28
2. Dasar Hukum Asuransi Syariah
Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia terutama diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 Tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, dan lain-lain; terutama peraturan
perundang-undangan yang
mengatur ihwal
asuransi Sosial
yang penyelenggaraannya dilakukan oleh Badan Usaha Kecelakaan Penumpang,
Astek Asuransi Sosial Tenaga Kerja, Askes Asuransi Sosial Pemeliharaan Kesehatan, dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 21DSN-
MUIX2001.
3. Manfaat Asuransi Syariah
Beberapa manfaat dari keberadaan asuransi syariah, secara rinci adalah sebagai berikut:
a. Memberikan rasa aman atau sekurang-kurangnya lebih aman kepada tertanggung dari kemungkinan kerugian atas harta benda dan bahkan dari
kemungkinan bahaya terhadap dirinya. b. Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, mengingat dana-dana
tertanggung yang terkumpul dari pembayaran premi akan dikelola oleh perusahaan asuransi melalui investasi diberbagai bidang usaha.
29
c. Mengurangi biaya modal, terutama dengan mengalihkan resiko kerugian kepada perusahaan asuransi sehingga, cadangan modal untuk menutupi
resiko terhadap kerugian dapat dikurangi daripada orangpihak yang sama sekali tidak mengasuransikan diri dan atau keluarga serta harta bendanya.
d. Menjamin kestabilan usaha. Dengan penjaminan dari perusahaan asuransi, paling tidak sebagian dari kegiatan usaha tertanggung dapat segera
dipulihkan bilamana terjadi musibahkerugian yang dialami tertanggung dalam polis asuransi.
e. Melengkapi persyaratan kredit. Dalam melakukan pengajuan aplikasi
kredit, baik kredit konsumtif maupun produktif, para kreditur seringkali mempersyaratkan adanya perlindungan asuransi untuk objek kredit
maupun kepastian pembayaran kredit itu sendiri. 4.
Jenis-Jenis Asuransi
1 Asuransi Jiwa Life Insurance Menurut Djoko Prakoso dan I ketut Murtika yang dikutip dari
pendapat Molenggraf berpendapat bahwa, Asuransi Jiwa dalam pengertian luas memuat semua perjanjian mengenai pembayaran sejumlah modal atau
bunga yang didasarkan atas kemungkinan hidup atau mati, dan daripada itu pembayaran premi atau dua duanya dengan cara digantungkan pada
masa hidupnya atau meninggalnya seseorang atau lebih.
40
Contoh asuransi
40
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Hukum asuransi Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1989, h. 265