasan
–kawasan industri sehingga penggunaan lahankawasan lebih jelas dan tertata khususnya bagi dunia
industri dan investor yang hendak mena-namkan modal di Jawa Tengah. Posisi wilayah Jawa Tengah yang strategis di tengah
Pulau Jawa serta kondusivitas dan stabilitas wilayah yang terus terjaga, menjadikan pengembangan wilayah di Jawa Tengah
akan terus meningkat sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan. Selain itu, dengan adanya kerjasama antar wilayah
dalam hal kelembagaan, transportasi, SPAM dan persampahan meskipun belum optimal namun diharapkan mampu mengatasi
ketimpangan pembangunan antar wilayah di Jawa Tengah.
b. Eksternal