BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Perencanaan dan Perkembangan Karir
3
Perencanaan karir adalah, merupakan proses untuk kita menyeleksi tujuan karier dan jenjang karier menuju tujuan-tujuan tersebut. Sebagai suatu sistem
tidak akan menjamin karir seseorang akan berkembang tanpa ada respon dari Untuk bisa menerapkan motto “The Right Man on The Right Place” ada
beberapa hal yang harus diketahui. Dari sudut perusahaaninstansi, unsur pertama yang harus diketahui adalah unsur “Place” tempat, sebab perusahaan adalah
sebagai organisasi atau wadah tempat manusia man berkerja. Tempat berkerja ini seringkali secara spesifik disebut sebagai Jabatan. Seringkali timbul kesalah
pahaman tentang pengertian jabatan ini. Jabatan kadang-kadang diartikan sebagai posisi atau pekerjaan, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Dalam mengawali abad ke-20 perusahaan-perusahaan mulai menjadikan SDM sebagai sumber daya utama dari suatu perusahaan sehingga mulai terbentuk
adanya departemen SDM didalam setiap perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak perusahaan mengungkapkan tentang perlunya perencanaan dan pengembangan
karir, informasi karir, konseling yang berhubungan dengan karir itu sendiri. Namamun, tanggung jawab utama untuk perencanaan dan pengembangan karir
terletak kepada pribadi SDM itu sendiri.
3.1.1. Perencanaan Karir`
3
Rivai,Veithzal.M.B.A.Dr.Prof, “Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke prakter”,Edisi Pertama,Cetakan 1,Penerbit PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2004.,Hal:279-280
Universitas Sumatera Utara
karyawan. Namun, dengan perencanaan karir setidaknya lebih baik, sehingga ketika peluang muncul dapat dimanfaatkan oleh karyawan yang berminat. Jika
karyawan tersebut tidak marespon, maka perkembangan karir karyawan tersebut akan menjadi lambat, dan itu akan berakibat departemen SDM mungkin akan
terhambat untuk mengisi tempat-tempat luang dalam pekerjaan dengan SDM yang ada dalam perusahaan.
Oleh karena itu perencanaan karier harus dibuat secara sadar dan sukarela, dan kesuksesan harus dijabarkan dengan baik oleh diri karyawan sendiri.
Program-program perencanaan karier yang efektif juga bisa mengurangi turnover, utamanya antara orang-orang yang memiliki mobilitas karier terbesar, terutama
pada karyawan-karyawan terbaik. Pada dasarnya perencanaan karir terdiri atas dua elemen utama yaitu
perencanaan karir individual individual career planning dan perencanaan karir organisasional organizational career planning. Perencanaan karir individual dan
organisasional tidaklah dapat dipisahkan dan disendirikan. Seorang individu yang rencana karir individualnya tidak dapat terpenuhi di dalam organisasi, cepat atau
lambat individu tersebut akan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu, organisasi perlu membantu karyawan dalam perencanaan karir sehingga keduanya
dapat saling memenuhi kebutuhan. Mondy, 1993:362 Perencanaan karir individual individual career planning terfokus pada individu yang meliputi
latihan diagnostik, dan prosedur untuk membantu individu tersebut menentukan “siapa saya” dari segi potensi dan kemampuannya. Prosedur ini meliputi suatu
pengecekan realitas untuk membantu individu menuju suatu identifikasi yang
Universitas Sumatera Utara
bermakna dari kekuatan dan kelemahannya dan dorongan memimpin kekuatan dan mengoreksi kelemahan. Dengan demikian perencanaan karir individual
meliputi : 1.
Penilaian diri untuk menentukan kekuatan, kelemahan, tujuan, aspirasi, preferensi, kebutuhan, ataupun jangkar karirnya career anchor,
2. Penilaian pasar tenaga kerja untuk menentukan tipe kesempatan yang tersedia
baik di dalam maupun di luar organisasi, 3.
Penyusunan tujuan karir berdasarkan evaluasi diri, 4.
Pencocokan kesempatan terhadap kebutuhan dan tujuan serta pengembangan strategi karir,
5. Perencanaan transisi karir.
Menurut Simamora 2001:519, individu merencanakan karir guna meningkatkan status dan kompensasi, memastikan keselamatan pekerjaan, dan
mempertahankan kemampupasaran dalam pasar tenaga kerja yang berubah. Disisi lain, organisasi mendorong manajemen karir individu karena ingin :
1. Mengembangkan dan mempromosikan karyawan dari dalam perusahaan;
2. Mengurangi kekurangan tenaga berbakat yang dapat dipromosikan;
3. Menyatakan minat pada karyawan;
4. Meningkatkan produktivitas;
5. Mengurangi turnover karyawan;
6. Memungkinkan manajer untuk menyatakan minat pribadi terhadap
bawahannya; 7.
Menciptakan cita rekrutmen yang positif.
Universitas Sumatera Utara
Simamora 2001:519 juga mengatakan bahwa kepribadian seseorang termasuk nilai-nilai, motivasi, dan kebutuhan merupakan hal yang penting dalam
menentukan pilihan karir. Terdapat enam orientasi pribadi yang menentukan jenis-jenis karir yang dapat memikat individu untuk menentukan pilihan karirnya.
Ke enam jenis orientasi pribadi tersebut adalah : 1.
Orientasi realistik.
4
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitas-aktivitas fisik yang menuntut keahlian, kekuatan, dan koordinasi. Beberapa contoh :
pertanian, kehutanan, dan agrikultur. 2.
Orientasi investigatif. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitas-aktivitas
kognitif berpikir, berorganisasi, pemahaman daripada yang afektif perasaan, akting, dan emosional. Beberapa contoh : biolog, ahli kimia, dan dosen.
3. Orientasi sosial.
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitas-aktivitas antar pribadi daripada fisik atau intelektual. Beberapa contoh : psikologi
klinis, layanan asing dan kerja sosial. 4.
Orientasi konvensional. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitas-aktivitas
terstruktur dan teratur. Beberapa contoh : akuntan dan bankir. 5.
Orientasi perusahaan.
4
Efendi Hariandja.Marihot Tua.Drs.,M.Si, “Manajemen Sumber Daya Manusia Pengadaan, Pengembangan,Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai,Penerbit:
PT.Grasindo, Jakarta 2002.,hal:228-229
Universitas Sumatera Utara
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitas aktivitas verbal yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa contoh :
manajer, pengacara dan tenaga humas. 6.
Orientasi artistik. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitas-aktivitas
ekspresi diri, kreasi artistik, ekspresi emosi, dan individualistik. Beberapa contoh : artis, eksekutif periklanan, dan musisi.
Sebagian besar individu mempunyai lebih dari satu orientasi pribadi. Semakin mirip dan cocok orientasi-orientasi pribadi tersebut, maka semakin kecil
terjadi konflik internal dalam diri individu untuk menentukan pilihan karir. Hal ini dapat terlihat pada gambar 2.1.
Sumber : Simamora, 2001 :519
Gambar 3.1. Pilihan Orientasi Karir
Model dalam gambar 2.1 tersebut mempunyai enam sudut dan setiap sudut mewakili satu orientasi. Semakin dekat sudut satu orientasi dengan orientasi yang
lain menunjukkan semakin selarassesuai pilihan karir seseorang. Perencanaan karir seseorang diawali dengan penilaian diri self-assessment yang membantu
Realistis Investigasi
R I
Konvensional K
Artistik A
Perusahaan Sosial P
S
Orientasi Pribadi
Universitas Sumatera Utara
seseorang melihat jangkar karir career anchor mana yang dominan. Individu tersebut selanjutnya harus berada dalam posisi membuat tujuan yang realistik dan
menentukan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tindakan ini memungkinkan individu mengetahui apakah tujuan karirnya realistic
Perencanaan karir organisasional organizational career planning mengintegrasikan kebutuhan SDM dan sejumlah aktivitas karir dengan lebih
menitikberatkan pada jenjang atau jalur karir career path. Perusahaan haruslah melakukan program perencanaan karir organisasional untuk memberikan
kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasional. Dasar pemikiran dan pendekatan terhadap program perencanaan karir bervariasi di antara perusahaan-
perusahaan. Bagi sebagian besar organisasi, program perencanaan karir diharapkan mencapai tujuan Mondy, 1993:368, yaitu :
1. Pengembangan yang lebih efektif tenaga berbakat yang tersedia. Individu akan
lebih committed terhadap pengembangan yang menjadi bagian dari perencanaan karir tertentu dan lebih memahami tujuan pengembangan karir
organisasional. 2.
Kesempatan penilaian diri bagi karyawan untuk memikirkan jalur-jalur karir tradisional atau jalur karir yang baru. Karyawan yang menonjol tidak
memandang mobilitas tradisional ke atas sebagai jalur karir yang optimal, tetapi karyawan lain ada yang merasa bahwa karirnya telah menemui jalan
buntu dan mencari jalan keluar. Dalam hal ini perusahaan dapat menawarkan perencanaan karir guna membantu karyawan tersebut mengidentifikasi jalur
karir yang baru dan berbeda.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengembangan sumber daya manusia yang lebih efisien di dalam dan di antara
divisi danatau lokasi geografis. Jika progresi tradisional para karyawan telah naik ke atas dalam sebuah divisi, jalur karir yang memotong lintas divisi dan
lokasi geografis hendaknya dikembangkan. 4.
Kepuasan kebutuhan pengembangan pribadi karyawan. Individu-individu yang kebutuhan pengembangan pribadinya terpenuhi, cenderung lebih puas
dengan pekerjaannya dan organisasi. 5.
Peningkatan kinerja melalui pengalaman on the job training yang diberikan oleh perpindahan karir vertikal dan horizontal. Setiap pekerjaan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap pengembangan karir dan dapat memberikan tantangan dan pengalaman yang berbeda.
6. Meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan yang dapat menyebabkan
berkurangnya perputaran karyawan. Individu yang percaya bahwa perusahaan mempunyai minat dalam perencanaan karirnya akan tetap berada dalam
perusahaan. 7.
Suatu metode penentuan kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Jika seseorang menginginkan suatu jalur karir tertentu dan saat ini tidak memiliki
kualifikasi yang tepat, maka fakta ini dapat mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan.
Suatu program perencanaan karir dapat mendorong karyawan mengembangkan pengharapan yang lebih realistik. Keadaan ini pada akhirnya
dapat meningkatkan kinerja, retensi yang menguat, dan pendayagunaan tenaga berbakat yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Komponen-komponen Perencanaan Karir
Setiap sistem perencanaan karir pada setiap organisasi pastilah berbeda- beda, namun tetapi pada dasarnya memiliki komponen-komponen sistem
perencanaan karier yang sama. Terdapat perbedaan-perbedaan yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan penekanan terhadap komponen didalam sistem
tersebut. Adapun komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Self-Assessment, yaitu merupakan komponen yang dapat membantu para karyawanya untuk menentukan ketertarikanya, dan terdapat kecenderungan
nilai-nilai prilaku yang dianutnya. Proses ini dapat juga dibantu dengan melakukan suatu tes psikologis dan bantuan konsling.
2. Reality Check, yaitu karyawan menerima informasi bagaimana organisasi
mengevaluasi keahlian dan pengetahuan mereka, dan dimana mereka dapat memiliki peran dalam setiap rencana organisasi.
3. Goal Setting, yaitu pada tahap ini setiap karyawan menentukan tujuan jangka
pendek dan panjang dalam karir mereka. 4.
Action Planning, untuk tahap ini karyawan memutuskan bagaimana cara mereka untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang dalam karir
mereka.
5
3.1.3. Pengembangan Karir
Pengembangan karir adalah suatu proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan. Tujuan dari
keseluruhan pengembangan karir adalah untuk menyesuaikan antar kebutuhan dan
5
Noe, Hollenback, Gerhart, Wright.,“Employee Training and Development”. Third Edition. The McGraw-Hill. New York, 2003. hal : 360-363
Universitas Sumatera Utara
tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia di perusahaan saat ini dan di masa mendatang.
Pengembangan karir career development menurut Mondy meliputi aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur
karir yang direncanakan. Selanjutnya ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada
aktivitas rencana pengembangan formal. 2.
Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan pekerjaan yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor akan
berbeda dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager. 3.
Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut
dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.
4. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksidikurangi
dengan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional. Mondy, 1993,p.362 dan 376
Pengembangan karir career development meliputi perencanaan karir career planning dan manajemen karir career management. Memahami
pengembangan karir dalam sebuah organisasi membutuhkan suatu pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
atas dua proses, yaitu bagaimana masing-masing individu merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan karirnya perencanaan karir dan bagaimana organisasi
merancang dan menerapkan program-program pengembangan karirmanajemen karir.
Didalam proses pengembangan karier ini terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan karier, adapun faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor pegawai dan organisasi
Dalam situasi ideal, pegawai organisasi berada dalam hubungan yang saling menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik pegawai maupun organisasi
dapat mencapai produktifitas kerja yang tinggi. Namun, kadangkala keadaan ideal ini gagal dicapai. Adakalanya pegawai
sudah bekerja baik, tetapi organisasi tidak mengimbangi prestasi pegawai tersebut dengan penghargaan sewajarnya. Maka, ketidakharmonisan hubungan
antara pegawai dan organisasi ini cepat atau lambat akan mempengaruhi proses manajemen karir pegawai. Misalnya saja, proses perencanaan karir
pegawai akan tersendat karena pegawai mungkin tidak diajak berpartisipasi dalam perencanaan karir tersebut. Proses pengembangan karir pun akan
terhambat sebab organisasi mungkin tidak peduli dengan karir pegawai. 2.
Faktor personalitas pegawai Kadangkala, menajemen karir pegawai terganggu karena adanya pegawai
yang mempunyai personalitas yang menyimpang terlalu emosional, apatis, terlalu ambisius, curang, terlalu bebal, dan lain-lain. Pegawai yang apatis,
misalnya, akan sulit dibina karirnya sebab dirinya sendiri ternyata tidak
Universitas Sumatera Utara
perduli dengan karirnya sendiri. Begitu pula dengan pegawai yang cenderung terlalu ambisius dan curang. Pegawai ini mungkin akan memaksakan
kehendaknya untuk mencapai tujuan karir yang terdapat dalam manajemen karir. Keadaan ini menjadi lebih runyam dan tidak dapat dikontrol bila
pegawai bersangkutan merasa kuat karena alasan tertentu punya koneksi dengan bos, mempunyai backing dari orang-orang tertentu, dan sebagainya
3. Faktor-faktor eksternal
Seorang pegawai yang mempromosikan ke jabatan lebih tinggi, misalnya, mungkin akan terpaksa dibatalkan karena ada orang lain yang didrop dari luar
organisasi. Terlepas dari masalah apakah kejadian demikian ini boleh atau tidak, etis atau tidak etis, kejadian semacam ini jelas mengacaukan menajemen
karir yang telah dirancang oleh organisasi. 4.
Faktor Politicking dalam organisasi Manajemen karir pegawai akan tersendat dan bahkan mati bila faktor lain
seperti intrik-intrik, kasak-kasak, hubungan antar teman, nepotisme, feodalisme, dan sebagainya, lebih dominan mempengaruhi karir seseorang
dari pada prestasi kerjanya. Dengan kata lain, bila kadar “politicking” dalam organisasi sudah demikian parah, maka manajemen karir hampir dipastikan
akan mati dengan sendirinya. Perencanaan karir akan menjadi sekedar basa- basi. Dan organisasi akan dipimpin oleh orang-orang yang pintar dalam
politicking tetapi rendah mutu profesionalitasnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Faktor sistem penghargaan
Sistem manajemen reward system sangat mempengaruhi banyak hal, termasuk manajemen karir pegawai. Organisasi yang tidak mempunyai sistem
penghargaan yang jelas selain gaji dan insentif akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai yang berprestasi baik
dianggap sama dengan pegawai malas. Saat ini, mulai banyak organisasi yang membuat sistem penghargaan yang baik misalnya dengan menggunakan
sistem “kredit poin” dengan harapan setiap prestasi yang ditunjukkan pegawai dapat diberi “kredit poin” dalam jumlah tertentu.
6. Faktor jumlah pegawai
Menurut pengalaman dan logika akal sehat, semakin banyak pegawai maka semakin ketat persaingan untuk menduduki suatu jabatan, dan semakin kecil
kesempatan kemungkinan bagi seorang pegawai untuk meraih tujuan karir tertentu. Jumlah pegawai yang dimiliki sebuah organisasi sangat
mempengaruhi manajemen karir yang ada. Jika jumlah pegawai sedikit, maka manajemen karir akan sederhana dan mudah dikelola. Jika jumlah pegawai
banyak, maka manajemen karir menjadi rumit dan tidak mudah dikelola 7.
Faktor ukuran organisasi Ukuran organisasi dalam konteks ini berhubungan dengan jumlah jabatan
yang ada dalam organisasi tersebut, termasuk jumlah jenis pekerjaan, dan jumlah personel pegawai yang diperlukan untuk mengisi berbagai jabatan dan
pekerjaan tersebut. biasanya, semakin besar organisasi, semakin kompleks
Universitas Sumatera Utara
urusan manajemen karir pegawai. Namun, kesempatan untuk promosi dan rotasi pegawai juga lebih banyak.
8. Faktor kultur organisasi
Seperti sebuah sistem masyarakat, organisasi pun mempunyai kultur dan kebiasaan-kebiasaan. Ada organisasi yang cenderung berkultur professional,
obyektif, raasional, dan demokratis. Ada juga organisasi yang cenderung feodalistik, rasional, dan demokratis. Ada juga organisasi yang cenderung
menghargai prestasi kerja sistem merit. Ada pula organisasi yang lebih menghargai senioritas dari pada hal-hal lain
9. Faktor tipe manajemen
Secara teoritis-normatif, semua manajemen sama saja di dunia ini. Tetapi dalam impelemntasinya, manajemen di suatu organisasi mungkin amat
berlainan dari manajemen di organisasi lain. Ada manajemen yang cemderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak demokratis. Ada juga manajemen
yang cenderung fleksibel, partisipatif, terbuka, dan demokratis. Jika manajemen cenderung kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai
dalam hal pembinaan karirnya sendiri juga cenderung minimal. Sebaliknya, jika manajemen cenderung terbuka, partisipatif, dan demokratis, maka
keterlibatan pegawai dalam pembinaan karir mereka juga cenderung besar.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Karir