dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; dan ayat 3 menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban dikenai hukuman
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Siagian, 2012: 181.
2.3.5 Model Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam kajiannya tentang model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, Wibisono dalam Siagian dan Suriadi,2012:95 mengemukakan model
dalam bentuk kerja sama yang melibatkan tiga pihak. Adapun ketiga pihak tersebut adalah perusahaan-masyarakat-pemerintah. Melibatkan tiga pihak dalam bentuk
kerja sama dalam proses pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan bagi perusahaan dan masyarakat.
Hal yang sangat penting dipahami adalah antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah dalam konteks implementasi tanggung jawab sosial perusahaan
dihubungkan garis kepentingan timbal balik. Setidaknya ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu kerjasama, yaitu:
1. Secara konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka
memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatur dalam Pasal 33 UUD 1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya
alam, maka perusahaan tergantung pada pemerintah, khususnya dalam rangka mendapat izin usaha.
2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa memberi dukungan kepada
pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainnya sehingga pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolaan
pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan
Universitas Sumatera Utara
negara adalah pajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau badan-badan usaha.
3. Kenyamanan aktivitas ekonomi oleh perusahaan sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan. Kondisi seperti ini semakin pekat di era demokrasi dan penghargaan atas hak-hak asasi manusia.
Selanjutnya perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan dipengaruhi pula oleh perilaku perusahaan dalam memberikan manfaat bagi kesejahteraan
masyarakat setempat. Dengan dukungan Bank dunia, Tom Fox, Halina Ward, dan Bruce Howard
pada tahun 2002 melakukan penelitian tentang implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan di negara-negara sedang membangun yang memfokuskan
diri pada peran yang dilakukan pemerintah. Hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan bahwa, setidaknya terdapat dua poros yang mungkin dilakukan pihak
pemerintah sehubungan dengan praktek ekonomi dan implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:
Poros pertama, meliputi: 1.
Pembagian wewenang. Peran pemerintah disini berupa penyusunan standar minimum kinerja
perusahaan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. 2.
Memberikan kemudahan Peran pemerintah dalam hal ini adalah penciptaan kondisi yang
mendukung, bahkan dorongan bagi perusahaan yang mengimplementasikan program tanggung jawab sosial secara efektif agar
menjadi pendorong atas perbaikan kehidupan sosial dan lingkungan. 3.
Kemitraan atau kerja sama
Universitas Sumatera Utara
Pihak pemerintah berperan sebagai unsur yang ikut terlibat dan menjadi fasilitator dalam pemecahan masalah-masalah sosial dan
lingkungan. 4.
Dukungan Pihak pemerintah harus memberikan dukungan politik, dukungan
melalui kebijakan, atau dukungan laiinya kepada perusahaan maupun masyarakat.
Poros kedua adalah: 1.
Menetapkan dan menjamin pencapaian standar minimum 2.
Kebijakan umum yang berkenaan dengan peran ekonomimya 3.
Penfelolaan peusahaan melalui hukum 4.
Penanaman modal yang mendukung dan bertanggung jawab 5.
Belas kasihan dan pengembangan masyarakat 6.
Penglibatan dan keterwakilan pemangku kepentingan 7.
Produksi dan konsumsi yang mendukung tanggung jawab sosial perusahaan
8. Setifikasi yang mendukung tanggung jawab sosial perusahanan ,
pemenuhan tanggung jawab yang berniulai keagungan dan sistem manajemen
9. Keeterbukn dan pelaporan yang mendukung tanggung jawab ossila
Perusahaan 10.
Proses yang mrlinatkan banyaak penjilat dalam rangka merumuskan pedoman dan menjadikan hal itu sebagai sesuatu yang diikuti di masa
mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Dalam upaya mencapai efektifitas implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, Saidi dan abidin mengemukakan sedikitnya ada empat model atau pola
yang secara umum dapat dilaksanakan di Indonesia, yaitu: 1.
Model keterlibatan langsung Perusahaan sendiri yang secara langsung melaksanakan program
tanggung jawab sosial perusahaan. 2.
Model yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan sendiri mendirikan yayasan atau organisasi sosial.
3. Model bermitra dengan pihak lain.
Pihak perusahaan melakukan kerjasama dengan organisasi lain, dimana organisasi mitra kerjasama tersebutlah yang secara langsung
mengelola pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan. 4.
Model mendukung dan bergabung dalam konsortium. Sejumlah perusahaan bekerjasama mendirikan organisasi sosial.
Selanjutnya organisasi sosial inilah yang secara langsung bertanggung jawab sosial dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial
perusahaan Saidi dan Abidin, dalam Siagian dan Suriadi, 2012: 99. Sehubungan dengan uraian di atas, ada satu pertanyaan kunci berkaitan
dengan adanya beberapa alternatif model yang ada. Model manakah yang terbaik di antara model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang ada? Meskipun
jawaban atas pertanyaan ini sangat penting, namun kita tidak akan menemukan jawaban itu dalam khasanah teoritis. Setidaknya ada dua alasan dari argumentasi
seperti ini, yaitu: 1.
