Deskripsi Data Peningkatan Hasil Belajar Uji N-Gain

Tabel 4.9 Data Persentase hasil Penilaian Aktifitas Siswa No Tahapan Pembelajaran Persentase Aktifitas Siswa Konsep Virus Konsep Monera 1 Tahap 1 Mengidentifikasi masalah 100 100 2 Tahap 2 Menyusun Hipotesis 91,5 100 3 Tahap 3 Melakukan Penyelidikan 83 94,3 4 Tahap 4 Menyajikan hasil karya 100 100 5 Tahap 5 Mengevaluasi hasil pemecahan masalah 100 100 Rata-rata 94,9 98,86 Kategori Baik sekali Baik sekali Berdasarkan tabel 4.9 di atas, persentase ketercapaian hasil penilaian aktifitas siswa dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran menggunakan LKS berbasis masalah. Dari hasil observasi tersebut, rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 94,9 pada konsep virus dan 98,86 pada konsep monera. Ketercapaian hasil penilaian aktifitas siswa pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata sangat baik bahkan beberapa tahapan pembelajaran mencapai nilai 100. Hal ini menunjukkan bahwa saat melakukan kegiatan pembelajaran semua siswa terlibat dengan antusias yang tinggi. Tetapi pada tahapan membimbing penyelidikan individu maupun kelompok hanya mencapai rata-rata 86 pada konsep virus dan 94,3 pada konsep monera. Hal ini disebabkan karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki siswa dalam melakukan mencarian data sebagai bahan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah yang disajikan dalam LKS.

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini berupa LKS yang dikembangkan dari tahapan model pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto yang terdiri dari 5 tahapan yaitu; Orientasi siswa pada masalah, yang dalam tahapan ini, LKS menyajikan masalah pada siswa yang dapat membimbing siswa menemukan konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemudian tahapan berikutnya adalah mengorganisasi siswa dalam belajar, pada tahapan ini diaplikasikan berupa petunjuk dalam LKS yang dapat mengorganisasikan siswa untuk belajar. Tahapan selanjutnya adalah membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, dalam LKS ini terdapat kegiatan “Mari Cari Solusi” yang membimbing siswa untuk melakukan proses penyelesaian masalah yang disajikan. Pada tahapan berikutnya adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, isi dalam tahapan ini diaplikasikan berupa petunjuk dalam LKS yang membimbing siswa untuk dapat mengembangkan dan menyajikan proses pemecahan masalah. Tahapan yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada tahapan ini, siswa menyajikan hasil karya dan guru membimbing siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil dari penelitian ini adalah produk LKS berbasis masalah, yang dalam penyusunannya harus memenuhi beberapa kriteria penilaian LKS sebagai bahan ajar, sebagaimana menurut Muslimin Ibrahin dalam Trianto yang menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi dan persyaratan teknis. 1 Pada syarat pedagogik LKS harus memperhatikan adanya perbedaan individu dan penekanan pada proses sehingga LKS mampu dipahami oleh semua siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Selain itu juga harus memiliki variasi stimulus melalui kegiatan siswa. Dalam LKS berbasis masalah ini, terdapat kegiatan penyelesaian masalah 1 Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, Jakarta; Prestasi Pustaka, 2010, h. 212 yang dikemas melalui petunjuk-petunjuk untuk menstimulus siswa dan memberikan penekanan pada proses penemuan konsep, dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah, mengembangkan kemampuan komunikasi, dan memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Berdasarkan hasil respon siswa terhadap penggunaan LKS berbasis masalah, siswa menilai LKS ini berkategori baik atau sebesar 4,31 pada beberapa soal pernyataan mengenai aspek penilaian pedagogik LKS berbasis masalah. Dan berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa siswa yang masih merasa kesulitan menjalankan soal atau perintah dalam LKS ini, Hal ini diduga karena siswa belum terbiasa dan masih ragu melakukan hal-hal yang diperintahkan dalam LKS. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai observasi pada konsep virus sebesar 94,9 dan pada konsep monera sebesar 98,86. Dari data tersebut, terlihat bahwa nilai observasi konsep virus lebih rendah dibandingkan dengan nilai observasi pada konsep monera. Hal ini diduga pada konsep monera siswa sudah mulai terbiasa dan lebih terlatih menjalankan perintah dalam LKS. Kemudian syarat penilaian LKS berikutnya adalah syarat konstruksi, pada syarat ini LKS harus mudah dipahami siswa dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, menggunakan struktur kalimat yang jelas dan memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Berdasarkan hasil respon penilaian siswa terhadap penggunaan LKS berbasis masalah,siswa menilai cukup mampu memahami tata bahasa yang digunakan dalam LKS, hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai sebesar 4,47 dengan kategori baik pada beberapa soal penyataan angket mengenai penilaian konstruksi LKS berbasis masalah. Persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh LKS sebagai bahan ajar adalah syarat teknik, dimana LKS disusun dengan rapi agar memudahkan siswa untuk memahami dan memiliki nilai estetik agar lebih disukai oleh siswa, di antara kriteria syarat teknis yaitu menggunakan huruf tebal untuk topik wacana, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban