sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar.
5. Keterampilan. Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental.
Kompetensi keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh,
mengorganisasi data dan rencana serta pemikiran konseptual pengenalan pola data yang kompleks.
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa apa yang dilakukan seseorang di tempat kerja, hasil kerja apa yang diperoleh seseorang, dan tingkat
prestasi kerja apa yang dicapai seseorang dapat bersumber dari karakteristik individu, yang dipengaruhi oleh salah satu atau kombinasi dari lima tipe sumber
kompetensi yang berbeda. Dengan kata lain, pendekatan kompetensi ini meyakini bahwa perilaku efektif seseorang di tempat kerja atau pada suatu situasi tertentu
merupakan cerminan kompetensi seseorang.
3.6. Kompetensi Sebagai Prediktor Kinerja
15
Selanjutnya dijelaskan pula Spencer, 1993:12-13, bahwa aspek penting kedua yang membedakan kompetensi dengan ukuran pengetahuan, seperti
kemampuan akademis dan intelegensi, adalah bahwa kompetensi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja dengan lebih baik. Hal ini didasarkan pada teori
perilaku klasik yang menjelaskan sebab-akibat kausalitas antara “intention”, “action” dan “out-come”, yang pada Gambar 3.3. dinyatakan sebagai “niat”,
15
Ibid,hal :12-13
Universitas Sumatera Utara
“tindakan” dan “hasil” untuk memodelkan kompetensi sebagai hubungan sebab akibat.
Gambar 3.3.Kompetensi Hubungan Sebab-Akibat
Secara sadar, tindakan seseorang berasal dari adanya keinginanniat untuk berbuat sesuatu yang dipicu dan dipengaruhi oleh motif dorongan, konsep diri,
karakter dan unsur bawaan serta pengetahuan diskriptif individu. Jadi niat mendorong tindakan seseorang. Tindakan seseorang yang dilakukan sesuai
dengan tuntutan posisipekerjaan atau permasalahantugas yang dihadapinya didasari oleh keterampilan yang dimilikinya. Perilaku terampil ini pada akhirnya
memberikan hasil kerja, yang seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja dalam bekerja. Model ini menjelaskan bahwa kompetensi berada pada tingkatan niat
“intent” dan tindakan “action” yang memberikan hasil “outcome” di tempat kerja. Dengan kata lain, segala niat dan tindakan yang tidak memberikan hasil
tidak dapat dikategorikan sebagai kompetensi.
3.7. Kompetensi sebagai Kriteria Sukses atau Kinerja Superior
Kriteria yang direkomendasikan Spencer, 1993:13-14 yang digunakan dalam studi kompetensi adalah kinerja superior atau sukses. Tingkatan kinerja superior
ini dapat diperoleh secara statistik, dengan ukuran nilai kinerja satu dan standar deviasi di atas rata-rata. Tingkatan ini biasa dicapai oleh satu yang terbaik dari
Universitas Sumatera Utara
sepuluh orang total populasi, atau sepuluh persen terbaik dari pegawai yang ada. Untuk ukuran tingkatan sukses, dapat diperoleh dengan didasarkan pada nilai total
“take home pay” satu standar deviasi di atas rata-rata untuk pada jabatan atau profesi sejenis dengan masa kerja kurang lebih sama.
3.8. Klasifikasi Kompetensi