1 Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala
misalnya dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk
mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain
itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.
Hal ini penting sebab perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat
mental siswa itu sendiri.
53
2 Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun,
di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya diipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a Inteligensi Siswa
Tingkat kecerdasan atau intelegensi IQ siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
54
Dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan hasil baik ditentukandipengaruhi oleh
taraf kecerdasannya.
55
53
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, h. 130.
54
Ibid., h. 131.
55
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya, 1984, h. 102.
Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi,
memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh
lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
b Sikap dan Sifat Pribadi Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons response tendency
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap attitude siswa
yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa
tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau kepada mata
pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
56
Demikian juga dengan tiap-tiap siswa mempunyai sifat kepribadian yang berbeda yang sedikit banyak turut pula mempengaruhi sampai
dimanakah hasil belajarnya dapat dicapai.
57
c Bakat Siswa
Secara umum bakat aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang Chaplin, 1972; Reber, 1988. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai ke tingkat tertentu dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya
seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas superior atau cerdas
56
Muhibbin Syah, op. cit., h. 132.
57
Ngalim Purwanto, op. cit., h. 103-104.
luar biasa very superior disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
58
Bakat berfungsi sebagai modal pembelajaran, dengan adanya bakat seorang siswa akan jauh lebih mudah memahami materi pembelajaran
bahkan tanpa hadirnya seorang pendidik sekalipun. Bakat dapat berkembang sebagai kemampuan suatu individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung ppada upaya pendidikan dan pelatihan.
d Minat Siswa
Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
59
Guru dalam hal ini seharusnya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya
dengan cara yang lebih kurang sama dengan kiat mebangun sikap positif.
e Motivasi Sosial
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1 motivasi intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa yang mampu mendorong tindakan belajar. 2 motivasi ekstrinsik yaitu keadaan yang datang dari luar individu siswa juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
60
Anak akan menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai
dengan pelajaran itu.
61
Jadi jika guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak itu
dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.
58
Muhibbin Syah, op. cit., h. 133.
59
Ibid. h. 133.
60
Ibid., h. 134.
61
Ngalim Purwanto, op. cit., h. 105.
4. Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa
Berdasarkan uraian tentang LKS dan pembelajaran berbasis masalah sebelumnya maka lembar kegiatan siswa berbasis masalah, yaitu lembar kegiatan
yang dijadikan bahan ajar yang isinya mencangkup komponen-komponen pembelajaran berbasis masalah dan menerapkannya dalam serangkaian kegiatan
belajar dalam LKS. Langkah-langkah pembelajaran berbasis maslah yang diterapkan
mengikuti pendapat Trianto, yaitu: 1 Orientasi siswa terhadap masalah, 2 Mengorganisasi siswa dalam belajar, 3 membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok, 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Lembar kegiatan siswa berbasis masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan
dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan melibatkan guru pembimbing.
LKS berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan penguasaan materi siswa. siswa akan tertarik belajar dari hal-hal yang telah ia ketahui, misalnya
tentang permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahn yang ada di dunyia nyata, sehingga siswa lebih dapat
mengidentifikasi permasalahan dan berusaha menganalisis permasalahan untuk diselesaikan. Permasalahan yang termuat dalam LKS ini sesuai dengan materi
pelajaran kelas X semester ganjil yaitu tentang konsep virus dan monera. Konsep virus dan monera sebagai materi yang dipelajari siswa dilakukan
melalui serangkaian kegiatan belajar menggunakan LKS berbasis masalah yang dilaksanakan secara kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif, artinya siswa saling
bekerja sama dan bertukar pendapat. Hal ni ditunjukkan melalui kegiatan diskusi kelompok dalam menyelesaikan permasalahan. Hasil diskusi sebagai penyelesaian
dari permasalahan yang diajukan, merupakan gambaran bahwa LKS berperan membantu siswa belajar melalui langkah-langkah yang ditunjukkan dalam
menyelesaikan permasalahan.
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan LKS maupun model pembelajaran berbasis masalah, diantaranya adalah:
Syafrina Ahda. 2013. “Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa Pada Konsep Zat dan Wujudnya”. Penelitian ini menghasilkan LKS penelitian eksperimen berbasis CTL. Hasil uji coba menunjukkan bahwa LKS
berbasis CTL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada konsep zat dan wujudnya. LKS 1 berkorelasi postif dengan nilai postest sedangkan LKS 2
berkorelasi negatif dengan hasil postest siswa.
62
Kasanah 2012. “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa LKS Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V pada Konsep Sifat-
sifat Cahaya”. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan LKS berpengaruh terhadap hasil
belajar IPA kelas V pada konsep sifat-sifat cahaya. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya hasil belajar siswa dari rata-rata 56,89 menjadi 84,67 . penelitian
ini menunjukkan pengggunaan LKS berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat-sifat cahaya.
63
Eka Triyuningsih. 2011. “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada konsep hama dan penyakit tumbuhan. Hal ini terlihat pada perhitungan uji “t”diperoleh harga t hitung t tabel 3,43 2.00 pada
derajat kebebasan dk = 70 dengan taraf signifikansi 5.
64
62
Syafrina Ahda. “Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Contextual Teaching and Learning Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Konsep Zat dan
Wujudnya, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, h.
63
Kasanah . “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa LKS Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas V pada Konsep Sifat- sifat Cahaya”. Skripsi pada Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2012, h. 64
64
Eka Triyuningsih, “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”. Skripsi pada Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2011, h. 50
Ni Made Suci 2008. “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa
Jurusan Ekonomi Undiksha”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar mahasiswa. Hal ini terlihat dari perolehan nilai rata-rata pretes sebesar 56 meningkat menjadi rata-rata 82,04 pada nilai postes.
65
Umi Kulsum 2007. “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja LKS terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”. Penelitian ini menunjukkan hasil
bahwa siswa yang menggunakan LKS memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang diajarkan tanpa menggunakan LKS. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata eksperimen yang mencapai 75,83, sedangkan kelas kontrol 66,40.
66
C. Kerangka Pikir
Pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari proses belajar mengajar yang tercipta di lingkungan sekolah. Pengajar bertanggung jawab untuk mengatur
dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan di kelas. Salah satu hal penting yang harus dikuasai guru adalah mampu
menyediakan bahan material pembelajaran. Seorang guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan mandiri adalah dengan menggunakan
Lembar Kegiatan Siswa LKS. LKS memungkinkan siswa untuk belajar secara sistematis dan terarah. Dengan LKS siswa akan memiliki pengetahuan, menerima
informasi, mencoba, mengalami, melakukan dan menyimpulkan. Dengan demikian, siswa menguasai suatu materi pokok bahasan secara menyeluruh.
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, para guru cenderung belum mengoptimalkan pemilihan strategi pembelajaran yang meliputi bahan ajar. Pada
saat ini, bahan ajar berupa LKS yang masih banyak digunakan sekolah-sekolah berupa LKS cetakan penerbit yang hanya menekankan pada pertanyaan-
65
Ni Made Suci. “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha”,
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Lembaga Penelitian Undiksa, April 2008, h. 85
66
Umi Kulsum . “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja LKS terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa”. Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007, h. 51
pertanyaan dan tugas tanpa menjelaskan bagaimana proses jawaban dari pertanyaan tersebut diperoleh. Pembelajaran yang menggunakan LKS seperti ini
memiliki keterbatasan dalam meningkatkan kompetensi siswa. Padahal LKS adalah bagian dari bahan ajar yang disusun dengan tujuan meningkatkan
kemampuan siswa dalam penafsiran dari peristiwa yang dipelajarinya. Permasalahan lain dalam pembelajaran biologi adalah guru masih
menerangkan dengan metode ceramah, diikuti oleh diskusi dan tanya jawab biasa sehingga siswa menjadi pasif, di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan
struktur kognitif, sehingga siswa menjadi cepat bosan. Sedangkan dalam pembelajaran biologi seharusnya siswa belajar secara aktif sehingga mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam penyelesaian permasalahan biologi. Untuk itu dirasa
sangat perlu untuk mencari strategi pembelajaran yang sesuai.
Model pembelajaran berbasis masalah memfokuskan kepada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara
aktif dalam proses pembelajaran dan aktif dalam menyelesaikan masalah yang diberikan sesuai dengan kehidupan sehari-hari dengan mengumpulkan informasi
dan menstimulus informasi yang didapat untuk membentuk sebuah solusi dari masalah yang diberikan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran biologi, siswa dituntut dapat memahami dan mengaplikasikan pengetahuannya terkait bidang kajian biologi dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Maka tidaklah berlebihan jika kita
mengharapkan siswa mempunyai pemahaman yang baik tentang biologi. Keberhasilan siswa dalam memahami ilmu biologi dapat dilihat dari hasil belajar
yang dicapainya. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar biologi
siswa adalah bahan ajar yang menjadi sumber pembelajaran kurang mampu mendorong minat siswa untuk belajar. Sedangkan bahan ajar merupakan salah
satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.