Model yang terbaik untuk diterapkan adalah model yang sesuai dengan kondisi masyarakat indonesia sangat beraneka ragam, baik ditinjau dari
Universitas Sumatera Utara
segi budaya, wawasan dan pendidikan, keterampilan, sosial ekonomi maupun kohesi sosialnya. Semuanya merupakan variabel pengaruh
terhadap model implementasi program tanggung jawab sosial. 2.
Penerapan suatu model implementasi program tanggung jawab sosial menuntut berbagai tanggung jawab sosial menuntut berbagai konsekwensi
logis yang justru menjadi prasyarat implementasi dari model tersebut. Oleh karena itu hal terpenting bukanlah menetapkan model tertentu dalam
implementasi program tanggung jawab sosial, melainkan kajian atas berbagai konsekwnsi logis yang mengikuti penetapan implementasi model dimaksud. Berikut
ini diuraikan contoh-contoh model implementasi program tanggung jawab sosial yang kami rekomendasikan lengkap dengan konsekwensi logisnya:
1. Model Perusahaan – Masyarakat
Penerapan model ini menuntut restrukturisasi organisasi perusahaan. Intinya: dalam struktur organisasi perusahaan harus ada Unit CSR, Unit
Community Development atau Unit Pemberdayaan Masyarakat. Unit tersebut harus setingkat manager, yang diisi oleh sederetan staf yang
terampil dalam perencanaan hingga evaluasi pengembangan masyarakat. Dari berbagai kalangan profesi yang ada, maka kalangan profesi yang
paling tepat mengisi unit ini adalah profesi pekerja sosial, khususnya pekerja sosial industri. Survey yang pernah dilakukan antara lain
menyimpulkan bahwa mayoritas perusahaan di Indonesia cenderung menerapkan bahwa penanggungjawab implementasi program tanggung
jawab sosial ditompangkan pada unit manager hubungan masyarakat. Kecenderungan ini menimbulkan image negatif bagi masyarakat atau
setidaknya kalangan yang paham, bahwa pelaksanaan program tanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab sosial hanya sebagai lipstik. Artinya, sesungguhnya perusahaan tersebut tidak memiliki niat yang tulus dalam memberikan khidmat atas
kehadiran perusahaan tersebut bagi kehidupan masyarakat setempat. Disamping itu kebijakan menjadikan program dan aktifitas tanggung
jawab sosial perusahaan merupakan wujud dari sikap mental instan dari pelaku usaha. Cara berpikir seperti ini sangat keliru, karena image
masyarakat terhadap perusahaan tidak boleh digiring dan dipaksakan melalui media massa adalah membentuk opini publik. Namun image
sesungguhnya jauh lebih agung dari sekedar opini publik. 2.
Model Perusahaan – Pihak Ketiga – Masyarakat Penerapan model ini tidak menuntut restrukrisasi organisasi
perusahaan. Pemilihan model ini menggambarkan bahwa perusahaan memiliki niat yang baik untuk mengimplementasikan secara efektif
program tanggung jawab sosial, namun pelaku usaha menyadari bahwa mereka tidak memiliki kompetensi untuk itu. Dalam kondisi seperti ini
maka yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah mencari pihak ketiga yang memiliki sederetan staf yang berkompeten dalam implementasi
program tanggung jawab sosial. Pihak ketiga di sini boleh berupa Yayasan atau bahkan institusi Perguruan Tinggi, tegasnya setingkat
Jurusan atau Departemen yang memang membidangi Pengembangan Masyarakat, seperti Jurusan atau Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
baik di PTN maupun PTS. Untuk lebih menjamin efektifitas pelaksanaannya, maka pihak perusahaan harus melakukan seleksi atas
pihak ketiga secara transparan, melalui kompetisi yang fair. Misalnya, dengan mengundang sebanyak mungkin pihak ketiga untuk mengajukan
Universitas Sumatera Utara
proposal dan mempresentasikannya baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Pihak perusahaan cukup menilai proposal dan
presentasinya, kemudian menetapkan pihak ketiga yang paling tepat ditetapkan sebagai mitra kerja dan membuat ikatan kerja dalam jangka
waktu tertentu. Sejak pihak ketiga melaksanakan tugasnya, maka perusahaan harus senantiasa melakukan pengawasan. Juga perlu
dilakukan evaluasi yang fair atas kinerja pihak ketiga yang menjadi mitra kerja. Hasil evaluasi tersebut akan menjadi acuan bagi perusahaan
apakah akan melanjutkan kerjasama dengan pihak ketiga tersebut atau memutuskannya dan mencari pihak ketiga laiinya yang dianggap lebih
berkompeten dalam menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan Siagian, 2012: 183.
2.3.6 Langkah-langkah Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan