Dari 17 orang responden yang tergolong switcher buyer, terdapat delapan orang habitual buyer, 12 orang satisfied buyer, delapan orang liking the brand,
dan sembilan orang commited buyer. Dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram Venn Proporsi Switcher Buyer di Lapo Ni Tondongta Tahun 2008
b. Analisis Habitual Buyer
Habitual buyer adalah konsumen yang membeli di Lapo Ni Tondongta
karena faktor kebiasaan. Perhitungan untuk kategori ini dihitung berdasarkan jawaban “setuju” dan “sangat setuju” yang ditunjukkan pada Tabel 31.
Tabel 31. Perhitungan Habitual Buyer Lapo Ni Tondongta Tahun 2008
Habitual Buyer
Merek Jawaban
X f
f.X
Sangat Tidak Setuju 1
5 5
5,56 Tidak Setuju
2 21
42 23,33
Ragu-Ragu 3
10 30
11,11 Setuju
4 43
172 47,78
Lapo Ni Tondongta
Sangat Setuju 5
11 55
12,22
Total 90
304 100
Rata-rata 3,37
Habitual Buyer 60
Responden Lapo Ni Tondongta umumnya cukup menyetujui bahwa mereka adalah pembeli karena alasan kebiasaan, ditunjukkan dengan nilai rata-
Switcher Buyer 17
orang
Commited Buyer 9
orang
Liking The Brand 8
orang
Satisfied Buyer 12
orang
Habitual Buyer 8
orang
rata sebesar 3,37 rentang skala 2,61-3,40, Responden yang benar-benar berkunjung karena faktor kebiasaan berjumlah 54 orang 60 persen.
Responden yang termasuk dalam kategori habitual buyer umumnya berjenis kelamin laki-laki 31 orang, berusia 25-34 tahun 33orang, bekerja
sebagai Pegawai Swasta 23 orang dengan penghasilan per bulan Rp. 1.000.000,00-Rp. 2.999.9999,00 25 orang, belum menikah 38 orang, dan
melakukan pembelian pada hari kerja 33 orang dengan waktu pembelian pada sore-malam hari 31 orang. Suku Batak yang termasuk dalam kategori habitual
buyer berjumlah 30 orang. Responden yang termasuk dalam habitual buyer
menggangap penting atribut kehigienisan makanan dan perlengkapan makan, kebersihan ruang makan, dan cita rasa makanan. Tingkat kepentingan
menunjukkan harapan responden yang harus dipenuhi oleh Lapo Ni Tondongta. Atribut yang tingkat kinerjanya tinggi menurut responden yang termasuk dalam
kategori habitual buyer adalah cita rasa makanan, aroma makanan, dan kecepatan penyajian. Perbedaan antara atribut yang tingkat kepentingannya tinggi dengan
atribut yang kinerjanya tinggi menunjukkan bahwa harapan responden belum dapat dipenuhi semuanya oleh Lapo Ni Tondongta, hanya atribut cita rasa
makanan yang hampir memenuhi harapan responden, sehingga Lapo Ni Tondongta harus melakukan perbaikan terhadap tingkat kinerja atribut yang
dianggap penting oleh habitual buyer . Perbaikan tingkat kinerja atribut yang dianggap penting oleh konsumen diharapkan dapat meningkatkan kepuasan
konsumen sehingga konsumen menjadi semakin loyal, yang tadinya habitual buyer
beralih menjadi satisfied buyer, liking the brand atau commited buyer.
Gambar 7. Diagram Venn Proporsi Habitual Buyer di Lapo Ni Tondongta Tahun 2008
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa dari 54 orang responden yang tergolong habitual buyer, terdapat delapan orang switcher buyer, 49 orang
satisfied buyer , 39 orang liking the brand, dan 42 orang commited buyer.
c. Analisis Satisfied Buyer